Anda di halaman 1dari 42

STATUS KUALITAS AIR DAN TINGKAT PENCEMARAN

DANAU HIAS GOLD COAST, PANTAI INDAH KAPUK,


JAKARTA UTARA

ARI SAHDAD

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan ini skripsi berjudul Status Kualitas Air dan
Tingkat Pencemaran Danau Hias Gold Coast, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara
adalah benar merupakan hasil karya yang saya buat dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber data dan informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan
dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
.

Bogor, September 2017

Ari Sahdad
NIM C24130004
ABSTRAK

ARI SAHDAD. Status Kualitas Air dan Tingkat Pencemaran Danau Hias Gold
Coast, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Dibimbing oleh SIGID HARIYADI
dan KADARWAN SOEWARDI

Kualitas air di perairan Danau Hias Gold Coast dipengaruhi oleh limbah
domestik di sekitar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status
kualitas air dan tingkat pencemaran perairan Danau Hias Gold Coast, Pantai Indah
Kapuk, Jakarta Utara. Pengambilan data kualitas air dilakukan setiap bulan dari
Juli 2015 sampai Juni 2016 pada lima stasiun pengamatan. Terdapat beberapa
parameter kualitas air yang selalu melebihi baku mutu, yaitu BOD5, COD, amonia,
hidrogen sulfida, fosfat total, dan kekeruhan. Status kualitas air ditentukan
menggunakan Indeks Pencemaran dan Indeks Canadian Council of Ministers of
the Environment. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pencemaran perairan
menurut Indeks Pencemaran dikategorikan dalam perairan yang tercemar sedang.
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, status indeks kualitas air CCME lebih
mewakili kondisi perairan daripada IP. Status pencemaran Danau Gold Coast
menurut indeks kualitas air CCME tergolong sangat buruk. Tingkat pencemaran
pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan dengan musim hujan.

Kata kunci: indeks CCME, indeks pencemaran, kualitas air, limbah domestik

ABSTRACT

ARI SAHDAD. Water Quality Status and Pollution Level of Gold Coast
Ornamental Lake, Pantai Indah Kapuk, North Jakarta. Supervised by SIGID
HARIYADI and KADARWAN SOEWARDI

Water quality of the Gold Coast ornamental lake is affected by activities


arround the lake as domestic waste. The aim of this study is to determine of water
quality status and pollution level of Gold Coast Ornamental Lake. This reserach
conducted every month from July 2015 to June 2016 at five sampling site. Some
water quality parameter always exceed quality standards, such as BOD5, COD,
ammonia, hydrogen sulfide, total phosphat, and turbidity. The status of water
quality determined using Nemerow Pollution Index and Index of Canadian
Council of Ministers of the Environment. The pollution level of Nemerow
Pollution Index categorized in the medium contaminated. Based on the approach
used, the CCME water quality index status more representative of aquatic
conditions than IP. The pollution level based on the CCME water quality index is
poor. The level of pollution in dry season higher than in the rainy season.

Keywords: CCME index, domestic waste, pollution index, water quality


STATUS KUALITAS AIR DAN TINGKAT PENCEMARAN
DANAU HIAS GOLD COAST, PANTAI INDAH KAPUK,
JAKARTA UTARA

ARI SAHDAD

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Status Kualitas Air
dan Tingkat Pencemaran Danau Hias Gold Coast, Pantai Indah Kapuk,
Jakarta Utara. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis
untuk menempuh studi di Departemen Manajamen Sumberdaya Perairan.
2. Beasiswa BIDIK MISI DIKTI yang telah membiayai kuliah Penulis.
3. Pengelola Bukit Golf Mediterania, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara yang
telah mendanai penelitian dan Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc yang telah
memfasilitasi kegiatan penelitian.
4. Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan saran selama perkuliahan.
5. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc sebagai Pembimbing I dan Prof Dr Ir Kadarwan
Soewardi sebagai Pembimbing II yang telah memberi arahan dan masukan
dalam penulisan skripsi ini.
6. Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku Dosen Penguji dan Dr
Zulhamsyah Imran, SPi MSi selaku perwakilan Komisi Pendidikan yang
telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Keluarga (Bapak Sarmo, Ibu Darmi, Priyani, Puryanti, SPd) yang telah
memberikan doa, kasih sayang, motivasi serta dukungan materil selama ini.
8. Tim penelitian Pantai Indah Kapuk (Reza Zulmi SPi, Jayadi Ramadan, Arik
Pangesti, Desi Aldilasari, Nurjanah, Ani Nur Indahsari, Rosa HS Milala, Sri
Rahayu S, Amelia Fitriani, Vina Nursyarah). Terima kasih atas segala
dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, September 2017

Ari Sahdad
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE PENELITIAN 3
Waktu dan Lokasi Penelitian 3
Metode Pengumpulan Data 4
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Hasil 9
Pembahasan 16
KESIMPULAN DAN SARAN 20
Kesimpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 24
RIWAYAT HIDUP 32
DAFTAR TABEL

1 Metode pengukuran parameter parameter fisika kimia yang diamati 5


2 Penentuan kategori perairan menurut Indeks Pencemaran
(Kementerian Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003) 7
3 Penentuan kategori perairan menurut Indeks Kualitas Air CCME
(Canadian Council of Ministers of the Environment 2001) 8

DAFTAR GAMBAR

1 Rumusan masalah kualitas air di Danau Gold Coast, Pantai Indah


Kapuk, Jakarta Utara 2
2 Peta lokasi penelitian Danau Gold Coast 3
3 Nilai BOD5 pada setiap bulan pengamatan 10
4 Nilai COD pada setiap bulan pengamatan 10
5 Konsentrasi DO pada setiap bulan pengamatan 11
6 Nilai kekeruhan pada setiap bulan pengamatan 11
7 Konsentrasi TSS pada setiap bulan pengamatan 12
8 Konsentrasi amonia pada setiap bulan pengamatan 12
9 Konsentrasi nitrit pada setiap bulan pengamatan 13
10 Konsentrasi sulfida pada setiap bulan pengamatan 13
11 Konsentrasi fosfat total pada setiap bulan pengamatan 14
12 Nilai Indeks Pencemaran pada setiap bulan pengamatan 15
13 Nilai Indeks CCME pada setiap bulan pengamatan 16
14 Dendrogram kesamaan karakteristik kualitas air pada musim kemarau 14
15 Dendrogram kesamaan karakteristik kualitas air pada musim hujan 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi stasiun pengamatan perairan Danau Gold Coast 24


2 Data curah hujan di stasiun Maritim Tanjung Priok, Jakarta Utara
tahun 2015-2016 25
3 Rata-rata hasil pemantauan kualitas air Danau Gold Coast dari lima
stasiun pengamatan setiap bulan 25
4 Nilai indeks pencemaran masing-masing stasiun pada setiap bulan
pengamatan 26
5 Nilai indeks CCME masing-masing stasiun pada setiap bulan 27
6 Sebaran suhu, pH, Salinitas, dan DO berdasarkan kedalaman 29
7 Peta lokasi danau hias kawasan Pantai Indah Kapuk 31
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Danau Gold Coast merupakan salah satu danau hias yang terdapat di
kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Danau Gold Coast mulai dibangun
pada tahun 2008 dan terletak di tengah perumahan cluster Gold Coast yang fungsi
utamanya sebagai danau hias. Selain sebagai danau hias, danau tersebut berfungsi
sebagai penampung air hujan untuk mencegah banjir di cluster perumahan.
Aktivitas warga yang tinggal di sekitar perumahan secara langsung atau tidak
langsung akan menentukan potensi buangan limbah ke perairan. Dampak
masukan limbah domestik ke dalam badan air akan menyebabkan perubahan
kualitas perairan.
Sebagai danau hias kualitas air danau harus baik. Adanya indikasi
perubahan kualitas air di Danau Gold Coast seperti kondisinya yang berbau,
berwarna keruh dan terjadi pendangkalan. Hal tersebut diduga terjadi karena
adanya bahan pencemar yang masuk ke perairan. Perubahan kualitas air apabila
sampai melebihi baku mutu dan menyebabkan danau tidak berfungsi sesuai
dengan peruntukannya maka telah mengalami pencemaran perairan (PPRI Nomor
82 Tahun 2001).
Letak Danau Gold Coast yang di kelilingi perumahan berpotensi menerima
limpasan limbah domestik. Buangan limbah dari kegiatan domestik ke perairan
dapat mempengaruhi kualitas air. Menurut Harmayani dan Konsukartha (2007),
sistem pembuangan limbah rumah tangga seperti, pembuangan limbah kamar
mandi, dan dapur yang tidak terkondisi dengan baik dapat memicu terjadinya
pencemaran air dan kondisi lingkungan di daerah pemukiman menjadi tercemar.
Agar pemanfaatan danau dapat berkelanjutan, upaya pemantauan dan pengelolaan
kualitas air terhadap parameter utama kualitas perairan perlu untuk dilakukan
(Butler et al. 2001; Radiatna et al. 2014). Penentuan status pencemaran menjadi
dasar dalam upaya pemantauan dan pencegahan terhadap penurunan kualitas air di
suatu perairan (Suwari et al. 2010). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
status mutu air dan tingkat pencemaran dengan metode indeks pencemaran dan
indeks kualitas air CCME berdasarkan hasil analisis parameter fisika dan kimia
perairan.

Perumusan Masalah

Perairan Danau Gold Coast berada di sekitar kawasan perumahan yang


berpotensi menerima limpasan limbah domestik ke perairan. Sumber masukan air
ini mengandung sejumlah bahan organik dan unsur limbah yang dapat
mengganggu estetika danau, seperti bau yang tidak sedap, perairan yang keruh
hingga terjadinya pendangkalan. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan tingkat
pencemaran yang didukung dengan kajian kualitas air. Penelitian ini dilakukan
untuk menentukan status kualitas air dan tingkat pencemaran yang terjadi di
Danau Gold Coast.
2

Perubahan kualitas air secara fisika dan kimia sangat mempengaruhi kondisi
biologi perairan. Apabila bahan pencemar tersebut melebihi kemampuan danau
untuk membersihkan diri sendiri (self purification), maka akan timbul
permasalahan yang serius, yaitu pencemaran perairan, sehingga berpengaruh
negatif terhadap kehidupan biota perairan dan lingkungan sekitar (Mazidah et al.
2013). Kondisi perairan Danau Gold Coast yang berbau dan berwarna hijau
sampai kehitaman berpengaruh pada penurunan fungsi utamanya sebagai danau
hias. Dengan memperhatikan kondisi tersebut perlu untuk dilakukan pemantauan
kualitas air dengan melihat keterkaitannya terhadap pengaruh musim yang
berbeda agar mampu dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pendekatan masalah
dalam tingkat pencemaran perairan disajikan pada Gambar 1.

- Masukan bahan
organik, anorganik
Pemenuhan Status kualitas
Baku Mutu air dan tingkat
-Pengaruh musim
(Kelas II) pencemaran
-Parameter fisika PPRI 82/2001
dan kimia perairan

Gambar 1 Rumusan masalah kualitas air di Danau Gold Coast, Pantai Indah
Kapuk, Jakarta Utara

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status kualitas air dan tingkat
pencemaran Danau Hias Gold Coast, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar informasi


dalam upaya pengelolaan perairan Danau Hias Gold Coast.
3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dan pemantauan kualitas air dilakukan pada bulan Juli 2015
hingga Juni 2016, di perairan Danau Hias Gold Coast, Pantai Indah Kapuk,
Jakarta Utara. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan
Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

Penentuan Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan contoh air di perairan Danau Hias Gold Coast dilakukan


pada lima stasiun. Penentuan titik stasiun didasarkan pada keterwakilan luasan
perairan. Penetapan titik pengambilan contoh ditentukan dengan menggunakan
metode purposive sampling. Lokasi pengambilan contoh disajikan pada Gambar
2 dan foto lokasi pengambilan data disajikan pada Lampiran 1.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian Danau Gold Coast

Setiap titik pengambilan air contoh memiliki karakter tersendiri. Stasiun 1


merupakan lokasi pengambilan contoh yang berdekatan dengan Sewage
Treatment Plant dan berdekatan dengan Pump Station. Stasiun 2 merupakan
lokasi pengambilan contoh sebelum Sewage Treatment Plant. Stasiun 3
merupakan lokasi pengambilan contoh yang berada pada bentuk terdalam dari
4

lekukan perairan. Stasiun 4 merupakan perairan yang menerima masukan dari


antar koneksi perairan di Bukit Golf Mediterania. Stasiun 5 merupakan lokasi
pengambilan contoh yang berada pada lekukan dan di ujung perairan Danau Gold
Coast. Keterangan di lapang menunjukkan bahwa antara Stasiun 4 dan 5 terdapat
saluran yang menghubungkan antarstasiun.

Metode Pengumpulan Data

Data primer dan data sekunder digunakan dalam penelitian ini. Data
primer diperoleh dari pengambilan contoh air berdasarkan hasil pemantauan
bulanan dari Juli 2015 sampai Juni 2016. Adapun data sekunder diperoleh dari
Layanan Satu Atap (LSA) BMKG Tanjung Priok berupa data curah hujan bulan
Juli 2015 sampai bulan Juni 2016.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran secara langsung
di lapang (in situ) dan dilakukan pengambilan contoh air untuk dianalisis di
laboratorium. Parameter yang dilakukan pengamatan langsung di lapang adalah
suhu, kecerahan, kedalaman, DO, pH, dan salinitas. Sementara parameter yang
dianalisis di laboratorium adalah kekeruhan, TSS, BOD5, COD, nitrit, nitrat,
amonia, fosfat total, dan sulfida.
Metode pengamatan parameter kedalaman dilakukan dengan cara
menurunkan tali berskala sampai ke dasar perairan lalu dicatat nilai kedalaman
yang tertera. Selanjutnya, pengukuran kecerahan dilakukan dengan mencelupkan
Secchi disk ke perairan hingga warna Secchi disk pertama kali tidak terlihat.
Pengukuran salinitas dan suhu diukur dengan alat SCT-meter. Parameter pH
diukur dengan menggunakan alat pH meter sedangkan DO diukur dengan
menggunakan DO-meter model DO-5510.
Pengambilan contoh air dilakukan menggunakan alat van Dorn water
sampler volume 5 L. Pengambilan contoh air dilakukan pada bagian permukaan
dan lapisan dekat dasar perairan. Contoh air dari dua kedalaman tersebut lalu
dicampur di lapang dan dimasukkan ke dalam botol sampel yang sudah diberi
pengawet. Terdapat tiga botol sampel yang akan digunakan untuk menyimpan
contoh air dalam penelitian ini, yaitu botol polyetilen 100 ml, botol polyetilen 1 L,
dan botol gelap 1 L.
Parameter kualitas air yang dianalisis di laboratorium sebelumnya dilakukan
preservasi. Preservasi perlu dilakukan agar menjaga contoh air agar representativ
dan tidak mengalami perubahan karakteristik kimia air. Parameter COD, nitrat,
nitrit, amonia total, dan fosfat total dipreservasi dengan H2SO4 sampai pH < 2.
Parameter BOD dengan disimpan dalam botol gelap dan dinginkan dengan suhu ≤
4 oC. Parameter sulfida dilakukan preservasi dengan menambahkan Zn asetat +
NaOH 6N dan dinginkan pada suhu ≤ 4 oC (APHA 2012).
Contoh air yang telah dimasukkan ke dalam botol sampel akan dimasukan
ke dalam coolbox. Hal itu dilakukan untuk menjaga suhu contoh air tetap stabil
sehingga tidak terjadi perubahan karakteristik kimia dari contoh air. Parameter
kualitas air dan metode analisis kualitas air mengacu pada APHA 2012
ditampilkan pada Tabel 1.
5

Tabel 1 Metode pengukuran parameter fisika kimia yang diamati


Parameter Satuan Alat/Metode Keterangan
I. FISIKA
Kedalaman+ M Tali berskala In situ
+ o
Temperatur C SCT meter (Salinity, Conductivity, In situ
Temperature)
+
Kecerahan cm Secchi disk/visual In situ
Kekeruhan* NTU Turbidimeter/Nephelometric method Laboratorium
TSS* mg/L Neraca analitik/TSS Dried at 103- Laboratorium
105oC
II. KIMIA
pH+ - pH meter/electrometric method In situ
Salinitas+ ppt (Salinity, Conductivity, Temperature) In situ
SCT-meter
DO+ mg/L DO-meter In situ
BOD5* mg/L Alat titrasi/Winkler inkubasi 5 hari Laboratorium
COD* mg/L Spektrofotometer (Closed Refluks) Laboratorium
Amonia total mg/L Spektrofotometer (Phenate) Laboratorium
(NH3-N) *
Nitrat (NO3--N) * mg/L Spektrofotometer (Cadmium Laboratorium
reduction)
- *
Nitrit (NO2 -N) mg/L Spektrofotometer (Sulfanilamide) Laboratorium
Hidrogen sulfida mg/L Spektrofotometer (Methylene Blue Laboratorium
(H2S) * Method)
Fosfat total mg/L Spektrofotometer (Ascorbic Acid) Laboratorium
(PO4-P) *
+
In situ (instrumen)
*
Laboratorium (APHA 2012)

Analisis Data

Kesamaan karakteristik kualitas air antarstasiun


Indeks Canberra digunakan untuk melihat kesamaan antarstasiun
pengamatan berdasarkan ketidaksamaan nilai parameter fisika dan kimia air yang
dilakukan melalui analisis pengelompokan (Sachoemar 2008). Kesamaan antar
stasiun dianalisis berdasarkan parameter kualitas air meliputi kedalaman,
kecerahan, salinitas, kekeruhan, TSS, DO, pH, COD, amonia, nitrat, nitrit, dan
sulfida. Selanjutnya, pengelompokkan secara spasial dianalisis menggunakan
Indeks Canberra yang memiliki persamaan sebagai berikut (Krebs 1999).

| i - i |
IC = { - ∑in ( )} x 100%
n i i

Keterangan :
IC = Indeks Canberra
n = jumlah parameter yang dibandingkan
Yi1 = nilai parameter i lokasi 1
Yi2 = nilai parameter i lokasi 2
6

Pengelompokan disajikan dalam bentuk dendrogram diolah menggunakan


perangkat lunak Minitab 17. Hasil penghitungan dengan indeks Canberra
disajikan dalam dendrogram yang diuji dengan taraf kesamaan yang berkisar
antara 0-100%. Stasiun pengamatan yang membentuk kelompok, selanjutnya
digunakan dalam penentuan tingkat pencemaran secara spasial.

Penentuan tingkat pencemaran


Metode Indeks Pencemaran (IP) dan Indeks Canadian Council of
Ministers of the Environment (CCME) digunakan untuk menentukan tingkat
pencemaran Danau Gold Coast. Penentuan IP dan CCME dilakukan dengan
membandingkan konsentrasi parameter kualitas air yang terukur dengan baku
mutu Kelas II (PPRI Nomor 82 Tahun 2001).

Indeks Pencemaran (IP)


IP merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat
pencemaran perairan. Penentuan status mutu air dengan IP dilakukan sesuai
dengan pedoman pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun
2003 tentang Status Mutu Air. Evaluasi untuk mengkategorikan tingkat
pencemaran disajikan dalam Tabel 2. Penghitungan Indeks Pencemaran dapat
dijelaskan sebagai berikut.

i ij i ij
IP = √

Keterangan :
IP = Indeks Pencemaran
i = Konsentrasi parameter kualitas air ke-i hasil pengukuran
ij = Konsentrasi parameter kualitas air ke-i yang tercantum dalam
baku mutu peruntukan ke-j (rekreasi air)
( i / ij ) M = Nilai maksimum i / ij
( i / ij ) R = Nilai rata-rata i / ij

Menurut Nomerow (1991), nilai konsentrasi parameter yang meningkat


menyatakan tingkat pencemaran meningkat:
i
( i/ ij )hasil pengukuran =
ij

Nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran


meningkat, misal DO. Nilai teoritis atau nilai maksimum praktis ( im ) yang
merupakan nilai DO jenuh digunakan untuk menentukan nilai baru. Penghitungan
i / ij baru hasil penghitungan yaitu :
im - i hasil pengukuran
( i/ ij )baru =
im - ij

Parameter dengan nilai baku (Lij) yang memiliki rentang dari minimum hingga
maksimum, maka nilai harus menentukan Lij rata-rata yang diperoleh dari:
7

ij min - ij ma
( i/ ij )baru =

- jika nilai i ij rata-rata :


i ij rata rata
i ij baru
ij minimum ij rata rata

- jika nilai i ij rata-rata :


i ij rata rata
i ij baru
ij maksimum ij rata rata

Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1, misalnya Ci/Lij = 0,9
dan 1,1 atau perbedaan sangat besar, misalkan Ci/Lij = 5 dan 10, maka tingkat
pencemaran sulit untuk ditentukan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka:
- nilai pengukuran lebih kecil dari 1, nilai yang digunakan adalah nilai
(Ci/Lij)hasil pengukuran
- nilai pengukuran lebih besar dari 1, nilai yang digunakan adalan nilai
(Ci/Lij)baru
i ij og i ij
baru pengukuran
P merupakan konstanta sebagai nilai standar untuk perbandingan,
umumnya nilai P yang digunakan adalah 5 yang disesuaikan dengan hasil
persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan.

Hubungan nilai indeks pencemaran dengan baku mutu perairan disajikan pada
Tabel 2.

Tabel 2 Penentuan kategori perairan menurut Indeks Pencemaran (Kementerian


Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003)
Nilai Indeks Kualitas Air Katagori
0 ≤ IPj ≤ 1,0 Memenuhi baku mutu (kondisi baik)
1,0 < IPj ≤ 5,0 Tercemar ringan
5,0 < IPj ≤ 10 Tercemar sedang
IPj > 10 Tercemar berat

Indeks Kualitas Air Canadian Council Minister of the Environment (CCME)


Indeks Kualitas Air CCME merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui status mutu air dan melihat kondisi pencemaran perairan. Indeks ini
membandingkan hasil nilai analisis kualitas air terhadap acuan untuk memperoleh
nilai pada rentang 0 yang menunjukkan kualitas yang buruk sampai 100 yang
menunjukkan kualitas yang sangat baik (Hurley et al. 2012). Selanjutnya,
dilakukan evaluasi tingkat pencemaran berdasarkan Indeks CCME (Tabel 3).
Indeks CCME ini dipilih karena dalam penghitungan menggunakan obyektivitas
statistika resiko lingkungan, yaitu banyaknya parameter yang tidak sesuai dengan
baku mutu (F1), dan banyaknya hasil uji yang tidak sesuai dengan baku mutu (F2)
serta besaran/selisih hasil pengujian pada suatu parameter terhadap baku mutunya
(F3). Penghitungan skor indeks ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
8

kualitas air ang tidak sesuai baku mutu air


=( )
otal jumlah parameter kualitas air

ang tidak sesuai baku mutu air


=( )
otal jumlah pengujian

Penentuan F3 dihitung dengan tahap,


i) nilai konsentrasi parameter yang meningkat menyatakan tingkat
pencemaran meningkat:

ilai hasil uji i


en impangani = ( ) -1
ilai baku mutu i

ii) nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat


pencemaran meningkat.

ilai baku mutu i


en impangani = ( ) -1
ilai hasil uji i

iii) jumlah penormalan dari penyimpangan


n
i en impangani
nse =
otal jumlah pengujian

Selisih hasil pengujian yang tidak sesuai baku mutu :


nse
=( )
nse

Nilai tingkat pencemaran :



CCME = 100 ( )

Keterangan :
F1 = banyaknya jumlah parameter yang melebihi baku mutu
F2 = banyaknya hasil nilai uji pada parameter yang melebihi baku mutu
F3 = besaran/selisih hasil uji pada suatu parameter dengan baku mutunya
1,732 = nilai normalitas antara 0 sampai 100

Tabel 3 Penentuan kategori perairan menurut Indeks Kualitas Air CCME (CCME
2001)
Nilai Indeks Kualitas Air CCME Kategori
95 – 100 Sangat baik
80 – 94 Good/Baik
60 – 79 Fair/Cukup Baik
45 – 59 Marginal/Buruk
0 – 44 Poor/Sangat Buruk
9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi perairan Danau Gold Coast


Perairan Danau Gold Coast merupakan perairan danau buatan yang
dibangun pada tahun 2008 dan terletak di perumahan cluster Gold Coast, Pantai
Indah Kapuk dengan luas 7 359 m2 (Riawi 2017). Danau ini relatif tenang dan
memiliki kedalaman yang dangkal dengan kedalaman maksimum yang terukur
adalah ±0,5 m . Danau Gold Coast berfungsi sebagai bagian dari landscape yang
menjadi daya tarik keindahan kompleks perumahan dan berperan sebagai sistem
tata air di danau. Sistem polder danau berupa rumah pompa. Sistem polder
beroperasi untuk memonitor ketinggian muka air dan memompa air keluar ketika
terjadi hujan.
Informasi yang ditelusuri berdasarkan pengamatan langsung
memperlihatkan bahwa Danau Gold Coast memiliki outlet berupa pump station
(Lampiran 1). Danau ini terhubung dengan Danau Garden House dan dekat
dengan perairan Teluk Jakarta (Lampiran 7). Salinitas Danau Gold Coast berkisar
antara 1,2-5,4o/oo. Menurut Mitsch dan Gosselink 1986 in EPA 2002, perairan
yang memiliki salinitas antara 0,5-5o/oo tergolong dalam perairan payau
(oligohaline).
Aktivitas perumahan di sekitar Danau Gold Coast berpotensi
menghasilkan buangan berupa bahan organik dan anorganik yang dapat
menurunkan kualitas perairan. Informasi yang dikumpulkan membuktikan bahwa
bahan organik yang diduga masuk ke danau merupakan bahan organik yang
berasal dari sisa makanan serta hasil buangan limbah domestik.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak ini dibangun instalasi
pengolahan limbah berupa Sewage Treatment Plant (STP). Limbah kegiatan
rumah tangga akan ditampung di STP terlebih dahulu sebelum masuk ke danau.
Akan tetapi pada saat ini volume limbah yang masuk kerap melebihi daya
tampung sehingga limbah masuk ke danau tanpa diolah terlebih dahulu. Selain itu,
dijumpai ada beberapa saluran pembuangan ilegal yang digunakan untuk
membuang limbah hasil rumah tangga yang masuk ke danau sehingga
menyebabkan masukan limbah organik dan anorganik di perairan meningkat.

Pembagian musim berdasarkan data BMKG


Menurut BMKG (2015), musim dikatakan kemarau jika memiliki curah
hujan tiap bulan berada di bawah 50 mm, sedangkan untuk kategori musim hujan
memiliki curah hujan di atas 50 mm. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Giarno et al. (2012) bahwa curah hujan lebih dari 50 mm sebagai salah satu acuan
masuknya musim hujan, dan sebaliknya apabila curah hujan kurang dari 50 mm
maka sudah memasuki musim kemarau. Berdasarkan data curah hujan BMKG
Tanjung Priok tahun 2015-2016 (Lampiran 2), pengamatan terbagi menjadi dua
musim yaitu musim kemarau pada periode bulan Juli-Oktober 2015 dan musim
hujan pada periode bulan November 2015-Juni 2016.
10

Parameter kualitas air yang melebihi baku mutu Kelas II


Pengujian status mutu perairan dilakukan dengan cara membandingkan
semua parameter terhadap baku mutu (Kelas II). Rata-rata hasil pemantauan
kualitas setiap bulan disajikan pada Lampiran 3. Hasil perbandingan menunjukkan
terdapat beberapa parameter yang telah melebihi baku mutu, yaitu BOD, COD,
amonia, DO, sulfida, total fosfat, kekeruhan, dan TSS. Hal ini mengindikasikan
kondisi perairan tersebut dalam kondisi yang tercemar.
Gambar 3 menunjukkan nilai BOD di perairan Danau Gold Coast
berfluktuasi. Nilai BOD tertinggi terjadi pada musim kemarau pada pemantauan
bulan September 2015 di Stasiun 3 mencapai 26 mg/L. Nilai BOD pada musim
kemarau menunjukkan peningkatan yang tajam pada bulan September dan
selanjutnya menurun seiring masuknya musim hujan.

30,00

26,0 Stasiun 1
25,00
Stasiun 2
20,00 Stasiun 3
BOD5 (mg/L)

Stasiun 4
15,00
Stasiun 5
Baku Mutu
10,00
Kelas II
Musim Hujan
5,00
Musim Kemarau

0,00
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan

Gambar 3 Nilai BOD5 pada setiap bulan pengamatan

Nilai COD selama pemantauan pada musim kemarau dan musim


penghujan berfluktuasi. Nilai COD terendah terjadi pada bulan Maret 2016.
Selanjutnya mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi terdapat pada bulan
Juni 2016 pada Stasiun 2, 3, dan 5. Umumnya nilai COD sudah melebihi baku
mutu. Nilai COD pada musim kemarau dan musim penghujan ditampilkan pada
Gambar 4.

100,00

90,00 89,66 Stasiun 1


80,00 Stasiun 2
70,00
Stasiun 3
COD (mg/L)

60,00
Stasiun 4
50,00

40,00 Stasiun 5

30,00 Baku Mutu


Kelas II
20,00
Musim Hujan
10,00
Musim Kemarau
0,00
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan

Gambar 4 Nilai COD pada setiap bulan pengamatan


11

Gambar 5 menunjukkan rata-rata konsentrasi DO antara DO bagian


permukaan sampai dasar perairan. Nilai DO tertinggi terjadi pada bulan
September Stasiun 2 dan sama halnya terjadi pada bulan Februari di Stasiun 3.
Sedangkan nilai DO terendah terjadi pada bulan Maret hampir pada setiap stasiun.
Konsentrasi oksigen terlarut di Danau Gold Coast berfluktuasi selama musim
kemarau dan musim penghujan.

18,0
Stasiun 1
16,0
Stasiun 2
14,0
Stasiun 3
12,0
DO (mg/L)

Stasiun 4
10,0
Stasiun 5
8,0
Baku Mutu
6,0 Kelas II
4,0 Musim Hujan

2,0 Musim Kemarau

0,0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan

Gambar 5 Konsentrasi DO pada setiap bulan pengamatan

Nilai sebaran vertikal DO di perairan (Lampiran 6) menunjukkan kondisi


DO di dasar perairan sudah hypoksia. Nilai DO paling rendah pada musim
penghujan sebesar 1,9 mg/L di Stasiun 4 pada bulan Januari. Sedangkan pada
musim kemarau oksigen terendah berada Stasiun 1 sebesar 3,1 mg/L.
Gambar 6 menunjukkan nilai kekeruhan berfluktuasi selama pengamatan.
Nilai kekeruhan tertinggi pada kedua musim kemarau dan musim penghujan
terjadi pada stasiun 1. Hal ini diduga terjadi karena Stasiun 1 merupakan titik
yang berada dekat dengan outlet dan mendapat akumulasi dari stasiun sebelumnya.
Nilai kekeruhan terendah ditemukan pada pemantauan musim kemarau dan
penghujan pada Stasiun 5.

220
200 203 Stasiun 1

180 Stasiun 2
160 Stasiun 3
Kekeruhan (NTU)

140
Stasiun 4
120
100 Stasiun 5

80 Baku Mutu
Kelas II
60
Musim Hujan
40
Musim Kemarau
20
0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan

Gambar 6 Nilai kekeruhan pada setiap bulan pengamatan


12

Hasil pengukuran TSS berfluktuasi selama pemantauan, baik pada musim


hujan maupun musim kemarau (Gambar 7). Nilai TSS tertinggi antara musim
kemarau dan musim penghujan terjadi pada Stasiun 1 yang merupakan stasiun
pertemuan antara Stasiun 2 dan 5 yang dekat dengan outlet. Pertemuan aliran
menyebabkan percampuran nilai TSS di perairan. Tinginya nilai TSS ikut
mempengaruhi besarnya nilai kekeruhan di perairan.

220
214
200
Stasiun 1

180 Stasiun 2
160 Stasiun 3
140
TSS (mg/L)

Stasiun 4
120
100 Stasiun 5

80 Baku Mutu
Kelas II
60
Musim Hujan
40
Musim Kemarau
20
0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan

Gambar 7 Konsentrasi TSS pada setiap bulan pengamatan

Berdasarkan Gambar 8, konsentrasi amonia yang terukur sudah berada di


atas nilai baku mutu perikanan (>0,02 mg/L). Secara temporal, nilai rata-rata
konsentrasi amonia pada musim kemarau lebih tinggi daripada nilai rata-rata
amonia pada musim hujan. Peningkatan konsentrasi amonia tertinggi terjadi pada
bulan Agustus dan penurunan terendah pada bulan April. Menurut Effendi (2003),
kandungan amonia perairan yang sudah melebihi 0,2 mg/L menyebabkan perairan
bersifat toksik.

7,000

6,000
Stasiun 1

5,000 Stasiun 2
Amonia (mg/L)

Stasiun 3
4,000
Stasiun 4

3,000 Stasiun 5
Baku Mutu
2,000
Musim Hujan
1,000 Musim Kemarau

0,000
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan

Gambar 8 Konsentrasi amonia pada setiap bulan pengamatan

Gambar 9 menunjukkan hasil pengukuran konsentrasi nitrit berfluktuasi


setiap bulannya. Nilai nitrit yang terukur selama pemantauan secara umum sudah
berada di atas nilai baku mutu kelas II (>0,06 mg/L). Kisaran perubahan
konsentrasi nitrit cenderung lebar pada musim kemarau dan bulan April 2016.
13

Konsentrasi nitrit tertinggi terjadi pada pemantauan bulan April 2016 di Stasiun 4,
sedangkan konsentrasi terendah terjadi pada pemantauan bulan Februari 2016.

2,0
1,920
Stasiun 1
1,8

1,6 Stasiun 2

1,4 Stasiun 3
Nitrit (mg/L)

1,2 Stasiun 4
1,0 Stasiun 5
0,8
Baku Mutu
0,6 Kelas II

0,4 Musim Hujan


Musim Kemarau
0,2

0,0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan

Gambar 9 Konsentrasi nitrit pada setiap bulan pengamatan

Gambar 10 menunjukkan konsentrasi sulfida selama pengamatan.


Konsentrasi sulfida menunjukkan penurunan pada musim kemarau selanjutnya
meningkat tajam hingga pada pemantauan Bulan Desember di setiap stasiun
pengamatan. Nilai tertinggi konsentrasi sulfida mencapai 0,18-0,19 mg/L pada
Stasiun 2 dan 3. Menurut Suparjo (2009), kondisi gas sulfida yang telah melebihi
0,2 mg/L dapat membahayakan biota perairan.

0,20
0,190 Stasiun 1
0,18
Stasiun 2
0,16

0,14 Stasiun 3
Sulfida (mg/L)

0,12 Stasiun 4

0,10 Stasiun 5
0,08
Baku Mutu
0,06 Kelas II

0,04
Musim Hujan
Musim Kemarau
0,02

0,00
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan

Gambar 10 Konsentrasi sulfida pada setiap bulan pengamatan

Gambar 11 menunjukkan konsentrasi fosfat total mengalami fluktuasi


selama pemantauan. Sumber masukan bahan pencemar fosfat ini diduga akibat
penggunaan deterjen rumah tangga yang sebagian besar berasal dari wilayah
pemukiman. Konsentrasi fosfat total berfluktuasi di kedua musim, namun diawal
musim penghujan total fosfat menurun. Nilai fosfat total terendah terjadi di bulan
Maret 2016, sebesar 0,122 mg/L.
14

1,6
Stasiun 1
1,4
Stasiun 2
1,2
Stasiun 3
Total Fosfat (mg/L)

1,0
Stasiun 4

0,8 Stasiun 5

0,6 Baku Mutu


Kelas II
0,4
Musim Hujan
0,2 Musim Kemarau

0,0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan

Gambar 11 Konsentrasi fosfat total pada setiap bulan pengamatan

Sebaran suhu, pH, salinitas, dan DO berdasarkan kedalaman


Distribusi nilai suhu perairan antara 29-33 oC. Secara umum suhu perairan
Danau Gold Coast pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan pada musim
hujan. Selama pemantauan sebaran suhu secara vertikal cenderung stabil seiring
dengan bertambahnya kedalaman. Sama halnya terhadap suhu, konsentrasi pH
dan salinitas di perairan selama pemantauan menunjukkan tren yang cenderung
stabil dengan kisaran nilai yang berbeda. Nilai pH yang terukur selama
pemantauan berkisar antara 7-9. Pengukuran nilai salinitas perairan berkisar
antara 1,2-5,4o/oo. Konsentrasi oksigen terlarut secara vertikal menunjukkan tren
penurunan yang mengikuti dengan bertambahnya kedalaman. Hasil sebaran DO
secara vertikal telah menunjukkan kandungan oksigen terlarut yang rendah pada
dasar perairan pada setiap stasiun pengamatan (Lampiran 6).

Pengelompokan antarstasiun
Hasil dendrogram menunjukkan bahwa karakteristik kualitas air pada
musim kemarau (Gambar 12) dan musim hujan (Gambar 13) terbentuk menjadi
lima kelompok. Terbentuknya karakteristik kualitas air pada kelompok yang
berbeda ini mengindikasikan adanya perbedaan karakteristik kualitas air
antarstasiun pengamatan. Gambar 12 menunjukkan masih terdapat tingkat
kesamaan antara Stasiun 2 dan 3 sebesar 61,37% pada musim kemarau.

Gambar 12 Dendrogram kesamaan karakteristik kualitas air pada musim kemarau


15

Gambar 13 Dendrogram kesamaan karakteristik kualitas air pada musim hujan


Tingkat pencemaran Danau Gold Coast
Hasil penghitungan Indeks Pencemaran Danau Gold Coast pada periode
musim kemarau dan musim hujan tergolong dalam perairan yang tercemar sedang.
Selama pemantauan pada musim kemarau menunjukkan peningkatan nilai IP yang
menandakan tingkat pencemaran meningkat. Hasil penilaian tingkat pencemaran
berdasarkan IP disajikan pada Gambar 14.
Tingkat pencemaran Danau Gold Coast berdasarkan Indeks CCME
tergolong dalam perairan yang sangat buruk. Penilaian Indeks CCME secara
temporal menunjukkan tingkat pencemaran pada musim kemarau lebih tinggi
dibandingkan musim penghujan. Nilai rata-rata indeks CCME pada musim
kemarau sebesar 20,25. Sedangkan pada musim penghujan sebesar 24,77. Hasil
penilaian tingkat pencemaran berdasarkan Indeks CCME disajikan pada Gambar
15 .

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Musim Kemarau Musim Hujan

11
Tercemar berat
10

8
Indeks Pencemaran (IP)

7 Tercemar sedang

3 Tercemar ringan
2

1
Baik
0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pemantauan

Gambar 14 Nilai Indeks Pencemaran pada setiap bulan pengamatan


16

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Musim Kemarau Musim Hujan

100
95
Sangat baik
90
Good/Baik
85
80
75
70
Fair/Cukup baik
65
Indeks CCME

60
55
50 Marginal/Tidak baik
45
40
35
30 Poor/Sangat buruk
25
20
15
10
5
0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pemantauan

Gambar 15 Nilai Indeks CCME pada setiap bulan pengamatan

Pembahasan

Danau Gold Coast terletak di perumahan Bukit Golf Mediterania dan


berada dekat dengan perairan Teluk Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian, perairan
Danau Gold Coast bersalinitas antara 1,2-5,4o/oo. Menurut Mitsch dan Gosselink
(1986) in EPA (2002), perairan tawar memiliki kisaran salinitas kurang dari
0,5o/oo. Sementara salinitas di Danau Gold Coast sudah melebihi kadar salinitas
perairan tawar. Hal tersebut dikarenakan posisi danau yang berbatasan dengan laut
sehingga mempengaruhi salinitas di perairan akibat adanya rembesan air laut
menuju danau. Selain itu, salinitas ini juga dipengaruhi limbah yang dibuang
langsung ke perairan. Menurut Effendi (2003), limbah domestik mengandung
bahan anorganik berupa garam yang dapat mempengaruhi salinitas di perairan.
Kondisi kualitas air Danau Gold Coast dipengaruhi oleh aktivitas rumah
tangga, seperti pembuangan limbah domestik yang berasal dari sisa makanan,
eksresi, deterjen, bahan pembersih, minyak dan lemak. Menurut Handayani et al.
(2011), limbah domestik mengandung bakteri, bahan organik, dan padatan
tersuspensi. Harmayani dan Konsukartha (2007) menyatakan bahwa limbah
domestik dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pembuangan limbah
domestik ke perairan dapat meningkatkan kandungan bahan organik. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui parameter kualitas air yang menggambarkan bahan
organik seperti BOD, COD, telah melebihi baku mutu Kelas II. Hal ini
menandakan kondisi perairan yang tercemar yang disebabkan oleh masukan
limbah domestik yang mengandung bahan organik dalam jumlah yang tinggi.
Parameter BOD secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaran air buangan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai BOD telah
melebihi batas baku mutu pada setiap pengamatan. Tingginya kandungan BOD
akan berimplikasi kepada semakin tinggi bahan organik di perairan (Boyd 1998).
Tingginya nilai BOD saat musim kemarau (4-26 mg/L) dan musim hujan (5-20
17

mg/L) menandakan bahwa perairan danau terindikasi terjadi pencemaran bahan


organik yang berat jika diacu berdasarkan kriteria pencemaran yang dikemukakan
oleh Lee et al. (1978), yaitu perairan mengalami pencemaran yang berat jika nilai
BOD telah melebihi 15 mg/L. Hal menarik lainnya bahwa pada musim kemarau
terjadi peningkatan nilai BOD dan tampak menurun pada musim hujan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faiz (2010), perbedaan nilai
BOD pada kedua musim ini dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah dan
jenis masukan bahan organik serta jumlah dan jenis bakteri pengurai yang dapat
mempengaruhi perbedaan peluruhan bahan organik di perairan. Nilai BOD yang
tinggi pada musim kemarau menandakan tidak adanya aktivitas pengenceran yang
dapat mempengaruhi tingkat pencemaran di perairan.
Parameter BOD erat kaitannya dengan COD yang menggambarkan bahan
organik di perairan. Parameter COD merupakan jumlah total bahan organik yang
ada dalam air, baik yang mudah urai atau sulit urai (Hariyadi 2004). Penguraian
bahan organik ada yang tidak dapat diurai secara biologis sehingga perlu
dilakukan uji COD. Berdasarkan hasil penelitian nilai COD tidak terlihat pola,
pada musim hujan dan kemarau. Hal ini artinya bahan organik total di perairan
berfluktuasi setiap bulannya. Nilai COD berbeda dengan nilai BOD yang artinya
bahan organik yang sulit urai secara biologis ikut mempengaruhi nilai COD di
perairan sehingga proses oksidasi bahan organik fluktuatif.
Tingginya nilai BOD dan COD diduga disebabkan oleh besarnya masukan
bahan organik hasil rumah tangga yang masuk dalam perairan. Kegiatan
antropogenik seperti limbah domestik rumah tangga akan menambah masuknya
bahan pencemar ke perairan danau buatan sehingga diduga air di danau tercemar
(Mazidah et al. 2013). Bahan organik yang berasal dari limbah perumahan
terakumulasi dan mengendap pada substrat dasar perairan, sehingga proses
dekomposisi meningkat dan menyebabkan kandungan DO menurun. Hal ini
sependapat dengan Marganof (2007), bahwa peningkatan nilai BOD merupakan
indikasi menurunnya kandungan oksigen terlarut di perairan karena adanya
aktivitas organisme pengurai.
Tingginya bahan organik pada musim kemarau dapat menghasilkan
penurunan DO di dasar perairan hingga hypoksia. Nilai BOD yang tinggi
menunjukkan terjadinya proses oksidasi yang dalam prosesnya menggunakan
sejumlah oksigen untuk mendekomposisi bahan organik yang ada. Berdasarkan
hasil sebaran DO secara vertikal (Lampiran 6), kandungan DO pada musim
kemarau dan hujan pada kolom perairan hingga dasar perairan semakin menurun.
Menurut Thirupathaiah (2012), rendahnya oksigen terlarut pada musim kemarau
disebabkan karena oksigen dipakai untuk dekomposisi bahan organik. Selain itu,
rendahnya pengadukan dan suhu perairan yang tinggi saat musim kemarau
menyebabkan DO rendah.
Menurut Izzati (2012), akumulasi bahan organik dapat meningkatkan nilai
TSS dan kekeruhan. Kekeruhan umumnya disebabkan oleh adanya partikel
tersuspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan organik terlarut, bakteri, plankton,
dan organisme lainnya. Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi
mempengaruhi konsentrasi kekeruhan di perairan. Menurut Marganof (2007),
kekeruhan memiliki korelasi positif dengan padatan tersuspensi. Berdasarkan hasil
penelitian, nilai kekeruhan dan TSS di perairan pada musim hujan dan kemarau
terlihat tinggi dan terjadi pada Stasiun 1. Stasiun ini memiliki kedalaman yang
18

dangkal (0,4 m) dan berada dekat dengan saluran outlet sehingga mendapat
akumulasi dari stasiun sebelumnya.
Limbah organik yang masuk dalam badan air akan diurai oleh mikroba.
Adakalanya apabila limbah organik masuk dalam badan air yang anaerob akan
diurai oleh mikroba anaerobik menghasilkan senyawa seperti NH3, komponen
fosfor, dan sulfida (H2S) yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap dan
anyir (Marganof 2007). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui konsentrasi
amonia, nitrit, sulfida, dan total fosfat telah melebihi baku mutu. Keberadaan
senyawa ini yang berlebihan dapat menimbulkan pencemaran dalam perairan.
Kadar amonia yang tinggi menjadi indikasi adanya pencemaran bahan
organik. Menurut Hajrizi et al. (2015), adanya komponen bahan organik ini dapat
dilihat dari nilai amonia. Adanya masukan amonia dapat berasal dari limbah,
dekomposisi sel, sisa makanan, hasil metabolisme berupa protein (Hajrizi et al.
2015) dan ekskresi biota perairan (Wassman dan Olli 2004). Konsentrasi amonia
telah melebihi batas baku mutu peruntukan untuk kategori perikanan (0,02 mg/L).
Konsentrasi amonia meningkat drastis pada bulan Agustus. Peningkatan amonia
pada bulan Agustus ini diduga terjadi karena meningkatnya penguraian bahan
organik dari limbah oleh bakteri pengurai. Akan tetapi pada bulan September
konsentrasi amonia tampak menurun yang disebabkan karena kondisi perairan
yang aerobik (Gambar 5) untuk mendukung terjadinya proses nitrifikasi.
Selanjutnya penurunan amonia terendah terjadi pada bulan April diduga
disebabkan oleh penambahan volume air pada musim hujan yang memungkinkan
terjadinya pengenceran.
Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi nitrit antara 0,05-1,9 mg/L dan
telah melebihi baku mutu Kelas II. Hal ini jika mengacu kadar nitrit menurut
Schmit (1978) in Marganof (2007), kadar nitrit antara 0,01-0,1 mg/L sudah
dikategorikan tercemar berat. Nitrit adalah senyawa nitrogen anorganik yang
terbentuk oleh adanya oksidasi amonia oleh bakteri Nitrosomonas (Wetzel 2001).
Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat melalui proses
nitrifikasi oleh bakteri nitrifikasi. Pola perubahan konsentrasi nitrit mengalami
fluktuasi selama pemantauan. Konsentrasi nitrit meningkat dengan tajam seiring
masuknya peralihan musim penghujan dan pada bulan April 2016 (Gambar 9).
Hal tersebut diduga terjadi karena adanya air, oksigen dan bakteri di dalam danau
yang menyebabkan meningkatnya proses nitrifikasi. Konsentrasi nitrit biasanya
ditemukan kurang dari nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan
oksigen. Nitrifikasi yang berlangsung lambat dapat disebabkan karena kurangnya
oksigen oleh mikroba untuk merubah amonia menjadi nitrat.
Konsentrasi H2S di perairan dihasilkan dari proses perombakan bahan
organik secara anaerob. Konsentrasi hidrogen sulfida berkisar antara 0,006-1,9
mg/L dan seluruh hasil pengamatan telah melebihi baku mutu. Perubahan variasi
konsentrasi H2S yang tinggi pada bulan Desember diduga akibat adanya proses
pengadukan dari dasar perairan dan kurangnya aerasi di perairan. Menurut Effendi
(2003), dekomposisi bahan organik pada kondisi anaerob, anion sulfat mengalami
reduksi menjadi hidrogen sulfida dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Toksisitasnya dipengaruhi oleh pH dan suhu perairan. Semakin rendah suhu dan
pH, semakin tinggi toksisitas H2S.
Konsentrasi fosfat total di perairan telah melebihi baku mutu pada kisaran
0,122-1,367 mg/L. Fosfat total menggambarkan kandungan fosfor dalam bentuk
19

terlarut, partikulat, organik maupun anorganik. Hasil pengamatan menunjukkan


konsentrasi fosfat total menurun ketika memasuki musim hujan. Hal ini diduga
terjadi karena hasil dekomposisi bahan organik mengalami pengenceran selama
musim hujan. Fosfat ini bersumber dari buangan limbah domestik yang ada di
perairan, seperti sisa buangan deterjen, sabun, dan juga pupuk. Menurut Effendi
(2003), keberadaan fosfat di perairan yang berlebihan dapat memicu terjadinya
pengkayaan nutrien.
Hasil dendrogram pada musim kemarau dan hujan berdasarkan uji
kesamaan parameter fisika dan kimia perairan menunjukkan nilai yang sangat
kecil sehingga tidak membentuk kelompok. Uji kesamaan antarstasiun
pengamatan, diketahui bahwa tidak ada kesamaan karakteristik kualitas air antar
stasiun pengamatan. Hal ini mengindikasikan bahwa tiap stasiun pengamatan
berbeda-beda berdasarkan parameter fisika dan kimia perairan. Nilai rata-rata
taraf kesamaan pada musim kemarau sebesar 42,58%. Nilai rata-rata taraf
kesamaan pada musim hujan sebesar 36,83%.
Beberapa parameter kualitas air yang terukur sangat mempengaruhi kondisi
tingkat pencemaran Danau Gold Coast. Pencemaran perairan ditentukan
berdasarkan IP dan indeks kualitas air CCME. Tingkat pencemaran Danau Gold
Coast berdasarkan IP tergolong dalam kondisi tercemar sedang pada musim
kemarau dan hujan. Berbeda dengan IP, tingkat pencemaran perairan menurut
indeks CCME masuk kategori perairan yang sangat buruk. Berdasar pengaruh
musim, diketahui bahwa tingkat pencemaran lebih tinggi pada musim kemarau.
Hal ini dibuktikan dengan nilai IP meningkat pada setiap stasiun selama musim
kemarau. Sama halnya dengan Indeks CCME menunjukkan tingkat pencemaran
paling tinggi terjadi ketika musim kemarau pada bulan September di beberapa
stasiun pengamatan terutama di Stasiun 3 dan 4.
Terdapat perbedaan hasil antara IP dan Indeks CCME. Berdasarkan hasil
penelitian, diketahui Indeks CCME lebih baik dibanding IP. Hal tersebut
dikarenakan dalam penghitungan IP dipengaruhi oleh rasio antara data kualitas air
dengan baku mutu dan mencari nilai maksimum serta nilai rata-rata dari seluruh
hasil penghitungan. Berbeda dengan IP, pada Indeks CCME lebih memperhatikan
banyak aspek. Selain memperhatikan rasio nilai parameter dengan baku mutu,
Indeks CCME ini memperhatikan banyaknya parameter yang melebihi baku mutu
dan banyaknya hasil uji yang melebihi baku mutu.
Oleh karena itu, indeks yang lebih baik digunakan dalam penentuan tingkat
pencemaran Danau Gold Coast adalah indeks kualitas air CCME. Hal ini sesuai
pernyataan Saraswati et al. (2014) menyatakan Indeks CCME dinilai objektif
secara statistika untuk menentukan tingkat pencemaran perairan tropis. Selain itu,
menurut Yusrizal (2015), metode CCME dinilai lebih efektif karena dapat
merespon dinamika indeks kualitas air dengan banyak parameter melalui uji
sensitivitas parameter. Nilai IP dan status perairan disajikan pada Lampiran 4
dan nilai Indeks CCME disajikan pada Lampiran 5.
Penanganan kualitas air danau hias perlu dilakukan melalui upaya-upaya
pengelolaan agar kualitas airnya tidak semakin memburuk. Upaya monitoring
pengolahan limbah Sewage Treatment Plant dan penegakan aturan dalam
pembuangan limbah domestik perumahan perlu dilakukan untuk mampu
menampung dan mengolah limbah domestik yang menghasilkan air olahan yang
ramah lingkungan. Upaya pencegahan terhadap tingkat pencemaran perairan dapat
20

dilakukan dengan metode sediment removal dari dasar perairan dan aplikasi
bioremediasi seperti penanaman tanaman air atau penambahan bakteri pengurai di
perairan. Upaya pengelolaan untuk mencegah kondisi anoksik pada perairan
melalui suplai oksigen ke dasar perairan seperti pengadaan air mancur atau kincir
air. Selain untuk meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut, adanya air mancur ini
akan menambah estetika danau supaya terlihat lebih indah.
Sediment removal merupakan pengangkatan lumpur dari dasar danau.
Menurut Rumhayati (2010), pengangkatan sedimen bertindak untuk menghalangi
sumber bahan pencemar yang mengandung sejumlah bahan organik yang tinggi
dan merupakan salah satu upaya untuk memonitor dan mengkontrol agar tidak
terjadinya pencemaran di badan air. Aplikasi penggunaan tanaman air disarankan
untuk mengurangi tingkat pencemaran yang disebabkan oleh limbah domestik.
Jenis tanaman air yang disarankan berupa tanaman air yang mencuat dengan
sistem perakaran yang melekat pada substrat. Hal ini seperti yang dikemukakan
oleh Syafrani (2007), bahwa tanaman tersebut mampu mereduksi senyawa
organik dan anorganik yang terdapat dalam air limbah dan sedimen.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil pemantauan kualitas air setiap bulan dari Juli 2015 sampai Juni 2016,
menunjukkan status kualitas air Danau Gold Coast tercemar sedang menurut
Indeks Pencemaran dan sangat buruk menurut Indeks CCME. Status indeks
kualitas air CCME lebih mewakili kondisi perairan daripada Indeks Pencemaran.
Tingkat pencemaran perairan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan
pada musim hujan.

Saran

Perlu adanya evaluasi dan upaya perbaikan dalam pengelolaan Danau


Gold Coast terutama, volume limbah yang masuk ke danau dan upaya penanganan
kualitas air sebagai danau hias.
21

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Association. 2012. Standard Methods for


Examination of Water and Wastewater 22nd ed. Washington (US):
APHA, AWWA, WEF.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Prakiraan musim
2015/2016 di Wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta. Jakarta (ID) :
BMKG.
Butler ECV, Blackburn SI, Clementon AA, Morgan PP, Parslow JS, Volkman JK.
2001. A survey strategy and environmental monitoring network for an
estuary supporting finfish cage culture. ICES Journal of Marinene
Science. 58. 460-468.
Boyd CE. 1998. Water Quality for Pond Aquaculture. First Printing. Alabama
(US) : Auburn University Agricultural Experiment Station.
[CCME] Canadian Council of Ministers of the Environment. 2001. Canadian
Water Quality Guidelines For The Protection Of Aquatic Life: CCME
Water Quality Index 1.0, Technical Report. Canadian Council of
Ministers of the Environment. Canada (CA): Winnipeg.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
[EPA] Environmental Protection Agency. 2002. Volunteer Estuary Monitoring a
Methods Manual Second Edition. Washington (US) : EPA. 396p
Faiz M. 2010. Peluruhan bahan organik saat musim kemarau pada bagian payau
dan laut di muara Sungai Cisadane Tangerang, Banten [skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Giarno, Ledoufij Z, Mustofa MA. Kajian awal musim hujan dan awal musim
kemarau di Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 13(1):1-8.
Hajrizi F, Rashani S, Vasheli R, Hajrizi SK, Hajrizi S. 2015. Primary factor
affecting the rate of nitrification during treatment of wastewater in
Skenderaj. Journal of Earth Sciences. 1:1-7.
Handayani C, Arthana IW, Merit IN. 2011. Identifikasi sumber pencemaran dan
tingkat pencemaran air di Danau Batur Kabupaten Bangli. Jurnal
Ecotrophic. 6(1): 37–43.
Hariyadi S. 2004. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku
Mutu Air Limbah [makalah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Harmayani KD dan Konsukartha IGM. 2007. Pencemaran air tanah akibat
pembuangan limbah domestik di lingkungan kumuh, studi kasus Banjar
Ubung Sari, Kelurahan Ubung. Jurnal Permukiman Natah. 5(2):62-108
Hurley T, Sadiq R, Mazumder A. 2012. Adaptation and evaluation of the
Canadian Council Ministers of the Environment Water Quality Index
(CCME WQI) for use an effective tool to character drinking source water
quality. Water Research. doi:10.1016/j.watres.2012.03.061: 1-9.
Izzati M. 2011. Perubahan kandungan ammonia, nitrit, dan nitrat dalam air
tambak pada model budidaya udang windu dengan rumput laut
Sargassum plagyophyllum dan ekstraknya. Jurnal Bioma. 13(2):80-84.
22

Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup


Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Jakarta (ID) : KLH RI
Krebs CJ. 1999. Ecological Methodology. California (US): Benjamin Cummings.
Lee CD, Wang SE, Kuo CL. 1978. Benthic Macroinvertebrates and Fish as
Biological Indicators Of Water Quality. Bangkok (TH).
Marganof. 2007. Model pengendalian pencemaran perairan di Danau Maninjau
Sumatra Barat [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Mazidah R, Mulyadi A, Nasution S. 2013. Tingkat Pencemaran Perairan Danau
Buatan Pekanbaru Ditinjau dari Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi.
Riau (ID): Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau.
Nemerow NL. 1991. Stream, Lake, Estuary, and Ocean Pollution:
Envioronmental Enginering Science 2nd Edition. New York (US): Van
Nostrand Reinhold. 472p.
[PPRI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta (ID): PPRI.
Radiatna IN, Erlania, Sugama K, Yudha HT, Wada M. 2014. Frequent monitoring
of water temperature in pegametan bay, bali: a prelimninary assessment
toward management of marine aquaculture development. Indonesia
Aquaculture Journal. 9(2): 185-193.
Riawi MS. 2017. Model diversitas plankton di Danau Hias Gold Coast Pantai
Indah Kapuk, Jakarta Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Rumhayati B. 2010. Studi senyawa fosfat dalam sedimen dan air menggunakan
teknik diffusive gradient in thin films (DGT). Jurnal Ilmu Dasar.
11(2):160-166.
Sachoemar SI. 2008. Evaluasi kondisi lingkungan perairan kawasan Pulau Abang,
Galang Baru, Batam berdasarkan analisa indeks storet dan similaritas
canberra. JAI. 4(1): 81-87
Suparjo MN. 2009. Kondisi pencemaran perairan Sungai Babon Semarang. Jurnal
Saintek Perikanan. 4(2):38-45.
Saraswati SP, Sunyoto, Kironoto BA, Hadisusanto S. 2014. Kajian bentuk dan
sensitivitas rumus indeks PI, STORET, CCME untuk penentuan status
mutu perairan sungai tropis di Indonesia. J. Manusia dan Lingkungan.
21(2): 129-142.
Suwari, Riani E, Pramudya B, Djuwita I. 2010. Penentuan status mutu air Kali
Surabaya dengan metode STORET dan indeks pencemaran. Majalah
Ilmiah Widya. 27(297):59-63.
Syafrani. 2007. Kajian pemanfaatan media penyaringan dan tumbuhan air
setempat untuk pengendalian limbah cair pada Sub-DAS Tapung Kiri,
Provinsi Riau [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Thirupathaiah M, Samatha C, Sammaiah C. 2012. Analysis of water quality using
physico-chemical parameters in Lower Manair Reservoir of Karimnagar
District, Adhra Pradesh. International Journal of Environmental Sciences.
3 (1): 172–80.
23

Wassman P, Olli K. 2004. Drainage Basin Nutrient Inputs And Eutrophication :


An Integrated Approach. University of Tromso, Norway. 325 p. ISBN
82-91086-36-2.
Wetzel RG. 2001. Limnology Lake and River Ecosystems. California (US):
Academic Press. 1006p.
Yusrizal H. 2015. Efektivitas metode perhitungan STORET, IP, dan CCME WQI
dalam menentukan status kualitas air Way Sekampung Provinsi
Lampung. Jurnal Sains dan Pendidikan. 2(1): 11-23.
24

LAMPIRAN

Lampiran 1 Lokasi stasiun pengamatan perairan Danau Gold Coast

Stasiun 1 Stasiun 2

Stasiun 3 Stasiun 4

Stasiun 5 Pump station

Pipa pembuangan Rembesan STP


25

Lampiran 2 Data curah hujan di stasiun Maritim Tanjung Priok, Jakarta Utara tahun
2015-2016

250
Dasarian 1
225
Dasarian 2
200 Dasarian 3
Curah Hujan (mm)

175
150
125
100
75
50
25
0
Juli-15 Agst-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mrt-16 Apr-16 Mei-16 Juni-16
Pengamatan

Lampiran 3 Rata-rata hasil pemantauan kualitas air Danau Gold Coast dari lima
stasiun pengamatan setiap bulan

Baku
Pengamatan
Mutu
Kelas
Parameter Satuan II* Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15
FISIKA:
Kedalaman cm - 0,40±0,00 0,49±0,06 0,49±0,06 0,58±0,66 0,41±0,02 0,44±0,04
Kecerahan cm - 0,14±0,02 0,18±0,06 0,17±0,02 0,22±0,04 0,17±0,02 0,12±0,02
o
Suhu C - 30,4±0,51 32,0±0,75 31,1±0,52 32,2±0,64 32,5±0,79 33,0±0,51
TSS mg/L 50 79,0±27,83 39,8±14,79 170,8±36,41 122,4±30,41 88,0±16,81 150,6±49,52
Kekeruhan NTU 5 48,2±14,17 22,3±5,13 113,3±30,2 58,1±24,49 77,64±15,69 138,4±43,4
KIMIA:
pH - 6-9 8,46±0,18 8,87±0,06 8,75±0,27 8,92±0,05 8,71±0,18 9,00±0,22
o
Salinitas /oo - 3,42±0,46 3,32±0,24 4,46±0,41 4,66±0,45 3,84±0,0,53 3,40±0,54
DO mg/L 4 6,83±0,73 5,09±1,39 13,29±3,30 7,99±2,55 8,53±1,29 7,33±2,48
COD mg/L 25 72,39±16,84 58,64±4,15 57,71±1,80 62,12±3,47 63,39±5,78 69,93±1,10
BOD5 mg/L 3 4,28±0,11 5,20±0,37 22,88±3,56 22,60±1,78 15,46±1,95 18,40±1,34
NO2-N mg/L 0,06 0,68±0,77 0,07±0,04 0,43±0,04 0,14±0,23 0,30±0,05 0,30±0,04
NO3-N mg/L 10 0,65±0,80 0,53±0,79 2,96±2,57 0,54±0,38 0,53±0,12 0,83±0,33
NH3-N mg/L 0,02 1,65±0,91 4,26±1,95 3,00±0,96 3,82±0,67 4,71±0,50 2,77±1,06
Total-P mg/L <0,2 0,53±0,22 0,89±0,32 0,73±0,14 0,65±0,14 0,96±0,05 0,65±0,03
H2S mg/L - 0,05±0,01 0,04±0,01 0,01±0,01 0,01±0,01 0,06±0,03 0,16±0,03
26

Lampiran 3 (Lanjutan)
Baku Pengamatan
Mutu
Kelas
Parameter Satuan II* Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
FISIKA:
Kedalaman cm - 0,41±0,03 0,44±0,05 0,44±0,02 0,40±0,08 0,40±0,06 0,41±0,08
Kecerahan cm - 0,19±0,04 0,24±0,08 0,28±0,07 0,19±0,02 0,20±0,02 0,19±0,05
o
Suhu C - 30,3±0,34 32,0±0,88 31,1±0,79 32,1±0,90 32,5±0,48 30,9±0,60
TSS mg/L 50 51,8±16,48 82,8±20,69 46,4±17,87 106,8±45,0 107,2±44,75 107,2±24,32
Kekeruhan NTU 5 34,2±7,42 61,6±20,81 29,9±13,45 75,9±33,51 66,2±19,36 97,6±29,94
KIMIA:
pH - 6-9 8,04±0,59 7,84±0,50 7,67±0,37 8,60±0,33 8,54±0,13 8,22±0,24
o
Salinitas /oo - 1,86±0,28 1,96±0,22 1,72±0,27 2,76±0,32 1,64±0,34 2,58±0,38
DO mg/L 4 4,20±1,74 9,11±3,05 3,30±0,54 7,76±1,62 7,82±1,04 8,80±1,51
COD mg/L 25 45,26±2,69 60,12±5,32 25,86±1,93 68,27±5,53 74,03±2,66 89,40±0,38
BOD5 mg/L 3 10,08±2,50 7,32±2,13 6,08±1,43 9,44±2,32 7,07±1,44 18,00±1,81
NO2-N mg/L 0,06 0,10±0,03 0,02±0,00 0,17±0,04 1,45±0,51 0,15±0,13 0,25±0,30
NO3-N mg/L 10 1,02±0,29 1,24±0,09 0,45±0,12 2,95±1,30 0,74±0,65 1,08±0,20
NH3-N mg/L 0,02 2,80±0,79 3,47±0,34 2,37±1,14 0,54±0,79 2,76±0,38 2,76±0,53
Total-P mg/L <0,2 0,55±0,11 0,33±0,07 0,26±0,08 0,71±0,24 0,62±0,11 0,67±0,13
H2S mg/L 0,002 0,11±0,02 0,02±0,01 0,02±0,01 0,02±0,01 0,03±0,01 0,03±0,00

Lampiran 4 Nilai indeks pencemaran masing-masing stasiun pada setiap bulan


pengamatan

Bulan Nilai IP pada Stasiun Pengamatan


Keterangan
Pengamatan 1 2 3 4 5
Jul-15 8,1646 7,8264 6,6794 6,7050 8,6379 Tercemar sedang
Agu-15 8,1327 9,4083 9,5948 8,2801 9,8453 Tercemar sedang
Sep-15 9,1925 8,1286 8,5277 9,2545 8,6446 Tercemar sedang
Okt-15 8,9711 9,0939 8,8041 9,4335 9,1676 Tercemar sedang
Nov-15 9,4041 9,6131 9,4075 9,7428 9,2852 Tercemar sedang
Des-15 8,4561 8,6647 8,6583 8,2080 9,4808 Tercemar sedang
Jan-16 8,4062 9,2840 8,9816 8,2889 8,5925 Tercemar sedang
Feb-16 8,7998 8,7458 8,7629 8,8179 9,0439 Tercemar sedang
Mar-16 7,9984 7,9369 6,7522 8,9300 8,7347 Tercemar sedang
Apr-16 8,0686 6,1272 6,6510 6,4510 6,2046 Tercemar sedang
Mei-16 8,7299 8,7597 8,3191 8,8447 8,3657 Tercemar sedang
Jun-16 8,7614 9,0226 8,3345 8,5205 8,3858 Tercemar sedang
27

Lampiran 5 Nilai indeks CCME masing-masing stasiun pada setiap bulan


pengamatan

Bulan Stasiun F1 F2 F3 CCME Keterangan


Jul-15 Stasiun 1 66,6667 66,6667 99,9310 24,0056 Poor
Stasiun 2 66,6667 66,6667 98,5222 24,2649 Poor
Stasiun 3 75,0000 75,0000 98,6842 20,5221 Poor
Stasiun 4 66,6667 66,6667 98,5222 25,1544 Poor
Stasiun 5 75,0000 75,0000 98,6842 18,1308 Poor
Agu-15 Stasiun 1 75,0000 75,0000 91,0245 19,0610 Poor
Stasiun 2 75,0000 75,0000 98,6842 17,4654 Poor
Stasiun 3 75,0000 75,0000 98,6842 17,3026 Poor
Stasiun 4 66,6667 66,6667 98,5222 23,9583 Poor
Stasiun 5 66,6667 66,6667 98,5222 22,0553 Poor
Sep-15 Stasiun 1 66,6667 66,6667 95,3681 22,5726 Poor
Stasiun 2 83,3333 83,3333 98,8142 13,0272 Poor
Stasiun 3 83,3333 83,3333 98,8142 13,1484 Poor
Stasiun 4 83,3333 83,3333 98,8142 12,5091 Poor
Stasiun 5 75,0000 75,0000 98,6842 18,3207 Poor
Okt-15 Stasiun 1 66,6667 66,6667 94,3895 22,9734 Poor
Stasiun 2 75,0000 75,0000 98,6842 17,7928 Poor
Stasiun 3 66,6667 66,6667 98,5222 23,1722 Poor
Stasiun 4 58,3333 58,3333 98,3146 26,9872 Poor
Stasiun 5 66,6667 66,6667 98,5222 22,6875 Poor
Nov-15 Stasiun 1 75,0000 75,0000 99,9420 17,1680 Poor
Stasiun 2 75,0000 75,0000 98,6842 22,1943 Poor
Stasiun 3 66,6667 66,6667 98,6842 22,3999 Poor
Stasiun 4 66,6667 66,6667 98,5222 22,0274 Poor
Stasiun 5 66,6667 66,6667 98,5222 22,4640 Poor
Des-15 Stasiun 1 75,0000 75,0000 99,9420 17,1064 Poor
Stasiun 2 66,6667 66,6667 98,5222 17,5821 Poor
Stasiun 3 75,0000 75,0000 98,6842 17,5699 Poor
Stasiun 4 75,0000 75,0000 98,6842 18,1537 Poor
Stasiun 5 75,0000 75,0000 98,6842 17,1354 Poor
Jan-16 Stasiun 1 50,0000 50,0000 99,9144 31,9279 Poor
Stasiun 2 75,0000 75,0000 98,6842 17,4797 Poor
Stasiun 3 58,3333 58,3333 98,3146 27,4585 Poor
Stasiun 4 66,6667 66,6667 98,5222 23,6933 Poor
Stasiun 5 66,6667 66,6667 98,5222 23,0530 Poor
28

Lampiran 5 (Lanjutan)

Bulan Stasiun F1 F2 F3 CCME Keterangan


Feb-16 Stasiun 1 58,3333 58,3333 99,9250 27,1220 Poor
Stasiun 2 58,3333 58,3333 98,3146 27,7735 Poor
Stasiun 3 58,3333 58,3333 98,3146 27,8142 Poor
Stasiun 4 58,3333 58,3333 98,3146 27,6670 Poor
Stasiun 5 58,3333 58,3333 98,3146 27,4784 Poor
Mar-16 Stasiun 1 58,3333 58,3333 99,9213 28,8647 Poor
Stasiun 2 75,0000 75,0000 98,6842 19,5838 Poor
Stasiun 3 66,6667 66,6667 98,5222 27,1007 Poor
Stasiun 4 58,3333 58,3333 98,3146 27,5493 Poor
Stasiun 5 50,0000 50,0000 98,0392 32,2747 Poor
Apr-16 Stasiun 1 66,6667 66,6667 99,9330 22,8372 Poor
Stasiun 2 58,3333 58,3333 98,3146 32,1797 Poor
Stasiun 3 66,6667 66,6667 98,5222 26,2225 Poor
Stasiun 4 58,3333 58,3333 98,3146 30,7846 Poor
Stasiun 5 58,3333 58,3333 98,3146 33,9715 Poor
Mei-16 Stasiun 1 66,6667 66,6667 99,9337 22,4571 Poor
Stasiun 2 58,3333 58,3333 98,3146 27,7315 Poor
Stasiun 3 66,6667 66,6667 98,5222 23,7524 Poor
Stasiun 4 66,6667 66,6667 98,5222 22,9784 Poor
Stasiun 5 66,6667 66,6667 98,5222 23,6212 Poor
Jun-16 Stasiun 1 58,3333 58,3333 99,9253 26,9809 Poor
Stasiun 2 58,3333 58,3333 98,3146 27,3607 Poor
Stasiun 3 66,6667 66,6667 98,5222 23,6067 Poor
Stasiun 4 50,0000 50,0000 98,0392 32,2682 Poor
Stasiun 5 66,6667 66,6667 98,5222 23,6088 Poor
29

Lampiran 6 Sebaran suhu, pH, Salinitas dan DO berdasarkan kedalaman


30

Lampiran 6 (Lanjutan)
31

Lampiran 7 Peta lokasi danau hias kawasan Pantai Indah Kapuk


32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magetan pada tanggal 15 Juni


1995 dari pasangan Bapak Sarmo dan Ibu Darmi sebagai
anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan formal pernah
dijalani Penulis berawal dari SMAN 1 Magetan (2010-2013).
Pada tahun 2013 Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan. Kemudian
diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian
Bogor, Penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan.
Organisasi yang pernah diikuti antara lain UKM Koperasi Mahasiswa IPB (2013-
2014), BEM-FPIK IPB (2014-2015). Sejak tahun 2015, Penulis mengikuti
organisasi eksternal pada Manajemen Bimbingan Belajar Al-Fattaah pada masa
bakti 2016/2017 dan menjadi pengajar aktif mulai tahun 2015-2017.
Dibidang akademik, Penulis berkesempatan menjadi asisten mata kuliah
Oseanografi Umum (2014/2015) dan (2015/2016), asisten praktikum mata kuliah
Kualitas Air (2015/2016), asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air
(2015/2016) dan (2016/2017), asisten praktikum mata kuliah Planktonologi
(2016/2017) dan asisten praktikum mata kuliah Konservasi Sumberdaya Hayati
Perairan (2017/2018). Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa
pada tahun 2016 dan berhasil meraih penghargaan setara perunggu kategori
presentasi pada program PIMNAS ke-29 bidang PKM-G ang berjudul “Green
Small Island : Solusi Pengembangan Berkelanjutan Desa Pesisir pada Pulau-pulau
Kecil di Indonesia”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Penulis
menyusun skripsi dengan judul “Status Kualitas Air dan Tingkat Pencemaran
Danau Hias Gold Coast, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara”.

Anda mungkin juga menyukai