Anda di halaman 1dari 5

Sertifikat halal adalah jaminan untuk memberikan kepastian atas kehalalan sebuah

produk yang diperdagangkan atau beredar di Indonesia. Kewajiban untuk melakukan


sertifikasi halal sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal (JPH). Dalam aturan itu dijelaskan, produk yang wajib memiliki
sertifikat halal meliputi: Makanan Minuman Obat Kosmetik Produk kimiawi Produk
biologi Produk rekayasa genetik Barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan oleh masyarakat. Lalu, berapa biaya, syarat dan cara mendapatkan
sertifikat halal? Baca juga: Syarat dan Prosedur Pendaftaran Sertifikasi Halal Gratis
bagi UMK Biaya sertifikasi halal Dilansir dari Kompas.com, (28/6/2021), Kementerian
Keuangan (Kemenkeu) mengatur biaya sertifikasi produk halal di Badan
Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (BPJPH) sekitar Rp 300.000 sampai Rp 5 juta.
Biaya tersebut di antaranya adalah untuk sertifikasi halal proses reguler, perpanjangan
sertifikat halal, penambahan varian atau jenis produk, serta registrasi sertifikat halal luar
negeri. Namun demikian, biaya sertifikasi halal tersebut belum termasuk biaya
pemeriksaan oleh Lembaga Pemeriksa Halal. Untuk pelaku usaha besar atau pelaku
usaha luar negeri, biaya sertifikasi halal bisa dikenakan 150 persen lebih tinggi dari tarif
batas layanan. Sementara untuk pelaku usaha mikro dan kecil, atau UMK, tarif layanan
pernyataan halal, tarif layanan perpanjangan sertifikat halal, dan tarif layanan
penambahan varian atau jenis produk dikenai tarif Rp 0 atau digratiskan.

Dalam laman resmi MUI disebutkan bahwa bagi perusahaan yang ingin mendaftarkan
sertifikasi halal ke LPPOM MUI harus memenuhi beberapa kriteria. Berikut rinciannya:
1. Kebijakan Halal Manajemen Puncak harus menetapkan Kebijakan Halal dan
menyosialisasikan kebijakan halal kepada seluruh pemangku kepentingan (stake
holder) perusahaan.
2. Tim Manajemen Halal Manajemen Puncak harus menetapkan Tim Manajemen Halal
yang mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis serta memiliki tugas,
tanggungjawab dan wewenang yang jelas.
3. Pelatihan dan Edukasi Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan
pelatihan. Pelatihan internal harus dilaksanakan minimal setahun sekali dan pelatihan
eksternal harus dilaksanakan minimal dua tahun sekali.
4. Bahan Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk yang disertifikasi tidak boleh
berasal dari bahan haram atau najis. Perusahaan harus mempunyai dokumen
pendukung untuk semua bahan yang digunakan, kecuali bahan tidak kritis atau bahan
yang dibeli secara retail.
5. Produk Karakteristik/profil sensori produk tidak boleh memiliki kecenderungan bau
atau rasa yang mengarah kepada produk haram atau yang telah dinyatakan haram
berdasarkan fatwa MUI. Merk/nama produk yang didaftarkan untuk disertifikasi tidak
boleh menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau ibadah
yang tidak sesuai dengan syariah Islam.
6. Fasilitas Produksi Beberapa fasilitas produksi, baik industri pengolahan,
restoran/katering/dapur maupun rumah potong hewan harus menjamin tidak adanya
kontaminasi dengan bahan atau produk haram dan najis.
7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis
mengenai pelaksanaan aktivitas kritis, yaitu aktivitas pada rantai produksi yang dapat
mempengaruhi status kehalalan produk.
8. Kemampuan Telusur (Traceability) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis
untuk menjamin kemampuan telusur produk yang disertifikasi berasal dari bahan yang
memenuhi kriteria. Kriteria itu adalah disetujui LPPOM MUI dan diproduksi di fasilitas
produksi yang memenuhi kriteria (bebas dari bahan babi/ turunannya).
9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria Perusahaan harus mempunyai
prosedur tertulis untuk menangani produk yang tidak memenuhi kriteria, yaitu tidak
dijual ke konsumen yang mempersyaratkan produk halal dan jika terlanjur dijual maka
harus ditarik.
10. Audit Internal Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis audit internal
pelaksanaan SJH. Audit internal dilakukan setidaknya enam bulan sekali dan
dilaksanakan oleh auditor halal internal yang kompeten dan independen. Hasil audit
internal disampaikan ke LPPOM MUI dalam bentuk laporan berkala setiap 6 (enam)
bulan sekali.
11. Kaji Ulang Manajemen Manajemen Puncak atau wakilnya harus melakukan kaji
ulang manajemen minimal satu kali dalam satu tahun, dengan tujuan untuk menilai
efektifitas penerapan SJH dan merumuskan perbaikan berkelanjutan.

Ada sejumlah langkah yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mendapat
sertifikat halal. Memahami Persyaratan Sertifikasi halal dan mengikuti pelatihan SJH.
Menerapkan Sistem Jaminan Halal (SJH). Menyiapkan dokumen sertifikasi halal.
Melakukan pendaftaran sertifikasi halal (upload data) melalui laman www.e-
lppommui.org. Melakukan monitoring pre-audit dan pembayaran akad sertifikasi.
Pelaksanaan audit. Melakukan monitoring pasca audit. Memperoleh Sertifikasi Halal.
Perlu diperhatikan, sertifikat halal yang diperoleh berlaku selama 2 (dua) tahun
Syarat:
1. Etiket/Label Merek
2. Tanda Tangan Pemohon
3. Surat Rekomendasi UKM Binaan atau Surat Keterangan UKM Binaan Dinas (Asli) -
Untuk Pemohon Usaha Mikro dan Usaha Kecil (Unduh Contoh Surat UMK)
4. Surat Pernyataan UMK Bermaterai - Untuk Pemohon Usaha Mikro dan Usaha
Kecil (Unduh Contoh Surat Pernyataan UMK)

Prosedur
Pesan kode billing di http://simpaki.dgip.go.id/
 Pilih 'Merek dan Indikasi Geografis' pada jenis pelayanan
 Pilih 'Permohonan Pendaftaran Merek yang Diajukan Oleh:'
 Pilih 'Usaha Mikro dan Usaha Kecil' atau 'Umum'
 Pilih 'Secara Elektronik (Online)'
 Masukkan Data Pemohon dan Data Permohonan (nama, alamat lengkap, email dan
nomor ponsel, dll)
 Lakukan pembayaran PNBP melalui ATM/internet banking/m-banking
Buat Akun

Log in pada akun merek https://merek.dgip.go.id/


 Pilih ‘Permohonan Online’
 Langkah 1 : Pilih tipe permohonan, masukkan Kode billing yang telah dibayarkan
 Langkah 2 : masukkan Data Pemohon
 Langkah 3 : diisi jika permohonan dengan kuasa (konsultan ki)
 Langkah 4 : diisi jika memiliki hak prioritas
 Langkah 5 : masukkan Data Merek
 Langkah 6 : masukkan Data Kelas dengan klik ‘Tambah’,
 Langkah 7 : klik 'Tambah' untuk mengunggah lampiran dokumen persyaratan
 Langkah 8 : Preview (pastikan seluruh data anda sudah benar)
 Langkah 9 : Cetak Draft Tanda Terima
 Klik ‘Selesai’
Biaya:
Umum : Rp.1.800.000/kelas
UMK : Rp.500.000/kelas
Buat kamu yang punya usaha, penting bagi kamu untuk punya nomor Induk
Berusaha (NIB). Dilansir dari laman OSS, NIB adalah bukti registrasi atau
pendaftaran pelaku usaha untuk melakukan kegiatan usaha dan sebagai
identitas bagi pelaku usaha dalam pelaksanaan kegiatan usahanya.

NIB berlaku selama Pelaku Usaha menjalankan kegiatan usaha sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 92 (1) PP 5/2021).

Banyak manfaat yang akan diperoleh dari mendaftar UMKM. Salah satunya
adalah mendapatkan berbagai bantuan yang diberikan oleh pemerintah,
seperti Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM).

Namun, untuk bisa menerima bantuan ini, akan diperlukan Surat Keterangan
Usaha (SKU) yang merupakan salah satu syarat mendapatkan BPUM atau
yang biasa disebut Bantuan Langsung Tunai (BLT) UMKM ini.

Sebelum kamu mendaftar, pastikan kamu menyiapkan hal-hal di bawah ini:

 KTP / NIK
 NPWP
 Alamat email yang aktif
 Nomor telepon yang aktif
 Nomor BPJS Kesehatan (Jika ada)
 Nomor BPJS Ketenagkeraan (Jika ada)

Setelah kamu menyiapkan dokumen di atas, sekarang kamu harus login ke


https://oss.go.id. Ikuti langkah-langkah berikut ini untuk daftar NIB UMKM.

1. Pilih menu "Ajukan Perizinan Usaha Mikro & Kecil"


2. Pilih Jenis Pelaku Usaha pada kolom yang tersedia. Apakah "Orang
Perseorangan" atau "Badan Usaha"
3. Masukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau KTP kamu
4. Lengkapi data seperti nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir,
alamat (provinsi, kab/kota, kecamatan, kelurahan), email nomor telepon
5. Selanjutnya isi kode captcha, lalu klik "Daftar"
6. Kamu akan menerima email yang telah kamu daftarkan di atas untuk
proses verifikasi dan aktivasi.
7. Masuk ke email dan klik tombol "Aktivasi" pada kolom biru.
8. Nantinya kamu akan menerima username dan password untuk login
akan tertera di email selanjutnya yang dikirim OSS.
9. Perlu dicatat, jika kamu tidak melanjutkan proses pengajuan Perizinan
Berusaha dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari, maka sistem akan
membatalkan hak akses Anda secara otomatis.

Sekarang waktunya kamu mengisi data usaha kamu. Caranya sebagai


berikut:

1. Masuk ke https://oss.go.id/ dan pilih "MASUK"


2. Masukkan Username, Password, dan Captcha yang tertera, lalu klik
tombol "MASUK"
3. Pilih Menu Perizinan Berusaha dan pilih Permohonan Baru.
4. Isi dan lengkapi data yang diminta seperti NPWP dan BPJS
Ketenagakerjaan serta BPJS Kesehatan jika ada.
5. Di bagian bawah, klik "Tambah Bidang Usaha" pada kolom berwarna
biru
6. Lengkapi data yang diminta seperti NPWP, nama usaha atau kegiatan,
luas lahan usaha, alamt usaha, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
kelurahan, kode pos, Apakah kegiatan usaha ini sudah berjalan, modal
usaha, deskripsi kegiatan usaha, jumlah tenaga kerja Indonesia.
7. Lengkapi Data Bidang Usaha, Uraian Bidang Usaha dan Ruang
Lingkup Kegiatan.
8. Lengkapi Data Produk/Jasa Bidang Usaha
9. Periksa Daftar Produk/Jasa
10. Periksa lagi Daftar Kegiatan Usaha dan klik tombol "Proses
Perizinan Berusaha" di kolom hijau.
11. Pahami dan Centang Pernyataan Mandiri dan periksa Draf
Perizinan Berusaha.
12. Sistem akan menampilkan "Pernyataan Mandiri". Kamu wajib
baca, memahami dan mencentang semua, dan klik "Lanjut".
13. Setelah masuk halaman "Terbit NIB", pilih "Cetak NIB". Pada
halaman ini kamu juga dapat mencetak Pernyataan Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai