PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaksi Hidrolisis air dengan senyawa lain, senyawa diurai menjadi dua
bagian, air ditambahkan ke salah satu bagian dari atom hidrogen, dan gugus
hidroksil ditambahkan ke bagian lain, sehingga untuk mendapatkan dua atau
lebih proses reaksi senyawa baru. Aplikasi yang lebih industri adalah hidrolisis
bahan organik, terutama memproduksi alkohol dan fenol.Netralisasi atau reaksi
hidrolisis adalah reaksi kebalikan dari esterifikasi.Air hidrolisis yang paling
organik sendiri sulit untuk berjalan dengan lancar.Hidrolisat sesuai dengan sifat
dari agen hidrolitik mungkin larutan natrium hidroksida, asam encer atau pekat,
dan kadang-kadang juga dengan kalium hidroksida, kalsium hidroksida, seperti
larutan natrium bisulfit.Ini disebut hidrolisis basa dan menambahkan hidrolisis
asam.Hidrolisis mungkin intermiten atau kontinu operasi, bekas reaktor sering
autoclave, reaktor multi-menara kedua.
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Thermodinamika Reaksi Hidrolisis
Sejauh mana sebuah reaksi kimia dapat berlangsung pada kondisi tertentu
ditetntukan oleh keadaan kesetimbangan. Driving force reaksi tersebut adalah
perubahan energi bebas, yang berkaitan dengan konstanta kesetimbangan (K)
pada persamaan
∆ F o=−RT ln K
o
Dimana superscript menunjukkan bahwa semua reaktan dan produk dalam
keadaan standar. Hubungan termodinamika menghubungkan antara perubahan
energi bebas dengan panas reaksi (−∆ H o ).
∆ F o=∆ H o−T ∆ S o
∆ S o adalah perubahan entropi yang terjadi pada reaksi. Jika perubahan energi
bernilai negatif maka reaksi berjalan spontan dan menjadi reaksi yang baik dengan
meningkatnya (−∆ F o). Di lain sisi jika perubahan energi bebas bernilai positif
dan lebih besar dari 10 kg-cal/mol, maka reaksi tidak cocok untuk aplikasi praktis.
Kita harus mengetahui konstanta kesetimbangan atau ∆ F o, untuk memastikan
kondisi yang diperlukan untuk menghasilkan yield yang tinggi dan untuk
menghindari upaya sia-sia pada reaksi yang secara termodinamik tidak mungkin
terjadi.
2.1.1Metode Perhitungan Konstanta Kesetimbangan
1. Hidrasi Etylene
C2H4(g) + H2O(g) = C2H5OH ∆H298 = −11.000cal/mol
Perubahan energi bebas yang menyertai reaksi ini dapat dihitung
dengan “Aston and coworkers” pada berbagai suhu, menggunakan
metode dari mekanisme statistik.
3
Pada tabel tersebut terlihat bahwa bahwa log K dan ∆Fo menjadi nol pada
sekitar 70oC (dengan percobaan) atau 90oC (perhitungan). Ini seharusnya dapat
dicatat bahwa pada temperatur di bawah nilai ini pembentukan alkohol terjadi ( K
> 1) dan jika di atasnya, dehidrasi menjadi ethylene (K<1). Estimasi perubahan
energi bebas dapat dibuat ari panas reaksi bersama dengan perubahan entropi.
Akhir ini bisa mengambil 30 cal per deg per mol(e.u) untuk setiap perubahan
jumlah mol antara produk dan reaktan dalam reaksi gas atau diperkirakan oleh
Metode Meissner. Nilai dari -30 e.u untuk ∆So menghasilkan ∆Fo298 = - 2000
cal/mol, dimana persetujuan yang adil dalam nilai di atas.
Pemutusan ikatan :
C−¿Cl 66,5 kg-cal
H−¿O 110,2 kg-cal
176,7 kg cal
Pembentukan ikatan :
C−¿O 70,0 kg-cal
H−¿Cl 102,7 kg-cal
172,7 kg-cal
4
∆H = 4,0 kg-cal/mol
Kombinasi dari dua reaksi :
C2H5Cl = C2H4 + HCl ∆H = 15,3 kg-cal
C2H6 + HOH = C2H5OH ∆H = −¿11,0 kg-cal
5
Hal tersebut dapat mengindikasikan reaksinya sedikit
endotermik. Sebagian kecil panas reaksi, bagaimanapun, akan
mengindikasikan bahwa faktor entropi ( T ∆S) walaupun kecil
merupakan faktor yang menentukan posisi kesetimbangan.
Perhitungan dari energi bebas pembentukan gas pada 25 oC
menghasilkan ∆Fo = 1,1 kg-cal per mol untuk hidrolisis fase uap.
4. Inversi Sukrosa
Banyak reaksi hidrolitik, termasuk dekomposisi ester adalah
reversibel, tetapi seperti inversi sukrosa dan hidrolisis protein,
walaupun tidak sepenuhnya terjadi, tidak akan terjadi reaksi bolak-
balik. Pengaruh panas dari reaksi ini, bagaimanapun penting. Inversi
sukrosa, sebagai contohnya, reaksi eksotermik dengan ∆H pada 25 oC
sekitar -3,6 kg-cal/mol.
6
data thermodinamika yang tepat pada reaksi fase uap dari tipe ini tidak
dibutuhkan ketika posisi kesetimbangan mungkin bergeser ketika tekanan
berubah.
2.1 Kinetika dan Mekanisme dari Hidrolisis
Dalam proses komersial, pengaruh reaksi berjalan cepat atau lambat sangat
penting dan kecepatan saat reaksi kimia mendekati kesetimbangan adalah
signifikan. Jika reaksi bersifat termodinamika memiliki kemungkinan, tetapi
berproses dengan sebuah percepatan bukan merupakan praktek yang ekonomis,
itu berarti harus menemukan kecepatan yang akan meningkat. Dalam penambahan
variasi suhu, tekanan, dan perbandingan konsentrasi, penambahan katalis
mungkin dapat dilakukan untuk memberikan hasil yang diinginkan. Walaupun
kondisi reaksi dan katalis ditentukan dengan percobaan,
Data yang diperoleh dari kecepatan reaksi dapat ditafsirkan melalui salah
satu dari teori benturan atau teori kecepatan reaksi mutlak. Sehingga dapat
dihubungan dengan suhu (T) dan konstanta kecepatan (k) menjadi bentuk
modifikasi dari persamaan arhenius. Persamaannya yaitu :
K=PZe-E/RT
Dimana :
E = energy aktifasi
R = konstanta gas
Z = frekuensi benturan pada konsentrasi unit dari reaktan
P = faktor kemungkinan
Dalam beberapa kasus antara teori dan percobaan. Z dapat dihitung dari
teori kinetic. Teori terbaru, yang juga disebut teori transition state, penempatan
penekanan dalam energy bebas dari aktifasi dan dikaitkan dengan kemungkinan
thermodinamika dari pencapaian sebuah “aktifasi komplek”, atau state transisi.
Satu bentuk dari kecepatan konstan di tunjukan adalah
7
Dimana
∆F’ = standard energi bebas
∆H’ = konten panas
∆S’ = entropi aktivasi
K = konstanta kesetimbangan untuk aktivasi
k'T / h = konstanta frekuensi universal.
2.2.1 Hydration of Ethylene
8
dengan persyaratan dan merupakan langkah untuk menentukan.
Moleculs air tidak masuk ke daerah transisi, molekularitas reaksi adalah
nol sehubungan dengan pelarut air.
Mace dan Bonills telah membentuk persamaan laju untuk
hidrasi langsung dari etilena didukung katalis oksida tungsten yang
menunjukkan bahwa hasil hidrasi dengan reaksi permukaan tanpa
kekurangan oleh adsorpsi yang kuat dari etil alkohol.
2.2.2 Hidrolisis ester
Studi ekstensif dari hidrolisis ester telah menunjukkan bahwa
reaksi reversibel dan dikatalisis oleh oksonium (H3O+) dan hidroksil ion
(OH-). Penambahan asam mempercepat reaksi tapi hampir menggeser
posisi kesetimbangan, dimana penambahan basis yang cukup tidak
hanya meningkatkan rate tapi juga menyebabkan reaksi pindah ke
penyelesaian oleh netralisasi produk asam.
Kasus yang paling umumdarihidrolisisdasarmengikutimekanisme
yangditunjukkan sebagaiberikut:
9
2.2.3 Hidrolisis amida
Amida dapat dihidrolisis oleh asam encer atau alkali untuk menghasilkan
asam organic atau garam. Mekanisme yang diusulkan untuk hidrolisis amida
sama dengan ester.
Yang diasumsikan substitusi nukleo filik OH- untukCl- pada kelompok alkil.
1. Mekanismebimolekular:
2. Mekanismeunimolecular:
Dalam jenis ini, tolakan antara pereaksi menyerang nukleofilik (OH) dan
pusat reaksi (R) adalah penting. yang ionizability ikatan C-Cl mengontrol
10
mekanisme. hidrolisis tersier butil klorida adalah reaksi orde pertama dan hasil
lebih cepat.
Resonansi dan effek induksi tersaji dalam halide tak jenuh, seperti vinyl
chloride dan allyl chloride dalam mekanisme. Dalam allyl chloride, contohnya
efek resonansi (CH3=CH-CH2-Cl) meningkatkan ionisasi ikatan C-Cl dan
cenderung mengikuti alur unimolecular. Efek induksi (CH3=CH-CH2-Cl) akan
cenderung ke mekanisme bimolekular.
11
tanpa melihat kemungkinan tidak baik bergeser dari titik kesetimbangan.
Reaksi hidrolisa seperti yang lainnya, mengikuti hukum bahwa kecepatanyya
double kira kira untuk setiap kenaikan 10o dalam suhu.
Gambar 13-1 mengilustrasikan hubungan antara suhu dan waktu dari
kebutuhan pemanasan untuk menjaga 92 persen yield dari phenol dari
klorobenzen dan kaustik cair3. Pada 370oC, 12 menit sudah cukup, pada 295oC,
3 jam.
12
yang mana terbentuk diallyl ether dan yield yang rendah pada produk utama,
allyl alcohol.
teori transisi.
Dimana ∆V adalah perubahan volume antara reaktan dan aktivasi
komplek. Untuk saponifikasi dari ethyl acetate melebihi range tekanan 250-500
atm, perhitungan nilai ∆V adalah -11. Begitu kecepatan naik seiring
peningkatan tekanan.
13
Lemak + asam menjadi asam lemak + gliserol
Lemak + air menjadi asam lemak + gliserol
Contoh:
2. Karbohidrat
Termasuk gula, selulosa, tepung (polisakarida), tongkol jagung, sekam
padi, dan lain-lain yang mengandung pentosan pada proses hidrolisis
menjadi furfural. Juga sebagai bahan baku pembuatan
HEXAMETILDIAMIN untuk bahan NYLON.
Contoh:
14
Aplikasi hidrolisis dalam industri “Proses Produksi Bioetanol Berbasis
Singkong”.
Salah satu jenis umbi-umbian yang telah lama dikenal dan dibudidayakan
adalah singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon (cassava). Singkong
merupakan sumber energy yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein
(Muljadi,dkk. 2009).
Ketela pohon merupakan tanaman berkayu, beruas-ruas dan panjang,
ketinggiannya bisa mencapai 3 meter atau lebih. Ketela pohon atau singkong
merupakan umbi atau akar pohon yang panjangnya antara 20-80 cm dan bergaris
tengah 5-10 cm tergantung jenis ketela pohon yang ditanam. Komponen utama
ketela pohon adalah karbohidrat (34%), air (62,5%) dan sisanya terdiri dari
protein, lemak, dan abu (Mastuti, dkk. 2010).
Proses pembuatan glukosa dari pati pada umumnya menggunakan
hidrolisis enzim (Muljadi, dkk. 2009). Enzim yang biasa digunakan untuk proses
pembuatan sirup glukosa secara sinergis adalah enzim α-amilase dan enzim
glukoamilase. Enzim α-amilase akan memotong ikatan amilosa dengan cepat pada
pati kental yang telah mengalami gelatinisasi. Kemudian enzim glukoamilase
akan menguraikan pati secara sempurna menjadi glukosa pada tahap sakarifikasi
(Rahmayanti, 2010).
Reaksi pembentukan bioethanol ditunjukkan pada reaksi (1) dan (2).
15
didinginkan sampai mencapai temperature 90℃ tambah enzim α-amilase.
Suhu 90℃dipertahankan selama 1 jam.
b. Proses Sakarifikasi
Dilakukan terhadap hasil gelatinase yang didinginkan sampai mencapai 60
℃, kemudian ditambah enzim glukoamilase waktu proses 3 jam.
c. Proses Fermentasi
Dimksudkan untuk mengubah glukosa menjadi alcohol dengan
menggunakan yeast. Proses fermentasi alcohol terjadi pada kondisi
anaerob dengan menggunakan Saccharomyces yang mengubah glukosa
menjadi etanol dan CO2. Bioetanol yang diporelah dari proses fermentasi
ini, berkadar 6-10% (kaldu fermentasi).
d. Proses Distilasi
Dimaksudkan untuk memurnikan bioethanol hasil fermentasi yang
mempunyai kemurnian sekitar 6-10% menjadi >90% alkohol (Muljadi,
dkk. 2009)
Uraian Proses
Singkong dikupas kulitnya, dibersihkan kemudian diparut dengan mesin
pemarut. Hasil parutan diperas untuk memperoleh sari patinya. Bubur pati
dipanaskan sampai 105℃. Apabila larutan sudah mulai mengental tambahkan
sejumlah enzim α-amilase sesuai dosis yang dijalankan, dan suhu dijaga 90℃
selama 1 jam lalu didinginkan sampai mencapai temperature 60℃. Tambahkan
enzim glukoamilase sesuai dosis yang divariasikan dan temperatur 60℃ tersebut
dipertahankan selama sekitar 3 jam. Hasil yang telah diperoleh dilanjutkan dengan
proses fermentasi dengan menambahkan ragi, nutrisi (urea da NPK). Proses ini
dilakukan dalam fermentor dan berlangsung selama kurang lebih 4 hari. Selama
fermentasi berlangsung suhu akan naik dan diikuti penggelembungan gas CO 2.
Fermentasi selesai ditandai dengan menurunnya suhu hingga suhu sekeliling.
Bioetanol hasil fermentasi (kaldu fermentasi) ini mempunyai kadar alkohol 6-
10%. Selanjutnya, kaldu fermentasi dimurnikan menggunakan alat distilasi dan
hasil proses pemurnian dianilisis kadar alkoholnya (Muljadi, dkk. 2009).
Diagram alir :
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Termodinamika dalam hidrolisa adalah hidrasi ethylene, hidrolisis alkil
klorida, hidrolisis ethyl asetat, dan inversi sukrosa.
2. Aplikasi hidrolisa dalam industry yaitu berupa sabun yang berasal dari
lemak, dan pembuatan sirup dari karbohidrat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Edi, Mulyadi and Mu'tasim , Billah and Novel, Karaman (2009) PROSES
PRODUKSI BIOETANOL BERBASIS SINGKONG. In: Seminar nasional
Implementasi Teknologi Informasi dalam pengembangan Industri kimia, Kimia
dan Manufaktur, 25 Nopember 2009, Surabaya.
Groggins, P.H., 1958, “Unit Processes in Organic Synthesis”, McGraw-Hill, New
York.
Rahmayanti, Dian, 2010, “Pemodelan Dan Optimasi Hidrolisa Pati Menjadi
Glukosa Dengan Metode Artificial Neural Network-Genetic Algorithm
(AnnGa)”, Semarang: Universitas Diponegoro.
https://www.scribd.com/doc/231278036/Hidrolisis
18