LANDASAN TEORI
2.1 TRANSPORTASI
Menurut Subagyo, Nur, & Indra (2018) Distribusi merupakan pergerakan atau
perpindahan barang atau jasa dari sumber sampai ke konsumen akhir, konsumen
atau pengguna, melalui saluran distribusi (distribution channel), dan
gerakanpembayaran dalam arah yang berlawanan, sampai ke produsen asli atau
pemosok. Menurut Arif (2018) Distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang
dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaanya sesuai dengan
yang diperlukan.
2.5 Truk
Truk box adalah kendaraan angkutan barang antaran yang biasanya digunakan
untuk mengangkut barang antaran (delivery van) yang dimasukkan dalam suatu
box yang terbuat dari baja ataupun dari aluminium. Dengan box ini barang akan
terlindungi dari hujan dan angin dan disamping itu juga melindungi barang dari
tangan-tangan jahil.
Ada pula truk box yang dilengkapi dengan pendingin yang digunakan untuk
mengangkut barang yang mudah busuk atau rusak karena suhu seperti untuk
angkutan es, daging, ikan, sayuran dan buah-buahan.
Simatupang (2016) menjelaskan bahwa rantai dingin adalah bagian dari rantai
pasok (supply chain) yang bertujuan untuk menjaga suhu agar produk tetap terjaga
selama proses pengumpulan, pengolahan, dan distribusi komoditas hingga ke tangan
konsumen, sedangkan manajemen rantai dingin adalah seluruh aktivitas rantai
pendingin yang dianalisis, diukur, dikontrol, didokumentasikan, dan divalidasi agar
berjalan secara efektif dan efisien baik secara teknis dan ekonomis.
Menurut Sondoro (2011), desain yang benar dan penggunaan yang benar dari
cold storage dapat meminimalisasikan kerusakan selama penyimpanan dan
memperpanjang masa simpan produk. Faktor design yang paling penting adalah:
• Suhu rendah
Sumber: Laurenzia Bianca 2016 ( sistem rantai dingin dalam implementasi sistem
logistic nasional)
Sistem rantai dingin (cold chain system) merupakan salah satu cara yang dapat
mempertahankan mutu produk perikanan. Sistem rantai dingin (cold chain system)
da, yaitu teknik pendinginan (0-4 oC) terhadap hasil tangkapan secara terus-
menerus dan tidak terputus sejak penangkapan, penanganan, pengolahan, sampai
dengan distribusi produk ikan beku (frozen fish) yang berlangsung sesuai dengan
standart (Lubis,2010).
Terdapat empat tahap kritis yang harus diperhatikan dalam sistem rantai dingin
produk eskpor ikan beku. Tahap kritis tersebut adalah:
Keempat titik kritis ini, yang akan menjadi acuan pendekatan strategi teknologi
rantai dingin penanganan produk ekspor ikan beku (frozen fish) (Johnston, 1994).
Sistem rantai dingin harus diterapkan pada seluruh siklus ekspor produk ikan beku
(frozen fish), mulai dari penangkapan hingga ke konsumen di negara pengimpor,
prinsip sistem rantai dingin dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Solusi dari sebuah VRP yaitu menentukan sejumlah rute, yang masing-
masing dilayani oleh suatu kendaraan yang berasal dan berakhir pada
depotnya, sehingga kebutuhan pelanggan terpenuhi, semua permasalahan
operasional terselesaikan dan biaya transportasi secara umum diminimalkan.
Di bawah ini merupakan karakteristik konsumen dalam Vehicle
Routing Problems:
Pada solusi eksak dilakukan pendekatan dengan menghitung setiap solusi yang
mungkin sampai satu terbaik dapat diperoleh. Branch and bounddan branch and cut
merupakan contoh dari penyelesaian eksak.
2.11.2 Heuristik
2.11.3 Metaheuristik
Metaheuristik, adalah suatu metode untuk melakukan eksplorasi yang lebih
dalam pada daerah yang menjanjikan dari ruangsolusi yang ada. Kualitas solusi
yang dihasilkan dari metode ini jauh lebih baik daripada yang didapat heuristik
klasik. Contoh metaheuristik adalah genetic algorithm, simulated annealing, tabu
search, ant colony system dsb.
Penanganan merupakan suatu hal yang penting untuk hasil tangkapan ikan
segar mulai saat ikan didaratkan di pelabuhan perikanan sampai selama transportasi
pendistribusian menuju hinterland-nya. Penanganan ikan harus cepat dilakukan
untuk memperlambat kebusukan. Menurut Lubis dkk. (2006), salah satu
keberhasilan pengelolaan pelabuhan perikanan adalah pendaratan ikan harus dapat
dilakukan secara cepat dan penyeleksian ikan yang cermat.
Menurut Clucas and Ward (1996), hal-hal prinsip yang perlu diperhatikan
selama penanganan ikan mulai saat pembongkaran sampai pengangkutan ke TPI
atau ke hinterland, yaitu pengontrolan suhu ikan selama penanganan agar selalu
dingin, penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat, memperkecil sentuhan fisik
secara langsung dengan ikan, menghindari sengatan langsung sinar matahari pada
tubuh ikan, dan memperkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan. Menurut
Poernomo dalam Nikijuluw (2007), satu-satunya cara untuk mempertahankan
kesegaran hasil tangkapan adalah dengan menurunkan suhu serendah mungkin,
biasanya mendekati suhu cair es, yaitu 0oC. Proses pendinginan ikan mendekati titik
beku air atau sekitar 0oC segera setelah ikan ditangkap atau dipanen, merupakan
tahapan pertama penanganan hasil tangkapan yang tidak dapat diabaikan. Suhu
harus dipertahankan selama hasil tangkapan dalam rantai distribusi, pengolahan, dan
konsumsi. Kesegaran ikan dapat dicapai dengan menerapkan sistem rantai dingin
(cold chain system).
Ikan beku adalah produk ikan yang sudah di beri perlakuan proses pembekuan
yang cukup untuk mereduksi suhu seluruh produk sampai pada suatu tingkat suhu
cukup rendah guna mengawetkan mutu ikan dan tingkat suhu rendah ini di
pertahankan selama pengangkutan, penyimpanan, dan distribusi (FAO, 2009).
Secara internasional persyaratan produk ekspor ikan beku harus memenuhi
persyaratan WHO dan FAO yang dituangkan dalam Codex Alimentarius
Commission tentang code of practice for fish ad fishery product dan standar WTO.
Pada dasarnya ada tiga jenis bahaya yang harus di hindari, yaitu biological hazards,
chemical hazards, dan physical hazards. Secara fundamental ada tiga persyaratan
dasar yang harus di penuhi produk makanan ekspor, yaitu Quality (kualitas
makanan), Safety (keamanan untuk dikonsumsi), dan Traceability (mudah dilacak
potensi bahaya dan titik kritis penyebabnya jika terjadi ancaman/bahaya).
Selain persyaratan secara internasional ada juga syarat khusus secara regional
yang ditetapkan oleh negara pengimport yang harus di penuhi oleh negara
pengekspor ikan beku. Seluruh ikan beku yang akan di ekspor harus memenuhi
kedua persyaratan di maksud tanpa kecuali. Persyaratan tersebut membuat sistem
rantai dingin (cold chain system) menjadi faktor utama penentu pencapaian standart
ikan beku yang diinginkan (FAO, 2009).
Penyusunan udang dalam pan pembeku dengan cara ekor udang satu bertemu
dengan ekor udang yang lain dan potongan kepala menghadap kesamping. Jumlah
udang pada setiap lapis bergantung pada ukuran yang disusun. Udang yang telah
disusun dalam pan, dicuci beberapa kali dengan air es, kemudian diisi dengan air es.
Proses selanjutnya udang dibekukan dalam alat pembeku atau ruangan pembeku.
Suhu pembekuan biasanya -45oC hingga -35oC dan tidak lebih tinggi dari pada
-30oC. Berbagai alat pembeku dapat digunakan, misalnya contact freezer, cabinet
freezer, dan air blast freezer. Lama proses pembekuan bervariasi, tergantung
besarnya kapasitas pembekuan (Nuryani, 2006).
Proses glazing pada udang memiliki tujuan untuk menambah lapisan es agar
mencegah produk dehidrasi dan oksidasi selama penyimpanan dan distribusi.
Glazing dilakukan dengan mencelupkan balok-balok udang dalam air yang terdapat
hancuran es, suhunya sekitar -1 sampai 2 oC. Setelah proses glazing, balok-balok
udang dimasukkan ke dalam kantong plastik polyethylen (wadah primer), kemudian
dimasukkan dalam inner carton sebagai wadah sekunder dan diberi label dibagian
luar inner carton sesuai dengan jenis dan ukuran udang, inner carton terbuat dari
karton berlapis lilin yang berguna untuk mencegah penguapan produk selama
penyimpanan (Wahyudi, 2003).
.
Gambar 2.2 Diagram alir proses pembekuan udang (Hadiwiyoto, 1993)
Klasifikasi udang putih atau Udang Vaname menurut (Effendie, 1997) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Umumnya tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala
dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas
dibagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas tiap-tiap ruas
(segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas.
Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang
berbentuk runcing. Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau carapace
bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk
kepala atau rostrum (Kordi, G. 2007).
Menurut Haliman dan Adijaya (2004) udang putih memiliki tubuh berbuku-
buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara periodik (moulting)
Pada bagian kepala udang putih terdiri dari antena antenula dan 3 pasang
maxilliped. Kepala udang putih juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5
pasang kaki berjalan (periopoda). Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan
berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang
berbentuk capit (dactylus) ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri
dari 6 ruas pada bagian abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan
sepasang uropods (ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Udang juga
mengalami moulting pada saat bulan purnama atau bulan mati (moulting secara
normal) dan moulting pada saat mengalami stres yang diakibatkan oleh lingkungan
dan penyakit (Suyanto dan Mujiman, 2003). Bagian dada udang vannamei terdapat
8 ruas yang masing-masing ruas terdiri dari anggota badan yang biasa disebut
thoracapoda. Thoracapoda I-III dinamakan maxilliped yang berfungsi sebagai
pembantu mulut dalam memegang makanan. Thoracopoda IV-VIII berfungsi
sebagai kaki jalan (periopoda). Bagian abdomen udang vannamei terdapat 6 ruas.
Ruas I-V merupakan bagian kaki renag (pleopoda), sedangkan pada ruas VI
berbentuk pipih dan melebar dinamakan uropoda yang bersama-sama dengan
telson berfungsi sebagai kemudi dan anus terdapat dipangkal ujung ekor
(Arifindkk.,2007).
Cephalothorax tertutup oleh cangkang kepala (carapace). Carapace kearah
depan dan membentuk tonjolan runcing bergerigi disebut cucuk kepala (rostum).
Seluruh tubuhnya terdiri dari ruas (segment), yang terbungkus oleh kerangka luar
(eksoskeleton). Ekskoskeleton ini terbuat dari bahan semacam tanduk (chitin), yang
dikombinasi bahan kapur (kalsium karbonat), sehingga menjadi keras
( Mudjiman,1983). Morfologi udang vannamei dapat dilihat pada Gambar 2.1
Aplikasi Risk
STUDI AWAL DESIGN
MODEL SISTEM RANTAI Analysis(Risk Untuk mendesain
Grasiano
DINGIN (COLD CHAIN Assesment,Risk sebuah sebuah
Warakano
SYSTEM) KOMODITAS Management,Risk system rantai dingin
Lailossa
UNGGULAN EKSPOR Comunication) dan pada komoditas
(2009)
SEKTOR PERIKANAN HACCP(Hazard ekspor sector
MALUKU (IKAN
Analysys Critcal perikanan maluku
BEKU/FROZEN FISH)
Crisi Point)
SYSTEM PADA RANTAI peningkatan mutu ikan sendiri, nilai untuk yang
Ratna
dari yang sebelumnya tidak menggunakan
DISTRIBUSI IKAN UNTUK
Purwaningsih, tidak menerapkan system sistem rantai dingin
MENGUKUR
Novie Susanto rantai dingin ke sebesar 1,734 sedangkan
PENINGKATAN MUTU
(2015) pendistribusian ikan yang menggunakan
IKAN DI KOTA SEMARANG dengan menerapkan sistem rantai dingin
system rantai dingin. sebesar 7,268. Nilai
Standar mutu ikan dalam organoleptik dengan
penelitian ini suhu ruangan sangat
menggunakan nilai rendah dari batas
organoleptik ikan. menurut Nashimoto dkk
Tahapan perubahan nilai (1985) dalam Suweja
organoleptik ikan selama dkk (1992), batas
distribusi disimulasikan penerimaan ikan segar
dengan software secara organoleptik
Extend.sim. Terdapat dua adalah sebesar 5. Hal ini
scenario simulasi yaitu berarti nilai organoleptik
dengan suhu ruangan dan ikan pada suhu ruangan
dengan suhu dingin. sebesar 1,734 yang
Hasil dari penelitian ini sampai ke konsumen
berupa peningkatan nilai dinyatakan berada di
organoleptik ikan yang bawah batas kesegaran,
diterima konsumen sedangkan untuk nilai
No Nama Judul Penelitian Analisis Hasil