Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh :
1.Abdul Ghofur               (P17420313047)
2. Fitri Fauzia Apriliyani (P17420313060)
3. Nailatul Khikmah        (P17420313073)
4.Tissa Opilaseli              (P17420313087)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus. Masalah yang sering muncul pada klien dengan Boncopnemonia adalah tidak
efektifnya bersihan jalan napas, resiko tinggi terhadap infeksi, kurang pengetahuan,
intolerasnsi aktivitas, tidak efektifnya pola napas. Jika broncopnemonia terlambat didiagnosa
atau terapi awal yang tidak memadai pada broncopnemonia dapat menimbulka empisema,
rusaknya jalan napas, bronkitis, maka diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh
yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah komplikasi
yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan menelaah lebih
dalam mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui bagaimana melakukan
asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia dengan pendekatan proses keperawatan
yang benar.

B.     Rumusan Masalah
Dalam kasus ini di temukan rumusan masalah sebagai berikut:
a.       Apa yang di maksud dengan Bronkopneumonia?
b.      Apa saja etiologi Bronkopneumonia?
c.       Bagaimana patofisiologi Bronkopneumonia?
d.      Bagaimana pathways dari Bronkopneumonia?
e.       Apa manifestasi klinik dari Bronkopneumonia?
f.       Apa komplikasi yang ditimbulkan oleh Bronkopneumonia?
g.      Bagaimana penatalaksanaan Bronkopneumonia?
h.      Bagaimana fokus keperawatan pasien dengan Bronkopneumonia?
C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
penyakit broncopneumonia.
2.      Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a)      Untuk memahami tentang penyakit Broncopneumonia yang terjadi pada anak.
b)      Mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak Broncopneumonia dengan aplikasi
NANDA NIC NOC.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Menurut Betz.C ( 2002 ), Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru.
Sedangkan menurut Suriadi ( 2001 ), pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada
parenchim paru yang terjadi pada anak. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
(IKA, 2001). Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru
terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak – anak. Bronkopneumonia
adalah peradangan pada diding bronkus kecil disertai atelektasis daerah percabangannya.
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru dan bronkiolus, virus

(influenza), jamur candida albican/aspirasi karena makanan/benda asing. (Dra Suryana 1999).

Bronkopneumonia adalah merupakan suatu peradangan pada paru-paru yang dapat

disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (kapita

selekta edisi ke-2 1982).

Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang lebih menyebar sifatnya

dan melibatkan cabang tengkorak dalam paru-paru itu sendiri yang membawa udara ke sel-sel

yang sangat halus (alveoli) dari paru-paru itu sendiri. (Suddarths and brunner 2001).

Bronkopneumonia adalah infiltrat yang tersebar pada kedua belahan paru. Dimulai pada

bronkiolus terminalis , yang menjadi tersumbat oleh eksudat mukopurulent yang disebut juga “

lobular pneumonia”.

Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran


berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke
parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001). Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah
infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga
melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2006: 805).

B.     Etiologi
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai
penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini. Sebenarnya pada diri manusia sudah ada
kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor
prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.
1.      Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus
pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
2.      Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan
sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3.      Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.
4.      Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang
mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

C.    Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, mikroplasma, jamur dan aspirasi makanan
yang melalui inhalasi droplet akan teraspirasi masuk ke saluran nafas atas kemudian masuk
ke saluran nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menginfeksi jaringan interstisial
parenkim paru. Dengan daya tahan tubuh yang menurun, terjadilah infeksi pada traktus
respiratorius atau jalan nafas. Adanya infeksi jalan nafas akan timbul reaksi jaringan berupa
edema alveolar dan pembentukan eksudat. Hal tersebut akan mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman ke bronkioli, alveoli dan paru-paru. Terjadinya proliferasi mengakibatkan
sumbatan dan daya konsolidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2
menjadi terhambat dan terjadilah gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru
terutama pada alveolus menyebabkan terjadi peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau
yang disebut dengan hiperventilasi yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan
penurunan CO2 dalam kapiler atau hipoventilasi yang akan menyebabkan terjadi asidosis
respiratorik. Hal tersebut menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya
dalam pertukaran gas yaitu membuang CO2 sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam
alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi dan akan berlanjut menjadi gangguan
perfusi dimana oksigenasi ke jaringan tidak memadai. Jika gangguan ventilasi, difusi dan
perfusi tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan hipoksemia dan hipoksia yang akan
menimbulkan beberapa manifestasi klinis.
D.    
Pathway

E.     Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas cuping hidung,
takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan sesak, dimana tanda dan gejala
tersebut dapat menimbulkan masalah kerusakan pertukaran gas dan pola nafas tak efektif.
Tanda dan gejala lain yang timbul adalah kelemahan, keletihan, kelelahan yang akan
menimbulkan masalah intoleransi aktifitas. Jika kuman terbawa bersama makanan akan
masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan
mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, selain itu bisa juga terjadi demam dan berkeringat yang dapat menimbulkan
masalah risiko kekurangan volume cairan dan hipertermia. Batuk dan pilek merupakan reaksi
tubuh akibat adanya infeksi traktus respiratori yang akan menimbulkan masalah bersihan
jalan nafas tak efektif. Masalah risiko penularan infeksi juga dapat terjadi jika kuman sudah
masuk ke dalam alveoli dan bronkiolus. Dengan timbulnya tanda dan gejala dan disertai
dengan kurangnya pemahaman orangtua sehingga keluarga bertanya-tanya tentang penyakit
pasien, maka timbullah masalah kecemasan orangtua.

F.     Komplikasi
1.      Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. Terjadi apabila
penumpukan sekret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi. Penumpukan
sekret ini akan menyebabkan obstruksi bronchus intrinsik. Obstruksi ini akan menyebabkan
atelektasis obstruksi dimana terjadi penyumbatan saluran udara yang menghambat masuknya
udara ke dalam alveolus.
2.      Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat
di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3.      Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
4.      Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5.      Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Ini disebabkan apabila terjadi
penyebaran virus hemofilus influenza melalui hematogen ke sistem saraf sentral. Penyebaran
juga bisa dimulai saat terjadi infeksi saluran pernapasan.

G.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia adalah :
1)      Menjaga kelancaran pernapasan
2)      Kebutuhan istirahat
3)      Kebutuhan nutrisi dan cairan
4)      Mengontrol suhu tubuh
5)      Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
1.)    Pemberian antiotik sesuai program
2.)    Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
3.)    Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip
4.)    Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk transpor muskusilier
5.)    Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

H.    Konsep Asuhan Keperawatan


1.      Pengkajian
a.        Fokus  Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi pada anak
berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2
bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih sering mengalami bronkopneumonia.
b.      Keluhan Utama : sesak nafas
c.       Riwayat Penyakit
1)      Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis (alergi) dan batuk, serta
suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri.
2)      Pneumonia Stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam beberapa hari hingga
seminggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk mengalami kesulitan pernapasan.
d.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit fertusis yaitu
penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang disertai
wheezing (pada Bronchopneumonia).
e.       Pengkajian Fisik
1)      Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak bisa tidur.
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2)      Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gagal jantung kronik.
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
3)      Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kaheksia (mal nutrisi).
4)      Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influensa).
Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).
5)      Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, mialgia, atralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit.
6)      Pernafasan
Gejala : Riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, pernafasan dangkal, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area yang konsolidasi),
fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi), bunyi nafas (menurun
atau tidak ada), warna (pucat atau cyanosis bibir/kuku).
7)      Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.
8)      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat penyakit ISPA.
Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.
2.      Diagnosa Keperawatan
1)      Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya scret mucus
2)      Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat
3)      Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi
4)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b/d ketidak  mampuan pemasukan
b.d faktor biologis.
5)      Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan
tachipnea.
3.      Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Airway manajemenn
nafas tidak efektif askep … 1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi
b/d banyaknya jamStatus leher ekstensi jika memungkinkan.
scret mucus respirasi: terjadi 2.Posisikan pasien untuk
kepatenan jalan memaksimalkan ventilasi
nafas dg 3.Identifikasi pasien secara actual atau
KH: potensial untuk membebaskan jalan
Pasien nafas.
tidak merasa 4.Pasang ET jika memeungkinkan
tercekik 5.Lakukan fisioterapi dada jika
,tidak sesak nafas, memungkinkan
auskultasi suara 6.Keluarkan lendir dengan suction
paru bersih,irama 7.Asukultasi suara nafas
nafas , frekuensi 8.Lakukan suction melalui ET
nafas 9.Atur posisi untuk mengurangi
dalam rentang dyspnea
normal,tanda vital 10.Monitor respirasi dan status oksigen
dbn. jika memungkinkan
11. berikan bronkodilator jika perlu

Airway Suction
   Tentukan kebutuhan suction melalui
oral atau tracheal
   Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suction
   Informasikan pada keluarga tentang
suction
   Masukan selang jalan afas melalui
hidung untuk memudahkan suction
   Bila menggunakan oksigen tinggi
(100% O2) gunakan ventilator atau
rescution manual.
   Gunakan peralatan steril, sekali pakai
untuk melakukan prosedur tracheal
suction.
   Monitor status O2 pasien dan status
hemodinamik sebelum, selama, san
sesudah suction.
   Suction oropharing setelah dilakukan
suction trachea.
   Bersihkan daerah atau area stoma
trachea setelah dilakukan suction
trachea.
   Hentikan tracheal suction dan berikan
O2 jika pasien bradicardia.
   Catat type dan jumlah sekresi dengan
segera
2 Gangguan Manajemen asam basa
petukaran gas Setelah dilakukan Aktivitas :
berhubungan askep … jam 1. Pertahankan kepatenan akses IV
dengan ventilasi dan 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
meningkatnya pertukaran gas 3. Pantau kadar eletrolit
sekresi dan efektif dengan 4. Pantau pola nafas
akumulasi eksudat KH: 5. Sediakan terapi oksigen
Keseimbangan Terapi Oksigen
elektrolit dan Aktivitas :
asam basa, Nadi 1. Bersihkan secret mulut dan trakea
dalam batas yang 2. Jaga kepatenan jalan napas
diharapkan, Irama 3. Sediakan peralatan oksigen, sistim
jantung dalam humadifikasi
batas yang 4. Pantau aliran oksigen
diharapkan 5. Pantau posisi peralatan yang
menyalurkan oksigen pada pasien
6. Monitor aliran oksigen dalam liter
7. Monitor posisi pemasangan alat
oksigen

Manajemen Jalan Napas


Aktivitas :
3 Pola nafas tak 1. Posisikan pasien untuk
efektif Setelah dilakukan memaksimalkan ventilasi
berhubungan askep … jam jam 2. Identifikasi kebutuhan pasien akan
dengan penurunan pola napas efektif insersi jalan napas actual/potensial
ekspansi paru, dengan criteria 3. Lakukan fisioterapi dada, sesuai
proses inflamasi hasil : Kepatenan dengan kebutuhan
jalan napas, 4. Bersihkan secret dengan
demam tidak ada, menggunakan penghisapan
sesak tidak ada, 5. Dukung untuk bernapas pelan,
frekuensi napas dalam, berbalik dan batuk
dalam batas 6. Instruksikan bagaimana cara batuk
normal, irama efektif
napas teratur, Bantuan Ventilasi
keluaran sputum Aktivitas :
dari jalan napas, 1. Jaga kepatenan jalan napas
tidak adanya 2. Berikan posisi yang mengurangi
suara napas dyspnea
tamabahan 3. Bantu perubahan posisi dengan
sering
4. Pantau kelemahan oto pernapasan
5. Mulai dan jaga oksigen tambahan
6. Bersihkan mulut,hidung dan sekret
trakea
7.   Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi

Managemen nutrisi
1.  Kaji pola makan klien
2. Kaji kebiasaan makan klien dan
makanan kesukaannya
4 Ketidakseimbangan 3. Anjurkan pada keluarga untuk
nutrisi kurang dari setelah dilakukan meningkatkan intake nutrisi dan cairan
kebutuhan askep … jam 4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang
tubuh b/d ketidak terjadi kebutuhan kalori dan tipe makanan
mampuan peningkatan yang dibutuhkan
pemasukan b.d status nutrisi dg 5. tingkatkan intake protein, zat besi
faktor biologis. KH: dan vit c
Mengkonsumsi 6. monitor intake nutrisi dan kalori
nutrisi yang 7. Monitor pemberian masukan cairan
adekuat. lewat parenteral.
Identifikasi
kebutuhan nutrisi. Nutritional terapi
 1.  kaji kebutuhan untuk pemasangan
NGT
 2. berikan makanan melalui NGT k/p
3.  berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang untuk mendukung makan
  monitor penurunan dan peningkatan
BB
4.   monitor intake kalori dan gizi

Manajemen cairan
Aktivitas :
1. Timbang BB tiap hari
2. Hitung haluaran
5 Risiko kekurangan setelah dilakukan 3. Pertahankan intake yang adekuat
volume cairan askep … jam 4. Monitor status hidrasi
berhubungan tidak terjadi 5. Monitor TTV
dengan demam, kekurangan 6. Berikan terapi IV
menurunnya intake volume cairan Terapi Intra vena
dan tachipnea. dengan criteria Aktifitas :
hasil : 1. Atur pemberian IV sesuai resp dan
Hidrasi, pantau hasilnya
Membran mucus 2. Pantau jumlah tetes dan tempat
yang basah, infuse IV
Nafas pendek 3. Periksa IV secara teratur
tidak ditemukan, 4. Pantau TTV
Mata cekung 5. Catat intake dan output
tidak ditemukan, 6. Pantau tanda dan gejala yang
Bunyi napas berhungan dengan infusion flebitis
tambahan tidak
ditemukan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau
parenkim yang sering menyerang pada anak – anak. Penyebab Broncopneumonia adalah
bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain
cyanosis, nafas cuping hidung, takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan
sesak. Komplikasi dapat muncul jika terjadi penyebaran infeksi seperti meningitis, otitis
media, perikarditis, bronkiektasis,empisema dan lain-lain.
B. Saran
Penulis mengharapakan makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan
asuhan keperawatan dan dijadikan sebagai tambahan sumber bahan kuliah pada mata kuliah
keperawatan anak di program S1 Keperawatan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari salah dan
kekhilafan, untuk itu penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun

Anda mungkin juga menyukai