Anda di halaman 1dari 15

JOURNAL READING

“The effect of cyanotic and acyanotic congenital heart disease on children’s


growth velocity”

Oleh:

Siti Fadhila Musafira

H1A 016 081

Pembimbing:

dr. Linda Silvana Sari, M.Biomed, Sp.A

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RUMAH SAKIT UMUMDAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan petunjuk dari-Nya penyusunan tugas journal reading
dengan judul The effect of cyanotic and acyanotic congenital heart disease on
children’s growth velocity dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan journal reading ini ialah untuk
memenuhi tugas dalam proses kepaniteraan klinik di bagian SMF Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Mataram di Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas
ini masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karenaya, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan kedepannya.

Mataram, Maret 2020

Penulis
IDENTITAS JURNAL

Judul jurnal : The effect of cyanotic and acyanotic congenital heart


disease on children’s growth velocity

Penulis : Dewi Awaliyah Ulfah, Endang Dewi Lestari, Harsono


Salimo, Sri Lilijanti, Bagus Artiko

Tahun : 2017

Jurnal : Paediatrica Indonesiana volume 57 no 13 p.159-162

Abstrak

Latar Belakang: Penyakit jantung bawaan (PJB) dapat menyebabkan failure to


thrive (FTT). Asupan energi yang berkurang, malabsorpsi, peningkatan kebutuhan
energi dan penurunann faktor-faktor pertumbuhan (hormone pertumbuhan/
insulin-like growth factor 1 axis) berhubungan dengan malnutrisi dan retardasi
pertumbuhan pada anak-anak PJB.

Tujuan: Membandingkan dampak PJB sianotik dan asianotik pada kecepatan


pertumbuhan anak (menggunakan grafik kecepatan pertumbuhan WHO 2009).

Metode: Penelitian ini dilakukan pada pasien usia kurang dari 24 bulan dengan
PJB di Unit Spesialis Kardiologi Anak Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta,
Jawa Tengah, mulai bulan Desember 2016 sampai dengan bulan Februari 2017.
Berat subjek penelitian dievaluasi di awal penelitian dan dua bulan kemudian.
Data tersebut akan dibandingkan dengan grafik kecepatan pertumbuhan WHO
2009 dan dianalisis dengan uji Chi-square.

Hasil: Dari 46 pasien dengan PJB (23 sianotik, 23 asianotik) 10 pasien pasien
(21,7%) teridentifikasi mengalami failure to thrive yaitu kurang dari persentil 5.
Secara signifikan lebih banyak anak-anak dengan PJB asianotik berada lebih dari
persentil 5 pada kecepatan pertumbuhannya daripada anak-anak dengan PJB
sianotik. Infeksi pernapasan atas akut tidak signifikan berhubungan dengan
kecepatan pertumbuhan.

Kesimpulan: Anak-anak dengan PJB sianotik memiliki risiko 5,6 kali lebih besar
untuk mengalami FTT daripada anak—anak dengan PJB asianotik.

Kata Kunci: penyakit jantung bawaan, kecepatan pertumbuhan, failure to thrive


PENDAHULUAN

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan malformasi struktural yang


paling sering terjadi, sebanyak 25% dari semua kelainan bawaan adalah PJB
serta menjadi permasalahan utama pada masalah kesehatan secara global. PJB
terjadi pada 0,5-0,8 dari semua kelahiran. 1 sampai 3 anak dengan PJB sering
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Chen et al
melaporkan adanya keterlambatan pertumbuham dan perkembangan yang
terjadi pada anak-anak didapatkan dari PJB dibandingkan dengan anak-anak
normal seusianya. Umumnya disebut sebagai Failure To Thrive (FTT)
bukanlah sebuah penyakit tetapi lebih ke kumpulan gejala yang disebabkan
oleh satu atau lebih masalah medis, psikososial, atau masalah lingkungan
yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada anak. Evaluasi anak-
anak dengan keterlambatan pertumbuhan atau terhambat merupakan
tantangan bagi spesialis anak. Etiologi dari FTT pada pasien PJB masih
belum jelas. Banyak faktor yang dapat berkontribusi pada kondisi tersebut
misalnya pemasukan kalori, malabsorpsi, peningkatan kebutuhan energi,
hipoksia relative, dan adaptasi endokrin. Penelitian ini bertujuan menilai
kemungkinan korelasi antara kecepatan pertumbuhan dan PJB sianotik dan
asionatik pada anak-anak menggunakan Grafik Kecepatan Pertumbuhan
WHO 2009.

METODE

Penelitian merupakan penelitian kohort prospektif untuk membandingkan


dampak dari PJB sianotik dan asianotik pada kecepatan pertumbuhan anak.
Penelitian ini dilakukan di Unit Spesialis Kardiologi Anak Rumah Sakit Dr.
Moewardi, Surakarta, JawaTengah. Dari Desmber 2016 sampai Februari
2017. Target populasi nya adalah pasien PJB sianotik dan asianotik yang
berusia < 24 bulan. Orang tua atau wali pasien yang akan mengisi formulir
penelitian mengenai kriteria penelitian disertai informed consent dan bersedia
untuk berpartisipasi pada penelitian tersebut. Pasien- pasien yang mengidap
Down Syndrome, imunodefisiensi, dismorfia, sepsis berat, anomali tiroid, dan
malformasi kongenital gastrointestinal akan dieksklusi. Semua pasien berusia
<24 bulan dengan PJB sianotik atau asianotik yang memenuhi kriteria inklusi
dimasukkan secara berurutan. Berat badan subjek penelitian akan dievaluasi
saat penelitian dimulai dan akan diambil kembali 2 bulan kemudian. Data
akan dicatat dan dimasukkan ke dalam grafik kecepatan pertumbuhan WHO
2009, apabila nilainya kurang dari persentil 5 maka didefinisikan sebagai
FTT.
Data akan diproses dan dianalisis menggunakan program SPSS 20.0.
Karakteristik dasar subjek penelitian (umur, jenis kelamin, tipe PJB, dan berat
badan) akan dipresentasikan dengan angka dan persentase. Korelasi diantara
variabel terikat dan bebas akan dianalisis dengan uji Chi-square. Variabel
perancu akan dianalisis dengan analisis regresi logistik analisis statistik
multivariat.

HASIL

Penelitian ini dilakukan pada 46 pasien yang terdiagnosis penyakit jantung


bawaan sianotik dan asianotik, dengam sampel awal 56 pasien tetapi 10
pasien tereksklusi dikarenakan mengalami Down syndrome dan/atau
hipotiroidisme kongenital. Tabel 1 menunjukkan bahwa 58,7 % dari subjek
penelitian adalah perempuan dan 41,3% adalah laki-laki. Sebagian besar
pasien (65,2%) tidak diikuti dengan penyakit penyerta (tidak ada infeksi
pernapasan atas akut, URI) dan yang memiliki infeksi pernapasan atas akut
sebagai penyakit penyerta yaitu sebanyak 34,8%. Pasien yang terdiagnosis
PJB sianotik paling banyak mengalami Tetralogy of Fallot (TOF) (30,4%)
dan yang terdiagnosis PJB asianotik paling banyak mengalami atrial septal
defect (ASD) (17,4%). 78,3% pasien tidak mengalami FTT, sedangkan 21,7%
mengalami FTT. Pada subjek penelitian yang mengalami PJB sianotik,
34,8% kurang dari persentil 5 pada kecepatan pertumbuhannya, sedangkan
pada subjek dengan asianotik 8,7% memiliki kecepatan pertumbuhan yang
sama. Analisis Chi-Square menyatakan adanya korelasi yang signifikan
antara PJB sianotik dan gangguan kecepatan pertumbuhan. Tak hanya itu,
pasien dengan PJB sianotik memiliki risiko mengalami FTT 5,6 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien PJB asianotik (OR 5.600; 95%CI 1.038-
30.204; P= 0,032) (Tabel 2). Seperti yang ditunjukkan pada tabel 3, 31,3 %
pasien URI yang kurang dari persentil 5 pada kecepatan pertumbuhannya
dibandingkan dengan 16,7% yang tidak mengalami URI. Analisis Chi-square
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara URI dengan
FTT (OR 2.273; 95%CI 0.545-9.479; P=0,253)

Tabel 1. Karakteristik dasar subjek penelitian

Tabel 2. Penyakit Jantung Bawaan asionotik dan sianotik dan kecepatan pertumbuhan
Tabel 3. URI dan kecepatan pertumbuhan

DISKUSI

Kecepatan pertumbuhan anak-anak dapat ditentukan dengan Grafik


Kecepatan Pertumbuhan WHO 2009 . Grafik tersebut juga dapat digunakan
untuk menilai kerentanan anak mengalami FTT. Seorang didiagnosis FTT
jika berat anak tersebut kurang dari persentil 5. Pada penellitian ini,
dibandingkan anak-anak yang mengalami FTT pada PJB sianotik dan
asianotik. FTT pada pasien PJB tidak memiliki etiologi yang jelas, tetapi ada
beberapa hal yang berkontribusi misalnya asupan kalori yang tidak memadai,
nafsu makan menurun, kekurangan gizi yang disebabkan oleh hipoksia,
malabsorpsi karena adanya kongesti vena yang meningkatkan pemakaian
energi, hipoksia relatif, peningkatan kebutuhan oksigen, adaptasi endokrin,
dan infeksi saluran pernapasan berulang. Hipoksia dapat terjadi akibat
ketidakseimbangan antara pemakaian dan pasokan oksigen. PJB dapat
menyebabkan hipoksia kronis yang menghasilkan kadar IGF-1 pada sistem
endokrin menjadi rendah.
Penelitian analitik ini dilakukan pada pasien yang menjalani pemeriksaan
kesehatan rutin di Unit Spesialis Kardiologi Anak di Rumah Sakit Dr.
Moewardi, Surakarta. Pada penellitian ini, didapatkan subjek penelitian lebih
banyak pasien perempuan (58,7%) dibandingkan laki-laki (41,3%).
Sebalikanya Mahaptra et al, melaporkan bahwa lebih banyak pasien laki-laki
(54,5%) yang mendeerita PJB dibandingkan dengan perempuan dengan rasio
1,2:1. Namun, Batte et al, melaporkan bahwa lebih banyak perempuan
dengan PJB (57,2%) dibandingkan laki-laki.
Penyebab paling umum dari PJB asianotik adalah VSD (30-35%) dan
penyebab paling sering untuk PJB sianotik adalah TOF (5-7%). Dalam
penelitian ini, sebagian besar penyebab PJB sianotik adalah TOF (61%) dan
sebagian besar dari PJB asianotik disebabkan oleh ASD (35%).
Nasiruzzaman et al, melaporkan bahwa etiologi PJB sianotik yang paling
sering adalah TOF (26%). Penelitian lain yang sesuai dengan hasil penelitian
ini adalah penelitian Atwa et al yang melaporkan bahwa frekueansi ASD pada
PJB asianotik lebih tinggi (28,8%) dibandingkan dengan VSD (28,2%).
Namun, Mahaptra et al melaporkan di India VSD merupakan PJB asianotik
yang paling sering terjadi (36,3%) di negara tersebut dan TOF sebagai PJB
sianotik yang sering terjadi (11,25%).
Pada penelitian kali ini, 80% anak-anak dengan PJB sianotik menderita
FTT, sebuah penelitian sebelumnya melaporkan 55,9% pasien dengan PJB
menderita FTT. Penelitian lain yang juga melaporkan hal serupa bahwa FTT
pada neonates terjadi dengan PJB tipe VSD dan TOF. Selain itu Harshangi et
al melaporkan komplikasi FTT diantara 56% pasien PJB. Selanjutnya,
Batrawy et al, melaporkan 60% pasien PJB sianotik menderita anomali
pertumbuhan. Artiko et al menyatakan bahwa pasien dengan PJB asianotik
tipe patent ductus arteriosus (PDA) menderita anomali pertumbuhan sebelum
dilakukan tindakan kateterisasi dilakukan. Akan tetapi Nasiruzzaman et al
melaporkan FTT terjadi hanya pada 13% anak-anak dengan PJB.
Penelitian ini menemukan bahwa pasien dengan PJB sianotik memilki
risiko mengalami FTT sebesar 5,6 kali lipat lebih tinggi daripada pasien
dengan PJB asianotik (OR 5,600; 95% CI 1,038-30,204). Batte et al di
Uganda menemukan bahwa pasien dengan PJB yang mengalami anomali
pertumbuhan sebagaimana ditentukan oleh Badan Nutrisi WHO 2006,
menunjukkan temuan serupa dari peningkatan FTT.
Pada kategori ≥ persentil 5, 69,4% dari pasien tidak menderita akut URI
dan tidak mengalami FTT, sedangkan 50% yang berada pada kategori <
persentil 5 menderita URI dan mengalami FTT. Tercatat bahwa URI
merupakan penyakit penyerta yang meningkatkan kecenderungan untuk
memilki FTT (OR 2,273; 95% CI 0,545-9,497) tetapi tidak ada korelasi yang
signifikan secara statisktik antara URI dengan kecepatan pertumbuhan
(P=0,253). Gabriela et al melaporkan bahwa pasien dengan PJB yang
menderita infeksu saluran pernapasan bawah akut (ALRTI) dikatakan
bronkopneumonia sebagai penyakit yang paling umum terjadi (86,6%). Selain
itu, Medrano et al melaporkan 13,5% pasien PJB dirawat di rumah sakit
karena infeksi saluran pernapasan.
Keterbatasan penelitian ini adalah faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan kegagalan untuk berkembang, seperti berat badan rendah saat
lahir, masa kehamilan pendek, masalah sosial ekonomi dan gizi buruk tidak
dievaluasi dalam penelitian ini. Kesimpulannya, pasien dengan PJB sianotik
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami FTT dibandingkan dengan
pasien PJB asianotik.
ANALISIS PICO

Analisis PICO merupakan suatu metode yang digunakan untuk menelaah


suatu informasi klinis dari penelitian ilmiah dalam sebuah jurnal. PICO
merupakan akronim dari 4 kata, antara lain P (Patient, Population, Problem), I
(Intervention, Prognostic, Factor, Exposure), C (Comparison, Control), dan O
(Outcome). Metode ini dapat membantu kita untuk menentukan apakah informasi
yang kita peroleh sudah memenuhi kriteria validitas dan relevansi dalam profesi
kedokteran. Berikut hasil telaah jurnal ini berdasarkan analisis PICO:

1. Patient, Population, Problem: adalah deskripsi dari karakteristik pasien atau


masalah kesehatan yang dialami pasien sehingga bukti yang dicari relevan
dengan masalah pasien dan dapat diterapkan.
Penyakit Jantung Bawaan merupakan malformasi struktural yang paling
sering terjadi, sebanyak 25% dari semua kelainan bawaan adalah PJB. Anak-
anak dengan PJB seringkali mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini sering disebut dengan Failure To Thrive merupakan
bukan sebuah penyakit tetapi lebih ke kumpulan gejala yang disebabkan oleh
satu atau lebih masalah medis, psikososial, atau masalah lingkungan yang
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada anak. Etiologi dari FTT pada
pasien PJB masih belum jelas. Banyak faktor yang dapat berkontribusi pada
kondisi tersebut misalnya pemasukan kalori, malabsorpsi, peningkatan
kebutuhan energi, hipoksia relatif, dan adaptasi endokrin. Penelitian ini
bertujuan menilai kemungkinan korelasi antara kecepatan pertumbuhan dan
PJB sianotik dan asionatik pada anak-anak menggunakan Grafik Kecepatan
Pertumbuhan WHO 2009.
Penelitian merupakan penelitian kohort prospektif untuk membandingkan
dampak dari PJB sianotik dan asianotik pada kecepatan pertumbuhan anak.
Penelitian ini dilakukan di Unit Spesialis Kardiologi Anak Rumah Sakit Dr.
Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah, yang akan diambil pada bulan Desember
2016 sampai Februari 2017. Target populasi nya adalah pasien PJB sianotik
dan asianotik yang berusia < 24 bulan. Orang tua atau wali pasien yang akan
mengisi formulir penelitian mengenai kriteria penelitian disertai informed
consent dan bersedia untuk berpartisipasi pada penelitian tersebut. Pasien-
pasien yang mengidap Down Syndrome, imunodefisiensi, dismorfia, sepsis
berat, anomaly tifoid, dan malformasi kongenital gastrointestinal akan
dieksklusi. Berat badan subjek penelitian akan dievaluasi saat penelitian
dimulai dan akan diambil kembali 2 bulan kemudian.
2. Intervention, Prognostic, Factor, Exposure: merupakan intervensi spesifik
yang ingin diketahui manfaatnya, terkadang lebih sesuai disebut sebagai
index, atau indicator.
Dalam penelitian ini, tidak dilakukan intervensi sama sekali, yang
dilakukan hanyan mengevaluasi berat badan subjek penelitian saat penelitian
dimulai dan akan diambil kembali 2 bulan kemudian. Data akan dimasukkan
ke Grafik Kecepatan Pertumbuhan WHO 2009 dan akan dikatakan FTT
apabila kurang dari persentil 5. Data akan diproses dan dianalisis
menggunakan program SPSS 20.0. Karakteristik dasar subjek penelitian
(umur, jenis kelamin, tipe PJB, dan berat badan) akan dipresentasikan dengan
angka dan persentase.
3. Comparison, Control: yaitu intervensi alternatif untuk dibandingkan dengan
intervensi yang diberikan sehingga membantu proses penarikan kesimpulan.
Penelitian ini membandingkan kecepatan pertumbuhan pada pasien dengan
PJB sianotik dengan asionotik melalui berat badan subjek penelitian yang
diambil sebanyak 2 kali.
4. Outcome: berupa hasil klinis yang diharapkan dari intervensi yang
diberikan.
Hasil dari peneltian ini menunjukkan bahwa dari 46 subjek penelitian yang
terdiri dari 23 pasien PJB sianotik dan 23 pasien PJB asianotik, sebanyak 10
pasien (21,7%) teridentifikasi mengalami FTT yang secara signifikan lebih
banyak dialami oleh anak-anak yang mengidap PJB asianotik (OR 5.600;
95% CI 1.038-30.204; P= 0.032). Acute upper respiratory tract infection
(URI) tidak secara signifikan terkait dengan kecepatan pertumbuhan (OR
2.273; 95%CI 0.545-9.479;P= 0,253)
TELAAH KRITIS

Judul jurnal : The effect of cyanotic and acyanotic congenital heart


disease on children’s growth velocity

Penulis : Dewi Awaliyah Ulfah, Endang Dewi Lestari, Harsono


Salimo, Sri Lilijanti, Bagus Artiko

Tahun : 2017

Jurnal : Paediatrica Indonesiana volume 57 no 13 p.159-162

A. Apakah studi ini valid?


1. Apakah ada sampel Ya (√)
pasien lain yang Kriteria penelitian meliputi pasien PJB sianotik dan
memadai dengan asianotik yang berusia < 24 bulan.
kasus sama sesuai
dengan perjalanan
penyakit?
Apakah follow-up Ya (√)
cukup panjang dan Dalam penelitian ini, intervensi yang dilakukan
lengkap? adalah berat badan subjek penelitian akan
dievaluasi saat penelitian dimulai dan akan diambil
kembali 2 bulan kemudian. Data akan dimasukkan
ke Grafik Kecepatan Pertumbuhan WHO 2009 dan
akan dikatakan FTT apabila kurang dari persentil 5.

2. Apakah kriteria Ya (√)


yang obyektif dan Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan yaitu
tidak bias adalah pasien PJB sianotik dan asianotik yang
digunakan? berusia < 24 bulan
3. Apakah ada Ya (√)
adjustment terhadap Penelitian ini merumuskan beberapa kriteria
faktor-faktor eksklusi yang dapat berpengaruh terhadap hasil
prognosis yang yang diharapkan.
penting?

B. Apa hasil studi ini?


1. Seberapa besar kemungkinan luaran kasus seperti ini dalam waktu
tertentu?
Cukup besar, karena luaran kasus seperti ini banyak terjadi hingga saat ini
pada masyarakat dan telah dilakukan beberapa penelitian terkait kasus
seperti ini.

C. Apakah hasil studi bisa di aplikasikan ke masyarakat?


Apakah pasien didalam studi sama Ya (√)
dengan pasien ditempat saya? Pasien dalam penelitian ini merupakan
pasien PJB sianotik dan asianotik yang
berusia < 24 bulan.. Sampel pada
penelitian ini yaitu pasien yang
dirawat pada rumah sakit umumnya.
Apakah hasil studi bisa digunakan Ya (√)
untuk konseling pasien saya? Hasil dari penelitian ini dapat
diterapkan dalam melakukan edukasi
terhadap pasien terkait dengan risiko
pasien anak PJB sianotik dan
asianotik untuk mengalami FTT.

Kesimpulan
Hasil atau rekomendasi adalah Valid Ya (√)
(form A)
Hasil bermanfaat secara klinis ( form Ya (√)
B)
Hasil relevan dengan praktek nyata Ya (√)
(form C)
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, A., Endang, D., Harsono, S., Sri, L., & Bagus, A. 2017. The effect of
cyanotic and acyanotic congenital heart disease on children’s growth
velocity. Journal Paediatrica Indonesiana, 57(3), 159-162

Anda mungkin juga menyukai