Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Pendaftaran Sertifikasi Halal LPPOM MUI


Pendaftaran sertifikasi halal dilakukan secara online, adapun alur proses
pendaftaran sertifikasi halal adalah sebagai berikut:

1. Sign Up

 Langkah-langkah untuk masuk ke menu CEROL:


1. Kunjungi website www.e-lppommui.org

2. Buat akun CEROL dengan klik “Sign Up Now”


1. Isi data sesuai data profil perusahaan.
2. Isi Customer Login yang akan digunakan sebagai username untuk login
ke menu CEROL. (customer login tidak dapat diubah)
3. Isi Password yang akan digunakan sebagai password untuk login ke
menu CEROL.
4. Isi Password Confirmation sama dengan Password yang diisi
sebelumnya.
5. Isi Security Code sesuai dengan yang tertera di layar.
6. Klik “Sign Up”

2. Aktivasi akun

Setelah perusahaan selesai melakukan Sign Up, perusahaan akan


mendapatkan notifikasi di layer kemudian perusahaan akan mendapatkan email
(dikirimkan ke email Contact Person) untuk melakukan aktivasi akun sesuai
dengan perintah yang ada di email (lihat gambar dibawah ini). Hal ini untuk
memastikan bahwa email yang dimasukkan valid.

3. Login

Setelah perusahaan memiliki username dan password perusahaan baru dapat


melakukan login untuk masuk ke aplikasi CEROL-SS23000. Langkah Login
adalah sbb:

 Isi Username sesuai dengan Custumer Login yang dibuat pada saat Sign
Up.
 Isi password sesuai dengan Password yang diisi pada saat Sign Up.
 Klik “Submit”.

4. Pendaftaran (halal Registration)

Tahap pertama adalah membuat registrasi dengan cara klik menu “Halal
Registration” >klik “Add Data”>isi sesuai dengan data yang diminta. Langkah-
langkah pengisian data adalah sbb:

1. Pilih Manufacturing Industry pada Reg Type.


2. Pilih Reg Status sesuai dengan status pendaftaran: • New: untuk status
pendaftaran baru/pendaftarn kelompok baru. • Development: untuk status
pendaftaran pengembangan (bagi perusahaan yang telah memiliki
sertifikat masih berlaku dan akan menambahkan produk atau pabrik baru).
• Renew: untuk perpanjangan sertifikat halal.
3. Beri tanda “” pada kolom Does HAS Exist
4. Pada kolom Old Registration No.*, pilih nomor registrasi terakhir sesuai
dengan kategori produk yang sama (jika ada)
5. Isi kolom MUI Reff dengan nomor sertifikat halal (jika ada)
6. Isi kolom MUI Reff Expired dengan pilih tanggal sesuai tanggal sertifikat
halal berakhir (jika ada).
7. Isi kolom Last HAS Status dengan status SJH (A/B) yang terakhir
didapatkan (jika ada).
8. Isi kolom HAS Reff dengan nomor Status/Sertifikat SJH (jika ada).
9. Isi kolom HAS Reff Expired dengan pilih tanggal sesuai tanggal sertifikat
SJH berakhir (jika ada).
10. Pada Type Of Product, pilih Tipe Produk yang sesuai:
• Retail: Produk yang dijual eceran
• Non-Retail: Produk yang tidak dijual eceran (produk untuk bahan baku
pabrik, dsb)
• Retail and Non-Retail: Produk yang didaftarkan meliputi keduanya.
11. Isi Kolom NPWP dengan nomor NPWP perusahaan.
12. Isi kolom Type of Permit dengan jenis izin yang dimiliki produk (lihat
halaman 15) (Untuk produk non retail, maka type of permit boleh diisi
dengan “-” (minus))
13. Isi kolom Total of Employee dengan jumlah karyawan.
14. Isi kolom Production Capacity dengan kapasitas produksi (bisa pertahun,
perbulan atau pehari)
15. Pada Registration Type, pilih “Regular” (pembayaran dilakukan pada
setiap registrasi) atau “Non Regular” (pembayaran dilakukan secara
kontrak).
16. Pada Payment Type, pilih tipe pembayaran yang diinginkan: • Cash:
Pembayaran tunai (Verifikasi manual) • Transfer: Pembayaran melalui
rekening LPPOM MUI (verifikasi manual). • Online Payment:
Pembayaran menggunakan virtual account LPPOM MUI (Langsung
Diverifikasi)
17. Pada Product Group, pilih kelompok produk sesuai dengan produk yang
didaftarkan (pengelompokan kategori produk dapat dilihat di SK
pengelompokan produk di link berikut:
http://elppommui.org/documents/SK11.II.2014_Ketentuan_Kelompok_Pr
odk_berSH_MUI_(revisi-1).pdf)
18. Klik “Submit” ketika semua kolom telah dipastikan terisi.
19. Apabila ingin menghapus kembali, klik “Reset”

5. Pembayaran Registrasi

Tahap berikutnya adalah pembayaran registrasi. Pembayaran biaya


registrasi sebesar Rp 220,000 dapat dilakukan dengan cara transfer ke Bank BNI
Syariah Cabang Benhil dengan nomor rekening 011 66017 39, a/n LPPOM MUI.
Bukti transfer diberi keterangan nomor registrasi dan di-scan.

6. Verifikasi Pembayaran Registrasi

Verifikasi untuk pembayaran registrasi dengan cash/transfer dilakukan


setelah anda mengunggah (upload) bukti pembayaran. Jika Bagian Keuangan
LPPOM MUI masih dalam proses verifikasi pembayaran registrasi, saat Anda klik
kembali menu Payment Registration maka akan muncul informasi bahwa
pembayaran registrasi belum di approve bagian keuangan LPPOM dan proses
belum bisa dilanjutkan.
Jika hasil verifikasi sesuai, maka jika menu Payment Registration diklik
kembali akan muncul informasi bahwa registrasi sudah dibayar, dan proses
registrasi bisa diteruskan dengan mengupload data sertifikasi.

7. Upload Data Sertifikasi


Setelah pembayaran registrasi diverifikasi dan di-approve oleh Keuangan
LPPOM MUI, selanjutnya perusahaan harus mengupload/mengisi data sertifikasi,
melalui menu Upload Halal Document. Ada 6 Tahap Pengisian data sertifikasi
terdiri dari:
1. Upload dokumen halal
2. Pengisian data pabrik/manufacturer
3. Pengisian data produk
4. Pengisian data bahan
5. Upload matriks produk
6. HAS Questionaire
8. Pembayaran Akad Biaya
Setelah Perusahaan selesai mengupload data sertifikasi, Bagian Keuangan
LPPOM MUI akan membuat akad dan memasukkan tagihan akad (invoice) ke
sistem Cerol. Perusahaan harus melakukan pembayaran akad melalui transfer atau
online payment. Kemudian, perusahaan harus melakukan konfirmasi pembayaran
akad di Cerol melalui menu Contract Payment. Tahapan pembayaran di menu
Contract Payment adalah sebagai berikut:
1. Klik “View” untuk melihat file akad biaya sertifikasi halal. Setelah itu,
cetak akad tersebut dan tanda tangani oleh perusahaan serta diberi stempel.
Scan akad yang telah ditandatangan dan distempel.
2. Perusahaan bisa memilih metode pembayaran akad melalui cara transfer
bank (paid) ataupun menggunakan online payment. Penjelasan lebih lanjut
ada di halaman selanjutnya.
9. Monitoring Proses Sertifikasi Halal
Semua data yang sudah diinput di sistem selanjutnya akan di proses oleh
bagian-bagian yang terkait di LPPOM MUI. Perusahaan bertugas memonitor
keseluruhan proses yang ada dan memberikan tanggapan atau mengupload
tambahan data bila terdapat pre audit memorandum atau audit memorandum
selama proses sertifikasi. Menu-menu yang bisa digunakan untuk memonitor
setiap tahapan dalam proses sertifikasi dan memberikan tambahan adalah:
• Halal Document Monitoring (berhubungan dengan dokumen halal)
• Product Monitoring (berhubungan dengan produk)
• Material Monitoring (berhubungan dengan bahan)
• Matrix Monitoring (berhubungan dengan matrix produk)
• HAS Monitoring (berhubungan dengan implementasi SJH).
• View History (untuk melihat aktivitas terakhir pada proses sertifikasi).

10. Download Sertifikat Halal dan Status SJH


Setelah semua proses sertifikasi sudah dilewati dan sudah mendapatkan
persetujuan halal dari Komisi Fatwa, maka selanjutnya perusahaan tinggal
menunggu Sertifikat halal diterbitkan.
Langkah-langkah meng-download sertifikat halal adalah sbb:
 Masuk ke menu “Download Certificate”
 Klik “Download” pada masing-masing dokumen:
- Halal Cert. : untuk mendownload sertifikat halal
- HAS Status/Cert. : untuk mendownload status SJH / sertifikat SJH.

2.2 Persyaratan Data Sertifikasi Halal


Menurut Ibu Verika selaku narasumber dilengkapi dari user manual Cerol
revisi 1 (2017), persyaratan data yang harus dipenuhi dalam megajukan sertifikasi
halal yaitu:
1. Wajib memiliki PIR-T
2. Data Sign Up : Nama dan alamat perusahaan, PIC, contact person, username,
password dll dapat diisi secara online di web LPPOM MUI.
3. Data Registrasi : Status sertifikasi (baru/pengembangan/perpanjangan), data
Sertifikat halal dan status SJH (jika ada).
4. Dokumen halal : *
a) Manual SJH (untuk registrasi baru atau perpanjangan)
b) Sertifikat halal sebelumnya (untuk registrasi pengembangan atau
perpanjangan)
c) Status atau Sertifikat SJH (untuk registrasi pengembangan atau
perpanjangan)
d) Pernyataan Fasilitasnya bebas dari Babi (Statement of pork free facility )
diketik oleh perusahaan yang bersangkutan dengan tanda tangan diatas
materai Rp. 6000
e) Daftar alamat seluruh fasilitas produksi
f) Bukti diseminasi kebijakan halal
g) Bukti pelaksanaan pelatihan internal
h) Bukti pelaksanaan audit internal

5. Data pabrik/manufactur, yaitu nama dan alamat pabrik, PIC, contact person.
6. Data produk, yaitu nama produk, kelompok produk dan jenis produk.
7. Data bahan (nama bahan, produsen, negara produsen, supplier, data dokumen
bahan) beserta dokumen pendukung bahan.
8. Data matriks produk, yaitu bahan yang digunakan untuk setiap produk.

*) : Untuk Dokumen Halal, Jika perusahaan tidak mempunyai dokumen masih


bisa lanjut ke tahap berikutnya.

2.3 Sertifikasi Halal atau HAS 23000


Sistem jaminan halal atau kriteria HAS 23000 yang dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) merupakan aturan-aturan yang harus
dilaksanakan untuk mendapatkan sertifikasi halal di Indonesia. Selain itu, system
jaminan halal memuat aturan, pedoman, metode dan regulasi yang berlaku. HAS
23000 ini telah diakui sebagai referensi secara internasional oleh beberapa negara
seperti Kanada, Perancis (Othman et al. 2016), Australia, Brasil, Belanda,
Selandia Baru, dan Amerika Serikat (Wilson et al. 2013). Menurut MUI terdapat
sebelas kriteria halal atau yang disebut dengan kriteria HAS 23000 yang harus
dipenuhi oleh perusahaan untuk mendapatkan sertifikasi halal. Kesebelas kriteria
tersebut diantara nya :

1. Kebijakan Halal
Kebijakan halal merupakan pernyataan tertulis yang bertujuan untuk
menghasilkan produk halal yang konsisten dan menjadi dasar penyusunan dan
penerapan Sistem Jaminan Halal. Kebijakan halal yang terlah dibuat wajib untuk
disosialisasikan kepada semua kalangan khusunya kepada seluruh pemangku
kepetingan perusahaan seperti jajaran manajemen puncak, tim manajemen halal,
karyawan dan pekerja, tempat maklon atau fasilitas produksi, dan pemasok
(supplier). Sosialiasai dapat dilakukan seperti pada poster yang ditempel di
dinding, banner, leaflet dan lain-lain. Tujuan nya untuk memastikan bahwa
kebijakan halal yang diterapkan sudah dipahami.

2. Tim Manajemen Halal


Tim manajemen halal harus mencakup semua bagian yang terlibat dalam
aktiviatas kritis (wakil dari semua departemen/divisi/bagian yang bertanggung
jawab atas perencanaan, implementasi, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan
Sistem Jaminan Halal). Contohnya bagian kritis pada pembuatan produk halal
yaitu purchasing. Pada bagian ini perusahaan memutuskan untuk membeli bahan
baku, bahan baku yang dibeli harus dijamin kehalalan nya jika tidak bagian RnD
tidak bisa melakukan riset.
Persyaratan Tim Manajemen Halal di antaranya (1) harus merupakan pegawai
tetap perusahaan; (2) harus mengerti dan memahami persyaratan sertifikasi halal
(kriteria, kebijakan dan prosedur pada HAS 23000); (3) Ketua Tim Manajemen
Halal diutamakan seorang muslim; (4) diangkat melalui surat penunjukan dari
manajemen puncak atau bentuk penunjukan lain yang berlaku di perusahaan.
Tugas, tanggung jawab, dan wewenang Tim Manajemen Halal harus dirumuskan
dengan jelas, ditetapkan, dan disosialisasikan kepada semua pihak yang terlibat.
Tim manajemen halal mempunyai tugas, tanggung jawab, dan wewenang
yang jelas dan dimengerti oleh pihak yang terlibat. Tugas, tanggung jawab, dan
wewenang tim manajemen halal yaitu mensosialisasikan kebijakan halal pada
semua pihak yang terlibat, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pelatihan internal, memastikan fasilitas bebas dari babi atau turunannnya,
melakukan seleksi bahan baru dan memastikan bahan mendapatkan persetujuan
dari LPPOM MUI. Selain itu, tim manajemen halal juga memiliki tugas untuk
membuat daftar bahan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi prosedur
tertulis aktivitas kritis, menyusun dan melaksanakan audit internal, menyusun dan
melaksanakan tindakan koreksi yang diperlukan dari hasil audit internal,
menyusun dan melaksanakan kaji ulang manajemen, serta menyusun dan
mengirimkan laporan berkala ke LPPOM MUI.

3. Pelatihan dan Edukasi


Pelatihan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan/atau perilaku (attitude) dari
semua personel yang terlibat dalam aktivitas kritis. Aktivitas kritis mencakup
seleksi pemasok dan persetujuan penggunaan bahan baku, formulasi produk,
pembelian, pemeriksaan barang dagang, produksi, serta penyimpanan bahan dan
produk. Karyawan baru dalam proses produksi halal harus mengikuti training
untuk menjamin komptensi yang diharapkan. Pelatihan dan edukasi yang di
Indonesia biasanya bertempat di Bali dan dilaksanakan minimal dua kali dalam
satu tahun.

4. Bahan
Bahan yang digunakan mencakup bahan baku, bahan tambahan dan bahan
penolong. Perusahaan harus menjamin bahan yang digunakan harus mendapatkan
sertifikat halal.

5. Produk
Produk yang disertifikasi tidak boleh menggunakan nama yang mengarah
pada sesuatu yang diharamkan atau ibadah yang tidak sesuai dengan syariah
Islam. Karakteristik atau profil sensori produk tidak boleh memiliki
kecenderungan bau atau rasa yang mengarah kepada produk haram atau yang
telah dinyatakan haram berdasarkan fatwa MUI.

6. Fasilitas Produksi
Fasilitas produksi yang digunakan tidak boleh tercampur dengan bahan yang
diharamkam dan harus tetap hygiene. Fasilitas produksi yang pernah digunakan
untuk menghasilkan produk yang mengandung babi atau turunannya, jika akan
digunakan untuk menghasilkan produk halal, maka harus dicuci tujuh kali dengan
air dan salah satunya dengan tanah atau bahan lain yang mempunyai kemampuan
menghilangkan rasa, bau, dan warna.
Peralatan produksi yang digunakan secara bersamaan antara produk yang
disertifikasi dan tidak disertifikasi harus dicuci atau dibersihkan untuk
meyakinkan tidak terjadi kontaminasi silang. Sedangkan bahan dan produk yang
disimpan di gudang tidak boleh terjadi kontaminasi silang dengan bahan atau
produk yang berasal dari babi atau turunannya.

7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis


Aktivitas Kritis : merupakan proses produksi yang terkait yang dapat
berpengaruh terhadap status kehalalan dari produk. Prosedur tertulis harus
dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang terlibat pada aktivitas kritis dan
dievaluasi sedikitnya sekali dalam setahun. Hasil dari evaluasi kemudian
diberikan kepada semua pihak yang bertanggung jawab pada setiap aktivitas
kritis. Apabila hasil evaluasi tidak sesuai maka akan dilakukan tindakan koreksi.
Prosedur tertulis pada saat seleksi bahan baru dan pembelian bahan harus
menjamin semua bahan yang dibeli untuk produk yang disertifikasi masuk dalam
daftar bahan yang telah disetujui LPPOM MUI. Formula produk yang digunakan
harus memiliki prosedur tertulis untuk formulasi produk dan memiliki formula
standar yang tertulis serta harus menjamin bahwa semua bahan yang digunakan
disetujui oleh LPPOM MUI.
Prosedur pemeriksaan bahan dagang harus menjamin kesesuaian informasi
yang tercantum dalam dokumen pendukung bahan dengan yang tercantum di label
bahan. Informasi yang dimaksud mencakup nama bahan, nama produsen, negara
asal produsen, dan logo halal bila dokumen pendukung bahan
mempersyaratkannya, dan untuk sertifikat halal pengapalan biasanya mencakup
nomor lot dan tanggal produksi. Prosedur harus menjamin tidak terjadinya
kontaminasi bahan atau produk oleh bahan haram/najis selama penyimpanan dan
penanganan bahan atau produk.

8. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria


Produk yang tidak memenuhi kriteria adalah produk yang terlanjur dibuat dari
bahan yang tidak disetujui LPPOM MUI atau di fasilitas yang tidak bebas najis
atau haram (tidak memenuhi kriteria fasilitas halal). Perusahaan harus memiliki
SOP Recall yang bertujuan apabila produk tersebut tidak memenuhi kriteria halal.
Setelah ditarik dari pasaran produk tersebut dapat dijual kepada negara yang tidak
mempermasalahkan kehalalan produk ataupun produk tersebut dapat dibakar.

9. Kemampuan Telusur
Kemampuan telusur ini dilakukan dengan menelusuri asal usul bahan yang
digunakan pada proses produksi berasal dari bahan yang telah disertifikasi oleh
MUI.

10. Audit Internal


Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh Tim Manajemen Halal untuk
menilai pelaksanaan sistem jaminan halal di perusahaan dengan persyaratan
sertifikasi halal. Ruang lingkup audit internal adalah implementasi seluruh aspek
sistem jaminan halal (11 kriteria) dan bukti pelaksanaannya. Audit internal
dilakukan secara terjadwal setidaknya enam bulan sekali atau lebih sering jika
diperlukan. Audit internal dilaksanakan oleh auditor halal internal yang kompeten
dan independen. Hasil audit internal disampaikan ke pihak yang bertanggung
jawab terhadap setiap kegiatan yang diaudit. Tindakan terhadap temuan, koreksi
yang diperlukan, dan batas waktunya harus ditentukan. Hasil tindakan koreksi
harus dipastikan dapat menyelesaikan kelemahan yang ditemukan pada audit
internal dan menghindari terulangnya kembali di masa yang akan datang. Hasil
audit internal disampaikan ke LPPOM MUI dalam bentuk laporan berkala setiap
enam bulan sekali, dan bukti pelaksanaan audit internal harus disimpan. (Prabowo
dkk, 2016).

11. Kaji Ulang Manajemen


Kaji Ulang Manajemen Kaji ulang adalah evaluasi terhadap efektivitas
penerapan sistem jaminan halal yang dilakukan oleh manajemen. Kaji ulang
manajemen harus dilakukan setidaknya sekali dalam setahun atau lebih sering jika
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

LPPOM MUI. 2017. User Manual Customer Cerol Revisi 1 Provinsi. https://e-
lppommui.org/ (Diakses pada tanggal 8 Maret 2020).
Othman B, Shaarani SM, Bahron A, 2016. The potential of ASEAN in halal
certification implementation: a review. Pertanika J Soc Sci Hum. 24(1):1-
24.
Prabowo, Sulistyo dan Azmawani Abd Rahman. 2016. Sertifikasi Halal Sektor
Industri Pengolahan Hasil Pertanian (Halal Certificate in the Agricultural
Products Processing Industry). Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34
No.1. 57-70
Wilson JAJ, Belk RW, Bamossy GJ, Sandikci Ö, Kertajaya H, Sobh R, Liu J,
Scott L, 2013. Crecent marketing, muslim geographies and brand Islam.
Reflections from the JIMA Senior Advisory Board. J Islamic Mark.
4(1):22-5

Anda mungkin juga menyukai