Anda di halaman 1dari 16

Nama penulis : Wafiq Ali Kasyfi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan kepribadian seorang ramaja mempunyai arti yang khusus,
namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian
proses perkembangan seseorang. Secara jelas maka anak dapat dibedakan dari masa
dewasa dan masa tua. Anak masih banyak belajar untuk dapat memperoleh tempat
dalam masyarakat sebagai warga negara yang bertanggung jawab dan bahagia. Anak
belajar berbagai hal ini melelui enkulturasi, sosialisasi dan adaprasi aktif. Orang
dewasa dengan kemampuan-kemampuannya yang sudah dapat menemukan
tempatnya dalam masyarakat; orang tua makin manarik diri dari masyarakat
meskipun sukar ditentukan pada usia berapa betul-betul tidak akif sama sekali; hal
ini banyak ditentukan oleh factor-faktor kebudayaan, factor-faktor genetika dan
sejarah hidup orang itu sendiri.
Pada waktu ini hampir setiap anak di Indonesia pergi ke sekolah untuk
memperoleh pengertian dasar yang dibutuhkan dalam kehidupan yang semakin
maju. Orang dewasa kebanyakan sudah tidak bersekolah lagi, ada yang bisa
menamatkan pendidikan dasar, ada yang tamat pendidikan menengah, banyak pula
yang tamat pendidikan tinggi, tetapi banyak pula di Indonesia, terutama dari kelas
sosial yang lebih rendah tidak dapat melanjtkan pendidikan.
Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk
golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan
tua. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu
unutk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikis.
Remaja ada dalam tempat marginal (Lewin, 1939). Berhubungan ada macam-
macam persyaratan untuk dapat dikatakan dewasa, maka lebih mudah untuk
dimasukan dalam kategori anak daripada kategori dewasa. Baru pada akhir abad ke

1
18 maka masa remaja dipandang sebagai periode tertentu lepas dari periode kanak-
kanak. Meskipun begiitu kedudukan dan status remaja berbeda daripada anak. Masa
remaja menunjukan dengan jelas-jelas sifat transisi atau peralihan (Calon, 1953)
karena remaja belum memperoleh status oleh dewasa tetapi tidak lagi memiliki
status kanak-kanak.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dari makna remaja?


2. Bagaimana tugas perkembangan remaja?
3. Bagaimana karakteristik remaja?
4. Bagaimana tahap perkembangan remaja?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari makna remaja.


2. Untuk mengetahui tugas perkembangan remaja.
3. Untuk mengetahui karakteristik remaja.
4. Untuk mengetahui tahap perkembangan remaja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Remaja (Adolescence)

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1999). Piaget (1980; dalam Hurlock,
1999) mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah
tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

Menurut Rumini dan Sundari (2004), remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk
memasuki masa dewasa.  Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan
21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak–kanak dan masa
dewasa,  yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara  usia 11 atau
12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih.
2004 : 45).
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, yaitu di awali dengan matangnya organ – organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi (Syamsu Yusuf. 2004 : 184).
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak – anak menuju dewasa yang
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, Elizabeth B. 1999 :
206).
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas, mereka sudah bukan
termasuk golongan anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk
kegolongan orang dewasa, remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu,
remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”.

3
Masa Remaja menunjukan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Suatu tahap transisi menuju ke status orang dewasa mempunyai beberapa keuntungan.
Tahap transisi memberi remaja itu suatu masa yang lebih panjang untuk
mengembangkan berbagai keterampilan serta untuk mempersiapkan masa depan, tetapi
masa itu cenderung menimbulkan masa pertentangan konflik kebimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian.
Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena pada masa
ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Terjadinya
banyak perubahan tersebut sering menimbulkan kebingungan-kebingunngan atau
kegoncangan-kegoncangan jiwa remaja, sehingga ada orang yang menyebutnya sebagai
periode “sturm und drang” atau pubertas. Mereka bingung karena pikiran dan emosinya
berjuang untuk menemukan diri, memahami dan menyeleksi serta melaksanakan nilai-
nilai yang ditemui dimasyarakat, disamping perasaan ingin bebas dari segala ikatanpun
muncul dengan kuatnya. Sementara fisiknya sudah cukup besar, sehingga disebut anak
tidak mau dan disebut orang dewasa tidak mampu. Tepatlah kiranya kalau ada ahli yang
menyebutnya sebagai “masa peralihan”.
Di lain pihak Hurlock menyebutnya dengan dua istilah terpisah tapi berdekatan,
yaitu puberty dan adolescence. Memang masa remaja tidak seluruhnya berada dalam
kegoncangan, tapi pada bagian akhir dari masa ini kebanyakan individu sudah berada
dalam kondisi yang stabil. Ciri utama bahwa seseorang itu memasuki masa remaja
adalah terjadinya ‘manarche’ (menstruasi pertama) bagi wanita, dan ‘noctural emissions’
(memimpikan jimak pertama kalinya) bagi laki-laki.
Selain itu juga ditandai dengan perubahan tubuh yang utama pada masa pubertas:
 Perubahan besarnya tubuh.
 Perubahan proporsi tubuh.
 Pertumbuhan ciri-ciri seks primer.
 Perubahan pada ciri-ciri seks sekunder.

4
B. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Havighurst (Hurlock, 1999), tugas perkembangan remaja meliputi:
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karir ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku-
mengembangkan ideologi.
C. Karakteristik Perkembangan Remaja
1. Pengertian perkembangan remaja
Perkembangan remaja adalah suatu perkembangan atau perubahan dari
proses pertumbuhan biologis dan psikis yang terjadi pada masa antara kanak-
kanak dan dewasa. Periode ramaja awal (early adolescence) umurnya berkisar
antara 11-13 dan 14-15 tahun, dan periode remaja akhir umurnya berkisar 14-16
dan 18-20 tahun (Makmun, 2003) atau umur dewasa menurut ketentuan dan
hukum yang berlaku di suatu negara.
Menurut WHO (World Health Organization) “Organisasi Kesehatan
Dunia” pengertian remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu
biologis, psikologi, dan sosial ekonomi, WHO mengemukakan remaja adalah
suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.

5
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.

2. Aspek-Aspek Perkembangan Remaja


Begitu banyak perkembangan yang terjadi dalam rentang kehidupan
manusia, perkembangan tersebut terjadi diberbagai aspek yang berbeda. Ada
tujuh aspek perkembangan yang dialami remaja yaitu :
a. Perkembangan Fisik
Seperti yang bisa kita lihat pada dan yang kita rasakan pada awal
kehidupan secara proporsional beberapa bagian tubuh tertentu masih kecil,
namun pada masa remaja proporsionalnya mengalami perubahan ke arah yang
lebih besar, karena terlebih dahulu telah mencapai kematangan pada bagian-
bagian yang lain. Contoh nyata yang yang sangat tampak jelas adalah pada
hidung, kaki dan tangan.
Pada hakikatnya Perubahan fisik pada remaja terjadi karena adanya
pertumbuhan fisik, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ
seksual) menuju kematangan. Perubahan ini dapat dilihat dari tanda-tanda seks
primer dan seks sekunder.
Tanda-tanda seks primer, yakni berhubungan langsung dengan organ seks
seperti haid dan mimpi basah. Sementara tanda-tanda seks sekunder, pada
remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah
zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, badan berotot,
tumbuhnya kumis, cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
Pada remaja putri ditandai dengan payudara membesar, pinggul melebar,
dan tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan.
b. Perkembangan Kognitif
Kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Sementara pengertian

6
perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berfikir dan bahasa. Dengan perkembangan yang ada biasanya
seorang remaja akan memfilter terlebih dahulu atas semua pesan yang masuk
kedalam kognitif mereka. Karena pada prinsipnya seorang remaja yang normal
sudah bisa mengambil keputusan atas ide atau gagasan mana yang akan lebih
berpihak atau menguntungkan kepada dirinya. Seorang remaja tidak saja
mengorganisasikan apa yang dialami dan yang diamatinya, tetapi remaja mampu
mengolah cara berfikir mereka sehingga memunculkan gagasan-gasasan
cemerlang dan ide-ide baru.
Piaget (dalam papalia dan Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa
remaja terjadi kematangan kognitif yaitu interaksi dari struktur otak yang telah
sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi
memungkinkan remaja untuk berfikir secara abstrak. Piaget menyebut tahap
perkembangan kognitif seperti ini sebagai tahap operasi formal.
Tahap formal operation adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu
berfikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang
aktual serta pengalaman yang terjadi, dengan mencapai tahap operasi formal
seorang remaja dapat berfikir secara fleksibel dan kompleks. Seorang remaja
mampu mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal,
ini tentunya akan sangat berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai
berfikir tahap konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk
suatu hal.
Sebagai contoh seorang anak yang masih berfikir ditahap konkret akan
mengartikan sebuah sitem keadilan hanya dikaitkan dengan satu gagasan saja,
yang terfikir hanya polisi dan hakim saja, akan berbeda dengan olah fikir seorang
remaja dimana sebuah sistem keadilan itu bisa saja ia fikirkan lebih mendalam
dan abstrak yaitu sebagai suatu aspek kepedulian pemerintah terhadap hak-hak
warga masyarakat yang mempunyai interes yang beragam (sigelman & shaffer,
1995).

7
Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana
atau suatu bayangan. Dan sebaliknya remaja juga dapat memahami bahwa
tindakan yang dilakukan saat ini dapat memiliki efek kemasa depannya. Dengan
demikian seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya,
termasuk berbagai kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
c. Perkembangan Emosi
Emosi pada masa remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan
hormon mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu
mereka akan kelihatan sangat senang sekali, tetapi mereka tiba-tiba langsung
menjadi sedih atau marah.
Salah satu tugas perkembangan yang sulit dirasakan oleh seorang remaja
adalah mencapai kematangan emosionalnya, kondisi sosio-emosional akan
sangat mempengaruhi perkembangan dan proses kematangan emosionalnya.
Yang paling substansi adalah lingkungan teman sebayanya serta lingkungan inti
yaitu rumah tangga atau keluarganya. Apabila dua ligkungan ini mencerminkan
adanya hubungan yang harmonis, adanya perasaan saling mempercayai, penuh
tanggung jawab maka remaja akan lebih cenderung cepat dalam mencapai
kematangan emosionalnya, dan sebaliknya apabila dua lingkungan diatas kurang
mendapatkan kasih sayang dan kepercayaan, biasanya remaja lebih cenderung
akan mengalami seperti kecemasan, perasaan yang tertekan, bahkan bisa
mengalami penghambatan dalam hal kematangan emosionalnya.
Pada umumnya remaja bersifat emosional, menurut aliran tradisional yang
di pelopori oleh G. Stanley Hall, perubahan ini terutama disebabkan oleh
perubahan yang terjadi pada kelenjar-kelenjar hormonal, namun peneletian
ilmiah selanjutnya sangat menolak pendapat ini, sebagai contoh Elizabeth B
Harlock menyatakan bahwa pengaruh lingkungan sosial terhadap perubahan
emosi pada masa remaja lebih besar artinya bila dibandingkan dengan pengaruh
hormonal.

8
d. Perkembangan Sosial
Pada masa remaja seseorang memasuki status sosial yang baru. Ia di
anggap bukan lagi anak-anak, karena pada masa remaja terjadi perubahan fisik
yang sangat cepat sehingga menyerupai orang dewasa, pada masa remaja juga
sering diharapkan bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa. Pada masa
remaja seseorang cenderung untuk menggabungkan diri dalam kelompok teman
sebaya. Kelompok sosial yang baru ini merupakan tempat yang aman bagi
remaja, pengaruh kelompok ini bagi kehidupan mereka juga sangat kuat, bahkan
sering kali melebihi pengaruh keluarga.
Menurut Y Singgih D Gunarsah dan Singgih D Gunarsah kelompok remaja
bersifat positif dalam hal memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk
melatih mereka bersikap, bertingkah laku dan melakukan hubungan sosial.
Namun kelompok ini juga dapat bersifat negatif bila ikatan antar mereka menjadi
sangat kuat sehingga kelakuan mereka menajdi overacting dan energi mereka
disalurkan ketujuan yang bersifat merusak.
Kemampuan memahami orang lain pada masa remaja ini juga sudah mulai
berkembang, dalam hal persahabatn seorang remaja akan memilih teman yang
memiliki keadaan psikologis yang hampir sama dengan dirinya, terutama yang
menyangkut interes, sikap, nilai dan kepribadian.
Santrock (2003:24) mengungkapkan bahwa pada masa transisi sosial,
remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain
yaitu dalam emosi, kepribadian dan dalam peran dari konteks sosial dalam
perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya,
perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta
peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial emosional
dalam perkembangan remaja. John Flavell dalam Santrock, (2003:125) juga

9
menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka
secara efektif merupakan petunjuk penting adanya kematangan dan kompetensi
sosial mereka.
Perkembangan sosial ini sebenarnya telah dimulai semenjak bayi,
kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan
sosial anak pertama-tama masih sangat terbatas dengan orang tuanya dalam
kehidupan keluarga. Khususnya dengan ibu dan berkembang semakin luas
dengan anggota keluarga yang lain, teman bermain dan teman sejenis maupun
lawan jenis.
Remaja adalah harapan semua pihak, bahkan presiden soekarno pun suatu
kali mengatakan beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari
akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan guncangkan dunia. Ucapan ini ia
sampaikan dalam sebuah pidatonya dengan penuh jiwa seorang patriot dan penuh
semangat, tentunya ini seakan mengisyaratkan kepada kita bahwa masa depan
suatu bangsa ini terletak ditangan generasi muda, remajalah yang akan menjawab
baebagai tantangan masa depan terutama untuk masa depan bangsa kita
Indonesia.
Begitu sakralnya seorang remaja sangat diharapkan ia dapat mencapai
tahap perkembangan sosialnya secara sempurna, dalam arti adalah seorang
remaja tersebut memiliki potensi terutama dalam hal penyesuain sosial yang
tepat. Penyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi
secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi.terutama dilingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.

e. Perkembangan Moral
Perkembangan moral pada masa remaja adalah periode dimana seseorang
mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi dilingkungan
sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka.

10
Elliot turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat
penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan
dengan lingkungan mereka, misalnya persoalan politik, kemanusiaan, perang dan
keadaan sosial. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan,
remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan
mempertimbangkan lebih banyak alternatif lainnya.
Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Sebagain besar para remaja mulai melihat adanya kenyataan lain
diluar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa
ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.
Baginya dunia ini menjadi lebih luas dan seringkali membingingkan, terutama
jika terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama kanak-kanak.
Kemampuan berfikir dalam dimensi moral pada remaja berkembang karena
mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang
mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada disekitarnya.
Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya yang
beragam juga, salah satu faktor penentu atau yang mempengaruhi perkembangan
moral remaja adalah orang tuanya.

f. Perkembangan Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan istilah yang populer baik dimasyarakat
umum maupun dilingkungan psikologi, walaupun istilah tersebut sebenarnya
merupakan suatu konsep yang sukar.
Keperibadian didalam bahasa inggris adalah personality berasal dari bahasa
latin yaitu:

11
a. Persona (kedok) : biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada
zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter
pribadi tertentu.
b. Personare (menembus) : para pemain sandiwara melalui kedoknya
berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran
manusia tertentu.
Abin Syamsudin Makmun berpendapat bahwa kepribadian adalah kualitas
perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya
terhadap lingkungan secara unik.
Sementara Dalam ilmu psikologi kepribadian diartikan sebagai
karakteristik atau cara bertingkah laku yang menentukan penyesuaian dirinya
yang khas terhadap lingkunngannya.
Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap dan
kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang
beragam (pikunas, 1976). Perkembangan kepribadian ini merupakan sesuatu
yang sangat penting pada fase remaja ini.
Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri),
perkembangan identity merupakan isu sentral pada masa remaja yang
memberikan dasar bagi masa dewasa. Erikson meyakini bahwa perkembangan
identity pada masa remaja berkaitan erat dengan komitmennya terhadap
okupasi masa depan, peran-peran masa dewasa dan sistem keyakinan pribadi
(Nancy J. Cobb, 1992: 75)

g. Perkembangan Kesadaran Beragama


Kesadaran beragama adalah rasa keagamaan, pengalaman ketuhanan,
keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan yang terorganisasi dalam sikap
mental dari kepribadian. Karena agama melibatkan seluruh fungsi jiwa raga
manusia maka kesadaran beragama pun mencakup aspek afektif, kognitif dan
psikomotorik.

12
Para ahli psikologi memang belum sepakat mengenai rentang usia remaja,
namun dalam bidang agama para ahli psikologi agama menganggap “bahwa
kemantapan beragama biasanya tidak akan terjadi sebelum usia 24 tahun”. Jadi
dilihat dari sudut pandang agama maka usia remaja beralangsung antara usia 13 –
24 tahun.
Darimana rasa agama pada remaja muncul? Ide-ide agama, dasar-dasar
keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama pada dasarnya telah diterima oleh
seorang anak pada masa anak-anak. Apa yang telah diterima dan tumbuh dari
kecil itulah yang menjadi keyakinan individu pada masa remaja melalui
pengalaman-pengalaman yang dirasakannya.
D. Tahap Perkembangan Masa Remaja
Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks (1999) maka terdapat tiga
tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan,
disertai dengan karakteristiknya, yaitu:
a. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada tahap ini, remaja masih merasa bingung dan mulai beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-
pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis.
Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap
emosi.
b. Masa remaja madya (15-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan
narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman
yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada
dalam kondisi kebingungan.
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian :
1. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
mendapatkan pengalaman-pengalaman baru
3. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
5. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum

13
Berdasarkan ciri-ciri remaja diatas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan
periode yang penting, masa peralihan, masa perubahan, dan juga masa pencarian
identitas diri dimana pada usia ini menimbulkan ketakutan, keraguan dan keegoisan
pada diri remaja.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena
pada masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik
maupun psikis. Terjadinya banyak perubahan tersebut sering menimbulkan
kebingungan-kebingunngan atau kegoncangan-kegoncangan jiwa remaja,
sehingga ada orang yang menyebutnya sebagai periode “sturm und drang”
atau pubertas.
Ciri utama bahwa seseorang itu memasuki masa remaja adalah terjadinya
‘manarche’ (menstruasi pertama) bagi wanita, dan ‘noctural emissions’
(memimpikan jimak pertama kalinya) bagi laki-laki.
Sesuai dengan pembagian usia remaja terdapat tiga tahap proses
perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai
dengan karakteristiknya, yaitu: Masa remaja awal (12-15 tahun), Masa
remaja madya (15-18 tahun) dan Masa remaja akhir (18-21 tahun).

B. Saran
Penyusunan tentang masa remaja ini perlu ditindaklanjuti dengan
penyusunan selanjutnya pada aspek yang belum disusun. Oleh karena itu,
perlu adanya penyusunan yang jauh lebih lengkap dan sistematis untuk
menunjang landasan dan konteks nilai ini agar lebih dipahami oleh pembaca.

15
REFERENSI

Chaplin J.P, 2004, Dictionary of Psychologi, Dell Publishing Co, Inc., New York.
Crow, 2004, Educational Psychology, American Book Company, New York.
Desmita.2013.Psikologi Perkembangan.Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Ellis, 2001, Studies in the Psychologie of Sex, Rancom House, New York.
Haditono, Siti Rahayu, F. J. Monks, A. M. P. Knoers. 2006. Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam berbagai bagiannya. Cetakan 16. Revisi III. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Handayani, Wiji dan Purnami, Sri. 2008. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Erlangga, Jakarta
Liebert., 2003, Development Psychology, Prentice Hall, Inc., New York.
Piaget, 2001, The Construction of Reality in the Child, Translated by Margaret Cook,
Inc.,
New York.
Prawirosudirjo, 2003, Menginjak Masa Remaja, Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Payne, 2002, Conception of Feminity, Brit. J.M. Psychologie, New York.
Steinberg, Laurence. 2011. Adolescence (9th ed). New York: McGraw-Hill
Stevenson, 2002, Psychologie des Jungmadchens, Quella dan Meyer, Heidelburg.
Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja
Rosdakarya.

16

Anda mungkin juga menyukai