Anda di halaman 1dari 14

Pola Kecenderungan Pembelian dan Preferensi Konsumen Produk

Hasil Pertanian

KELOMPOK 6 :
Widi Raharjo J3J118025
Yukida Muhammad fathan al hanif J3J118139
Sabrina Baldah J3J218415
Natasya Aprilia J3J218430
Rima Dwi Santika J3J218436

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preferensi konsumen merupakan indikator permintaan pasar terhadap suatu produk


pertanian. Faktor tersebut harus menjadi pertimbangan bagi petani produsen dalam
menentukan jensi sayuran yang akan diproduksi. Berbagai jenis sayuran bisa diusahakan
oleh petani sesuai agroekosistemnya, namun selera pasar tidak diketahui dan tidak pasti.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian untuk mengevaluasi selera konsumen, agar dapat
diketahui jenis sayuran yang paling disukai oleh sebagian besar konsumen dan skala
prioritasnya. Di samping itu, petani produsen juga akan punya kriteria dalam menentukan
pilihan usahataninya. Meskipun permintaan terhadap suatu komoditas tinggi, akan tetapi
apabila risiko dan kebutuhan terhadap investasi atau biaya produksi besar belum tentu petani
akan mengusahakan komoditas tersebut. Pentingnya pengukuran terhadap preferensi
konsumen adalah sebagai dasar untuk menarik minat pembeli dalam mengkonsumsi produk,
sebagai acuan bagi produsen untuk menentukan strategi dalam upaya menarik loyalitas
konsumen, dan menjaga interaksi berkelanjutan antara produsen dan konsumen.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pola kecenderungan dan preferensi konsumen terhadap produk hasil


pertanian komoditas tanaman pangan maupun non pangan.
2. Mengetahui pola kecenderungan dan preferensi konsumen terhadap produk hasil
pertanian komoditas perikanan pangan maupun non pangan.
3. Mengetahui pola kecenderungan dan preferensi konsumen terhadap produk hasil
pertanian komoditas peternakan pangan maupun non pangan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Preferensi Konsumen terhadap Beras Organik di Wilayah Kota Bogor

Tahap-tahap proses pembelian :

1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan


Beras organik merupakan produk dari pertanian padi dengan sistem budidaya
organik. Beras organik sangat baik bagi kesehatan karena bebas dari bahan kimia
berbahaya, jika dibandingkan dengan beras lain. Hal ini, menjadikan beras organik
semakin banyak disukai oleh konsumen. Konsumen mulai mengenal kebutuhan akan
beras organik pada saat konsumen mulai menyadari manfaat yang diperoleh. Motivasi
terbesar dalam pembelian beras organik adalah harga jual yang bersaing dengan non
organik (36%), rasa, kemudahan diperoleh, kandungan gizi, kebersihan beras (higienis)
dan keinginan mencoba.
2. Menilai Sumberdaya
Artikel preferensi konsumen terhadap beras organik terdapat hasil survey
pembelian beras organik yang dipengaruhi beberapa peubah seperti pendapatan. Besar
kecilnya pendapatan yang diperoleh konsumen ikut mempengaruhi jumlah pembelian
yang dilaku-kan.
3. Menetapkan Tujuan Pembelian
Konsumen membeli beras organik karena beras tersebut memiliki manfaat bagi
kesehatan (bebas dari kandungan bahan kimia berbahaya), meiliki kandungan gizi yang
lebih tinggi dari beras biasa, butiran beras lebih bersih dan harga terjangkau merupakan
motivasi pembelian.
4. Mengidentifikasi Alternative Pembelian
Konsumen memutuskan alternatif yang akan digunakan setelah menentukan
kriteria evaluasi. Pertimbangan konsumen akan suatu produk, sangat tergantung pada
kemampuan untuk mengingat informasi yang bertahan di dalam ingatan. Jika alternatif
dapat diingat saat berada di tempat perbelanjaan, maka alternatif tersebut dapat
dipertimbangkan. Jika konsumen tidak memiliki pengetahuan tentang alternatif, maka
konsumen harus melihat pada lingkungan untuk membentuk alternatif yang bisa
digunakan sebagai dasar pertimbangan. Berdasarkan hasil survey di artikel preferensi
konsumen terhadap beras organik konsumen mengambil alternative seperti membeli
beras di tempat lain, membeli jenis/merk beras yang berbeda dan memutuskan tidak
membeli jika persediaan beras organik habis di berbagai tempat pembelanjaan.
5. Keputusan Membeli
Pengambilan keputusan untuk pembelian beras organik oleh konsumen dilihat
dari peubah-peubah (komponen) yang mempengaruhinya diantaranya pengaruh penjual,
pencemaran, pendapatan, pengaruh keluarga, kemasan, higienis dan pengaruh teman.
Peubah tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang biasanya dilakukan
oleh setiap konsumen di dalam melakukan pembelian beras, yang meliputi bauran
pemasaran seperti promosi, harga dan faktor internal dari konsumen itu sendiri, serta
pengaruh keluarga dan teman. Hal ini terjadi karena persepsi konsumen terhadap beras
organik dapat mempengaruhi keputusannya dalam membeli beras organik. Semakin
banyak konsumen yang paham akan kualitas dan manfaat beras organik maka
konsumen semakin tertarik dan terdorong untuk membeli beras organik dan
mengkonsumsinya.
6. Perilaku Setelah Membeli
Sebanyak 76% konsumen menyatakan puas akan pembelian beras organik,
karena mutu, rasa yang enak, pulen dan harga terjangkau untuk keluarga. Konsumen
lainnya (24%) menyatakan tidak merasa puas, karena ada konsumen yang menganggap
ketidak-seragaman ukuran beras dan tidak tersedianya beras organik di berbagai tempat
pembelan-jaan. Tingkat kepuasan dapat menumbuhkan loyalitas konsumen terhadap
produk. Hal ini dapat dilihat dari tindakan konsumen ketika menghadapi masalah
ketersediaan pada beras organik yang biasa dibeli. Sebagian besar konsumen akan
mencari di tempat lain, jika jenis beras organik yang biasa dibeli tidak tersedia (50%),
sedangkan 44% akan membei jenis/merek lain dan 6% konsumen memutus-kan tidak
jadi membeli. Tujuan konsumen mempertimbangkan ber-bagai faktor di dalam proses
keputusan pembelian beras organik adalah untuk mendapatkan hasil pembelian yang
sesuai dengan harapan, sehingga yang bersangkutan merasa puas dan akan
menimbulkan loyalitas terhadap produk untuk melakukan pembelian ulang.

2.2 Preferensi Konsumen terhadap Anggrek Vanda

Tahap-tahap proses pembelian :

1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan


Pada saat ini pasar anggrek menuntut tersedianya bunga anggrek potong dan
tanaman pot anggrek yang bermutu dan dalam jumlah cukup untuk memenuhi
kebutuhan yang semakin meningkat dan kontinyu. Peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi perlu dilakukan untuk mengimbangi permintaan pasar bunga anggrek potong
dan tanaman anggrek pot dalam negeri maupun ekspor. Pada komoditas tanaman hias,
warna bunga merupakan kontributor utama terhadap nilai ekonomi bunga (Qud et al.
1995) dan menjadi pertimbangan penting konsumen dalam melakukan pembelian bunga
(Stegelin 2004, Philips et al. 2009). Konsumen juga mencari produk dengan keragaman
warna bunga, daun, tekstur, dan bentuk yang ideal
2. Menilai Sumberdaya
Berdasarkan pada survey yang telah dilakukan di artikel, kemampuan daya beli
konsumen anggrek vanda yaitu diliat dari besarnya penghasilan per bulannya. Semakin
besar pendapatan konsumen per bulan semakin besar juga minat konsumen untuk
membeli anggrek vanda.
3. Menetapkan Tujuan Pembelian
Tujuan konsumen membeli anggrek vanda yaitu sebagai hobi dan sebagai
design untuk mempercantik rumah.
4. Mengidentifikasi Alternative Pembelian
Terdapat alternatif anggrek yang dapat dipilih oleh konsumen seperti anggrek
Phalaenopsis dan anggrek Dendrobium. Pemilihan ini biasanya tergantung pada minat
konsumen karna setiap anggrek memiliki karakteristik yang berbeda beda
5. Keputusan Membeli
Biasanya dalam hal mengambil keputusan untuk membeli suatu komoditas
dipengaruhi oleh factor eksternal. Keputusan kosumen dalam pembelian anggrek vanda
tergantung dengan minat konsumen. Hal yang utama menjadi perhatian konsumen
dalam pembelian anggrek ialah harga, kemudian diikuti oleh ukuran, dan terakhir warna
bunga. Hal ini menunjukkan bahwa warna apapun yang dihasilkan oleh para pemulia,
tetap dipilih oleh konsumen, yang penting murah dan
6. Perilaku Setelah Membeli
Kepuasan dan ketidakpuasan kosumen dilihat dari kualitas anggrek vanda yang
dibeli. Berdasarkan hasil survey lapangan, selera konsumen terhadap anggrek Vanda
ialah bentuk bunga bulat, warna bunga ungu, jumlah kuntum bunga per tangkai >10
kuntum, pola/motif bunga berjala dan berbintik, serta susunan bunga menghadap ke
segala arah, dan relatif kompak. Anggrek Vanda merupakan bunga yang banyak
digunakan sebagai tanaman/ bunga gantung, oleh karena itu kualitas bunga keseluruhan
menjadi perhatian konsumen. Bentuk bunga yang bulat memperlihatkan bentuk yang
eksotik dengan kuntum bunga yang banyak dalam satu rangkaian. Untuk konsumen luar
negeri, Jepang misalnya, warna bunga sangat menjadi perhatian, karena untuk acara-
acara tertentu dibutuhkan warna-warna bunga tertentu pula.
Jika secara keseluruhan tanaman anggrek baik dan sesuai dengan keinginan konsumen,
maka konsumen akan merasa puas.

2.3 Preferensi Konsumen terhadap Pecel Lele di Kota Kendari

Tahap-tahap proses pembelian :

1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan


Pada awalnya, persepsi sebagian besar masyarakat Kota Kendari terhadap ikan
lele adalah kurang baik. Ikan lele dianggap sebagai ikan murah dan identik dengan
tempat pemeliharaan yang kotor. Namun demikian, akhir-akhir ini permintaan terhadap
ikan lele di Kota Kendari semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan bertambah dan
berkembangnya usaha warung makan yang menjual pecel lele. Di lain pihak, sebagai
ibukota provinsi, tentunya Kota Kendari berpenduduk dengan tingkat pendidikan dan
pendapatan yang relatif tinggi sehingga memungkinkan minat dan keinginan terhadap
sesuatu produk akan lebih besar dibandingkan di wilayah lainnya. Di Kota Kendari
pembelinya semakin kritis memilih produk sesuai keinginan mereka. Selera masyarakat
yang selalu menginginkan yang lebih baik, maka kualitas produk harus disesuaikan
keinginan konsumen. Semakin selektifnya konsumen menentukan pilihan dalam
membeli produk ikan lele, merupakan peringatan bagi para produsen terhadap upaya
memuaskan pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan pelanggan setelah
membandingkan dengan harapannya (Umar, 2002). Konsumen saat ini menuntut
pelayanan cepat, dengan porsi tepat serta harga bersaing
2. Menilai Sumberdaya
Konsumsi pecel lele juga sangat dipengaruhi oleh anggaran rumah tangga
bulanan konsumen. Besarnya jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya
beli dari konsumen. Pengeluaran perbulan konsumen untuk membeli pecel lele, yakni
50 persen responden mengeluarkan biaya  Rp 100.000 perbulan untuk membeli pecel
lele. Hal ini membuktikan bahwa antusiasme konsumen untuk membeli pecel lele di
Kota Kendari cukup besar dan berarti bahwa pecel lele merupakan produk yang cukup
diminati masyarakat.
3. Menetapkan Tujuan Pembelian
Sebanyak 48 konsumen dari keseluruhan responden menyatakan bahwa manfaat
yang dicari dalam membeli produk pecel lele adalah menginginkan kandungan gizi
yang terkandung pada ikan lele. Selanjutnya, manfaat yang ingin diperoleh konsumen
adalah kemudahan memperolehnya sebanyak 14,47 persen responden.
4. Mengidentifikasi Alternative Pembelian
Alternatif lain dari produk olahan pecel lele adalah ikan lele goreng, yang diolah
seperti layaknya ikan laut. Umumnya pertimbangan konsumen dalam melakukan
pembelian ikan lele dalam bentuk olahan selain pecel lele yakni berdasarkan rasa yang
lebih enak. Hal ini berarti bahwa pertimbangan rasa menjadi pilihan utama yang diambil
oleh konsumen karena mereka telah memilih ikan lele sebagai menu pilihan.
Pertimbangan rasa ikan lele olahan selain pecel lele ini, disebabkan karena pada warung
tertentu hanya menjajakan lele goreng dan tidak menjajakan pecel lele.
5. Keputusan Membeli
Pada tahap pembelian ini, konsumen harus mengambil keputusan mengenai
kapan membeli, tempat pembelian dan cara pembayaran. Sebanyak 46,05 persen
konsumen membeli pecel lele di warung tenda. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya
konsumen lebih memilih untuk membeli pecel lele di warung tenda dengan berbagai
pertimbangan serta alasan khusus. Keputusan pembelian pecel lele juga dinilai dari
sudut pandang perencanaan. Sebanyak 44,74 persen konsumen membeli pecel lele
tergantung situasi. Artinya, konsumen tidak merencanakan secara khusus dalam
melakukan pembelian pecel lele, namun lebih tergantung pada situasi bila dan kapan
menginginkan pecel lele dan tersedia di tempat pembelian. Sebanyak 61,84 persen
konsumen membeli pecel lele tanpa pengaruh dari pihak lain, yakni hanya keinginan
diri sendiri untuk mengkonsumsi pecel lele. Hal ini membuktikan bahwa pihak yang
paling berpengaruh dalam keputusan pembelian berasal dari diri sendiri, maka pihak
luar dianggap tidak memiliki atau kecil pengaruhnya terhadap keputusan pembelian.
6. Perilaku Setelah Membeli
Sebanyak 86,4 persen responden cukup puas dengan ukuran, harga, warna, rasa,
kebersihan, maupun tekstur pecel lele, sedangkan 13,16 persen merasa biasa saja.
Informasi ini akan menjadi pertimbangan bagi produsen pecel lele untuk meningkatkan
kinerjanya sehingga mampu menambah kepuasan konsumen pecel lele. Sebanyak 51,32
persen responden cenderung tidak konsisten dan hanya 48,68 yang konsisten dalam
melakukan pembelian pecel lele. Setelah menemukan bahwa produk baru itu lebih baik,
barulah akan berpindah. Konsistensi konsumen juga mengalami perubahan ketika ada
perubahan harga produk. Sebanyak 53,95 persen konsumen tetap membeli pecel lele
walaupun harga pecel lele mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pecel lele
masih cukup diminati walaupun harganya telah mengalami kenaikan.

2.4 Preferensi Konsumen terhadap Atribut Mutu Produk Kulit Pari Di Yogyakarta

Tahap-tahap proses pembelian :


1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan
Preferensi konsumen merupakan hal yang penting dalam pemasaran karena
berhubungan erat dengan keberhasilan industri untuk mencapai tujuannya yaitu
keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen atas dasar preferensi konsumen
(Yanuasti 2016). Preferensi konsumen terhadap atribut mutu produk kulit pari
merupakan salah satu data yang dapat digunakan dalam mengevaluasi aspek pasar dari
industri kerajinan produk kulit pari. Responden yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan konsumen atau pemakai produk kulit pari.
2. Menilai Sumberdaya
Artikel preferensi konsumen terhadap atribut mutu produk kulit pari di
pengaruhi oleh beberapa kendala. Kendala yang dihadapi UMK produk kulit pari, antara
lain keterbatasan bahan baku kulit pari segar, keterbatasan produk kulit jadi/kulit semak
(bahan baku produk dan barang kulit). Sesuai permintaan industri serta mutu dan ukuran
kulit semak yang beragam dalam cakupan manajemen rantai pasok (MRP).
3. Menetapkan Tujuan Pembelian
Konsumen membeli produk dari kulit pari karena, tergolong produk komersial
yang unik dan menarik serta hampir tidak pernah ditemui di berbagai pasar kulit di
belahan dunia lainnya dengan harga kompetitif dan sangat di sukai konsumen.
4. Mengidentifikasi Alternative Pembelian
Ada banyak alternatif dalam pembelian produk kulit ikan pari diantaranya adalah
dompet,gantungan kuci,tas,ikat pinggang dan gelang. Pemilihan ini biasanya tergantung
pada minat konsumen, karna setiap produk itu berbeda karakteristiknya.
5. Keputusan Membeli
Biasanya dalam hal mengambil keputusan untuk membeli suatu produk di pengaruhi
oleh faktor-faktor seperti harga,ukuran,dan warna dari produk tersebut. Dan kebanyakan
konsumen memilih atau membeli produk sesuai dengan kemampuannya (harga yang
paling murah).
6. Perilaku Setelah Membeli
Preferensi konsumen merupakan hal yang penting dalam pemasaran karena
berhubungan erat dengan keberhasilan industri untuk mencapai tujuannya yaitu
keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen atas dasar preferensi konsumen.
terhadap atribut mutu produk kulit pari.
. Responden yang digunakan dalam penelitian ini merupakan konsumen atau
pemakai produk kulit pari. Total responden yang digunakan sebanyak 70 orang
Berdasarka produk yang paling banyak dibeli oleh konsumen adalah dompet laki-laki.
Karakteristik responden tentang uji kesukaan menunjukkan bahwa sebagian besar
responden sudah mengetahui produk kulit pari tersebut. Hal tersebut menandakan
bahwa strategi pemasaran yang dilakukan industri cukup efektif dengan jangkauan
distribusi yang masih terbatas lokal, oleh karena itu, masih diperlukan strategi
pengembangan pasar.
Sebagian besar responden dari jumlah 70 orang memberikan penilaian penting
terhadap atribut mutu dan pemilihan lokasi pembelian produk. Kualitas menjadi hal
penting dalam membeli produk. Kualitas yang baik dapat meningkatkan reputasi
industri dan kesempatan mewujudkan cost reduction. Industri yang menciptakan produk
yang berkualitas, akan mendapatkan predikat yang bagus di mata pelanggan.

2.5 Preferensi Konsumen terhadap Kerajinan kaligrafi dikota Sukoharjo

Tahap-tahap proses pembelian :

1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan


Pengrajin kaligrafi membutuhkan kondisi fisik yang bagus dalam menjalankan
usaha sehingga sebagian besar pengrajin berjenis kelamin laki-laki dan bertindak
sebagai keluarga kepala keluarga dalam mencari nafkah (Noviana, 2016). Menurut
Marmawi (2009), laki-laki bertanggung jawab sebagai pemimpin keluarga, pencari
nafkah utama dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak dan istrinya.
2. Menilai Sumberdaya
Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan formal responden rata-rata
hanya tamatan SD sebanyak 11 orang atau sebesar 36,67% Hal tersebut menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan pengrajin tergolong rendah. Tingkat pendidikan pengrajin
berpengaruh terhadap manajemen usaha kerajinan kaligrafi kulit kambing yang
dilakukan. Pendidikan pengrajin menggambarkan kemampuan mengelola usaha
kerajinan kaligrafi. Pendidikan dipandang tidak hanya meningkatkan keahlian dan
ketrampilan, melainkan juga dapat memperbaiki sikap dan menambah pengetahuan
sumber daya manusia, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas (Sutawi,
2007).
3. Menetapkan Tujuan Pembelian
Pengalaman pengrajin rata-rata lebih dari 20 tahun sebanyak 11 orang atau
sebesar 36,67%. Pengalaman pengrajin kaligrafi kulit kambing yang telah bertahun
tahun menjadikan minat khusus konsumen untuk membeli dari pengrajin sukoharjo.
4. Mengidentifikasi Alternative Pembelian
Alternative pembelian yang dilakukan yaitu beralih pada pengrajin yang menjual
harga yang lebih murah atau mencari pengrajin dengan kualitas terbaik berdasarkan,
pelatihan penyamaan kulit dan juga pelatihan pemasaran, cara peminjaman, pembukuan,
managemen, komunikasi, mutu dan kualitas, kerajinan dan perindustrianSemakin
banyak pelatihan yang diikuti pengrajin maka semakin meningkat ketrampilan yang
dimiliki pengrajin. Hal ini sesuai dengan pendapat Arep dan Tanjung (2002) bahwa
pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia
(SDM), terutama dalam hal pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), keahlian
(skill), dan sikap (attitude).
5. Keputusan Membeli
Perilaku konsumen unutk membeli produk kerjainan dari sukoharjo sebab
dianggap memiliki hasil yang cukup baik dan memuaskan disebabkan mayoritas
pengarjin sudah melakukan kegiatan membuat kaligrafi dari kulit kambing dengan
waktu yang cukup lama, hal ini menjadikan kerjainan dari sukoharjo menjadi magis
tersendiri bagi pembelinya.
6. Perilaku Setelah Membeli
Perilaku konsumen terhadap hasil yang diperoleh dari pengrajin di sukoharjo
cukup puas karena pengalaman dan karya dari pengrajin memiliki daya tarik bagi
konsumen.
2.6 Preferensi Konsumen Susu Kambing Perah Produk Peternakan Bangun Karso Bogor

Tahap-tahap proses pembelian :

1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan


Produksi susu di Indonesia berasal dari ternak mamalia seperti sapi, kambing,
maupun kerbau. Susu merupakan minuman bergizi tinggi identik dengan makanan
pelengkap pada konsumsi sehari-hari agar didapatkan gizi seimbang. Seiring
berjalannya waktu populasi penduduk di Indonesia mengalami peningkatan, yang mana
berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi pangan terutama konsumsi hasil ternak.
Berkaitan dengan peningkatan status pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat,
masyarakat sudah mulai sadar akan gizi yang baik salah satunya dapat diperoleh dari
hasil ternak yaitu susu.
Kambing perah termasuk kambing dwiguna penghasil daging dan susu di
Indonesia. Potensi produksi susu kambing cukup baik dan memiliki protein yang tinggi
sehingga dapat mengobati berbagai macam penyakit. Salah satu wilayah yang memiliki
potensi penghasil susu kambing perah yang cukup baik adalah Kabupaten Bogor. Hal
ini berdasarkan faktor iklim yang baik sehingga mendukung potensi produktifitas
kambing perah yang cukup besar. Ada tujuh pelaku usaha peternakan kambing perah
yang terkonsentrasi pada penjualan susu kambing di Kabupaten Bogor, salah satunya
adalah Bangun Karso Farm.
2. Menilai Sumberdaya
Sebanyak 18 orang konsumen mempertimbangkan harga sebelum membeli susu
kambing, dimana harga merupakan jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan
untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk baik
barang maupun jasa (Kotler, 2008). Akan tetapi, beberapa konsumen beranggapan
bahwa harga tidak menjadi sebuah masalah dalam melakukan pembelian susu
dikarenakan kualitas dan manfaat dari susu kambing itu sendiri sebagai penambah
stamina dan penyembuhan penyakit.
3. Menetapkan Tujuan Pembelian
Konsumen membeli susu kambing untuk kebutuhan obat, kesehatan, toko
perlengkapan haji dan konsumen yang terbiasa mengkonsumsi susu kambing.
Perubahan perilaku konsumen sangat penting diketahui agar dapat memperkirakan
kebutuhan konsumen pada saat sekarang dan masa yang akan datang
4. Mengidentifikasikan Alternative Pembelian
Peran penting bagi perusahaan Mempertahankan loyalitas pelanggan dapat
meningkatkan produktifitas dan kelangsungan hidup suatu usaha. Pelanggan yang loyal
merupakan aset penting bagi pelaku usaha, ini dapat dilihat dari karakteristik yang
dimilikinya. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian mengenai analisis preferensi
dan loyalitas konsumen terhadap susu kambing di Bangun Karso Farm perlu dilakukan
agar strategi pemasaran susu kambing dapat tepat sasaran dan sesuai dengan keinginan
konsumen guna menjaga kualitas produk dan bertahan dalam persaingan bisnis secara
berlanjut
5. Keputusan Membeli
Konsumen sangat puas dengan layanan yang diberikan dalam melakukan
pembelian susu kambing di BKF karena pihak manajemen pemasaran melayani
konsumen dengan sangat baik, cepat dan ramah serta terdapat fasilitas layanan antar
susu kambing kepada konsumen. Manajemen pemasaran di BKF berpendapat bahwa
kepuasan konsumen adalah kunci utama dalam penjualan susu kambing sehingga
manajemen berusaha memberikan pelayanan yang terbaik.
6. Perilaku Setelah Membeli
Konsumen yang mendapat kepuasan setelah membeli dan mengkonsumsi susu
kambing akan melakukan pembelian berulang dan secara tidak langsung akan menjadi
loyal terhadap produk susu kambing di BKF. Konsumen merasa senang selama
mengkonsumsi susu kambing di BKF terkait dengan atribut yang melekat pada susu
kambing. Implikasi dari rasa senang mengkonsumsi susu kambing produk BKF
ditunjukkan melalui sikap seringnya konsumen merekomendasikan susu kambing pada
pihak lain seperti keluarga, tetangga, dan rekan kerja yang ingin mengkonsumsi susu
kambing. Hal ini dapat menjadi stimulus bagi pihak manajemen BKF untuk lebih
memperbaiki manajemen produk dan lebih mengembangkan pemasaran susu kambing.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan respon konsumen mereka kembali dan akan mencari barang yang
dihasilkan produsen sebab merasa produk yang didapat memuaskan sehingga konsumen
loyal karena merasa puas dengan hasil yang didapatkannya.
3.2 Saran
Dari prefensi konsumen mereka menginginkan pelayanan yang baik serta inovasi
terhadap produk dengan kualifikasi yang baik pula, serta dengan layanan perlengkapan
yang diberikan produsen pada konsumen menjadi salah satu faktor penting prefensi
konsumen serta kegiatan promosi agar produk dikenal masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai