ARI SAHDAD
Saya menyatakan dengan ini skripsi berjudul Status Kualitas Air dan
Tingkat Pencemaran Danau Hias Gold Coast, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara
adalah benar merupakan hasil karya yang saya buat dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber data dan informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan
dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
.
Ari Sahdad
NIM C24130004
ABSTRAK
ARI SAHDAD. Status Kualitas Air dan Tingkat Pencemaran Danau Hias Gold
Coast, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Dibimbing oleh SIGID HARIYADI
dan KADARWAN SOEWARDI
Kualitas air di perairan Danau Hias Gold Coast dipengaruhi oleh limbah
domestik di sekitar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status
kualitas air dan tingkat pencemaran perairan Danau Hias Gold Coast, Pantai Indah
Kapuk, Jakarta Utara. Pengambilan data kualitas air dilakukan setiap bulan dari
Juli 2015 sampai Juni 2016 pada lima stasiun pengamatan. Terdapat beberapa
parameter kualitas air yang selalu melebihi baku mutu, yaitu BOD5, COD, amonia,
hidrogen sulfida, fosfat total, dan kekeruhan. Status kualitas air ditentukan
menggunakan Indeks Pencemaran dan Indeks Canadian Council of Ministers of
the Environment. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pencemaran perairan
menurut Indeks Pencemaran dikategorikan dalam perairan yang tercemar sedang.
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, status indeks kualitas air CCME lebih
mewakili kondisi perairan daripada IP. Status pencemaran Danau Gold Coast
menurut indeks kualitas air CCME tergolong sangat buruk. Tingkat pencemaran
pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan dengan musim hujan.
Kata kunci: indeks CCME, indeks pencemaran, kualitas air, limbah domestik
ABSTRACT
ARI SAHDAD. Water Quality Status and Pollution Level of Gold Coast
Ornamental Lake, Pantai Indah Kapuk, North Jakarta. Supervised by SIGID
HARIYADI and KADARWAN SOEWARDI
ARI SAHDAD
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Status Kualitas Air
dan Tingkat Pencemaran Danau Hias Gold Coast, Pantai Indah Kapuk,
Jakarta Utara. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis
untuk menempuh studi di Departemen Manajamen Sumberdaya Perairan.
2. Beasiswa BIDIK MISI DIKTI yang telah membiayai kuliah Penulis.
3. Pengelola Bukit Golf Mediterania, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara yang
telah mendanai penelitian dan Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc yang telah
memfasilitasi kegiatan penelitian.
4. Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan saran selama perkuliahan.
5. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc sebagai Pembimbing I dan Prof Dr Ir Kadarwan
Soewardi sebagai Pembimbing II yang telah memberi arahan dan masukan
dalam penulisan skripsi ini.
6. Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku Dosen Penguji dan Dr
Zulhamsyah Imran, SPi MSi selaku perwakilan Komisi Pendidikan yang
telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Keluarga (Bapak Sarmo, Ibu Darmi, Priyani, Puryanti, SPd) yang telah
memberikan doa, kasih sayang, motivasi serta dukungan materil selama ini.
8. Tim penelitian Pantai Indah Kapuk (Reza Zulmi SPi, Jayadi Ramadan, Arik
Pangesti, Desi Aldilasari, Nurjanah, Ani Nur Indahsari, Rosa HS Milala, Sri
Rahayu S, Amelia Fitriani, Vina Nursyarah). Terima kasih atas segala
dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Ari Sahdad
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Danau Gold Coast merupakan salah satu danau hias yang terdapat di
kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Danau Gold Coast mulai dibangun
pada tahun 2008 dan terletak di tengah perumahan cluster Gold Coast yang fungsi
utamanya sebagai danau hias. Selain sebagai danau hias, danau tersebut berfungsi
sebagai penampung air hujan untuk mencegah banjir di cluster perumahan.
Aktivitas warga yang tinggal di sekitar perumahan secara langsung atau tidak
langsung akan menentukan potensi buangan limbah ke perairan. Dampak
masukan limbah domestik ke dalam badan air akan menyebabkan perubahan
kualitas perairan.
Sebagai danau hias kualitas air danau harus baik. Adanya indikasi
perubahan kualitas air di Danau Gold Coast seperti kondisinya yang berbau,
berwarna keruh dan terjadi pendangkalan. Hal tersebut diduga terjadi karena
adanya bahan pencemar yang masuk ke perairan. Perubahan kualitas air apabila
sampai melebihi baku mutu dan menyebabkan danau tidak berfungsi sesuai
dengan peruntukannya maka telah mengalami pencemaran perairan (PPRI Nomor
82 Tahun 2001).
Letak Danau Gold Coast yang di kelilingi perumahan berpotensi menerima
limpasan limbah domestik. Buangan limbah dari kegiatan domestik ke perairan
dapat mempengaruhi kualitas air. Menurut Harmayani dan Konsukartha (2007),
sistem pembuangan limbah rumah tangga seperti, pembuangan limbah kamar
mandi, dan dapur yang tidak terkondisi dengan baik dapat memicu terjadinya
pencemaran air dan kondisi lingkungan di daerah pemukiman menjadi tercemar.
Agar pemanfaatan danau dapat berkelanjutan, upaya pemantauan dan pengelolaan
kualitas air terhadap parameter utama kualitas perairan perlu untuk dilakukan
(Butler et al. 2001; Radiatna et al. 2014). Penentuan status pencemaran menjadi
dasar dalam upaya pemantauan dan pencegahan terhadap penurunan kualitas air di
suatu perairan (Suwari et al. 2010). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
status mutu air dan tingkat pencemaran dengan metode indeks pencemaran dan
indeks kualitas air CCME berdasarkan hasil analisis parameter fisika dan kimia
perairan.
Perumusan Masalah
Perubahan kualitas air secara fisika dan kimia sangat mempengaruhi kondisi
biologi perairan. Apabila bahan pencemar tersebut melebihi kemampuan danau
untuk membersihkan diri sendiri (self purification), maka akan timbul
permasalahan yang serius, yaitu pencemaran perairan, sehingga berpengaruh
negatif terhadap kehidupan biota perairan dan lingkungan sekitar (Mazidah et al.
2013). Kondisi perairan Danau Gold Coast yang berbau dan berwarna hijau
sampai kehitaman berpengaruh pada penurunan fungsi utamanya sebagai danau
hias. Dengan memperhatikan kondisi tersebut perlu untuk dilakukan pemantauan
kualitas air dengan melihat keterkaitannya terhadap pengaruh musim yang
berbeda agar mampu dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pendekatan masalah
dalam tingkat pencemaran perairan disajikan pada Gambar 1.
- Masukan bahan
organik, anorganik
Pemenuhan Status kualitas
Baku Mutu air dan tingkat
-Pengaruh musim
(Kelas II) pencemaran
-Parameter fisika PPRI 82/2001
dan kimia perairan
Gambar 1 Rumusan masalah kualitas air di Danau Gold Coast, Pantai Indah
Kapuk, Jakarta Utara
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status kualitas air dan tingkat
pencemaran Danau Hias Gold Coast, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
Penelitian dan pemantauan kualitas air dilakukan pada bulan Juli 2015
hingga Juni 2016, di perairan Danau Hias Gold Coast, Pantai Indah Kapuk,
Jakarta Utara. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan
Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
Data primer dan data sekunder digunakan dalam penelitian ini. Data
primer diperoleh dari pengambilan contoh air berdasarkan hasil pemantauan
bulanan dari Juli 2015 sampai Juni 2016. Adapun data sekunder diperoleh dari
Layanan Satu Atap (LSA) BMKG Tanjung Priok berupa data curah hujan bulan
Juli 2015 sampai bulan Juni 2016.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran secara langsung
di lapang (in situ) dan dilakukan pengambilan contoh air untuk dianalisis di
laboratorium. Parameter yang dilakukan pengamatan langsung di lapang adalah
suhu, kecerahan, kedalaman, DO, pH, dan salinitas. Sementara parameter yang
dianalisis di laboratorium adalah kekeruhan, TSS, BOD5, COD, nitrit, nitrat,
amonia, fosfat total, dan sulfida.
Metode pengamatan parameter kedalaman dilakukan dengan cara
menurunkan tali berskala sampai ke dasar perairan lalu dicatat nilai kedalaman
yang tertera. Selanjutnya, pengukuran kecerahan dilakukan dengan mencelupkan
Secchi disk ke perairan hingga warna Secchi disk pertama kali tidak terlihat.
Pengukuran salinitas dan suhu diukur dengan alat SCT-meter. Parameter pH
diukur dengan menggunakan alat pH meter sedangkan DO diukur dengan
menggunakan DO-meter model DO-5510.
Pengambilan contoh air dilakukan menggunakan alat van Dorn water
sampler volume 5 L. Pengambilan contoh air dilakukan pada bagian permukaan
dan lapisan dekat dasar perairan. Contoh air dari dua kedalaman tersebut lalu
dicampur di lapang dan dimasukkan ke dalam botol sampel yang sudah diberi
pengawet. Terdapat tiga botol sampel yang akan digunakan untuk menyimpan
contoh air dalam penelitian ini, yaitu botol polyetilen 100 ml, botol polyetilen 1 L,
dan botol gelap 1 L.
Parameter kualitas air yang dianalisis di laboratorium sebelumnya dilakukan
preservasi. Preservasi perlu dilakukan agar menjaga contoh air agar representativ
dan tidak mengalami perubahan karakteristik kimia air. Parameter COD, nitrat,
nitrit, amonia total, dan fosfat total dipreservasi dengan H2SO4 sampai pH < 2.
Parameter BOD dengan disimpan dalam botol gelap dan dinginkan dengan suhu ≤
4 oC. Parameter sulfida dilakukan preservasi dengan menambahkan Zn asetat +
NaOH 6N dan dinginkan pada suhu ≤ 4 oC (APHA 2012).
Contoh air yang telah dimasukkan ke dalam botol sampel akan dimasukan
ke dalam coolbox. Hal itu dilakukan untuk menjaga suhu contoh air tetap stabil
sehingga tidak terjadi perubahan karakteristik kimia dari contoh air. Parameter
kualitas air dan metode analisis kualitas air mengacu pada APHA 2012
ditampilkan pada Tabel 1.
5
Analisis Data
| i - i |
IC = { - ∑in ( )} x 100%
n i i
Keterangan :
IC = Indeks Canberra
n = jumlah parameter yang dibandingkan
Yi1 = nilai parameter i lokasi 1
Yi2 = nilai parameter i lokasi 2
6
i ij i ij
IP = √
Keterangan :
IP = Indeks Pencemaran
i = Konsentrasi parameter kualitas air ke-i hasil pengukuran
ij = Konsentrasi parameter kualitas air ke-i yang tercantum dalam
baku mutu peruntukan ke-j (rekreasi air)
( i / ij ) M = Nilai maksimum i / ij
( i / ij ) R = Nilai rata-rata i / ij
Parameter dengan nilai baku (Lij) yang memiliki rentang dari minimum hingga
maksimum, maka nilai harus menentukan Lij rata-rata yang diperoleh dari:
7
ij min - ij ma
( i/ ij )baru =
Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1, misalnya Ci/Lij = 0,9
dan 1,1 atau perbedaan sangat besar, misalkan Ci/Lij = 5 dan 10, maka tingkat
pencemaran sulit untuk ditentukan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka:
- nilai pengukuran lebih kecil dari 1, nilai yang digunakan adalah nilai
(Ci/Lij)hasil pengukuran
- nilai pengukuran lebih besar dari 1, nilai yang digunakan adalan nilai
(Ci/Lij)baru
i ij og i ij
baru pengukuran
P merupakan konstanta sebagai nilai standar untuk perbandingan,
umumnya nilai P yang digunakan adalah 5 yang disesuaikan dengan hasil
persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan.
Hubungan nilai indeks pencemaran dengan baku mutu perairan disajikan pada
Tabel 2.
Keterangan :
F1 = banyaknya jumlah parameter yang melebihi baku mutu
F2 = banyaknya hasil nilai uji pada parameter yang melebihi baku mutu
F3 = besaran/selisih hasil uji pada suatu parameter dengan baku mutunya
1,732 = nilai normalitas antara 0 sampai 100
Tabel 3 Penentuan kategori perairan menurut Indeks Kualitas Air CCME (CCME
2001)
Nilai Indeks Kualitas Air CCME Kategori
95 – 100 Sangat baik
80 – 94 Good/Baik
60 – 79 Fair/Cukup Baik
45 – 59 Marginal/Buruk
0 – 44 Poor/Sangat Buruk
9
Hasil
30,00
26,0 Stasiun 1
25,00
Stasiun 2
20,00 Stasiun 3
BOD5 (mg/L)
Stasiun 4
15,00
Stasiun 5
Baku Mutu
10,00
Kelas II
Musim Hujan
5,00
Musim Kemarau
0,00
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan
100,00
60,00
Stasiun 4
50,00
40,00 Stasiun 5
18,0
Stasiun 1
16,0
Stasiun 2
14,0
Stasiun 3
12,0
DO (mg/L)
Stasiun 4
10,0
Stasiun 5
8,0
Baku Mutu
6,0 Kelas II
4,0 Musim Hujan
0,0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan
220
200 203 Stasiun 1
180 Stasiun 2
160 Stasiun 3
Kekeruhan (NTU)
140
Stasiun 4
120
100 Stasiun 5
80 Baku Mutu
Kelas II
60
Musim Hujan
40
Musim Kemarau
20
0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan
220
214
200
Stasiun 1
180 Stasiun 2
160 Stasiun 3
140
TSS (mg/L)
Stasiun 4
120
100 Stasiun 5
80 Baku Mutu
Kelas II
60
Musim Hujan
40
Musim Kemarau
20
0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan
7,000
6,000
Stasiun 1
5,000 Stasiun 2
Amonia (mg/L)
Stasiun 3
4,000
Stasiun 4
3,000 Stasiun 5
Baku Mutu
2,000
Musim Hujan
1,000 Musim Kemarau
0,000
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan
Konsentrasi nitrit tertinggi terjadi pada pemantauan bulan April 2016 di Stasiun 4,
sedangkan konsentrasi terendah terjadi pada pemantauan bulan Februari 2016.
2,0
1,920
Stasiun 1
1,8
1,6 Stasiun 2
1,4 Stasiun 3
Nitrit (mg/L)
1,2 Stasiun 4
1,0 Stasiun 5
0,8
Baku Mutu
0,6 Kelas II
0,0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan
0,20
0,190 Stasiun 1
0,18
Stasiun 2
0,16
0,14 Stasiun 3
Sulfida (mg/L)
0,12 Stasiun 4
0,10 Stasiun 5
0,08
Baku Mutu
0,06 Kelas II
0,04
Musim Hujan
Musim Kemarau
0,02
0,00
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan
1,6
Stasiun 1
1,4
Stasiun 2
1,2
Stasiun 3
Total Fosfat (mg/L)
1,0
Stasiun 4
0,8 Stasiun 5
0,0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pengamatan
Pengelompokan antarstasiun
Hasil dendrogram menunjukkan bahwa karakteristik kualitas air pada
musim kemarau (Gambar 12) dan musim hujan (Gambar 13) terbentuk menjadi
lima kelompok. Terbentuknya karakteristik kualitas air pada kelompok yang
berbeda ini mengindikasikan adanya perbedaan karakteristik kualitas air
antarstasiun pengamatan. Gambar 12 menunjukkan masih terdapat tingkat
kesamaan antara Stasiun 2 dan 3 sebesar 61,37% pada musim kemarau.
11
Tercemar berat
10
8
Indeks Pencemaran (IP)
7 Tercemar sedang
3 Tercemar ringan
2
1
Baik
0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pemantauan
100
95
Sangat baik
90
Good/Baik
85
80
75
70
Fair/Cukup baik
65
Indeks CCME
60
55
50 Marginal/Tidak baik
45
40
35
30 Poor/Sangat buruk
25
20
15
10
5
0
Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
Pemantauan
Pembahasan
dangkal (0,4 m) dan berada dekat dengan saluran outlet sehingga mendapat
akumulasi dari stasiun sebelumnya.
Limbah organik yang masuk dalam badan air akan diurai oleh mikroba.
Adakalanya apabila limbah organik masuk dalam badan air yang anaerob akan
diurai oleh mikroba anaerobik menghasilkan senyawa seperti NH3, komponen
fosfor, dan sulfida (H2S) yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap dan
anyir (Marganof 2007). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui konsentrasi
amonia, nitrit, sulfida, dan total fosfat telah melebihi baku mutu. Keberadaan
senyawa ini yang berlebihan dapat menimbulkan pencemaran dalam perairan.
Kadar amonia yang tinggi menjadi indikasi adanya pencemaran bahan
organik. Menurut Hajrizi et al. (2015), adanya komponen bahan organik ini dapat
dilihat dari nilai amonia. Adanya masukan amonia dapat berasal dari limbah,
dekomposisi sel, sisa makanan, hasil metabolisme berupa protein (Hajrizi et al.
2015) dan ekskresi biota perairan (Wassman dan Olli 2004). Konsentrasi amonia
telah melebihi batas baku mutu peruntukan untuk kategori perikanan (0,02 mg/L).
Konsentrasi amonia meningkat drastis pada bulan Agustus. Peningkatan amonia
pada bulan Agustus ini diduga terjadi karena meningkatnya penguraian bahan
organik dari limbah oleh bakteri pengurai. Akan tetapi pada bulan September
konsentrasi amonia tampak menurun yang disebabkan karena kondisi perairan
yang aerobik (Gambar 5) untuk mendukung terjadinya proses nitrifikasi.
Selanjutnya penurunan amonia terendah terjadi pada bulan April diduga
disebabkan oleh penambahan volume air pada musim hujan yang memungkinkan
terjadinya pengenceran.
Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi nitrit antara 0,05-1,9 mg/L dan
telah melebihi baku mutu Kelas II. Hal ini jika mengacu kadar nitrit menurut
Schmit (1978) in Marganof (2007), kadar nitrit antara 0,01-0,1 mg/L sudah
dikategorikan tercemar berat. Nitrit adalah senyawa nitrogen anorganik yang
terbentuk oleh adanya oksidasi amonia oleh bakteri Nitrosomonas (Wetzel 2001).
Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat melalui proses
nitrifikasi oleh bakteri nitrifikasi. Pola perubahan konsentrasi nitrit mengalami
fluktuasi selama pemantauan. Konsentrasi nitrit meningkat dengan tajam seiring
masuknya peralihan musim penghujan dan pada bulan April 2016 (Gambar 9).
Hal tersebut diduga terjadi karena adanya air, oksigen dan bakteri di dalam danau
yang menyebabkan meningkatnya proses nitrifikasi. Konsentrasi nitrit biasanya
ditemukan kurang dari nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan
oksigen. Nitrifikasi yang berlangsung lambat dapat disebabkan karena kurangnya
oksigen oleh mikroba untuk merubah amonia menjadi nitrat.
Konsentrasi H2S di perairan dihasilkan dari proses perombakan bahan
organik secara anaerob. Konsentrasi hidrogen sulfida berkisar antara 0,006-1,9
mg/L dan seluruh hasil pengamatan telah melebihi baku mutu. Perubahan variasi
konsentrasi H2S yang tinggi pada bulan Desember diduga akibat adanya proses
pengadukan dari dasar perairan dan kurangnya aerasi di perairan. Menurut Effendi
(2003), dekomposisi bahan organik pada kondisi anaerob, anion sulfat mengalami
reduksi menjadi hidrogen sulfida dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Toksisitasnya dipengaruhi oleh pH dan suhu perairan. Semakin rendah suhu dan
pH, semakin tinggi toksisitas H2S.
Konsentrasi fosfat total di perairan telah melebihi baku mutu pada kisaran
0,122-1,367 mg/L. Fosfat total menggambarkan kandungan fosfor dalam bentuk
19
dilakukan dengan metode sediment removal dari dasar perairan dan aplikasi
bioremediasi seperti penanaman tanaman air atau penambahan bakteri pengurai di
perairan. Upaya pengelolaan untuk mencegah kondisi anoksik pada perairan
melalui suplai oksigen ke dasar perairan seperti pengadaan air mancur atau kincir
air. Selain untuk meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut, adanya air mancur ini
akan menambah estetika danau supaya terlihat lebih indah.
Sediment removal merupakan pengangkatan lumpur dari dasar danau.
Menurut Rumhayati (2010), pengangkatan sedimen bertindak untuk menghalangi
sumber bahan pencemar yang mengandung sejumlah bahan organik yang tinggi
dan merupakan salah satu upaya untuk memonitor dan mengkontrol agar tidak
terjadinya pencemaran di badan air. Aplikasi penggunaan tanaman air disarankan
untuk mengurangi tingkat pencemaran yang disebabkan oleh limbah domestik.
Jenis tanaman air yang disarankan berupa tanaman air yang mencuat dengan
sistem perakaran yang melekat pada substrat. Hal ini seperti yang dikemukakan
oleh Syafrani (2007), bahwa tanaman tersebut mampu mereduksi senyawa
organik dan anorganik yang terdapat dalam air limbah dan sedimen.
Kesimpulan
Hasil pemantauan kualitas air setiap bulan dari Juli 2015 sampai Juni 2016,
menunjukkan status kualitas air Danau Gold Coast tercemar sedang menurut
Indeks Pencemaran dan sangat buruk menurut Indeks CCME. Status indeks
kualitas air CCME lebih mewakili kondisi perairan daripada Indeks Pencemaran.
Tingkat pencemaran perairan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan
pada musim hujan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Stasiun 4
Lampiran 2 Data curah hujan di stasiun Maritim Tanjung Priok, Jakarta Utara tahun
2015-2016
250
Dasarian 1
225
Dasarian 2
200 Dasarian 3
Curah Hujan (mm)
175
150
125
100
75
50
25
0
Juli-15 Agst-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mrt-16 Apr-16 Mei-16 Juni-16
Pengamatan
Lampiran 3 Rata-rata hasil pemantauan kualitas air Danau Gold Coast dari lima
stasiun pengamatan setiap bulan
Baku
Pengamatan
Mutu
Kelas
Parameter Satuan II* Jul-15 Agu-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15
FISIKA:
Kedalaman cm - 0,40±0,00 0,49±0,06 0,49±0,06 0,58±0,66 0,41±0,02 0,44±0,04
Kecerahan cm - 0,14±0,02 0,18±0,06 0,17±0,02 0,22±0,04 0,17±0,02 0,12±0,02
o
Suhu C - 30,4±0,51 32,0±0,75 31,1±0,52 32,2±0,64 32,5±0,79 33,0±0,51
TSS mg/L 50 79,0±27,83 39,8±14,79 170,8±36,41 122,4±30,41 88,0±16,81 150,6±49,52
Kekeruhan NTU 5 48,2±14,17 22,3±5,13 113,3±30,2 58,1±24,49 77,64±15,69 138,4±43,4
KIMIA:
pH - 6-9 8,46±0,18 8,87±0,06 8,75±0,27 8,92±0,05 8,71±0,18 9,00±0,22
o
Salinitas /oo - 3,42±0,46 3,32±0,24 4,46±0,41 4,66±0,45 3,84±0,0,53 3,40±0,54
DO mg/L 4 6,83±0,73 5,09±1,39 13,29±3,30 7,99±2,55 8,53±1,29 7,33±2,48
COD mg/L 25 72,39±16,84 58,64±4,15 57,71±1,80 62,12±3,47 63,39±5,78 69,93±1,10
BOD5 mg/L 3 4,28±0,11 5,20±0,37 22,88±3,56 22,60±1,78 15,46±1,95 18,40±1,34
NO2-N mg/L 0,06 0,68±0,77 0,07±0,04 0,43±0,04 0,14±0,23 0,30±0,05 0,30±0,04
NO3-N mg/L 10 0,65±0,80 0,53±0,79 2,96±2,57 0,54±0,38 0,53±0,12 0,83±0,33
NH3-N mg/L 0,02 1,65±0,91 4,26±1,95 3,00±0,96 3,82±0,67 4,71±0,50 2,77±1,06
Total-P mg/L <0,2 0,53±0,22 0,89±0,32 0,73±0,14 0,65±0,14 0,96±0,05 0,65±0,03
H2S mg/L - 0,05±0,01 0,04±0,01 0,01±0,01 0,01±0,01 0,06±0,03 0,16±0,03
26
Lampiran 3 (Lanjutan)
Baku Pengamatan
Mutu
Kelas
Parameter Satuan II* Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16
FISIKA:
Kedalaman cm - 0,41±0,03 0,44±0,05 0,44±0,02 0,40±0,08 0,40±0,06 0,41±0,08
Kecerahan cm - 0,19±0,04 0,24±0,08 0,28±0,07 0,19±0,02 0,20±0,02 0,19±0,05
o
Suhu C - 30,3±0,34 32,0±0,88 31,1±0,79 32,1±0,90 32,5±0,48 30,9±0,60
TSS mg/L 50 51,8±16,48 82,8±20,69 46,4±17,87 106,8±45,0 107,2±44,75 107,2±24,32
Kekeruhan NTU 5 34,2±7,42 61,6±20,81 29,9±13,45 75,9±33,51 66,2±19,36 97,6±29,94
KIMIA:
pH - 6-9 8,04±0,59 7,84±0,50 7,67±0,37 8,60±0,33 8,54±0,13 8,22±0,24
o
Salinitas /oo - 1,86±0,28 1,96±0,22 1,72±0,27 2,76±0,32 1,64±0,34 2,58±0,38
DO mg/L 4 4,20±1,74 9,11±3,05 3,30±0,54 7,76±1,62 7,82±1,04 8,80±1,51
COD mg/L 25 45,26±2,69 60,12±5,32 25,86±1,93 68,27±5,53 74,03±2,66 89,40±0,38
BOD5 mg/L 3 10,08±2,50 7,32±2,13 6,08±1,43 9,44±2,32 7,07±1,44 18,00±1,81
NO2-N mg/L 0,06 0,10±0,03 0,02±0,00 0,17±0,04 1,45±0,51 0,15±0,13 0,25±0,30
NO3-N mg/L 10 1,02±0,29 1,24±0,09 0,45±0,12 2,95±1,30 0,74±0,65 1,08±0,20
NH3-N mg/L 0,02 2,80±0,79 3,47±0,34 2,37±1,14 0,54±0,79 2,76±0,38 2,76±0,53
Total-P mg/L <0,2 0,55±0,11 0,33±0,07 0,26±0,08 0,71±0,24 0,62±0,11 0,67±0,13
H2S mg/L 0,002 0,11±0,02 0,02±0,01 0,02±0,01 0,02±0,01 0,03±0,01 0,03±0,00
Lampiran 5 (Lanjutan)
Lampiran 6 (Lanjutan)
31
RIWAYAT HIDUP