Anda di halaman 1dari 4

Gangguan Mood

Anda mungkin sering mendengar istilah ‘ga mood’ atau ‘bad mood’. Mungkin juga Anda sering mendengar
istilah depresi. Namun, pahamkah Anda maksud dari istilah-istilah tesebut? Mood sebenarnya adalah
kondisi emosi tertentu.Sedangkan yang dimaksud dengan emosi dalam bahasa Indonesia ialah
‘perasaan’, misalnya senang, sedih, takut, cemas, dan haru. Kondisi emosi (mood) ini dapat mengalami
gangguan, namun hal tersebut tidak sama dengan yang dimaksud oleh bahasa umum ‘bad mood’. Ungkapan
‘bad mood’  biasanya kita gunakan untuk menggambarkan suasana perasaan yang sedang ‘tidak enak’ atau
sedang tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas. Sedangkan yang dimaksud dengan ‘gangguan mood’
adalah gangguan pada emosi, dimana emosi seseorang dapat berada dalam kondisi kesedihan yang sangat
ekstrim atau disebut juga kondisi depresif atau bisa juga emosinya berada pada kondisi senang/bersemangat
yang ekstrim dan mudah terstimulus yang disebut dengan kondisi mania. Gangguan Mood merupakan salah
satu gangguan kesehatan mental.

Berbeda dengan sedih, Secara umum, orang kebingungan dalam membedakan antara emosi sedih dan
kondisi serius yang memerlukan penanganan seperti depresi. Ada orang mengalami depresi, namun
menyangka dirinya hanya sedang sedih. Ada pula yang merasa sangat sedih dan khawatir sehingga
menyangka dirinya mengalami depresi. Hal ini dapat menjadi masalah besar karena kita bisa
menyepelekan kondisi depresi dan di sisi lain kita bisa terlalu reaktif terhadap keadaan emosi sedih. Adapun
hal terpenting mengapa kita perlu membedakan keduanya adalah jika kita mengalami depresi, akan ada
dampak besar pada kesehatan mental, kesehatan fisik, dan usia.
Sedih adalah emosi normal manusia, kita semua pernah mengalami dan akan mengalaminya lagi. Kesedihan
biasanya dipicu oleh kesulitan, sakit hati, tantangan, atau peristiwa yang tidak menyenangkan. Dengan kata
lain, kita cenderung merasa sedih tentang sesuatu. Hal ini berarti, jika sesuatu diubah atau berubah dan kita
dapat beradaptasi atau menghilangkan kekecewaan tersebut, maka kesedihan kita akan hilang. 

 Secara garis besarnya, gangguan mood terbagi dua, yaitu Gangguan Depresi dan Gangguan Bipolar.
 
Gangguan depresi terbagi lagi menjadi dua, yaitu Major Depressive  Disorder (MDD) dan Dysthymic
Disorder. MDD ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilangan kemampuan untuk menikmati aktivitas
yang biasa dilakukan, bersama dengan minimal 4 (empat) dari gejala di bawah ini:
1) Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit untuk tertidur,  sering terbangun)
2) Kekakuan motorik
3) Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastis atau sebaliknya makan berlebihan sehingga
berat badan meningkat drastis.
4) Kehilangan energi. Tampilannya lemas, tidak bersemangat, tidak tertarik melakukan apapun, bahu
menunduk, kepala lemas, seolah tidak kuat berjalan
5) Merasa tidak berharga
6) Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat keputusan
7) Muncul pikiran tentang kematian berulang kali, atau tentang bunuh diri.
 
Gejala-gejala ini muncul hampir sepanjang hari, setiap hari, selama minimal 2 (dua) minggu dan bukan
dikarenakan kehilangan yang wajar, misalnya karena suami meninggal. MDD inilah yang sering disebut
masyarakat umum dengan istilah depresi.
 
Dysthymic disorder (gangguan distimik/distimia) merupakan gangguan depresi yang kronis. Individu yang
didiagnosis mengalami gangguan distimik mengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari
minimal 2 (dua) tahun. Jadi, dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, separuh dari waktu tersebut individu ini
mengalami kondisi depresif, minimal mengalami 2 (dua) dari gejala di bawah ini:
1) Kehilangan nafsu makan/sebaliknya
2) Tidur terlalu banyak/terlalu sedikit
3) Merasa diri tidak berharga
4) Kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan
5) Merasa kehilangan harapan
 
Gejala tidak tampak jelas lebih dari 2 (dua) bulan. Tidak ada episode MDD selama 2 tahun pertama gejala
muncul. Gejala yang dialami lebih ringan daripada MDD namun dengan waktu yang lebih lama. 
 
Gangguan Mood yang kedua ialah gangguan bipolar. Disebut bipolar karena ada episode manik dan
depresif, keduanya merupakan dua kutub yang berbeda. Episode ialah jangka waktu antara kemunculan
gejala. Manik/mania merupakan kondisi iritabilitas yang tinggi. Individu dengan kondisi manik
menunjukkan gejala mudah terstimulasi, sangat bersemangat/energetik, sangat ‘bahagia’ (tertawa,
bercanda), kepercayaan diri berlebihan, impulsif (tidak memikirkan konsekuensi tindakannya), berbicara
tidak terkendali, cepat, dan berpindah-pindah ide, serta dapat tidak tidur selama dua hari berturut-turut
selama ia mengalami kondisi manik ini. 
 
Gangguan bipolar ini ada 3 (tiga) jenis, yaitu Bipolar I, Bipolar II, dan Cyclothymic Disorder (gangguan
siklotimik/siklotimia).
 
Gangguan Bipolar I ditandai dengan adanya episode tunggal manik atau episode campuran (manik dan
depresif) tunggal, selama hidup pasien. Artinya pasien tetap akan didiagnosa Bipolar I meski ia hanya
mengalami 1 (satu) kali episode manik seumur hidupnya. Jadi, pasien dengan diagnosa ini bisa
menampilkan atau tidak menampilkan perilaku manik seperti yang telah dijelaskan tadi. Tingkat
berulangnya tinggi, lebih dari 50% individu dengan diagnosa Bipolar I mengalami 4 (empat) atau lebih
episode. 
 
Sedangkan pada diagnosa Bipolar II, minimal terdapat 1 (satu) episode MDD dan 1 (satu) episode
hipomania (mania yang lebih ringan). 
 
Gangguan siklotimia merupakan gangguan bipolar yang kronis. Pada individu yang mengalami siklotimia
terdapat gejala-gejala depresi yang ringan namun terus menerus dan silih berganti dengan gejala manik yang
ringan juga.
 
Apa penyebab dari munculnya gangguan mood?
Biasanya gangguan ini muncul akibat adanya kejadian berat yang dialami oleh individu. Dari tinjauan
biologis, individu yang mengalami gangguan mood memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan ini
karena diturunkan dari orangtuanya atau memiliki sejarah gangguan mood dalam keluarganya. Secara
neurologis, gangguan mood terjadi karena adanya gangguan sensitivitas reseptor neurotransmitter. Pada
pasien yang mengalami kondisi depresi, karena reseptor neurotransmitternya kurang sensitif terhadap
dopamin. Pada pasien yang mengalami kondisi manik, karena reseptor neurotransmitternya terlalu sensitif
terhadap dopamin. Dopamin adalah hormon yang menyebabkan kita merasa bahagia dan bersemangat.
 
Siapa saja dapat mengalami gangguan mood? 
Pria dan wanita, tua dan muda. Prevalensi (kecenderungan) wanita yang mengalami MDD dua kali lebih
besar dari pria. Hal ini dikarenakan hormon wanita yang sering mengalami ketidakstabilan saat menstruasi,
hamil, dan melahirkan. Juga secara sosial, wanita menjalankan banyak peran dalam hidupnya, sebagai istri,
ibu, anak, karyawan, dan lainnya. Tuntutan dari peran yang berbagai macam tersebut menambah jumlah
stimulus stres pada wanita. 
 
Masyarakat miskin tiga kali lebih banyak mengalami MDD dibanding yang kondisi ekonomi lebih baik. Hal
ini dikarenakan tekanan ekonomi dapat menjadi salah satu stimulus stres bagi manusia. Usia kemunculan
pertama (onset) MDD ialah pada masa remaja akhir hingga dewasa awal (usia 18-29 tahun). Dalam 100
tahun terakhir onset ini meningkat. Dahulu onset MDD di akhir usia 20-an hingga awal 30-an. Hal ini
diperkirakan disebabkan oleh perkembangan teknologi, ekonomi, dan gaya hidup yang menimbulkan lebih
banyak stimulus stres.  
 
Gangguan bipolar lebih jarang terjadi dibanding gangguan depresi. Onset gangguan bipolar pada usia awal
20-an. Jumlah kejadian gangguan bipolar seimbang antara pria dan wanita, namun wanita mengalami lebih
banyak episode depresi dibanding pria. Hal ini dipengaruhi oleh budaya (pria lebih bebas mengekspresikan
emosi dibanding wanita), dukungan sosial, dan hubungan dalam keluarga. 
 
Gangguan mood dapat muncul bersamaan dengan gangguan cemas, gangguan yang berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan, disfungsi seksual, dan gangguan kepribadian. Gangguan ini memiliki resiko yang
serius bagi penderitanya. Resiko terburuk dari gangguan mood ialah individu yang mengalami gangguan
mood dapat melakukan tindakan bunuh diri. Resiko lainnya, pada individu yang mengalami gangguan
bipolar dapat melakukan aktivitas seksual yang berbahaya, penggunaan uang yang tidak terkendali, menyetir
dengan ceroboh sehingga dapat membahayakan jiwa, serta dapat memancing tindakan agresi/kekerasan
karena sikap yang tak terkendali dapat menganggu orang lain. Gangguan mood dapat merusak
kehidupan pribadi dan sosial serta menurunkan produktivitas individu yang mengalaminya.
MDD merupakan salah satu penyebab utama di dunia yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan atau
menurunnya produktivitas. Individu dengan Bipolar I pada umumnya tidak dapat mempertahankan
pekerjaannya.
 
Gangguan mood berkorelasi dengan penyakit beresiko tinggi, khususnya penyakit jantung untuk MDD.
Untuk bipolar, selain penyakit jantung juga berkorelasi dengan diabetes mellitus, obesitas, dan penyakit
tiroid. Pasien dengan diagnosa Bipolar I dua kali lebih banyak yang meninggal karena penyakit medis
dibandingkan pasien tanpa gangguan mood. Pasien distimia membutuhkan perawatan rumah sakit lebih
banyak dibanding MDD, resiko bunuh diri lebih besar,dan gangguan keberfungsian lebih besar.
 
Bila Anda atau anggota keluarga Anda mengalami gangguan mood, apa yang harus Anda lakukan? 
 
Gangguan mood dapat diatasi dengan psikoterapi dan perawatan medis. Psikoterapi ialah terapi psikologis
yang diberikan oleh tenaga profesional psikolog. Psikoterapi yang dapat diberikan antara lain psikoterapi
interpersonal, terapi kognitif, dan terapi tingkah laku. Psikoterapi yang diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien. Psikoterapi bukanlah proses yang instan. Untuk perawatan pasien dengan gangguan
mood, psikoterapi dilakukan minimal 16 kali pertemuan, satu kali seminggu. Perawatan medis dilakukan
dengan pemberian obat antidepresan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater). Minimal pengobatan
6 bulan dan lebih lama bagi pasien yang telah mengalami beberapa episode gangguan. Penanganan
yang cepat dan tepat dapat mencegah timbulnya permasalahan yang lebih buruk. Segera periksakan keluarga
Anda ke tenaga profesional psikolog atau psikiater apabila terdapat gejala-gejala gangguan mood
sebagaimana yang diterangkan dalam tulisan ini.

Anda mungkin juga menyukai