Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini, perkembangan ilmu di bidang kedokteran gigi telah menemukan teknik untuk
merestorasi kelainan atau kerusakan gigi khususnya berkaitan dengan estetik. Salah satu tehnik
untuk mengoreksi gigi yang tidak estetik yang memenuhi prinsip ini adalah veneer. Veneer adalah
suatu lapisan tipis yang sewarna gigi sedikit transparan diaplikasikan pada permukaan bagian
fasial dan proksimal gigi secara tetap dengan menggunakan etsa asam dan bonding agent.
Dilakukan pada gigi yang mengalami kerusakan atau pewarnaan, malformasi, abrasi atau
kegagalan restorasi. Ada veneer komposit dan vener porselen yang menggunakan teknik etsa
asam, bonding dan semen resin. Di balik segala manfaat yang diperoleh dari penggunaan veneer,
terdapat beberapa kontroversi dalam penggunaannya karena sekarang ini marak penggunaan
veneer yang hanya untuk kepentingan estetik saja tanpa adanya masalah pada gigi. Hal tersebut
cenderung merugikan untuk gigi yang sehat, karena sebelum veneer diaplikasikan, dilakukan
pengikisan terlebih dahulu pada email gigi. Makalah ini dibuat untuk mengetahui cara terbaik
pembuatan veneer yang menghasilkan estetik yang baik namun tetap sehat.
BAB II
PORCELAIN VENEER

Veneer adalah sebuah bahan pelapis yang sewarna dengan gigi yang diaplikasikan pada
sebagian atau seluruh permukaan gigi yang mengalami kerusakan atau pewarnaan intrinsik.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan veneer dapat dari resin komposit, keramik atau porselen.
Veneer porselen adalah suatu bahan untuk meningkatkan penampilan estetik gigi yang
mengalami pewarnaan. Veneer porselen berupa lapisan tipis setebal kira – kira 0.5 – 0.8 mm yang
menutupi permukaan labial gigi anterior dan permukaan bukal beberapa gigi premolar.
Veneer dibentuk dengan struktur yang serupa dengan gigi agar dapat melekat erat pada gigi yang
akan di preparasi.
Terdapat dua tipe veneer, antara lain :
1. Partial veneer
Partial veneer diindikasikan untuk restorsai permukaan gigi yang mengalami
perubahan warna secara intrinsik, dan kerusakan yang terlokalisir. Pembuatan partial
veneer dilakukan secara direct (langsung diaplikasikan pada pasien).
2. Full veneer
Full veneer untuk restorasi yang memerlukan pelapisan permukaan fasial secara luas
atau untuk area yang mengalami staining intrinsik pada permukaan fasial. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pemasangan full veneer, yaitu: usia
pasien, oklusi, kondisi kesehatan jaringan sekitarnya, letak dan posisi gigi, serta
kebersihan rongga mulut pasien. Pembuatan full veneer dilakukan secara direct dan
indirect.

A. Pembuatan Veneer
Pembuatan veneer dapat dilakukan secara direct dan indirect tergantung kondisi gigi pada
saat itu. Pembuatan direct veneer secara langsung diaplikasikan pada pasien sedangkan
indirect dilakukan pencetakan terlebih dahulu kemudian diproses di laboratorium, hasilnya
baru diaplikasikan pada pasien.
o Direct veneer
Terdapat 2 teknik pembuatan pada tipe direct veneer :
 Direct partial veneer (veneer langsung sebagian)
Teknik ini digunakan untuk pewarnaan gigi pada kondisi kerusakan kecil atau area
yang terlokalisir yang dikelilingi dengan gingiva yang sehat. Kerusakan ini bisa
direstorasi dalam satu kali kunjungan dengan komposit light cured. Sebelum
direstorasi dengan komposit light cured, dilakukan pre eliminir seperti pembersihan,
pemilihan bentuk, isolasi dengan cotton roll atau mengunakan rubber dam.
 Direct full veneer (veneer langsung penuh)
Teknik ini digunakan untuk merestotasi gigi anterior yang mengalami hipoplasia
disertai diastema antara gigi insisivus sentral. Teknik ini menggunakan komposit
light cured mikrofill dalam satu kali kunjungan, tetapi untuk mengurangi trauma
bagi pasien maupun operator lebih baik di koreksi dalam dua kali kunjungan. Kedua
insisivus sentral di preparasi dengan kedalaman 0.5 – 0.7 mm, akhiran preparasi
bentuk chamfer, preparasi direct veneer umumnya berakhir pada bagian labial
sampai kontak proksimal gigi sebelahnya kecuali terdapat diastema. Untuk
mengoreksi diastema preparasi diperluas sampai permukaan mesial dan berakhir
pada mesio-lingual line angles. Insisal edge tidak dipreparasi karena akan
melindungi dari daya kunyah yang besar.
Jika veneer telah terpasang harus diperhatikan bentuk tepi anatomis khususnya
daerah gingival untuk menjaga kesehatan jaringan. Jika hanya melibatkan beberapa
gigi saja atau jika permukan fasial tidak seluruhnya mengalami kerusakan, dapat
langsung diaplikasikan veneer komposit dalam satu kali kunjungan.
Pada tehnik direct veneer bahan pilihan adalah mikrofill komposit resin, karena
bahan ini dapat dipoles dengan baik sehingga menyerupai enamel yang
sesungguhnya dan hasil poles bertahan untuk jangka waktu cukup lama. Indikasi
direct composit resin yaitu instant cosmetic, pasien tidak menghendaki pengasahan
pada gigi, keterbatasan biaya laboratorium, dan pada kasus-kasus ortodontic
tertentu. Untuk gigi yang mengalami pewarnaan tetrasiklin, restorasi dengan direct
veneer lebih sulit jika warna sudah mencapai 1/3 gingival.
o Indirect Veneer
Banyak dokter gigi yang mengalami kesulitan dalam melakukan preparasi,
aplikasi dan finishing pada prosedur direct veneer, serta terasa melelahkan dan
menghabiskan waktu. Pasien juga tidak merasa nyaman selama perawatan tersebut,
karena hal tersebut maka dibuat indirect veneer. Teknik indirect veneer dibuat dari bahan
komposit, feldspathic porcelain dan keramik (pressed or cast ceramic). Dengan teknik
indirect warna dan kontur veneer lebih mudah dikontrol dan tidak menghabiskan waktu
karena dibuat di laboraotrium. Feldspathic porcelain yang ditempelkan ke preparasi
intraenamel banyak dipilih dokter gigi karena memiliki kekuatan dan ketahanan untuk
mempertahankan struktur gigi pada teknik indirect veneer. Pressed ceramic veneer
memberikan estetik yang baik, tetapi memerlukan preparasi yang lebih dalam.
Penempelan dengan teknik indirect veneer, veneer ditempelkan pada email dengan
meggunakan etsa asam dan bonding dengan semen resin light- cured.
Pembuatan indirect veneer dapat dilakukan secara konvensional atau dengan
teknik CAD-CAM. Pembuatan veneer dan mahkota secara konvensional dibuat
menggunakan serbuk porselen dan melalui proses fusi di tungku bersuhu tinggi yang
membutuhkan waktu beberapa hari. Terdapat beberapa cara pembuatan veneer secara
konvensional, antara lain :
1. Foil Technique
Ada dua tipe, tidak perlu menggunakan core shade, dan menggunakan core shade.
Keuntungan teknik ini ialah dapat dicoba serta dapat memilih warna. Sedangkan
kerugiannya yaitu dalam penempelannya perlu mengangkat tepi mahkota, dan untuk
veneer multiple lebih banyak gigi yang dikurangi.
2. Sintering on a refractory die
Dalam proses sintering, adonan bubuk keramik diterapkan pada refractory die,
dikeringkan, kemudian dibakar dalam tungku porselen. Beberapa lapisan dapat
dibentuk untuk mengembangkan karakter Keahlian tinggi diperlukan oleh teknisi
laboratorium gigi untuk mendapatkan estetika terbaik dan kontur yang tepat. Namun
pada proses ini terdapat masalah ketidaktepatan perlekatan akibat dari penyusutan yang
sangat tinggi. Contoh komersialnya leucite-reinforcement ceramic.

3. Hot pressing
Pada proses sintering ditemukan masalah ketidaktepatan perlekatan akibat dari
penyusutan yang sangat tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka muncul teknik
baru dengan menggunakan glass ceramics dengan cara pengecoran untuk membuat
crown, veneer and inlay. Hot-pressing merupakan teknik yang melibatkan 
pemanasan batang dari keramik. Batang/ingot tersebut merupakan bahan solid yang
terbuat dari leucite-reinforced feldspar. Metode ini memanfaatkan bagian dari
teknik pengecoran lost-wax. Seperti pada lost-wax casting, wax pattern diproduksi,
yang kemudian ditanam dalam refractory die materials. Wax dibakar untuk
menciptakan ruang untuk diisi oleh leucite yang diperkuat kaca keramik.
Sebuah pressing furnace dirancang khusus kemudian digunakan untuk  mengisi
ruang cetakan dengan butiran  dari kaca-keramik  menggunakan proses aliran viskos
pada suhu 11800C. Ketika batang/ingot dipanaskan sampai suhu yang cukup tinggi 
akan menjadi lunak dan mengalir ke dalam cetakan tahan panas. Proses ini juga sering
digambarkan sebagai transfer molding. Proses ini jelas berbeda dari teknik sintering 
karena tidak bergantung pada gabungan partikel  bubuk.
Pada tahap terakhir, shading dapat diselesaikan dengan mengaplikasikan stains
pada permukaan. Untuk restorasi gigi anterior veneer dirapikan dengan dipotong dan
dibentuk, serbuk dari leucite-reinforced glass-ceramic dibentuk menggunakan teknik
sintering konvensional.

Baru-baru ini dalam pembuatan veneer dan mahkota dapat menggunakan tekhnik
CAD/CAM (computer-assisted design/computer assisted machining). Teknik ini
menggunakan komputer untuk mendesain dan memproduksi mahkota dan veneer hanya
dalam beberapa jam. Hasilnya, mahkota dan veneer lebih akurat dan lebih pas.
Pencitraan dipindai menggunakan kamera digital. Mahkota dan veneer didesain
menggunakan program perangkat lunak komputer. Bahan porselin tersebut dipilih dan
diisi kedalam mesin cerec. Dibutuhkan waktu 3 jam untuk memproduksi veneer atau
mahkota, sedangkan untuk tekhnik konvensional membutuhkan 7 hari untuk
menghasilkan veneer atau mahkota.

B. Kegunaan Veneer Porselen


a. Memperbaiki kerusakan permukaan non karies
Veneer porselen dapat digunakan untuk memperbaiki kerusakan yang bersifat non karies
seperti malformasi email lokal dan hipoplasia. Veneer porselen sangat dianjurkan untuk
merawat erosi gigi dan hipoplasia email. Namun demikian, ikatan veneer dengan email
yang berkualitas kurang baik dapat mengakibatkan kebocoran akhiran restorasi yang ada
akhirnya akan merusak restorasi sendiri
b. Memperbaiki gigi yang mengalami diskolorisasi
Diskolorisasi yang disebabkan oleh fluorosis, pewarnaan akibat tetrasiklin atau nekrosis
dapat diperbaiki dengan veneer porselen, selama perawatan tersebut tidak terlalu parah.
Kekurangan akan selalu ada, biasanya pewarnaan akibat fluorosis secara memuaskan
dapat dirawat dengan menggunakan veneer porselen setelah permukaan email dipreparasi
c. Memperbaiki kerusakan struktur gigi
Horn menyarankan penggunaan veneer porselen untuk memperbaiki tepi insisal yang
fraktur, dan memperbaiki maloklusi gigi ringan.
d. Menutupi diastema (celah antar gigi) ringan
e. Memperbaiki bentuk insisif lateral bentuk conus
Bahan komposit resin digunakan jika kerusakan struktur gigi yang kecil, hal ini karena
preparasi perlu dilakukan. Jika menggunakan veneer porselen walaupun sedikit tetapi
berguna untuk kekuatan akhiran preparasi. Sedangkan pada direct composit resin
penggantian struktur gigi dapat dengan mudah tanpa melakukan preparasi. Preparasi gigi
penting untuk memudahkan pembuatan akhiran yang tepat pada saat tahap penyelesaian.
Tetapi jika terdapat maloklusi ringan beberapa gigi yang melibatkan seluruh permukaan
labial gigi lebih baik membuat veneer porselen dengan melakukan preparasi beberapa
gigi. Selain lebih estetis, juga lebih tahan dibandingkan direct composit veneer yang
waktu pengerjaan di klinis lebih lama.
f. Veneer porselen juga digunakan untuk mengoreksi kosmetik atau gangguan fungsional
yang ringan pada anak remaja. Tetapi preparasi agak sulit karena adanya resiko perforasi
pada pembuatan akhiran bentuk soulder yang terlalu dalam karena ruang pulpa yang
masih besar.
g. Veneer porselen juga untuk gigi yang telah dirawat endodontik untuk meningkatkanan
nilai estetik
h. Mengganti veneer resin komposit lama
Apabila penambalan resin komposit yang berulang-ulang, dan sudah aus serta berubah
warna perlu diganti dengan veneer porselen
i. Retainer ortodonti
Veneer porselen dapat digunakan sebagai retainer ortodonti untuk menutupi diastema,
dengan mempertahan kontak gigi dengan gigi yang berdekatan sehingga dapat mencegah
terbentuknya kembali ruang diantara gigi

C. Cara Penempelan veneer


Veneer dilekatkan pada gigi menggunakan air atau gel. Gel adalah bahan larut air yang
menempati ruang antara veneer dan permukaan gigi. Tanpa air atau gel, cahaya yang
ditransmisikan melalui veneer akan tersebar oleh udara, mengubah  penampilan veneer.
Gel bisa jernih atau sedikit berbayang sesuai dengan nuansa ikatan resin. Sebelum veneer
terikat pada gigi, veneer keramik agak rapuh karena sangat tipis. Veneer harus ditangani
dengan hati-hati ketika dicoba pada gigi untuk menyesuaikan kecocokan atau menyesuaikan
daerah kontak. Veneer mungkin akan retak jika terlalu banyak tekanan yang diterapkan.
Setelah mereka terikat, mereka mendapatkan dukungan dari struktur gigi yang mendasarinya
dan kekuatannya sangat meningkat.
Veneer terikat pada gigi dengan semen resin menggunakan teknik etsa asam dan resin
bonding agent. Semen resin  ada dalam berbagai warna, termasuk resin terang/cerah.  Jika
diperlukan, warna resin dapat dipilih  untuk sedikit mengubah penampilan  akhir dari veneer 
untuk membantu menutupi warna yang mendasari gigi. Untuk mendapatkan resin yang
melekat pada porselen, permukaan internal veneer dibuat kasar melalui pengeetsaan 
dengan menggunakan asam fluorida. Sebuah agen kopling, yang disebut silane, mungkin
ditambahkan ke permukaan porselen yang telah dietsa untuk meningkatkan ikatan dan
membentuk  ikatan kimia antara porselen dan semen resin.
Setelah permukaan gigi dan permukaan internal veneer telah benar-benar siap, semen
resin ditempatkan pada veneer, penempatan dilakukan dengan  hati-hati untuk menghindari 
terperangkapnya udara. Veneer digetarkan secara ringan dengan suatu alat atau jari untuk
dilekatkan sepenuhnya dan membuang semua gelembung udara yang terperangkap.
Kelebihan semen bisa dihilangkan pada tahap ini dengan kuas kecil, atau lampu curing
dapat dilambaikan di atas permukaan selama 3 atau 4 detik untuk membuat resin berubah
menjadi sedikit gel tetapi tidak sepenuhnya. Kelebihan gel pada resin dapat dengan mudah 
dihilangkan dengan menggunakan explorer atau pisau  bedah. Beberapa tambahan  finishing
dan polishing mungkin dibutuhkan. Untuk langkah terakhir dapat dilakukan dengan berbagai
teknik dengan menggunakan kombinasi finishing strip dan disk, carbide dan  diamond rotary
instrument , dan rubber polishing points atau pasta diamond polishing.

D. Kegagalan
Kegagalan PLV
1. Kagagalan Estetik
2. Masalah mekanik
3. Masalah perekatan
4. Kegagalan kekuatan internal dan eksternal
5. Perubahan warna luting resin
Mismatching warna atau perubahan warna mungkin juga alasan sebuah kegagalan. Cara
terbaik untuk menghindari ketidakcocokan warna gigi PLV dan alami adalah untuk
mengembangkan komunikasi dengan tehnician laboratorium. Jika warna akhir dari PLV
tidak cocok, perlu diubah dengan resin luting berwarna, maka perbedaan warna antara
nonpolymerized dan polymerized dari resin harus dipelajari untuk pencegahan segera
kegagalan estetik.
Kegagalan ini dapat diterima dengan baik bahwa perbedaan warna akan sangat mungkin
terjadi antara resin dual-sama atau cahaya berwarna-sembuh sebelum dan setelah
dipolimerisasi. Menggunakan resin luting selain yang transparan atau tembus, juga akan
merusak efek bunglon dari margin. Jika resin luting berwarna akan digunakan, maka
margin serviks harus siap subgingivally, untuk menghindari kegagalan estetika yang
akan terlihat pada margin gingiva. Kebocoran mikro pada margin juga dapat
menyebabkan perubahan warna lokal, terbatas pada tempat kebocoran mikro itu berada,
dan dapat menyebabkan kegagalan langsung atau kegagalan jangka panjang.
6. Glazing dan Polishing
Urutan rinci perencanaan dan persiapan pengobatan gigi sangat penting dalam perawatan
PLV itu. Semua masalah yang berkaitan dengan bentuk panjang PLV dan tekstur, serta
dengan desain senyum, harus diperbaiki pada tahap uji coba sehingga teknisi
laboratorium menerapkan glasir final dan cat ke permukaan PLV eksternal. Bila masalah
tersebut tidak diperbaiki pada uji coba, maka koreksi harus dilakukan setelah mereka
terikat, sehingga permukaan porselen aroughened yang telah kehilangan glasir dan rentan
terhadap perubahan warna dari pewarna ekstrinsik. Aplikasi yang tepat dari seluruh
proses treatmen PLV akan mencegah kegagalan jangka panjang.
7. Aging / penuaan
Proses alami penuaan, merupakan penyebab penggelapan gigi, dalam jangka panjang hal
ini akan mempengaruhi warna dari PLV. Veneer ultra-tipis yang terikat dengan resin
luting akan mengalami penggelapan warna sepuluh sampai lima belas tahun setelah
pemasangan. Namun, karena merupakan bagian dari proses yang alami maka tidak akan
dianggap sebagai kegagalan oleh pasien. Jika PLV yang dibuat awalnya buram maka
menjadi masalah besar setelah penuaan.
8. Microleakage
Kebocoran mikro adalah salah satu penyebab utama kegagalan estetik dan mekanik dan
dapat dikaitkan dengan berbagai faktor. Sayangnya, kebocoran mikro hanya dapat
dideteksi setelah ikatan PLV selesai dan satu-satunya solusi untuk mengatasi masalah ini
adalah untuk menggantikan PLV tersebut.
9. Margin preparation
10. Lack of Marginal fit
Kurang sesuainya marginal yang tepat dari margin prepred harus dibuat dan dipindahkan
ke laboratorium. Presisi yang sama harus diterapkan untuk membangun procelain, untuk
menghindari marjinal pada model plester utama sebelum dikirim ke dokter gigi dan
dokter gigi harus melakukan cek selama uji coba berlangsung. Jika marginal fit kurang
terdeteksi, pilihan paling bijaksana adalah untuk memperbaharui PLV untuk mencegah
kebocoran mikro dan kegagalan jangka panjang. Meskipun upaya untuk menutup
kesenjangan dengan komposit luting dapat mencegah kebocoran mikro, warna perubahan
komposit ini pada antar muka gigi porselen akan menimbulkan masalah estetika dalam
jangka panjang.
11. Tissue Management
Isolation sempurna pada tahap ikatan sangat penting. Namun, jika kesehatan periodontal
tidak baik atau jika tindakan telah menyebabkan masalah bagi jaringan, maka apapun
tindakan pencegahan yang diambil untuk mengisolasi, jaringan tetap berdarah,
dikarenakan efek negatif pada ikatan. Kekuatan mekanik, rangsangan kimia dan agen
etsa juga dapat menyebabkan perdarahan. Bukan hanya karena merusak ikatan dan
menyebabkan kebocoran mikro, tetapi juga menyebabkan perubahan warna setelah
ikatan. Dalam rangka menciptakan media yang sehat untuk ikatan, perdarahan harus
dihentikan dengan agen kimia, elcetrosurgery atau laser jaringan lunak.
12. Isolasi
13. Incomplete polimerisasi
Polimerisasi resin luting yang sempurna sangat penting dalam mencegah kegagalan
perekatan. PLV tebal atau buram dapat mencegah penetrasi cahaya curing. Bahkan jika
semua tindakan pencegahan lainnya telah diambil, mekanisme perbaikan cahaya harus
diperiksa dan harus berada minimum pada 400-500 mw/cm 2. Oksigen yang terperangkap
hanya dapat dilihat pada margin dalam kasus PLV, dan jika tidak benar dapat
menyebabkan kebocoran marjinal postoperativ. Oleh karena itu, untuk mencegah
penetrasi oksigen ke resin luting pada margin, semua margin harus tertutup sehingga
oksigen tehambat masuk pada daerah – daerah tersebut.
14. Kegagalan Biologi
15. Kesalahan Akhir
16. Kegagalan Oklusal

E. Keuntungan dan Kerugian


 Keuntungan veneer porselen antara lain :
• persiapan gigi memerlukan waktu yang singkat
• porcelain veneers lebih kuat dan lebih tahan lama dibandingkan veneer komposit
• alternatif untuk restorasi cakupan penuh dalam kasus patah pada bagian insisal atau
perubahan warna gigi
• warna stabil
 Kekurangan veneers porselen antara lain :
• berpotensi over-contouring
• membutuhkan prosedur laboratorium
• margin porselen enamel mungkin tipis dan sulit untuk diselesaikan
• margin rapuh
• terjadi pitting karena traetment acidulated fluoride
• tidak bisa diperbaiki dengan mudah
• kadang sulit untuk ditunda
• warna tidak dapat diubah secara substansial setelah penempatan
• penempatan sulit dan memakan waktu
BAB III

KESIMPULAN

Veneer merupakan bahan kedokteran gigi yang digunakan untuk memperbaiki bentuk
jaringan keras dari gigi, dan estetika gigi, yang dalam pengaplikasiannya perlu dilakukan
preparasi terhadap email gigi terlebih dahulu. Dalam penggunaanya perlu memperhatikan
beberapa hal, terutama kepentingan manfaatnya, sehingga untuk hanya alasan estetik saja
mungkin perlu dipertimbangkan lagi untuk pemakaiannya kecuali benar-benar harus
memakai perwatan tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Hatrick, Eakle dan Bird. 2011, Dental Materials: Clinical Applications for Dental Assistants
and Dental Hygienists, 2nd ed. Philadelpia: Elsevier

McCabe,F., Walls,WG.,2008, Applied Dental Materials. 9th ed. Blackwell Publishing

Roberson,T.M., Heymann,E.J. Swift, Jr., 2008, Sturdevant’s Art and Science of Operative
Dentistry. 5th ed. St.Louis;Mosby ,124-147

Noort.,V.R.,2007, Laboratory and related Dental Materials. 3rd ed. St.Louis;Mosby

http://www.drwilliamchong.com/id/svc-pvc.html
Veneer Kedokteran Gigi
“Porcelain Veneer”

KELOMPOK 4

1. Rafika Cyntia D (08653)


2. Yeni Witriani A (08662)
3. Anita Rahmawati (08670)
4. Budi Utomo (08713)
5. Arsida Noviani (08752)
6. Kunthi Putri (08754)
7. Lilis Setyowati (08761)
8. Yuli Faramita Sari (08776)

Program Studi Ilmu Keperawatan Gigi

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Gadjah Mada

2012

Anda mungkin juga menyukai