Anda di halaman 1dari 12

Makalah 402

Indra Topanesa

Ref Esthetic Dentistry: A Clinical Approach to techniques and material

KEGAGALAN RESTORASI

Beberapa kegagalan dalam restorasi meliputi kegagalan estetik, mekanis, biologis, dan
oklusal.

a. Kegagalan Estetik

Estetik dalam bidang kedokteran gigi bergantung pada usaha dari dokter gigi, teknisi, dan
pasien. Apabila diagnosa kasus salah ditetapkan kegagalan dapat terjadi.

Dokter Gigi

Keberhasilan restorasi dipengaruhi oleh peran dokter gigi. Dokter gigi harus memiliki
kemampuan sebagai berikut, kemampuan menentukan kebutuhan estetik untuk setiap kasus,
kemampuan berkomunikasi dengan rekan sejawat, pasien dan teknisi.

Kegagalan Menentukan Desain Senyum

Pada restorasi estetik salah satu faktor penting adalah penentuan desain senyuman. Dokter
gigi harus memahami prinsip dasar desain senyum, dapat memvisualisasikan hasil akhir,
mempertimbangkan wajah pasien sebagai satu kesatuan dengan hubungan gigi geligi, garis
bibir, dan wajah itu sendiri. Dokter gigi harus memiliki pengetahuan mengenai estetik,
kesimetrisan dan bentuk rahang.

Kesalahan Preparasi Gigi

Kesalahan preparasi gigi merupakan salah satu alasan lain kegagalan estetik. Pada restorasi
veneer, veneer yang terlalu tebal dengan preparasi yang terlalu sedikit dapat disebabkan
kedalaman preparasi yang kurang di area fasial dan gingival, hal ini menyebabkan kegagalan
estetik dan berkurangnya kekuatan restorasi. Penempatan margin gingival merupakan hal
yang harus diperhatikan. Jika tidak dilakukan benar, diskolorasi kehitaman akan terlihat
beberapa saat setelah restorasi estetik. Hal ini dapat menganggu estetik terutama pada pasien
yang memiliki garis senyum yang tinggi. Margin interproksimal juga harus diperhatikan, agar
batas antara gigi dengan porselen tidak terlihat apabila dilihat dari sudut yang berbeda.

Kesalahan Pemilihan Kasus

Walaupun restorasi porselen telah banyak dipergunakan, terdapat beberapa kontraindikasi


sehubungan dengan penggunaannya dan keberhasilan estetiknya. Sebagai contoh, veneer
porselen tidak dapat dipergunakan untuk penutupan diastema dengan ruangan yang besar
antar gigi, oleh karenanya diperlukan perawatan ortodontik. Jika tetap dilakukan, hal ini akan
menganggu estetik karena insisif sentral menjadi terlalu lebar sehingga tidak proporsional.

Kurangnya Komunikasi antara Dokter Gigi dengan Pasien dan Teknisi

Dokter gigi dapat menggunakan berbagai alat agar dapat menjalin komunikasi yang baik
dengan pasien untuk menyampaikan gambaran perawatan dan mendapatkan persetujuan
pasien, diantaranya adalah gambaran komputer, mock-ups komposit, wax-ups, mahkota
sementara. Dokter gigi juga harus dapat menjelaskan apabila pasien menginginkan perawatan
yang tidak realistis untuk menghindari efek negatif dan kegagalan restorasi. Selain itu, dokter
gigi harus dapat memiliki komunikasi yang baik dengan teknisi agar tercapai hasil yang
diinginkan. Teknisi juga harus memiliki kemampuan yang baik dalam pembuatan restorasi.

b. Kegagalan Mekanis

Fraktur

Pada pembuatan veneer porselen, dokter gigi ataupun asisten tidak boleh melakukan
penekanan terlalu besar karena dapat menyebabkan fraktur pada restorasi porselen. Restorasi
akan terekspos pada stimulus eksternal dalam mulut dan gaya-gaya mekanis. Kegagalan
mekanis dapat disebabkan permasalahan adhesif dan kohesif, gaya internal dan eksternal atau
kesalahan desain.

Perubahan Warna Resin Luting

Warna tidak sesuai atau perubahan warna juga dapat menjadi penyebab kegagalan. Salah satu
cara untuk mencegah terjadinya ketidak sesuaian warna ialah harus adanya komunikasi yang
baik antara dokter gigi dengan teknisi. Transfer warna, tekstur dan bentuk dapat dibantu
dengan gambar ataupun foto. Pada restorasi veneer, apabila warna akhir tidak sesuai, veneer
memerlukan resin luting untuk mengubah warna yang tidak sesuai. Glazing dan Polishing

Pada restorasi porselen, panjang, bentuk, dan tekstur juga desain senyum dapat dikoreksi
pada tahap try-in, baru setelah itu laboratorium dapat melakukan glazing dan polishing akhir.
Penuaan

Proses alami dari penuaan berkaitan dengan bertambah gelapnya warna gigi. Hal ini juga
dapat mempengaruhi warna restorasi estetik jangka panjang. Veneer yang sangat tipis yang
direkatkan dengan resin luting translusen akan mengalami perubahan warna setelah

sepuluh sampai lima belas tahun. Akan tetapi, karena hal ini merupakan proses alami yang
diikuti gigi alami, hal ini tidak akan merupakan kegagalan restorasi. Akan tetapi, apabila
restorasi veneer sangat opaq sehingga perubahan natural tidak dapat terlihat ketika gigi alami
mengalami perubahan, hal ini akan menimbulkan masalah estetik.

Kebocoran
Permasalahan kebocoran pada restorasi estetik dengan porselen hanya dapat diatasi dengan
penggantian restorasi.

Preparasi Margin

Penempatan margin preparasi yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan kegagalan restorasi.
Restorasi yang memerlukan penempatan margin di subgingiva lebih rentan mengalami
kebocoran karena lemahnya ikatan permukaan dibandingkan dengan email. Untuk mencegah
hal ini, sebelum dilakukan bonding, margin perlu diisolasi untuk mencegah cairan sulkus
menganggu ikatan permukaan.

Kurangnya Fit Marginal

Pencetakan yang baik harus dilakukan untuk mendapatkan ketepatan margin yang baik.
Margin preparasi harus diperiksa setelah diperoleh model plaster sebelum dikirimkan ke
teknisi.

c. Kegagalan Biologis
Kegagalan biologis yang umum terjadi biasanya pada daerah periodonsium, marginal, dan
adanya sensitivitas setelah restorasi. Apabila perubahan warna tidak memerlukan penempatan
margin subgingiva, maka margin jangan diperluas ke subgingiva, hal ini untuk mengurangi
permasalahan periodontal.

Sensitivitas setelah restorasi dapat terjadi karena bakteri yang tertinggal di dentin setelah
prosedur adhesif. Oleh karenanya untuk mencegah kontaminasi bakteri perlu dilakukan
preparasi segera dan penggunaan provisoris. Sensitivitas setelah restorasi juga dapat
disebabkan prosedur etsa bonding. Dentin terbuka sebaiknya tidak dietsa lebih dari 10-15
detik.

d. Kegagalan Oklusal

Restorasi veneer dapat mengalami kerusakan karena interference oklusal. Hal ini dapat terjadi
pada pasien yang memiliki kebiasaan seperti bruxism atau grinding. Hal ini dapat dihindari
jika dokter gigi dapat melakukan pemilihan material restorasi yang tepat, memperhatikan
oklusi pasien dan melakukan teknik finishing dan polishing yang tepat.

KOMPLIKASI

Chipping terjadi karena fraktur kohesif yang terjadi dalam body porcelain pada daerah
dengan beban berat (biasanya daerah yang mengalami trauma). Untuk minor chipping pada
incisal edge yang tidak mengganggu estetik maka cukup dipoles dengan fine diamond bur
dan silicone point, tetapi jika mengganggu estetik maka digantikan dengan komposit
Prosedur memperbaiki chipping :

 Isolasi rubber dam.

 Masukan sand dalam intraoral sandblaster dan sanblast permukaan porcelain yang

chipping selama 15 detik.

 Aplikasi silane dan keringkan

 Aplikasi bonding dan light curing


Contoh repair pada chipping

REPAIR

Porcelain Repairs

a. Repair fraktur porselen tanpa metal terekspose

Kemajuan terbaru dalam silane coupling agents dan opaquers dan color modifier
memungkinkan perbaikan fraktur porselen dari ceramometal restorasi.
Armamentarium
 Microetcher atau hydrofluoric acid etching gel

 Silane

 Bonding resin of choice

 Composit resin of choice

 Composite resin instruments

 Color modifier of choice Teknik klinis

 Bersihkan gigi yang direpair dan gigi tetangganya dengan pumis. Tentukan shade
gigi dengan akurat (gigi dalam keadaan basah dengan saliva)

 Menggunakan water-cooled, high-speed coarse diamonds untuk membuang bagian


porselen yang patah dan bevel 2 mm pada bagian yang patah dari porselen dan
membentuk featheredge pada tepi porselen

 Menjaga daerah kerja selalu kering

 Sandblast atau etsa bagian porselen yang direpair dengan hydrofluoric acid gel
selama 3 – 6 menit sesuai instruksi penggunaan

 Aplikasi silane pada daerah porselen yang direpair

 Keringkan berdasarkan instruksi penggunaan

 Aplikasi bonding resin, buang bagian yg berlebihan dengan semprotan udara


dengan

tekanan ringan dan lakukan penyinaran dengan light curing

 Aplikasi komposit secara inkremental

 Aplikasi color modifier jika dibutuhkan

 Finish dan polish


b. Repair fraktur porselen dengan metal terekspose

Penggunaan metal bonding agents meningkatkan kemampuan untuk memperbaiki fraktur


pada porselen dengan metal yang terekspos

Tabel Metal bonding agen

Armamentarium :
Alat-alat yang digunakan sama dengan penggunaan restorasi resin komposit klas III dan klas
IV dengan peralatan tambahan sbb :

 Small round atau inverted cone high speed tungsten burs untu membuat retensi
mekanis

 Metal opaque of choice

Teknik klinis :

 Bersihkan gigi yang direpair dan gigi tetangganya dengan menggunakan komposit

 Penentuan shade yang akurat dilakukan ketika gigi basah dengan saliva
 Menggunakan water-cooled, high-speed diamonds untuk membuang bagian porselen
yang rusak/fraktur dan membuat bevel 2 mm di sekitar bagian porselen yang fraktur.
Tepi porselen yang dibevel berbentuk featheredge

 Membuat retensi tambahan :

- Penempatan lubang retensi melalui metal

- Menggunakan coarse diamond atau microetcher untuk membuat kekasaran pada


pemukaan metal dan membuang lapisan oksida

 Selama prosedur daerah kerja harus tetap kering

 Sandblast atau etsa permukaan porselen dengan hyadrofluoric acid gel selama 3 – 6
menit. disesuaikan dengan instruksi penggunaan

 Aplikasi silane pada porselen

 Dikeringkan sesuai instruksi penggunaan

 Aplikasi selapis tipis metal opaquer

 Aplikasi komposit resin secara inkremental

 Aplikasi color modifier jika dibutuhkan

 Restorasi komposit diselesaikan, finish dan polish


Repair of ceramometal margins

Armamentarium
Armamentarium yang digunakan sama dengan alat yang digunakan untuk repair porselen dan
repair porselen dengan metal terekspos, tetapi juga dibutuhkan tambahan :

 Dentin Bonding agent

 Metal opaquer of choice Teknik klinis

 Bersihkan gigi yang di repair dengan gigi tetangga menggunakan pumis

 Penentuan shade yang akurat pada gigi dalam keadaan basah oleh saliva

 Preparasi gigi

o Metal collar dilepaskan

o Letakkan coarse diamond pada sudut antara mahkota dan gigi untuk
pembuatan long bevel pada bagian yang berbatasan dengan porselen dan
buang metal collar. Featheredge insisal porselen dan bevel gingival margin.
Groove retensi dapat ditambahkan (jika dibutuhkan) pada gingival wall

 Selama prosedur daerah kerja tetap kering

 Sandblast atau etch pada porselen dengan hydrofluoric acid gel sesuai dengan
instruksi penggunaan

 Bilas dan keringkan

 Aplikasi silane pada porselen

 Apabila metal terekspos signifikan, aplikasi selapis tipis metal opaquer


 Apabila dentin yang masih ada terekspose, aplikasi bonding hanya ke bagian enamel
dan dentin

 Aplikasi komposit resin secara inkremental

 Aplikasi color modifier (jika dibutuhkan)

 Restorasi komposit diselesaikan, finish dan polish


Anda mungkin juga menyukai