Anda di halaman 1dari 14

EEAJ 6 (2) (2017)

Economic Education Analysis Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj

PENGARUH KEMAMPUAN KERJA, FASILITAS KERJA, DAN PRINSIP


PROSEDUR KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR
KECAMATAN SE KABUPATEN BATANG

Iswatun Chasanah, Ade Rustiana

Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kinerja adalah suatu hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai seseorang
Diterima November 2016 untuk mencapai tujuan tertentu yang didukung oleh faktor internal pegawai maupun faktor
Disetujui November 2016 lingkungan internal organisasi seperti kemampuan kerja yang baik, fasilitas yang memadai serta
prosedur kerja yang memiliki prinsip yang jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah
Dipublikasikan
pengaruh antara kemampuan kerja, fasilitas kerja, dan prinsip prosedur kerja terhadap kinerja
Juni 2017 pegawai secara simultan maupun parsial. Sampel sebanyak 113 pegawai dari 5 Kantor Kecamatan
________________ yang diambil dengan teknik Cluster Sampling. Pengumpulan data menggunakan metode
Keywords: dokumentasi dan angket. Analisis data dengan menggunakan Regresi linier Berganda, Uji Asumsi
Work Ability, Work Klasik, dan Analisis Deskriptif Presentase. Hasil analisis regresi linier berganda diperoleh
persamaan Y = 10,137+0,384X1+0,180X2+0,387X3 + e. Hasil uji F diperoleh nilai signifikansi
Facilities, The Principle of
sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh positif dan signifikan
Job Procedures, and antara kemampuan kerja, fasilitas kerja, dan prinsip prosedur kerja terhadap kinerja pegwai yaitu
Performance. sebesar 27,2%. Sedangkan pengaruh secara parsial untuk kemampuan kerja sebesar 5,01%, fasilitas
____________________ kerja sebesar 5,42%, dan prinsip prosedur kerja sebesar 18,6%.

Abstract
___________________________________________________________________
Performance is a work result both quality and quantity work achieved by a person to achieve the certain goal that
is supported by internal factors of employees and internal factors environmental of organization such as a good
work ability, adequate work facilities and job procedures that have clear principle. The purposes of this research
was to identify the influence of the work ability, working facilities, and the principle of job procedures to
performance of employees simultaneously or partially. Sample were 113 employees of 5 district offices which were
taken by Cluster Sampling. Data were collected by using documentation and questionnaires method. Analysis
using multiple linear regression, classical assumption, and percentage descriptive analysis. The results of
multiple linear regression has been shown by equation Y = 10.137 + 0,384X1 + 0,387X3 + 0,180X2 + e.
The F test results is obtained significance value of 0.000, which indicates that there is a positive influence between
work ability, work facilities, and the principle of job procedures on employee performance was 27.2%, while in
partial, work ability contributed 5.01%, working facilities 5.42%, and the principle of job procedures 18.6%.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6544
Gedung L1 Lantai 1 FE Unnes
e-ISSN 2502-356X
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: iswatunchasanah35@gmail.com

433
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

PENDAHULUAN kemungkinan, seperti standar hasil


kerja, target atau sasaran atau kriteria
Pada instansi pemerintah, pengelolaan yang telah ditentukan terlebih dahulu
sumber daya manusia sangat dibutuhkan untuk dan telah disepakati bersama”.
mengelola pegawai dan karyawannya agar
diperoleh pegawai yang berkinerja baik, Menurut Wirawan (2009) kinerja pegawai
bermutu serta mengetahui tugas dan fungsinya merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor
masing-masing sehingga dapat mencapai yaitu:
produktivitas kerja yang tinggi. Selanjutnya 1. Faktor Internal Pegawai, merupakan
sebagai organiasi publik yang terkait dengan faktor-faktor dari dalam diri pegawai
pelaksanaan fungsi pelayanan, Kantor seperti bakat, sifat pribadi, serta keadaan
Kecamatan sebagai instansi Pemerintah fisik, dan kejiwaan, pengetahuan,
Kabupaten Batang dituntut dapat meningkatkan keterampilan, etos kerja, pengalaman kerja,
kinerja untuk mewujudkan tatanan sistem dan motivasi kerja.
pemerintahan yang baik (good governance) yang 2. Faktor-faktor lingkungan internal
mampu menerapkan prinsip-prinsip organisasi seperti iklim kerja organisasi,
profesionalitas, akuntabilitas, tranparansi, strategi organisasi, dukungan sumber daya
pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, yang diperlukan untuk melaksanakan
eketivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima pekerjaan, serta sistem manajemen dan
oleh seluruh masyarakat. kompensasi.
Kinerja seseorang dapat ditingkatkan 3. Faktor lingkungan eksternal organisasi
apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan seperti keadaan, kejadian, atau situasi yang
kemampuan (Robbins dan Judge, 2015). Untuk terjadi di lingkungan eksternal dan budaya
itu agar individu mempunyai kinerja yang baik, masyarakat.
maka harus memahami pekerjaan tersebut, Indikator kinerja menurut Mathis dan
mengetahui bagaimana cara melakukan Jackson (2006:378) yaitu: 1) Kualitas yaitu
pekerjaan tersebut dengan benar, dan adanya seberapa jauh atau baik proses atau hasil
lingkungan kerja yang mendukung. menjalankan aktivitas mendekati kesempatan,
Menurut Mathis dan Jackson ditinjau dari kesesuaian dengan cara ideal
(2006), “Tiga faktor utama yang menjalankan suatu kegiatan atau memenuhi
mempengaruhi bagaimana individu tujuan yang dikehendaki oleh suatu aktivitas. 2)
bekerja yaitu faktor kemampuan Kuantitas yaitu jumlah yang dihasilkan,
individual untuk melakukan pekerjaan dinyatakan dalam nilai dolar/rupiah, jumlah
tersebut (bakat, minat, faktor unit, atau jumlah siklus kegiatan yang telah
kepribadian), faktor tingkat usaha diselesaikan. 3) Keandalan yaitu kemampuan
yang dicurahkan (motivasi, etika untuk melakukan pekerjaan dengan baik pada
kerja, kehadiran, rancangan tugas), pekerjaan yang berulangkali dengan hasil yang
dan faktor dukungan organisasi konsisten atau sama, serta keandalan dalam
(pelatihan dan pengembangan, pelayanan seperti akurat, benar, dan tepat. 4)
peralatan dan teknologi, standar Kehadiran, menyangkut tingkat ketidakhadiran,
kinerja manajemen dan rekan kerja)”. keterlambatan, waktu kerja yang efektif atau
Rivai dan Basri dalam jam kerja hilang. 5) Kemampuan bekerjasama
Sinambela (2012) menyatakan bahwa, yaitu kemampuan seorang pegawai dengan
“Kinerja merupakan hasil atau tingkat kelompok dalam melakukan tugas dan tanggung
keberhasilan seseorang atau jawab yang diberikan.
keseluruhan selama periode tertentu di Harapan besar terhadap kinerja pegawai
dalam melaksanakan tugas agar dapat memberikan pelayanan yang
dibandingkan dengan berbagai memuaskan kepada masyarakat. Berdasarkan

434
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

observasi awal dan wawancara yang dilakukan suatu keadaan pada seseorang yang secara
pada tanggal 3 Maret, 4 Maret, 4 April, 5 April, penuh kesungguhan, berdaya guna dan berhasil
22 April 2016 yang dilakukan secara acak di guna melaksanakan pekerjaan sehingga
beberapa Kantor Kecamatan diduga bahwa menghasilkan sesuatu yang optimal. Menurut
pegawai dalam menjalankan tugasnya kurang Robbins dan Judge (2015), “Kemampuan
optimal, terbukti dari hasil wawancara dengan adalah kapasitas individu saat ini untuk
para Kepala Bagian Kepegawaian menunjukkan melakukan berbagai tugas dalam sebuah
bahwa tingkat kedisiplinan pegawai kurang pekerjaan”. Berdasarkan pengertian tersebut
optimal dalam mematuhi jam kerja seperti saat dapat disimpulkan bahwa kemampuan
intensitas pekerjaan sedikit karena pengunjung merupakan faktor terpenting yang dimiliki
yang datang tidak banyak, beberapa pegawai seseorang untuk melakukan berbagai tugas
justru meninggalkan kantor. Hasil pengamatan sehingga dapat menghasilkan pekerjaan yang
langsung peneliti diperoleh keterangan bahwa, optimal. Menurut Matteson, dkk (2006) faktor-
jam kerja instansi Kecamatan yaitu pukul 07.00- faktor kemampuan yang penting untuk
15.30, jam istirahat 12.00-13.00, instansi membedakan karyawan yang berkinerja tinggi
Kecamatan tidak memiliki catatan atau buku dengan yang berkinerja rendah yaitu
untuk ijin tertulis meninggalkan kantor. Kemampuan mental, Intelegensi emosi, dan
Kemudian kemudian terlihat dari beberapa Tacit knowledge.
pegawai yang sering melakukan kesalahan Menurut Robbins dan Judge
seperti tidak sungguh-sungguh dalam mematuhi (2015), “Kemampuan keseluruhan
jam kerja, keluar kantor sebelum jam istirahat esensinya dibangun oleh dua set faktor
sehingga kantor terlihat sepi. Seharusnya pada yang selanjutnya oleh peneliti
jam kerja mereka tetap berada di kantor dijadikan sebagai indikator
walaupun jumlah pekerjaan sedikit. Ada Kemampuan kerja yaitu kemampuan
pegawai yang duduk-duduk ngobrol dengan Intelektual dan kemampuan fisik.”
sesama pegawai pada saat jam kerja Kemampuan pegawai dapat dilihat baik
berlangsung, memanfaatkan fasilitas internet dari sisi tingkat pendidikan dan pengetahuan
untuk mengakses youtube. Kemudian maupun ketrampilan kerja. Tingkat pendidikan
berdasarkan hasil angket observasi kinerja yang berupa pendidikan formal dan non formal
dibagikan secara acak kepada 60 pegawai di mempunyai tujuan untuk mengembangkan
Kecamatan se Kabupaten Batang, dapat dilihat kualitas sumber daya manusia melalui
bahwa untuk indikator kualitas, masih ada pengetahuan, keterampilan, penguasaan
beberapa pegawai yaitu sebesar 65% yang teknologi.
menganggap ttugas yang saya kerjakan hanya Berdasarkan observasi yang dilakukan,
tanggung jawab biasa, serta pada indikator rata-rata pendidikan terakhir pegawai adalah
kehadiran, sebesar 11,70% pegawai menjawab SMA, sedangkan lulusan SMP merupakan
kurang setuju jika semua pegawai masuk kantor lulusan yang paling sedikit dan sisanya adalah
dan pulang kantor sesuai dengan waktu yang lulusan S2, S1, dan D3. Hal ini berarti bahwa
telah ditentukan. pegawai memiliki tingkat pendidikan yang baik.
Kinerja seseorang dapat ditingkatkan hampir semua pegawai kecamatan telah
apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan berstatus PNS sehingga pernah mengikuti
kemampuan (Robbins dan Judge, 2015). Untuk kegiatan pra jabatan yang dapat melatih
itu agar individu mempunyai kinerja yang baik, kemampuan maupun keahlian pegawai. Namun
maka harus memahami pekerjaan tersebut, jika dilihat dari pegawai yang telah mengikuti
mengetahui bagaimana cara melakukan diklat, ketrampilan pegawai masih kurang
pekerjaan tersebut dengan benar, dan adanya karena terbukti jumlah pegawai yang pernah
lingkungan kerja yang mendukung. mengikuti diklat paling banyak hanya 13 orang
Kemampuan menurut Moenir (1987) adalah dari 19 pegawai dan 6 orang dari 30 pegawai,

435
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

sehingga perlu ditingkatkan ketrampilan kerja Kemudian Wirawan (2009)


melalui diklat yang mendukung kemampuan menyatakan bahwa “Salah satu faktor
pegawai. lingkungan internal yang
Menurut Moekijat (2001) mempengaruhi kinerja adalah sistem
“Fasilitas kerja terkait dengan manajemen yang ada dalam organisasi
lingkungan kerja, karena lingkungan tersebut”.
kerja juga merupakan fasilitas kerja, Sistem merupakan suatu rangkaian
dengan adanya lingkungan kerja yang prosedur yang telah menjadi suatu kebulatan
nyaman maka pegawai dapat untuk melaksanakan suatu fungsi, dan dari
melaksanakan kerja dengan baik.” pengertian tersebut prosedur merupakan
Selain itu, beliau juga subsistemnya (BPA UGM dalam Syamsi, 2004).
menyatakan bahwa “Fasilitas sebagai Tanpa prosedur yang jelas, organisasi seperti
suatu sarana fisik yang dapat instansi pemerintahan tidak akan bisa berjalan
memproses suatu masukan (input) dan dengan lancar. Pelaksanaan prosedur kerja akan
menuju keluaran (output) yang efektif apabila ada komitmen diantara pihak-
diinginkan.” pihak yang terkait dalam organisasi, baik
Fasilitas yang memadai dapat menunjang sebagai individu maupun kelompok untuk
kinerja pegawai sedangkan bagi penerima mematuhi dan menerapkan prinsip-prinsip
layanan dapat memberikan rasa nyaman dan prosedur yang ada, karena prosedur kerja yang
kepuasan ketika proses layanan berlangsung. memiliki prinsip-prinsip yang jelas dapat
Hal tersebut sebanding dengan hasil penelitian menjadi dasar pokok berfikir dan bertindak bagi
Krisdiana (2014) menyimpulkan bahwa semakin pegawai sehingga diharapkan pekerjaan yang
baik fasilitas kerja yang digunakan maka akan dihasilkan dapat mencapai target yang telah
semakin meningkatkan kinerja pegawai. ditentukan dalam suatu organisasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Menurut Maryati (2014) sebuah prosedur
(2008), “Fasilitas adalah sarana melancarkan kerja yang baik prinsipnya adalah sederhana,
pelaksanaan fungsi”. Fasilitas juga merupakan tidak terlalu rumit, dan berbelit belit. Prosedur
segala sesuatu yang digunakan, dipakai, kerja yang baik akan mengurangi beban
ditempati dan dinikmati oleh pegawai dalam pengawasan karena penyelesaian pekerjaan
hubungan langsung dengan pekerjaan untuk telah mengikuti langkah-langkah yang
kelancaran pekerjaan. Menurut Moenir (1987), ditetapkan. Standar Operasional Prosedur atau
ada tiga macam fasilitas kerja yang dalam lebih sering disebut sebagai “Prosedur” dalam
penelitian ini digunakan sebagai indikator Permenpan No. 35 Tahun 2012 memiliki
fasilitas kerja yaitu fasilitas alat kerja, fasilitas manfaat untuk meningkatkan efisiensi dan
perlengkapan kerja, dan fasilitas sosial efektivitas pelaksaan tugas dan tanggung jawab
Pemerintah Daerah Kabupaten Batang individual aparatur dan organisasi secara
telah menyediakan fasilitas kerja untuk kantor keseluruhan, dan dalam penyusunan maupun
kecamatan. Fasilitas yang ada sudah memadai pelaksanaannya juga memiliki prinsip seperti
seperti telah tersedia seperangkat alat komputer, efisiensi, efektivitas, dan konsisten.
mesin ketik manual, dan printer sebagai fasilitas Prosedur menggambarkan strategi yang
alat kerja dengan kondisi yang baik dan digunakan untuk memastikan bahwa sebuah
digunakan dengan baik, ruang kerja yang proses dilaksanakan dengan baik, konsisten,
memadai, tersedianya almari arsip yang masih efektif, dan efisien (Tathagati, 2015). Sedangkan
berfungsi dengan baik, meja kursi kerja yang menurut Moenir (2006) sekali prosedur
sesuai, tersedia AC untuk menambah ditetapkan siapapun yang tidak mengikutinya,
kenyemanan pegawai saat bekerja, dan tersedia tidak menghasilkan apa yang dituju disamping
kendaraan bermotor, rumah dinas, dan mushola apa yang mungkin diperoleh menjadi tidak sah.
untuk sebagai fasilitas sosial pegawai. Kemudian Syamsi (2004) juga berpendapat

436
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

bahwa tujuan dari adanya prosedur kerja adalah Berdasarkan rumusan masalah di atas,
untuk mencapai efisiensi kerja. Jadi seorang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
pegawai yang menjalankan pekerjaannya sesuai tidaknya pengaruh secara simultan dan
dengan prosedur kerja maka dapat signifikan kemampuan kerja, fasilitas kerja, dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam prinsip prosedur kerja terhadap kinerja pegawai
bekerja. Terkait dengan konsep prinsip prosedur di kantor Kecamatan se Kabupaten Batang. Ada
kerja di atas, peniliti menyimpulkan bahwa tidaknya pengaruh secara parsial kemampuan
indikator prinsip prosedur kerja meliputi kerja, fasilitas kerja, dan prinsip prosedur kerja
efisiensi, efektivitas, fleksibilitas, konsistensi, terhadap kinerja pegawai di kantor Kecamatan
implementatif se Kabupaten Batang dan seberapa besarnya
Keberhasilan pegawai Kecamatan sebagai pengaruh kemampuan kerja, fasilitas kerja, dan
unsur penyelenggaraan Pemerintahan juga prinsip prosedur kerja terhadap kinerja pegawai
bergantung pada sistem manajemen pada di kantor Kecamatan se Kabupaten Batang.
organisasi pemerintah tersebut yang dalam hal
ini merupakan prosedur kerjanya. Prosedur kerja METODE
di Kantor Kecamatan se Kabupaten Batang
sudah memiliki prinsip-prinsip prosedur kerja Metode dalam penelitian ini adalah
yang mengacu pada Tupoksi dan Permenpan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013).
No. 35 tahun 2012 tentang Standar Operasional Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
Prosedur Administrasi Pemerintahan sehingga sebagai metode penelitian yang berlandaskan
prosedur kerja yang ada di kantor kecamatan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
jelas, informatif, dan dapat dijadikan acauan meneliti pada populasi dan sampel tertentu,
dalam melaksanakan pekerjaan. random, pengumpulan data menggunakan
Bertolak dari latar belakang di atas instrumen penelitian analisis data bersifat
menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
antara teori dengan fakta yang ada di Kantor menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Lokasi
Kecamatan se Kabupaten Batang, sehingga penelitian di seluruh Kantor Kecamatan se
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Kabupaten Batang.
tentang “Pengaruh Kemampuan Kerja, Fasilitas Populasi dalam penelitian ini adalah
Kerja, dan Prinsip Prosedur Kerja terhadap seluruh pegawai di Kantor Kecamatan se
kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan se Kabupaten Batang sebanyak 360 pegawai dari
Kabupaten Batang”. Sehingga dapat diambil 15 Kantor Kecamatan. Teknik pengambilan
rumusan masalah sebagai berikut: sampel menggunakan teknik Cluster Sampling
1. Apakah kemampuan kerja, fasilitas kerja, untuk menentukan sampel bila objek yang
dan prinsip prosedur kerja secara bersama- diteliti atau sumber data sangat luas seperti
sama memiliki pengaruh terhadap kinerja suatu negara, provinsi, dan kabupaten. Sampel
pegawai di Kantor Kecamatan se dalam penelitian ini tersebar dalam beberapa
Kabupaten Batang? wilayah kecamatan dalam satu kabupaten.
2. Adakah pengaruh kemampuan kerja Tahap pertama yang dilakukan dalam
terhadap kinerja pegawai di Kantor pengambilan sampel ini adalah menentukan
Kecamatan se Kabupaten Batang? sampel daerah dari semua kelompok atau
3. Adakah pengaruh fasilitas kerja terhadap daerah anggora populasi. Dalam penelitian ini,
kinerja pegawai di Kantor Kecamatan se sampel daerah ditentukan berdasarkan wilayah
Kabupaten Batang? kecamatan, yaitu kecamatan terutara, terbarat,
4. Adakah pengaruh prinsip prosedur kerja terselatan, tertimur, dan tengah. kecamatan
terhadap kinerja pegawai di Kantor terutara diwakili oleh Kecamatan Tulis, terbarat
Kecamatan se Kabupaten Batang? diwakili Kecamatan Batang, terselatan diwakili
oleh Kecamatan Bawang, tertimur diwakili oleh

437
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

Kecamatan Gringsing, dan tengah diwakili oleh Ghozali (2011) menyatakan bahwa, “Suatu
Kecamatan Pecalungan. Selanjutnya seluruh konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
pegawai dari tiap-tiap kantor kecamatan memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,70. Jika
dijadikan sampel atau sebagai responden, nilai Cronbach’s > 0,70 maka kuesioner yang
sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini diuji coba terbukti reliabel”. Reliabilitas
sebanyak 113 pegawai. menunjukkan pada tingkat keandalan (dapat
Variabel yang diukur dalam penelitian ini dipercaya) dari suatu indikator yang digunakan
adalah kinerja pegawai di Kantor Kecamatan dalam penelitian.Uji reliabilitas menggunakan
(Y) dengan indikator kualitas, kuantitas, software SPSS 20, angket (kuesioner) dikatakan
keandalan, kehadiran, dan kemampuan bekerja reliabel jika r hitung lebih besar dari 0,70. Dari
sama. Variabel kemampuan kerja dengan Hasil uji coba validitas untuk variabel fasilitas
indikator kemampuan intelektual dan kerja ada 1 (satu) item pernyataan yang tidak
kemampuan fisik. Variabel fasilitas kerja dengan valid, variabel prinsip prosedur kerja ada 1
indikator fasilitas alat kerja, fasilitas (satu) item pernyataan yang tidak valid, dan
perlengkapan kerja, dan fasilitas sosial. Variabel untuk variabel kinerja ada 3 (tiga) pernyataan
prinsip prosedur kerja dengan indikator efisiensi, yang tidak valid. Selanjutnya pernyataan yang
efektivitas, fleksibilitas, konsistensi, dan tidak valid tersebut dibuang dengan
implementatif. Metode pengumpulan data mengurutkan kembali penomoran karena item
menggunakan metode angket dan dokumentasi. tersebut sudah diwakili oleh item pernyataan
Sugiyono (2013) lain. Hasil perhitungan menunjukkan hasil nilai
mengemukakan, “Kuesioner atau Cronbach’s Alpha pada variabel kemampuan kerja
angket merupakan teknik sebesar 0,792, fasilitas kerja sebesar 0,936,
pengumpulan data yang dilakukan varibel prinsip prosedur kerja sebesar 0,828,
dengan cara memberi seperangkat yang berarti bahwa hasil perhitungan tersebut
pertanyaan atau pernyataan tertulis reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.
kepada responden untuk dijawabnya”. Analisis yang digunakan dalam
Angket atau kuesioner ini digunakan menggunakan analisis regresi berganda dan
untuk memperoleh data tentang kemampuan analisis deskriptif persentase, dengan pengujian
kerja, fasilitas kerja, prinsip prosedur kerja, dan pengaruh secara bersama-sama atau uji simultan
kinerja pegawai di Kantor Kecamatan se (uji F) dan pengaruh secara individu variabel
Kabupaten Batang. bebas terhadap variabel terikat atau uji parsial
Skala yang digunakan dalam penelitian (uji t). Untuk mengetahui besaran pengaruh dari
ini adalah skala Ordinal atau Likert, yaitu skala uji simultan dan parsial menggunakan koefisien
yang berisi empat pilihan jawaban. Alternatif determinasi simultan (R2) dengan melihat nilai
jawaban berupa tanda check list (√), pada setiap Adjusted R square dan koefisien determinasi
pertanyaan dalam instrumen disediakan 4 parsial (r2) dengan melihat nilai correlation partial
(empat) pilihan jawaban yaitu sangat setuju, yang dikuadratkan. Model penelitian dikuatkan
setuju, kurang setuju dan tidak setuju. dengan beberapa uji asumsi klasik, berupa: uji
Untuk uji validitas dan reliabilitas multikolineritas, uji normalitas dan uji
instrumen menggunakan teori menurut Ghozali heteroskedastisitas.
(2011) yang menyatakan pada uji validitas
bahwa “uji signifikansi dilakukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
membandingkan nilai r hitung dengan r table
untuk degree offreedom (df) = n-2. Apabila r Analisis data yang digunakan dalam
hitung > r tabel maka instrumen dikatakan penelitian ini dengan menggunakan analisis
valid, dan sebaliknya apabila rhitung < r tabel regresi berganda. Hipotesis yang diajukan dalam
maka instrumen dikatakan tidak valid. penelitian ini yaitu: 1) ada pengaruh positif dan
Sedangkan untuk uji reliabilitas menurut signifikan antara kemampuan kerja, fasilitas

438
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

kerja, dan prinsip prosedur kerja terhadap antara prinsip prosedur kerja terhadap kinerja
kinerja pegawai, 2) ada pengaruh positif dan pegawai. Hasil analisis regresi berganda dibantu
signifikan antara kemampuan kerja terhadap menggunakan program komputer berupa IBM
kinerja pegawai, 3) ada pengaruh posisitf dan SPSS Statistics 20.
signifikan antara fasilitas kerja terhadap kinerja
pegawai 4) ada pengaruh positif dan signifikan

Tabel 1. Hasil Uji Analisis Regresi Berganda


Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 10,137 6,278 1,615 ,109
Kemampuan ,384 ,160 ,202 2,397 ,018
1
Fasilitas ,180 ,072 ,207 2,506 ,014
Prosedur ,387 ,078 ,418 4,990 ,000

Tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan kerja dan prinsip prosedur kerja
persamaan regresi berganda yang diperoleh tetap, maka akan menyebabkan kenaikan kinerja
adalah: pegawai sebesar 0,180. Harga koefisien regresi
Y = 10,137 + 0,384X1 + 0,180X2 + positif menunjukkan bahwa pengaruh fasilitas
0,387X3 + e kerja terhadap kinerja pegawai adalah
Persamaan regresi di atas mempunyai arti berpengaruh positif, artinya setiap peningkatan
sebagai berikut: Konstanta = 10,137. Jika fasilitas kerja sebesar 1 poin, akan diikuti
variabel kemampuan kerja, fasilitas kerja dan kenaikan kinerja pegawai sebesar 0,180 pada
prinsip prosedur kerja konstan atau tetap, maka konstanta 10,137.
nilai kinerja pegawai di Kantor Kecamatan se Koefisien Prinsip Prosedur Kerja sebesar
Kabupaten Batang sebesar 10,137. Koefisien 0,387, artinya jika variabel prinsip prosedur
Kemampuan kerja sebesar 0,384 artinya jika kerja mengalami peningkatan sebesar 1 poin
variabel kemampuan kerja mengalami sementara variabel kemampuan kerja dan
peningkatan sebesar 1 poin sementara variabel fasilitas kerja tetap, maka akan menyebabkan
fasilitas kerja dan prinsip prosedur kerja tetap, kenaikan kinerja pegawai sebesar 0,387. Harga
maka akan menyebabkan kenaikan kinerja koefisien regresi positif menunjukkan bahwa
pegawai sebesar 0,384. Harga koefisien regresi pengaruh prinsip prosedur kerja terhadap kinerja
positif menunjukkan bahwa pengaruh pegawai adalah berpengaruh positif, artinya
kemampuan kerja terhadap kinerja pegawai setiap peningkatan prinsip prosedur kerja sebesar
adalah berpengaruh positif, artinya setiap 1 poin, akan diikuti kenaikan kinerja pegawai
peningkatan kemampuan kerja sebesar 1 poin, sebesar 0,384 pada konstanta 10,137.
akan diikuti kenaikan kinerja pegawai sebesar
0,384 pada konstanta 10,137.
Koefisien Fasilitas Kerja sebesar 0,180,
artinya jika variabel fasilitas kerja mengalami
peningkatan sebesar 1 poin sementara variabel

Tabel 2. Uji Simultan (Uji F)


ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 516,784 3 172,261 13,562 ,000b
1
Residual 1384,491 109 12,702

439
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

Total 1901,274 112


Pengaruh fasilitas kerja berdasarkan
Uji F atau uji simultan digunakan untuk Coefficients menunjukkan nilai t hitung = 2,506
melihat pengaruh variabel independen secara dengan taraf signifikansi 0,014 < 0,05. Hal ini
keseluruhan terhadap variabel dependen. Hasil berarti H0 ditolak, yang berarti menerima
uji ANOVA atau F test pada tabel 2. pernyataan H3 yang berbunyi, “Ada pengaruh
menunjukkan nilai F sebesar 13,562 dengan positif dan signifikan fasilitas kerja terhadap
nilai probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05. kinerja pegawai di Kantor Kecamatan se
Model regresi yang digunakan dalam penelitian Kabupaten Batang”. Sejalan dengan penelitian
ini mampu untuk memprediksi kemampuan Krisdiana (2014) yang menunjukkan bahwa
kerja, fasilitas kerja, dan prinsip prosedur kerja fasilitas kerja berpengaruh positif dan signifikan
berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Kantor terhadap kinerja pegawai.
Kecamatan se Kabupaten Batang. Hipotesis 1 Pengaruh prinsip prosedur kerja
yang berbunyi “Ada pengaruh positif dan berdasarkan Coefficients menunjukkan nilai t hitung
signifikan antara kemampuan kerja, fasilitas = 4.990 dengan taraf signifikansi 0,000 < 0,05.
kerja, dan prinsip prosedur kerja terhadap Hal ini berarti H0 ditolak, yang berarti
kinerja pegawai di Kantor Kecamatan se menerima pernyataan H4 yang berbunyi, “Ada
Kabupaten Batang” diterima dan menolak pengaruh positif dan signifikan prinsip prosedur
hipotesis alternatif lain. kerja terhadap kinerja pegawai di Kantor
Pengujian hipotesis secara parsial Kecamatan se Kabupaten Batang”. Temuan ini
dimaksudkan untuk menguji keakuratan sejalan dengan penelitian Sampara (2013), yang
pengaruh masing-masing variabel bebas, yaitu: menunjukkan bahwa faktor standar operational
kemampuan kerja, fasilitas kerja, dan prinsip procedure (SOP) berpengaruh positif secara
prosedur kerja terhadap kinerja pegawai di parsial terhadap kinerja pegawai pada Fakultas
Kantor Kecamatan se Kabupaten Batang. Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.
Pengujian parsial ini menggunakan uji t dengan
kaidah Ha diterima apabila p value < 0,05. Hasil Koefisien Determinasi Simultan (R2)
uji signifikansi parameter individual (Uji Koefisien Determinasi pada intinya untuk
Statistik) dilihat dari tabel 1.Pengaruh mengukur seberapa jauh kemampuan model
kemampuan kerja terhadap kinerja berdasarkan regresi dalam menerangkan variasi variabel
Coefficients menunjukkan nilai thitung = 2,397 bebas.Nilai koefisien determinasi adalah antara
dengan taraf signifikansi 0,018 < 0,05. Hal ini nol dan satu. Nilai Adjusted R square yang
berarti H0 ditolak, yang berarti menerima mendekati satu berarti variabel-variabel bebas
pernyataan H2 yang berbunyi, “Ada pengaruh memberikan hampir semua informasi yang
positif dan signifikan kemampuan kerja terhadap dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
kinerja pegawai di Kantor Kecamatan se terikat. Hasil pengolahan menggunakan bantuan
Kabupaten Batang”. program IBM SPSS Statistics 20 sebagai berikut:

Tabel 3. Model Summary


Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,521a ,272 ,252 3,564

Besarnya pengaruh antara kemampuan perhitungan di atas artinya kemampuan kerja,


kerja, fasilitas kerja, dan prinsip prosedur kerja fasilitas kerja mempengaruhi kinerja sebesar
terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan 25,2% dan sisanya (100% - 25,2% = 74,8%)
se Kabupaten Batang secara simultan dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang di
diketahui dari Adjusted R Square. Berdasarkan luar model regresi dalam penelitian ini.

440
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

variabel bebas terhadap variabel terikat atau


besarnya kemampuan variabel bebas dalam
Koefisien Determinasi Parsial (r2) menjelaskan variabel terikatnya. Hasil
Koefisien determinasi parsial (r2) ini perhitungan koefisien determinasi parsial (r2)
digunakan untuk mengetahui seberapa besar dapat dilihat dari tabel Coefficients pada tabel
sumbangan yang diberikan masing-masing berikut:

Tabel 4. Koefisien Determinasi Parsial (r2)


Coefficientsa
Model Correlations Collinearity Statistics
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
(Constant)
Kemampuan ,261 ,224 ,196 ,937 1,067
1
Fasilitas ,153 ,233 ,205 ,978 1,022
Prosedur ,448 ,431 ,408 ,954 1,048

Hasil analisis pada tabel di atas besarnya dituntut untuk memberikan pelayanan yang
sumbangan atau kontribusi yang diberikan oleh berkualitas dan memuaskan kepada masyarakat.
variabel kemampuan kerja terhadap kinerja Hal tersebut dapat tercapai dengan adanya
pegawai di Kantor Kecamatan se Kabupaten dukungan dari pemerintah yang sejak tahun
Batang diperoleh nilai parsial untuk variabel 2010 telah menerapkan sistem pelayanan satu
kemampuan kerja yang telah dikuadratkan pintu atau disebut dengan Pelayanan
sebesar 5,01%. Sumbangan atau kontribusi yang Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN),
diberikan oleh variabel fasilitas kerja terhadap yang di dalamnya terdapat prosedur-prosedur
kinerja pegawai di Kantor Kecamatan se kerja pegawai termasuk prosedur pelayanan
Kabupaten Batang pada tabel diperoleh nilai yang jelas dan sesuai dengan prinsip prosedur
parsial untuk variabel fasilitas kerja yang telah kerja yang tercantum dalam Permenpan No. 35
dikuadratkan sebesar 5,42%. Besarnya Tahun 2012 tentang pedoman SOP Administrasi
sumbangan atau kontribusi yang diberikan Pemerintahan. Setiap Kantor kecamatan di
variabel prinsip prosedur kerja terhadap kinerja Kabupaten Batang telah menerapkan prinsip
pegawai di Kantor Kecamatan se Kabupaten prosedur kerja dengan baik yang dibuktikan
Batang diperoleh nilai parsial untuk variabel dengan adanya prosedur pelayanan yang tertulis
prinsip prosedur kerja sebesar yang telah dan ditempel pada ruang pelayanan sehingga
dikuadratkan sebesar 18,6%. memudahkan setiap pegawai dalam
Berdasarkan persamaan regresi di atas, memberikan pelayanan dan memudahkan setiap
variabel Prinsip Prosedur Kerja memberikan pengunjung yang membutuhkan pelayanan.
kontribusi yang paling besar terhadap kinerja Adanya prosedur kerja yang jelas, tertulis, dan
pegawai di Kantor Kecamatan se Kabupaten informatif sesuai dengan prinsip yang ada
Batang secara parsial yaitu sebesar 0,387 yang membantu pegawai selaku aparatur pemerintah
berarti bahwa variabel ini mempunyai pengaruh dalam bekerja untuk memerikan pelayanan
yang positif dan signifikan terhadap kinerja kepada masyarakat sehingga dapat mencapai
pegawai di Kantor Kecamatan se Kabupaten kinerja yang optimal. Tingginya pengaruh
Batang. Prinsip prosedur kerja pada instansi prinsip prosedur kerja terhadap kinerja pegawai
pemerintah dalam hal ini Kantor Kecamatan dalam instansi Kecamatan sebagai salah satu
sangat berperan dalam mendukung kinerja aparat pemerintah yang bertugas memberikan
pegawai di dalamnya untuk mewujudkan pelayanan berkualitas kepada masyarakat
tatanan sistem pemerintah yang baik (good sebenarnya tidak terlepas dari komitmen yang
governance) dimana dalam bekerja pegawai diemban pemerintah setiap Kecamatan di

441
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

Kabupaten Batang yaitu sebagai penyelenggara penyelesaian pekerjaan dan proses pelayanan.
urusan pemerintahan dan semua kepentingan Indikator efektivitas, berdasarkan hasil analisis
masyarakat setempat. Prinsip Prosedur kerja deskriptif menunjukkan bahwa indikator
yang baik harus jelas, implementatif, dan dapat tersebut masuk dalam kategori sangat jelas yaitu
mempermudah penyelesaian tugas dalam suatu sebesar 84%, terbukti terbukti dari aspek
organisasi dalam hal ini instansi Kecamatan. kesalahan dalam penyelesaian tugas yang dapat
Hasil uji parsial atau uji t memiliki nilai t dihindari dan adanya peningkatan kapasitas bagi
hitung paling besar yaitu 4,990 dengan oleh pegawai. Indikator fleksibilitas,
signifikansi 0,000 < 0,05 yang artinya hipotesis berdasarkan hasil analisis deskriptif
“Ada pengaruh prinsip prosedur kerja secara menunjukkan bahwa indikator tersebut masuk
parsial terhadap kinerja pegawai”, diterima. Hal dalam kategori jelas yaitu sebesar 74%, terbukti
ini menandakan bahwa pegawai di Kantor dari adanya kemudahan dalam penyelesaian
Kecamatan memiliki komitmen yang tinggi pekerjaan walaupun terdapat suatu perubahan
untuk memahami dengan jelas dan menerapkan kebijakan dan kemudahan dalam penyelesaian
prinsip prosedur kerja yang ada kemudian tugas yang berbeda dengan bidangnya. Indikator
melaksanakan tugas – tugasnya sesuai dengan konsistensi, berdasarkan hasil analisis deskriptif
prosedur kerja tersebut. menunjukkan bahwa indikator tersebut masuk
Hal ini sesuai dengan pendapat Wirawan dalam kategori jelas yaitu sebesar 81%, terbukti
(2009:8) yang menyatakan bahwa salah satu dari aspek kualitas pelayanan yang dapat
faktor lingkungan internal yang mempengaruhi dipertahan oleh pegawai serta aspek kedisiplinan
kinerja adalah sistem manajemen yang ada dan konsistensi dalam bekerja. Kemudian
dalam organisasi tersebut, dalam hal ini sistem indikator implementatif, berdasarkan hasil
manajemen berupa rangkaian prosedur kerja analisis deskriptif menunjukkan bahwa indikator
yang memiliki prinsip yang jelas. Selain itu, tersebut masuk dalam kategori jelas yaitu
hasil ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu sebesar 80%, terbukti dari aspek pekerjaan rutin
yang dilakukan oleh Sampara (2013), bahwa yang telah mengacu pada pedoman pelayanan
faktor standar operational procedure (SOP) serta pegawai yang memahami dengan jelas
berpengaruh positif secara parsial terhadap peran, fungsi, alur tugas, wewenang, dan
kinerja pegawai pada Fakultas teknik tanggung jawab yang mereka miliki.
Universitas Hasanuddin Makassar. Dengan Dalam hal ini, pegawai dapat
demikian menunjukkan bahwa prosedur kerja melaksanakan tugas dengan baik tanpa
juga diperlukan untuk mendukung kinerja pengawasan dari atasan. Pegawai juga
pegawai. merasakan bahwa dengan adanya prosedur kerja
Hasil analisis deskriptif juga yang jelas maka proses penyelesaiaan pekerjaan
menunjukkan bahwa variabel prinsip prosedur dan proses pelayanan tidak memerlukan biaya,
kerja memiliki pengaruh yang paling besar. waktu, dan tenaga yang banyak. Prinsip
Hasil tersebut merupakan sumbangsih dari 5 prosedur kerja yang digunakan sebagai pedoman
indikator variabel prinsip prosedur kerja yaitu pegawai dalam melaksanakan tugas rutin
indikator efektivitas dan efisiensi dari hasil menjadikan pegawai lebih memahami peran dan
analisis deskriptif memiliki kriteria sangat jelas fungsi dari jabatan yang mereka emban sehingga
dan indikator lain seperti fleksibilitas, kualitas pekerjaan atau kinerja yang dihasilkan
konsistensi, dan implementatif dalam kriteria dapat ditingkatkan. Hal ini menandakan bahwa
jelas. Indikator efisiensi, berdasarkan hasil pegawai mendapatkan kemudahan dalam
analisis deskriptif menunjukkan bahwa indikator bekerja dengan adanya prinsip prosedur yang
tersebut masuk dalam kategori sangat jelas yaitu jelas, terprogram dan implementatif, sehingga
sebesar 82%, terbukti dengan terbukti dari aspek mendorong timbulnya efisiensi dan efektivitas
adanya penghematan biaya, waktu dan tenaga dalam bekerja.
serta tidak adanya kesulitan dalam proses

442
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

Akan tetapi dari kelima indikator prinsip Tingkat pendidikan pegawai rata-rata sudah baik
prosedur kerja, terdapat item yang lemah yaitu mulai dari SMA, D3, S1, dan S2. Selain
dengan skor terendah yaitu pada indikator itu, kemampuan pegawai juga telah didukung
fleksibilitas atau pada pernyataan soal ke 31 dengan pengalaman diklat prajabatan bagi
dengan skor 326 yang berbunyi “Saya dapat pegawai yang telah berstatus PNS dan diklat
menyelesaikan tugas teman yang berhalangan lain sebagai sarana pengembangan kemampuan
hadir walaupun pekerjaan tersebut berbeda kerja pegawai, namun belum semua pegawai
dengan bidang tugas saya. Butir soal tersebut telah mengikuti diklat yang dapat mendukung
memiliki skor terendah karena masing-masing ketrampilan mereka dalam bekerja.
pegawai memiliki tugas sendiri yang sudah Jika dilihat dari hasil uji hipotesis parsial,
menjadi tanggung jawabnya sehingga tidak bisa nilai t hitung untuk variabel kemampuan kerja
ditinggalkan. Selain itu walaupun prosedur kerja adalah 2,397 dengan signifikansi < 0,05 yang
yang ada bersifat fleksibel namun tidak semua artinya hipotesis “Ada pengaruh kemampuan
pegawai menguasai pekerjaan yang bukan kerja terhadap kinerja pegawai di Kantor
dalam bidangnya. Seperti halnya untuk Kecamatan se Kabupaten Batang” diterima.
pekerjaan penyimpanan arsip yang memang Artinya, pegawai dengan kemampuan kerja
harus dikerjakan oleh petugas yang ahli dalam yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik
bidang kearsipan sehingga tidak semua pegawai pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins
dapat mengerjakan tugas tersebut. Oleh karena dan Judge (2006:83) yang menyatakan bahwa
itu agar penerapan prinsip fleksibilitas dalam agar individu mempunyai kinerja yang baik
prosedur kerja dapat terealisasi secara maksimal, maka harus mengetahui bagaimana cara
maka pegawai juga perlu memahami prosedur melakukannya dengan benar, selain itu, salah
kerja bidang tugas lain yang bukan bidang satu faktor utama yang mempengaruhi
tugasnya untuk menunjang kinerjanya, karena bagaimana individu bekerja adalah faktor
fleksibilitas prosedur kerja harus ada seperti kemampuan individual untuk melakukan
dalam hal pihak pelaksana prosedur dan pekerjaan tersebut. Kemampuan individual
lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat dalam hal ini meliputi kemampuan intelektual
Maryati (2014:34) bahwa “Prosedur Kerja harus dan kemampuan fisik yang harus dimiliki
fleksibel, artinya bisa dilakukan perubahan jika pegawai sehingga mereka dapat menghasilkan
terjadi hal-hal yang mendesak. kinerja baik. Mangkunegara (2009:67) juga
Nilai koefisien Kemampuan Kerja sebesar mengatakan bahwa “Pegawai yang memiliki
0,384, yang berarti bahwa variabel Kemampuan kemampuan baik dalam hal IQ-nya maupun
Kerja mempunyai pengaruh positif dan pendidikan yang memadai dalam mengerjakan
signifikan terhadap variabel Y atau kinerja tugas sehari-hari, maka akan lebih mudah
pegawai di Kantor Kecamatan se Kabupaten mencapai kinerja yang diharapkan”. Penelitian
Batang. Kemampuan kerja merupakan salah terdahulu yang dilakukan oleh Arini, dkk.
satu faktor yang menentukan kinerja pegawai (2015) juga menunjukkan hal yang sama bahwa
dalam sebuah organisasi baik swasta maupun kemampuan kerja berpengaruh positif terhadap
pemerintah. Keberhasilan dalam pelaksanaan kinerja karyawan pada PT Perkebunan
pekerjaan dalam sebuah organisasi sangat Nusantara X. Kemampuan Intelektual yang
bergantung pada kemampuan pegawai di dimiliki pegawai salah satunya berasal dari latar
dalamnya baik dalam memahami pekerjaan belakang pendidikan yang dimiliki. Hasil
yang dimiliki, mengetahui bagaimana cara penelitian menujukkan bahwa latar belakang
melakukan pekerjaan tersebut dengan benar, pendidikan pegawai sudah baik, ditambah
bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dengan adanya pelatihan-pelatihan yang diikuti
muncul dalam pekerjaannya. Kemampuan kerja oleh para staf dan Kepala Bagian di Kantor
pegawai dapat dlihat dari tingkat pendidikan Kecamatan menjadikan pegawai lebih memiliki
dan pengetahuan maupun ketrampilan kerjanya. ketrampilan untuk mendukung kinerjanya.

443
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

Kemampuan pegawai juga terlihat dari respon serta memudahkan pengamanan arsip dan
cepat dan pemahaman yang tepat pegawai jika dokumentasi. Walaupun demikian, fasilitas
menerima instruksi dari atasan secara lisan. kerja tetap memiliki pengaruh yang positif dan
Selain itu, dari segi kemampuan fisik, pegawai signifikan terhadap kinerja pegawai. Pemenuhan
juga mampu menggerakkan tubuh dengan fasilitas kerja yang mendukung tentunya akan
sempurna saat menjalankan tugas dan bekerja meunujang kinerja yang optimal bagi pegawai di
sesuai dengan jam kantor, bahkan melebihi jam Kantor Kecamatan di Kabupaten Batang dan
kantor jika dibutukan oleh pimpinan karena sebaliknya, tidak terpenuhinya fasilitas kerja
alasan yang mendesak. yang mendukung akan menghambat pencapaian
Analisis deskriptif juga menunjukkan hasil kerja yang optimal.
bahwa variabel kemampuan kerja memiliki hasil Jika dilihat dari hasil uji hipotesis parsial,
yang baik yaitu dalam kategori mampu. Hasil nilai t hitung untuk variabel fasilitas kerja adalah
tersebut merupakan sumbangsih dari 2 indikator 2,506 dengan signifikansi < 0,05 yang artinya
variabel kemampuan kerja yaitu Kemampuan hipotesis “Ada pengaruh fasilitas kerja terhadap
intelektual, menunjukkan bahwa indikator kinerja pegawai di Kantor Kecamatan se
tersebut masuk dalam kategori mampu yaitu Kabupaten Batang” diterima. Artinya, pegawai
sebesar 79%, terbukti dengan rata-rata dengan fasilitas kerja yang baik akan
pendidikan terakhir pegawai minimal adalah menghasilkan kinerja yang baik pula. Hal
SMA dan sudah banyak pegawai yang tersebut senada dengan hasil penelitian yang
mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk telah dilakukan oleh Krisdiana (2014) juga
menunjang kemampuan mereka. Kemampuan menunjukkan bahwa fasilitas kerja berpengaruh
fisik, menunjukkan bahwa indikator tersebut positif sebesar 11,15% terhadap kinerja pegawai.
masuk dalam kategori mampu yaitu sebesar Hasil analisis deskriptif menunjukkan
78%, terbukti dari pegawai yang mampu bahwa fasilitas kerja dalam kategori kurang
menggerakkan tubuh secara sempurna saat mendukung. Nilai tersebut merupakan
bekerja dan pegawai yang mampu bekerja sumbangsih dari 3 indikator variabel fasilitas
melebihi jam kantor karena alasan kerja yang kerja yaitu 1) fasilitas alat kerja, berdasarkan
mendesak. hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa
Variabel Fasilitas Kerja memiliki nilai indikator tersebut masuk dalam kategori
koefisien sebesar 0,180 yang berarti bahwa mendukung yaitu sebesar 64%, terbukti dengan
variabel fasilitas kerja mempunyai pengaruh tersedianya alat kerja operasional seperti mesin
yang positif dan signifikan terhadap variabel Y kantor yang berfungsi dengan baik dan
atau kinerja pegawai di Kantor Kecamatan se tersedianya ATK secara lengkap, serta fasilitas
Kabupaten Batang. Namun variabel fasilitas alat kerja yang ada dapat membantu pegawai
kerja ini memiliki kontribusi yang paling kecil memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
dari variabel lain karena pada instansi masyarakat sehingga mampu mencapai target
pemerintah fasilitas kerja telah terstandar secara kerja yang telah ditentukan. 2) Fasilitas
merata dan memadai bagi tiap Kantor perlengkapan kerja, berdasarkan hasil analisis
Kecamatan dan setiap pegawai sesuai dengan deskriptif menunjukkan bahwa indikator
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun tersebut masuk dalam kategori kurang
2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana mendukung yaitu sebesar 62%, terbukti dari
kerja Pemerintah Daerah sehingga dari satu aspek kurang tersedianya AC atau kipas angin
Kantor Kecamatan dan yang lain memiliki sebagai perlengkapan kenyamanan dalam
fasilitas kerja yang relatif sama untuk menjalankan tugas kantor sehingga saat kondisi
menunjang kelancaran proses pekerjaan, rungan yang panas pegawai kurang nyaman
kelancaran hubungan kerja inter dan ekstern dalam bekerja. Kemudian kurangnya lemari
antar pegawai, memudahkan komunikasi, untuk menyimpan dokumen atau arsip sehingga
kelancaran tugas pengawasan dan pengamanan, masih banyak yang hanya diletakkan di atas

444
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

meja. 3) Fasilitas sosial, berdasarkan hasil memahami, menerapkan dan memathui prinsip
analisis deskriptif menunjukkan bahwa indikator prosedur kerja yang ada.
tersebut juga masuk dalam kategori kurang Hal tersebut sesuai dengan pendapat
mendukung yaitu sebesar 60%. Fasilitas kamar Wirawan (2009:6-8) mengenai faktor-faktor
mandi bagi pegawai maupun pengunjung yang yang mempengaruhi kinerja pegawai yaitu
telah tersedia namun kondisinya kurang baik faktor internal pegawai yang terdiri dari faktor
sehingga menyebabkan pegawai kurang nyaman pengetahuan, keterampilan etos kerja,
saat menggunakannya, serta fasilitas tempat pengalaman kerja, motivasi kerja serta faktor
ibadah yang tidak semua Kantor Kecamatan lingkungan internal organisasi seperti strategi
memiliki, bahkan ada yang belum tersedia. organisasi, dukungan sumber daya yang
Pegawai harus keluar jauh dari kantor untuk diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, serta
melakukan ibadah sehingga membutuhkan sistem manajemen dan kompensasi. Selain itu
waktu yang lama dan sering kali pegawai juga sesuai dengan pendapat Mathis dan
menjadi telat masuk kantor setelah jam istirahat. Jackson (2006:113), bahwa tiga faktor utama
Hal tersebut dapat menyebabkan menurunnya yang mempengaruhi bagaimana individu yang
tingkat kinerja pegawai dan berarti bahwa ada bekerja yaitu faktor kemampuan individual
fasilitas kerja yang memadai juga diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut, tingkat
untuk mendukung kinerja pegawai. Hasil ini usaha yang dicurahkan, serta dukungan
sesuai dengan pendapat Moenir (1987:200) yang organisasi seperti pelatihan dan pengembangan,
mengatakan bahwa “ Bagi perusahaan dengan peralatan dan teknologi atau fasilitas, serta
menyediakan fasilitas tempat shalat khusus juga standar kinerja manajemen dalam hal ini prinsip
menguntungkan, baik dari segi waktu yaitu tidak prosedur kerja dan rekan kerja.
harus keluar jauh dari daerah kerja, maupun Hasil pembahasan penelitian di atas,
dari segi pembinaan mental para pegawai”. peneliti menemukan dan menyimpulkan adanya
Pegawai yang didukung oleh kemampuan beberapa indikasi kelemahan, pertama pada
kerja yang baik, dari segi kemampuan variabel kemampuan kerja pada aspeklatar
intelektual, kemampuan fisik, serta pelatihan- belakang pendidikan yang dimiliki, masih
pelatihan yang diikuti tentunya akan banyak pegawai yang hanya lulusan SLTA dan
memudahkan mereka untuk menyelesaikan belum mengikuti diklat untuk menunjang
tugas yang dimiliki. Hal yang juga penting kemampuan kerja mereka. Kemudian pada
adalah fasilitas kerja yang mendukung bagi aspek kemampuan bekerja melebihi jam kantor,
pegawai di Kantor Kecamatan yang dapat pegawai kurang mampu bekerja melebihi jam
mendukung pekerjaannya. Beberapa pegawai kantor jika dibutuhkan oleh atasan karena
dikantor Kecamatan disibukkan dengan alasan kerja yang mendesak. Pada indikator
pekerjaan menggandakan dokumen atau fasilitas perlengkapan kerja pada aspek kurang
memfotocopy berkas karena di kantor tidak tersedianya alat penyegar ruangan seperti AC
tersedia mesin fotocopy. Pekerjaan tersebut atau kipas angin untuk mendukung kenyamanan
tentunya akan membuang waktu dan tenaga kerja pegawai, kemudian kurang mencukupinya
pegawai dalam menyelesaikan tugas mereka. ketersediaan lemari arsip untuk menyimpan
Hal lain mengenai banyaknya jenis tugas yang berkas-berkas sehingga tidak banyak diletakkan
ada di Kantor Kecamatan seperti berbagai di atas meja. Pada indikator fasilitas sosial pada
macam administrasi kependudukan yang harus aspek fasilitas sosial berupa tempat ibadah yang
diproses di kantor Kecamatan akan membuat belum semua kantor kecamatan memilikinya
pegawai bingung dan bahkan melakukan sehingga pegawai terkadang harus keluar kantor
kesalahan dalam penyelesaian pekerjaan untuk melakukan ibadah, serta fasilitas kamar
tersebut sehingga proses pelayanan kepada mandi yang kurang baik dalam pemeliharaan
masyarakat juga kurang efektif dan efisien. Oleh sehingga menimbulkan ketidaknyamanan saat
sebab itu diperlukan adanya komitmen untuk menggunakannya. Kemudian pada prinsip

445
Iswatun Chasanah /Economic Education Analysis Journal 6 (2) (2017)

prosedur kerja indikator fleksibilitas untuk aspek Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan.
pegawai dapat menyelesaikan tugas teman yang Jakarta.
berhalangan hadir walaupun pekerjaan tersebut Krisdiana. 2014. Pengaruh Disiplin Kerja, Fasilitas Kerja,
Tingkat Pendidikan dan Kepemimpinan Terhadap
berbeda dengan bidang tugas saya.
Pengelolaan Kearsipan Di Kantor Kecamatan
Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Economic
SIMPULAN
Education Analysis Journal. Volume 3 No. 3.
Semarang: UNNES.
1. Ada pengaruh signifikan kemampuan
Mangkunegara, A.A Anwar Prabu. 2009. Manajemen
kerja, fasilitas kerja, dan prosedur kerja Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja
terhadap kinerja pegawai di Kantor Rosdakarya.
Kecamatan se Kabupaten Batang. Besarnya Maryati. 2014. Manajemen Perkantoran Efektif.
pengaruh kemampuan kerja, fasilitas kerja, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
dan prosedur kerja terhadap kinerja YKPN.
pegawai di Kantor Kecamatan se Mathis, Robert L dan Jhon H. Jackson. 2006.
Kabupaten Batang adalah 27,2%. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Salemba Empat.
2. Ada pengaruh kemampuan kerja terhadap
Matteson, T Michael. John M Ivancevich. Robert
kinerja pegawai di Kantor Kecamatan se
Konopaske. 2006. Perilaku dan Manajemen
Kabupaten Batang. Besarnya pengaruh Organisasi. Jakarta: Erlangga.
kemampuan kerja adalah 5,01%. Moekijat, 2001. Administrasi Perkantoran. Bandung:
3. Ada pengaruh fasilitas kerja terhadap CV Mandar Maju.
kinerja pegawai di Kantor Kecamatan se Moenir. AS. 1987. Pendekatan Manusiawi dan
Kabupaten Batang. Besarnya pengaruh Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian.
fasilitas kerja adalah 5,42%. Jakarta: Gunung Agung
4. Ada pengaruh prinsip prosedur kerja Moenir, A.S. 2006. Manajemen pelayanan umum di
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
terhadap kinerja pegawai di Kantor
Robbins, Stephen P. Timothy A. Judge. 2015. Perilaku
Kecamatan se Kabupaten Batang. Besarnya
Organisasi, Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat.
pengaruh prinsip prosedur kerja adalah Sampara. 2013. Pengaruh Penerapan Standar
18,6%. Opereasional Prosedur, Disiplin, dan Komitmen
Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Fakultas
DAFTAR PUSTAKA Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.
Tesis. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu
Arini, Kiki Rindy dkk. 2015. Pengaruh Kemampuan Ekonomi.
Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai Teori
Karyawan (Studi Pada Karyawan PT Pengukuran dan Implikasi. Yogyakarta: Graha
Perkebubnan Nusantara X Djombang Baru). Ilmu.
Jurnal Adminitrasi Bisnis. Vol. 22 No. 1. Sugiyono, Prof. Dr. 2013. Metode Penelitian
Surabaya: Universitas Brawijaya. Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar R&D. Bandung: Alfabeta.
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Syamsi, Ibnu. 2004. Efisiensi, Sistem, dan Prosedur
Pustaka Utama. Kerja. Jakarta:Bumi Aksara.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Tathagati, Arini. 2015. Stepby Step Membuat SOP
dengan Program IBM SPSS19. Semarang: Badan (Standard Operating Procedure). Yogyakarta:
Penerbit-Undip. Efata Publishing.
Kemeterian Pendayagunaan Aparatur Negara. 2012. Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia
Permenpan Nomer 35 tahun 2012 tentang Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: PT.
Pedoman Penyusunan Standar Operasional Rineka Cipta.

446

Anda mungkin juga menyukai