Anda di halaman 1dari 6

13 April 1975 yang kini menetap di Bantul DIY juga layak disebut pancasilais.

Setelah terpuruk dalam


pelbagai usaha dia makin prihatin dengan dunia pertanian Indonesia yang makin tergantung dengan
impor Negara lain. Melalui ide kreatifnya dia berhasil mengolah urine sapi sebagai sarana untuk
memandirikan kelompok tani. Urine sapi yang dibeli dari peternak digunakan sebagai pupuk organik.
Demikian pula kiprah anak-anak muda dalam bidang sosial, ekonomi hingga pengembangan ilmu dan
teknologi masih banyak yang dapat dijadikan teladan. Untuk itu pembelajaran yang bersifat

indroktinatif, regimentatif, monologis

dan

tidak partisipatif

seyogyanya dihindari. Kaum muda adalah subyek, baik sebagai subyek belajar, maupun sebagai subyek
warga Negara. Hal ini penting terutama dalam memposisikan diri peserta didik sebagai bagian dari

“civil society”.

Minimnya pengetahuan, kesadaran dan keterampilan berpolitik masyarakat, yaitu

political illiteracy

, dapat menimbulkan persoalan dalam kehidupan bernegara. Kaum muda yang progresif menyadari
bahwa masa depan hidupnya tidak ada di tangan generasi sebelumnya. Mereka siap bersanding
sekaligus bersaing dengan generasi muda bangsa lain. Satu-satunya pilihan agar mereka tidak tersisih
dan atau disisihkan oleh bangsa lain adalah meningkatkan kualitas diri secara terus menerus. Etos kerja
yang positif perlu diinternalisasikan secara terus menerus agar mereka tidak hanya menjadi generasi
penonton dan atau konsumen. Kepeloporan generasi muda dalam berbagai bidang memberi ruang
optimisme bagi masa depan bangsa dan negara. Nasionalisme dan Pancasila hanya dapat direalisasikan
melalui proses belajar dan kerja keras yang terus menerus.

BAB V

PENUTUP Kembali ke jati diri bangsa

Sebagian generasi muda di zamannya telah menjadi pelopor perubahan. Mereka berhasil menangkap
semangat zaman dan mengaktualisasikan semangat tersebut dalam proses pembentukan keindonesiaan
yang demokratis dan modern. Anak- anak muda yang kritis dan kreatif mampu mengolah dan
mengembangkan tradisi yang ada tanpa sikap yang tradisional. Para pemuda idealis yang berjiwa
progresif revulusioner perlu menjabarkan prinsip kebangsaan melalui kerja keras dan cara yang cerdas.
Melalui kerja keras, komitmen serta pemikiran yang cerdas yang berbasis idealisme general muda
peluang menempatkan Pancasila in action dalam berbagai aspek kehidupan dapat direalisasikan secara
maksimal. Upaya membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik membutuhkan konsistensi
semua elemen bangsa. Upaya merealisasikan nilai-nilai Pancasila harus tercermin dalam kebijakan
pemerintah. Pemerintah dan negara juga wajib mengelola suatu birokrasi sebagai bagian untuk
menggerakkan roda pemerintahan. Pemimpin pemerintahan yang lemah nasionalisme serta jiwa
Pancasilanya akan mudah tergoda atau menyerah pada tuntutan dan desakan kekuatan ekonomi politik
global.

Pewaris cita- cita besar

Di tengah- tengah waktu kultural masyarakat dan ruang publik yang cenderung dipengaruhi oleh
dimensi komersial yang rakus dan mementingkan diri sendiri, masyarakat Indonesia tidak hanya
membutuhkan sosok- sosok pemimpin yang jujur, cerdas dan berkarakter, melainkan juga sistem nilai
yang dapat menjadi panduan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemimpin yang berani dan
tegas dalam membela kepentingan nasional jauh lebih baik dan benar- benar dibutuhkan dalam era
globalisasi yang penuh persaingan. Konsistensi pemerintah dalam menjalankan nasionalisme dan
Pancasila dapat terwujud secara maksimal bila regulasi yang mengatur kehidupan berbangsa merujuk
pada nilai- nilai luhur yang menyertai. Maksudnya pemimpin Indonesia dituntut melaksanakan Pancasila
dan mengutamakan kepentingan nasional secara adil dan tegas. Penyadaran dan pencerahan terhadap
generasi muda tentang nilai- nilai dasar yang terkait dengan Pancasila dan nasionalisme Indonesia masih
tetap dibutuhkan di era globalisasi. Landasan karakteristik kaum muda dapat digali dari sistem nilai oleh
para pendiri bangsa dirumuskan sebagai Pancasila. Sebagai pewaris nilai luhur, generasi muda perlu
menyesuaikan nilai- nilai fundamental yang telah diperjuangkan oleh pendiri bangsa sesuai dengan
tantangan zaman yang dihadapi. Para pemuda yang idealis, berjiwa progresif dan revolusioner biasanya
tidak mau harga diri sebagai pribadi dan bangsa diremehkan dan dilecehkan bangsa lain. Mereka sadar
bahwa sebagai kaum muda dirinya tidak hanya hidup melainkan juga menyadari dirinya sedang hidup.

Peringatan Hari Pendidikan Nasional di tahun ini memunculkan topik Revolusi Industri
4.0 di berbagai media massa. Revolusi industri 4.0 secara umum diketahui sebagai
perubahan cara kerja yang menitikberatkan pada pengelolaan data, sistem kerja
industri melalui kemajuan teknologi, komunikasi dan peningkatan efisiensi kerja yang
berkaitan dengan interaksi manusia. Data menjadi kebutuhan utama organisasi dalam
proses pengambilan keputusan korporat yang didukung oleh daya komputasi dan
sistem penyimpanan data yang tidak terbatas. Lalu, bagaimana pengaruh Revolusi
Industri 4.0 bagi Perguruan Tinggi saat ini?

Perguruan Tinggi merupakan lembaga formal yang diharapkan dapat melahirkan


tenaga kerja kompeten yang siap menghadapi industri kerja yang kian
berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Keahlian kerja, kemampuan
beradaptasi dan pola pikir yang dinamis menjadi tantangan bagi sumber daya
manusia, di mana selayaknya dapat diperoleh saat mengenyam pendidikan
formal di Perguruan Tinggi.

Tantangan Revolusi Industri 4.0


Kuantitas bukan lagi menjadi indikator utama bagi suatu perguruan tinggi dalam
mencapai kesuksesan, melainkan kualitas lulusannya. Kesuksesan sebuah negara
dalam menghadapi revolusi industri 4.0 erat kaitannya dengan inovasi yang diciptakan
oleh sumber daya yang berkualitas, sehingga Perguruan Tinggi wajib dapat menjawab
tantangan untuk menghadapi kemajuan teknologi dan persaingan dunia kerja di era
globalisasi.

Dalam menciptakan sumber daya yang inovatif dan adaptif terhadap teknologi,
diperlukan penyesuaian sarana dan prasarana pembelajaran dalam hal teknologi
informasi, internet, analisis big data dan komputerisasi. Perguruan tinggi yang
menyediakan infrastruktur pembelajaran tersebut diharapkan mampu menghasilkan
lulusan yang terampil dalam aspek literasi data, literasi teknologi dan literasi
manusia. Terobosan inovasi akan berujung pada peningkatan produktivitas
industri dan melahirkan perusahaan pemula berbasis teknologi, seperti yang banyak
bermunculan di Indonesia saat ini.

Tantangan berikutnya adalah rekonstruksi kurikulum pendidikan tinggi yang responsif


terhadap revolusi industri juga diperlukan, seperti desain ulang kurikulum dengan
pendekatan human digital dan keahlian berbasis digital. Menteri Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi M. Nasir mengatakan,  “Sistem perkuliahan berbasis teknologi
informasi nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah
untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.”

bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, wawasan nusantara dan ketahanan nasional. 3.

Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai perjuangan, cinta tanah air, serta rela
berkorban bagi nusa dan bangsa. Demikian halnya dengan bangsa Indonesia, agar dapat tetap eksis
menghadapi globalisasi, maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan
kepribadian Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya dalam pergaulan Internasional.
Diharapkan justru dalam menghadapi globalisasi dengan berbagai tantangan, yang beberapa negara
cenderung menghancurkan nasionalisme kesadaran nasional Indonesia bangkit kembali. Pendidikan
kewarganegaraan sangat penting, dalam konteks Indonesia pendidikan kewarganegaraan itu berisi
antara lain mengenai pruralisme yakni sikap menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan
kreatifitas. Pendidikan itu mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional.
Seperti yang pernah diungkapkan salah satu rek

tor sebuah universitas, “tanpa pendidikan kewarganegaraan yang tepat akan lahir masyarakat

egois. Tanpa penanaman nilai-nilai kewarganegaraan, keragaman yang ada akan menjadi penjara dan
neraka dalam artian menjadi sumber konflik. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara
Republik Indonesia diharapkan mampu

“memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–

masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan
berkesinambungan dengan cita

cita dan tujuan nasional seperti yang d

igariskan dalam Pembukaan UUD 1945 “. Dalam perjuangan non fisik,

harus tetap memegang teguh nilai

nilai ini disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan,
kesenjangan sosial, korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai IPTEK, meningkatkan kualitas sumber
daya manusia agar memiliki daya saing; memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan
berpikir obyektif rasional serta mandiri. Dengan semakin menggilanya fenomena globalisasi, maka harus
diambil tindakan secepatnya baik melalui strategi-strategi tertentu. Strategi yang dimaksud dapat
dilakukan dengan:

1.

Memperkuat sistem pertahanan dan keamanan nasional yang dapat memberikan jaminan keamanan
terhadap identitas dan integrasi nasional serta eksistensi bangsa Indonesia 2.

Pengaturan tata ruang wilayah nasional yang serasi dan harmonis demi kesejahteraan rakyat dan tetap
mempertahankan kepentingan pertahanan dan keamanan nasional. 3.

Optimalisasi pemanfaatan dan pengelolaan berkelanjutan demi pembangunan nasional yang adil dan
merata. 4.

Peningkatan pelayanan kesehatan dan system pendidikan. 5.


Memantapkan identitas nasional yaitu bhineka tunggal ika 6.

Meningkatkan kesadaran pentingnya Bela Negara bagi masyarakat Indonesia. Globalisasi yang cepat
hadir dan bercengkrama dengan kebudayaan masyarakat Indonesia saat ini, tentunya membawa
dampak perubahan terhadap kondisi kemasyarakatan masa mendatang. Kecepatan arus ilmu
pengetahuan dan informasi dalam mendistribusikan opini dan berita publik telah sedemikian cepatnya
merubah pandangan dan wawasan seseorang. Keterbatasan waktu dan jarak membuat kita khawatir
akan dampak globalisasi ini. Proses perubahan yang demikian cepat akibat globalisasi tersebut akan
membawa dampak yang tidak kecil bagi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat Indonesia.
Oleh karena itu tidaklah mengherankan bilamana kekhwatiran akan hilangnya nilai

nilai luhur budaya dan peradaban bangsa Indonesia yang akan tergantikan dengan nilai

nilai global. Hal ini akan menjadi isu utama yang perlu mendapatkan perhatian khusus, terl;ebih lagi
bahwa saat ini masih kurangnya pemahaman dan pengamalan pancasila dan UUD 1945. Salah satu hal
yang sudah mulai pudar adalah budaya gotong royong, dimana budaya gotong royong saat ini
cenderung tergantikan dengan budaya konvensasi atau membayar orang untuk menggantikan
pekerjaan. Oleh karena itu penting kiranya membangun kembali sistem nilai luhur bangsa Indonesia
yang telah dituangkan oleh para pendahulu bangsa Indonesia sebagai buah pemikiran yang cerdas dan
penuh kebijaksanaan, yang tersirat dan tersurat dalam Pancasila dan UUD 1945. Bias saja dengan
kurangnya pemahaman dan pengamalan Pancasila dan UUD 1945 sebagai pandangan hidup berbangsa
dan bernegara serta sebagai ideologi neegara lebih disebabkan oleh lemahnya system pembinaan
individu mulai tingkat informal, seperti lingkungan keluarga sampai ke tingkat folmal seperti system
pendidikan nasional. Selain itu proses perubahan pola pikir, sikap dan tindakan juga tidak terlepas
adanya perubahan social budaya.

Tidaklah dapat dielakkan bahwa pembekalan kemampuan dan pengetahuan setiap warga Negara
menjadi syarat mutlak dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai luhur pada setiap indivu. Dalam hal ini
dibutuhkan persiapan dan proses penyesuaian diri dengan era globalisasi melalui pendidikan
kewarganegaraan. Hal ini telah terlihat pada system pendidikan nasional bahwa pendidikan
kewarganegaraan sudah menjadi salah satu mata kuliah umum di perguruan tinggi. Pendidikan
kewarganegaraan yang diberikan ke mahasiswa di perguruan tinggi didesain sebagai bagian dari mata
kuliah kepribadian. Dimana tujuan pengajaranya memberikan pemahaman akan rasa kecintaan
terhadap tanah air, mengenal nilai - nilai luhur , serta menumbuhkan rasa kebanggaan atas segenap
aspek-aspek social seperti khasanah sosial, ekonomi, budaya politik dan system pertahanan dan
keamanan yang telah turun temurun berlaku di kehidupan bangsa Indonesia. Dengan ini diharapkan
akan muncul jiwa

jiwa pemuda Indonesia yang bias menjadi ilmuwan professional yang memiliki rasa kebanggan akan
tanah air dan berperan aktif dalam menjaga nilai luhur bangsa dalam menghadapi tantangan di era
globalisasi. Pendidikan Kewarganegaraan yang ditawarkan kepada mahasiswa. Sementara itu, dalam
mengantisipasi tuntutan global, pembelajaran diorientasikan agar para mahasiswa mempunyai
kemampuan, kesadaran dan sikap kritis untuk menangkal dampak negatif globalisasi. Globalisasi dan
ekspansi pasar perlu diimbangi kebebasan politik Pancasila sehingga mahasiswa sadar dan mampu
memperjuangkan hak-hak politiknya secara benar, rasional dan bertanggung jawab. Upaya ke arah itu
dapat dilakukan dengan mengisi dan memantapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di perguruan
tinggi dengan memberi kemampuan kritis kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa terlatih secara sadar
untuk senantiasa berbuat jujur.

PENUTUP

Dalam pengimplementasian nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara dapat menumbuhkan semangat nsionalisme yang kuat dalam mengantisipasi
perubahan-perubahan di era globalisasi demi mempertahankan nasionalisme dan keutuhan bangsa
Indonesia. Dan juga dapat menumbukkan sikap saling menghormati dan menciptakan suatu bangsa yang
adil,makmur dan sejahtera. Implementasi nilai-nilai pancasila juga bisa diterapkan dalam segala hal
kegiatan dalam kehidupan misalnya sebagai ideology negara, dalam berpolitik, dalam belajar dan masih
banyak lagi. Sehingga pancasila sangat berguna bagi kelangsungan hidup bangsa.Dapat disimpulkan
bahwa untuk membangun karakter bangsa Indonesia, PendidikanKewarganegaraan harus memainkan
peran sebagai program kurikulum pada lembaga pendidikanformal maupun nonformal, sebagai gerakan
sosio-kultural kewarganegaraan, dan sebagai pendidikan politik kebangsaan bagi para penyelenggara
negara, pimpinan dan anggota organisasisosial dan organisasi politik. Program kurikuler merupakan
pembuka cakrawalakewarganegaraan, gerakan sosio-kultural sebagai pendobrak sekat-sekat
kewarganegaraan, dan pendidikan politik kebangsaan merupakan penegas partisipasi kewarganegaraan.

Anda mungkin juga menyukai