Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ARTRITIS”


(RHEUMATOID ARTRITIS DAN OSTEOARTRITIS)
BLOK 12. SISTEM MUSKULOSKELETAL

Di Susun Oleh : Kelompok 11


- Nur Rahma Widiyawati (20150320006)
- Miranti Primadani (20150320022)
- Suanah (20150320023)
- Riska Umami (20150320043)
- Wilda Lestari (20150320057)
- Nadya Lestari (20150320081)
- Yola Nanda Putri (20150320084)
- Agung Lesmana (20150320100)
- Bayu Aji Firman Mufhilin (20150320113)
- Nahdhatur Rughaisyiah (20150320118)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullah wb.


Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena  ridho
dan kehendak-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
Judul  “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Artritis” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah blok 12 tentang Sistem
Muskuloskeletal yang diampu oleh Ibu Ambar Relawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. pada
pendidikan S1 Program Studi Ilmu Keperawatan.    
Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan beberapa kesulitan dalam
penulisan dan keterbatasan dalam memperoleh literatur, Namun berkat bantuan dari
berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah
ini, karena itu kami mohon arahan, saran dan kritik yang sifatnya menyempurnakan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin Ya Rabbal Alamin.
Terima Kasih
Wassalamualaikum warahmatullah wb.
Yogyakarta, Mei 2017

Penulis
RHEUMATOID ARTRITIS

A. DEFINISI
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering
ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun,
lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini
menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi
besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan  (Muttaqin, 2006).

B. ETIOLOGI
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti
walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap.
penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan faktor
genetik. Namun, berbagai faktor termasuk kecendrungan genetik bisa
memengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang berperan antara lain adalah
jenis kelamin, infeksi (Price, 1995), keturunan (Price, 1995; Noer S, 1996),
dan lingkungan (Noer S, 1996).
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan,
tetapi jelas ada interaksi factor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan
Feldmann, 1998: Blab et al, 1999). Namun faktor predisposisinya adalah
mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor metabolik dan infeksi virus
(Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
C. FAKTOR RESIKO
1. Kelainan Pada Sinovia
             Kelainan artitis reumatoid dimulai pada sinovia berupa sinovitis. Pada
tahap awal terjadi hiperemi dan pembengkakan pada sel-sel yang meliputi sinovia
disertai dngan infiltrasi limposit dan sel-sel plasma. Selanjutnya terjadi
pembentukan vilus berkembang ke arah ruang sendi dan terjadi nekrosis dan
kerusakan dalam ruang sendi. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan daerah
nekrosis fibrinoid yang diliputi oleh jaringan fibroblas membentuk garis radial
kearah bagian yang nekrosis.
2. Kelainan Pada Tendo
Pada tendo terjadi tenosinovitis disertai dengan invasi kolagen yang dapat
menyebabkan ruptur tendo secara parsial atau total.
3. Kelainan Pada Tulang
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
a. Stadium I (stadium sinovitis)
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
b. Stadium II (stadium destruksi)
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium III (stadium deformitas)
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
4. Kelainan Pada Jaringan Ekstra Artikular
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikuler adalah :
a. Otot
Pada otot terjadi miopati yang pada elektromiograf menunjukkan adanya
degenerasi serabut otot.
b. Pembuluh darah kapiler
Terjadi perubahan pada pembuluh darah sedang dan kecil berupa artritis
nekrotik. Akibatnya terjadi gangguan respon arteriol terhadap temperatur.
c. Nodul subkutan
Nodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik di bagian sentral dan
dikelilingi oleh lapisan sel mnonuklear yang tersusun secara radier dengan
jaringan ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat. Nodul subkutan
hanya ditemukan pada 25% dari seluruh klien artritis reumatoid. Gambaran
ektra-artikuler yang khas adalah ditemukannya nodul subkutan yang
merupakan tanda patognomonik dan ditemukan pada 25% dari klien artritis
reumatoid.
d. Kelenjar limfe
Terjadi pembesaran kelenjar limfe yang berasal dari aliran limfe sendi,
hiperplasia folikuler, peningkatan aktivitas sistem retikuloendotelial dan
proliferasi jaringan ikat yang mengakibatkan splenomegali.
e. Saraf
Pada saraf terjadi perubahan pada jaringan periuneral berupa nekrosis fokal,
rekasi epiteloid serta infiltrasi yang menyebabkan neuropati sehingga terjadi
gangguan sensoris.
f. Organ-organ Visea
Kelainan artritis reumatoid juga dapat terjadi pada organ visera seperti
jantung dimana adanya demam reumatik kemungkinan akan menyebabkan
gangguan pada katub jantung. (Muttaqin, Pengantar Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal, 2006).
D. PATOFISIOLOGI
Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki
kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran
gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan.
Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung
tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk
gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan
mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar-tulang. Cairan sinovial ini
berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk
bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan 
degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Inflamasi akan terjadi pada
persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi
merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder
yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi
merupakan akibat dari respon imun.
Kartilago artikuler memainkan dua peranan mekanis yang penting dalam
fisiologi sendi. Pertama, kartilago artikuler memberikan permukaan penahan
beban yang licin secara nyata, dan bersama cairan sinovial, membuat gesekan
(friksi) yang sangat rendah dalam gerakan. Kedua, kartilago akan meneruskan
beban atau tekanan pada tulang sehingga mengurangi stres mekanis. Kartilago
artikuler maupun tulang dapat normal tetapi beban (gaya yang dihasilkan oleh
berat tubuh) berlebihan pada sendi menyebabkan jaringan tersebut gagal, atau
beban pada sendi secara fisiologis masih banyak tetapi kartilago artikuler atau
tulangnya tidak normal (Muttaqin, 2005).
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena
karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.

E. PATHWAY

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu serta
sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang
hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumatoid mono-artikular.
(Chairuddin, 2003). Kriteria dm American Rheumatism Association (ARA) yang
di revisi 1987, adalah:
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Pasien merasa kaku pada persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur
sampai sekurang-kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah
Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian (soft tissue swelling)
atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hyperostosis). Terjadi pada
sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan dalam observasi seorang
dokter. Terdapat 14 persendian yang memenuhi criteria, yaitu interfalang
proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan
metatarsofalang kiri dan kanan.
3. Arthritis pada persendian tangan
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian tangan seperti
tertera di atas.
4. Arthritis simetris
Maksudnya keterlibatan sendi yang sama ; (tidak mutlak bersifat simetris)
pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyartritis simultaneously).
5. Nodul rheumatoid
Nodul rheumatoid yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang
dokter.
6. Faktor rheumatoid serum positif
Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara
yang memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok control.
7. Perubahan gambaran radiologis
Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar
rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus
menunjukkkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang  yang berlokalisasi pada
sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan laboraturium terdapat:
a. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien
lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, lues,
endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis.
b. Protein C-reaktif biasanya positif.
c. LED meningkat.
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
f. Trombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan rotgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering
adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka jugasering
terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi
juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan ruang sendi dan erosi. (Mansjoer,
2001).

H. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk
mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi,
pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan
imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting
untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan
pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi
progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan
gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan
kerelaksasian otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada
kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet
yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah
beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.
Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari minuman
beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jeroan, kacang-kacangan,
ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan kembang kol karena dapat
menyebabkan penimbunan asam urat dipersendian.
5. Banyak minum air, untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat
dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi.
6. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada
sendi. Adapun syarat–syarat diet atritis rheumatoid adalah protein cukup,
lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine
yang dikeluarkan setiap hari. Rata–rata asupan cairan yang dianjurkan adalah
2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari
kebutuhan energi total.
7. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap
akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan
sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.
I. NURSING CARE PLAN
1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
(infeksi).
NOC : Kontrol Nyeri
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 x 24 jam nyeri yang dirasakan
klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Klien dapat mengenali kapan nyeri terjadi
- Klien mengetahui faktor penyebab nyeri
- Klien mengontrol nyeri dengan teknik non farmakologi
- Klien melaporkan nyeri berkurang menggunakan analgesik
- Klien melaporkan adanya perubahan pada gejala nyeri pada tenaga kesehatan
- Klien mampu mengenali gejala nyeri (skala, intensitas, frekuensi)
- Klien melaporkan nyeri yang terkontrol
NIC : Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif seperti: lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
- Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti: teknik napas dalam,
guide imagery, relaksasi, bimbingan antisipatif, terapi musik, terapi aktivitas
- Ajarkan prinsip management nyeri
- Anjurkan pasien untuk penggunaan analgesic untuk mengurangi nyeri
- Berikan informasi terkait nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
berlangsung dan antisipasi dari ketidaknyaman yang akan muncul
- Kolaborasi dengan ahli farmakologi untuk pemberian analgesik
2. Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan musculoskeletal, kaku sendi, kerusakan integritas struktur tulang,
nyeri, penurunan kekuatan otot, dan penurunan kendali otot.
NOC : Pergerakan
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam hambatan mobilitas
fisik klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Keseimbangan klien tidak mengalami hambatan
- Klien dapat mempertahankan koordinasi pergerakan
- Tidak ada hambatan pada cara berjalan klien
- Gerakan otot klien tidak mengalami hambatan
- Gerakan sendi klien tidak mengalami hambatan
- Klien dapat berjalan dengan baik
- Klien dapat bergerak dengan mudah
NIC : Peningkatan Mekanika Tubuh
- Kaji pemahaman pasien mengenai mekanika tubuh dan latihan (misalnya:
mendemonstrasikan kembali teknik melakukan aktivitas/ latihan yang benar)
- Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan postur (tubuh) dan
mekanika tubuh untuk mencegah injury saat melakukan berbagai aktivitas
- Kaji kesadaran pasien tentang abnormalitas muskuloskeletalnya dan efek yang
mungkin timbul pada jaringan otot dan postur (tubuh)
- Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki terlebih dahulu kemudian badan
ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
- Berikan informasi tentang kemungkinan posisi penyebab nyeri otot atau sendi
OSTEOARTRITIS

A. DEFINISI
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia,
penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering
dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan
adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai
kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang
diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan
sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul
akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau kelainan lain yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan
faktor sistemik atau infeksi. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degenaritif
yang berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi. Lutut, punggung, tangan, dan
pergelangan kaki paling sering terkena.

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
1. Usia/ Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia
pembentukkan kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang dan
terjadi fibrosis tulang rawan.
2. Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih
banyak pada wanita pascamenopause (osteoartritis primer). Osteoartritis
sekunder lebih banyak ditemukan pada pria.
3. Ras
Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan Amerika
daripada kulit hitam.
4. Faktor Keturunan
Faktor genetik juga berperang timbulnya OA. Bila ibu menderita OA sendi
interfalang distal, anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena OA
2-3 kali lebih sering.
5. Faktor Metabolik/ Endokrin
Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap OA. Berat
badan berlebihan akan meningkatkan resiko OA, baik pada pria maupun
wanita.
6. Faktor Mekanis
- Trauma dan Faktor Predisposisi
Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi sendi
merupaan predisposisi OA. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga yang
menggunakan sendi berlebihan, dan gangguan kongruensi sendi akan
meningkatkan OA.
- Cuaca dan Iklim
OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau lembab.
7. Diet
Salah satu tipe OA yang bersifat umum di Siberia disebut penyakit Kashin-
Beck yang mungkin disebabkan oleh menelan zat toksin yang disebut fusaria.
C. PATOFISIOLOGI
Osteoartritis atau OA merupakan penyakit gangguan hemeostasis
metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang
penyebabnya belum jelas diketahui.
Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi terjadi multifokal,antara lain
faktor usia, strees mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek
anatomis, obesitas, genetik, humoral, dan faktor kebudayaan. Pemeriksaan biopsi
sinovial klien OA menunjukkan adanya sinovitis. Pada level seluler, terjadi
peningkatan aktivitas sitokin yang menyebabkan dikeluarkannya mediator
inflamasi dan matriks metelloproteinase (MMP). Akibatnaya, ada gangguan
sintesis proteoglikan. Selain itu ditemukan nitrogen monoksida yang
berhubungan dengan transmisi neurogenik dari mediator inflamsi yang
menyebabkan kerusakan kartilago jauh dari lokasi peradangan.
Proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit. Kondrosit
merupakan satu-satunya sel hidup dalam tulang rawan sendi. Kondrosit akan
dipengaruhi oleh faktor anabolik dan katabolik dalam mempertahankan
keseimbangan sintesis dan degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh
sitoksin interkoukin 1β (iL-β) dan tumor necrosis factor α (TNF α), sedangkan
faktor anabolik diperankan oleh transforming growth factor (TNF β) dan insulin-
like growth factor 1 (IGF 1).
Secara anatomi fisiologi, sel tulang terdiri atas osteoblas, osteosit, dan
osteoklas yang dalam aktivitasnya mengatur hemeostasis kalsium yang tidak
berdiri sendiri, melainkan saling berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat
seluler didahului penyerapan tulang oleh osteoklas yang memerlukan waktu 40
hari, disusul fase istiraahat, dan kemudian disusul fase pembentukkan tulang
kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari. Dalam penyerapannya,
osteoklas melepaskan transforming growth factor yang meransang aktivitas awal
osteoklas. Dalam keadaan normal, kuantitas dan kualitas pembentukkan tulang
baru osteoblas. Pada osteoporosis, penyerapan tulang lebih banyak dari pada
pembentukkan baru.

D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila
sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan sampai sendi
menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan
keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,
misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong
sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan
tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
- Pemeriksaan Radiologi
Gambaran rodiografi sendi yang menyokong diagnosis osteoartritis ialah:
a) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada
bagian sendi yang menanggung beban
b) Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
c) Kista tulang
d) Osteofit pada pinggir sendi
e) Perubahan struktur anatomi sendi

G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Non-Farmakologi
Ada beberapa cara dalam penanganan osteoarthritis non farmakologi,
diantaranya:
a. Olahraga
Olahraga dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu mengontrol
barat badan.Olahraga untuk osteoarthritis misalnya berenang dan jogging.
b. Menjaga sendi
Menggunakan sendi dengan hati-hati dapat menghindari kelebihan stres
pada sendi.
c. Panas/ dingin
Panas didapat, misalnya dengan mandi air panas. Panas dapat mengurangi
rasa sakit pada sendi dan melancarkan peredaran darah. Dingin dapat
mengurangi pembengkakan pada sendi dan mengurangi rasa sakit. Dapat
didapat dengan mengompres daerah yang sakit dengan air dingin.
d. Viscosupple mentation
Merupakan perawatan dari Canada untuk orang yang terkena
osteoarthritis pada lutut, berbentuk gel.
e. Pembedahan
Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat,
akan dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, dapat memperbaiki
bagian dari tulang.
f. Akupuntur
Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.
g. Pijat
Pemijatan sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya.
h. Vitamin D,C, E, dan beta karotin
Untuk mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.
i. Teh hijau
Memiliki zat anti peradangan.
2. Terapi Farmakologi
Semua obat memiliki efeksamping yang berbeda, oleh karena itu, penting bagi
pasien untuk membicarakan dengan dokter untuk mengetahui obat mana yang
paling cocok untuk di konsumsi. Berikut adalah beberapa obat pengontrol rasa
sakit untuk penderita osteoarthritis.
b) Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang di rekomendasikan oleh dokter karena
relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.
c) NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Mempunyai
efeksamping, yaitu menyebabkan sakit perut dangan gangguan fungsi
ginjal.
d) Topical pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit
yang terasa sakit.
e) Tramadol (Ultram)
Tidak mempuyai efeksamping seperti yang ada pada acetaminophen dan
NSAIDs.
f) Milk narcotic painkillers
Mengandung analgesic seperti codeinatau hydrocodone yang efektif
mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.
g) Corticosteroids
Efektif mengurangi rasa sakit.
h) Hyaluronic acid
Merupakan glycosamino glycan yang tersusun oleh disaccharides of
glucuronic aciddan N-acetygluosamine atau sering disebut dengan jugavis
cosupplementation. Digunakan dalam perawatan pasien osteoarthritis.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, 80% pengobatan dengan
menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil
dibandingkan pengobatan dengan menggunakan placebo. Makin besar
molekul hyaluronic acid yang diberikan, makin besar efek positif yang di
rasakan karena hyaluronic acid efektif mengurangi rasa sakit.
i) Glucosamine dan chondroitin sulfate
Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.

H. NURSING CARE PLAN


1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
(infeksi).
NOC : Kontrol Nyeri
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 x 24 jam nyeri yang dirasakan
klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Klien dapat mengenali kapan nyeri terjadi
- Klien mengetahui faktor penyebab nyeri
- Klien mengontrol nyeri dengan teknik non farmakologi
- Klien melaporkan nyeri berkurang menggunakan analgesik
- Klien melaporkan adanya perubahan pada gejala nyeri pada tenaga kesehatan
- Klien mampu mengenali gejala nyeri (skala, intensitas, frekuensi)
- Klien melaporkan nyeri yang terkontrol
NIC : Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif seperti: lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
- Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti: teknik napas dalam,
guide imagery, relaksasi, bimbingan antisipatif, terapi musik, terapi aktivitas
- Ajarkan prinsip management nyeri
- Anjurkan pasien untuk penggunaan analgesic untuk mengurangi nyeri
- Berikan informasi terkait nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
berlangsung dan antisipasi dari ketidaknyaman yang akan muncul
- Kolaborasi dengan ahli farmakologi untuk pemberian analgesik

2. Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


gangguan musculoskeletal, kaku sendi, kerusakan integritas struktur tulang,
nyeri, penurunan kekuatan otot, dan penurunan kendali otot.
NOC : Pergerakan
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam hambatan mobilitas
fisik klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Keseimbangan klien tidak mengalami hambatan
- Klien dapat mempertahankan koordinasi pergerakan
- Tidak ada hambatan pada cara berjalan klien
- Gerakan otot klien tidak mengalami hambatan
- Gerakan sendi klien tidak mengalami hambatan
- Klien dapat berjalan dengan baik
- Klien dapat bergerak dengan mudah
NIC : Peningkatan Mekanika Tubuh
- Kaji pemahaman pasien mengenai mekanika tubuh dan latihan (misalnya:
mendemonstrasikan kembali teknik melakukan aktivitas/ latihan yang benar)
- Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan postur (tubuh) dan
mekanika tubuh untuk mencegah injury saat melakukan berbagai aktivitas
- Kaji kesadaran pasien tentang abnormalitas muskuloskeletalnya dan efek yang
mungkin timbul pada jaringan otot dan postur (tubuh)
- Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki terlebih dahulu kemudian badan
ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
- Berikan informasi tentang kemungkinan posisi penyebab nyeri otot atau sendi
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly A.J. 2011. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan
Edisi 2. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media
hardy.

Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.

Muttaqin, arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Banjarmasin: Unpublished.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai