Anda di halaman 1dari 3

A.

KONSEP DASAR TRAUMA KEPALA

A). ETIOLOGI

1.  Trauma oleh benda tajam

Menyebabkan cedera  setempat dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal meliput
Contusio serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan
masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
2.   Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh (difusi)
Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk : cedera akson, kerusakan
otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak koma
terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer cerebral, batang otak atau kedua-duanya.
3.      Etiologi lainnya (Corwin, 2000).
a.       Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
b.      Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
c.       Cedera akibat kekerasan.

B). TANDA DAN GEJALA

Tanda dan Gejala pada Trauma Kepala:


1. Perubahan kesadaran adalah merupakan indicator yang paling sensitive yang dapat dilihat
dengan penggunaan GCS ( Glascow Coma Scale).
2. Peningkatan TIK yang mempunyai trias klasik seperti: nyeri kepala karena regangan dura
dan pembuluh darah; papil edema yang disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan
diskus optikus; muntah seringkali proyektil.
3.   Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial.
4.   Fraktur dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat
dibawah konjungtiva, memar diatas mastoid (tanda battle),otorea serebro spiral (cairan
cerebros piral keluar dari telinga), minorea serebrospiral (les keluar dari hidung).
5.    Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.
6.   Pusing / berkunang-kunang.
7.   Penurunan volume intravaskuler
8.  Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernafasan.

C). PATOFISIOLOGI

Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada
parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak
seperti  penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler.
          Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan
cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi
secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otat. Pada
cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia,
iskemia dan perdarahan.
        Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma,
berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma akibat
berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan intra cerebral,
hematoma adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita
cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi
menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak (Tarwoto, 2007).

D). PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) :

Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan


otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72
jam setelah injuri.
2.  MRI
Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
3.  Cerebral Angiography
Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti perubahan jaringan otak sekunder menjadi
udema, perdarahan dan trauma.
4.  Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
5.  X-Ray
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
6.  Kadar Elektrolit:Untuk mengkoreksi  keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan
tekanan intrakranial (Musliha, 2010).
E). PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Keperawatan

a.   Menjamin kelancaran jalan nafas dan control vertebra cervicalis


b.   Menjaga saluran nafas tetap bersih, bebas dari secret
c.   Mempertahankan sirkulasi stabil
d.   Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
e.   Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
f.    Menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya decubitus
g.   Mengelola pemberian obat sesuai program

Anda mungkin juga menyukai