Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai
jaringan tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Hal tersebut dapat
dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air menempatai proporsi
yang besar dalam tubuh. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa
dan 55% tubuh pria usia lanjut, karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak
(relative bebas air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan
dengan pria . Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh yaitu, cairan intra
selular dan cairan ekstra seluler ( Wahit, 2007).
Kebutuhan cairan elektrolit menurut Abraham Maslow dalam hirarki merupakan
kebutuhan fisisologis yang memiliki prioritas tertinggi. Kekurangan volume cairan terjadi
ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional
(isotonik). Secara umum, kekurangan cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, dan perdarahan. Kekurangan volume
cairan adalah penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraselular. Hal ini
mengacu pada pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan natrium (Herdman,
2009).
Salah satu penyebab dari kekurangan cairan adalah perdarahan, perdarahan dapat
disebabkan karena menurunnya angka trombosit atau trombositopenia, trombositopenia
ditandai dengan perdarahan spontan, waktu perdarahan yang memanjang, serta PT dan PTT
yang normal. Jumlah trombosit 100.000/ul atau kurang umumnya dianggap menyebabkan
trombositopenia, walaupun perdarahan spontan belum tampak sampai konsentrasi turun
dibawah 20.000/ul. Jumlah trombosit alam kisaran 20.000 hingga 50.000 dapat menyebabkan
perdarahan pasca trauma.
Trombositopenia menyebabkan perdarahan dari pembuluh darah kecil. Petekie atau
ekimosis besar sering terjadi dikulit dan selaput lendir saluran cerna, kemih dan sistem syarah
pusat bahaya utama bagipasien dengan jumlah trombositnya sangat rendah (Robbins,2007).
Dengan begitu trombositopenia dapat mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum mengenai asuhan keperawatan gangguan volume
cairan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan umum mempelajari asuhan keperawatn gangguan volume cairan adalah :
a. Mengetahui konsep dasar anatomi fisioligi cairan tubuh
b. Mengetahui konsep dasar kekurangan volume cairan

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Anatomi dan Fisiologi Cairan dan Elektrolit


1. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu
: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
(http://lensaaskep.blog.com/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html)

2. Proporsi Cairan Tubuh


Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung
beberapa hal antara lain :
a. Umur
b. Kondisi lemak tubuh
c. Sex
Perhatikan uraian berikut ini :
1) Bayi (baru lahir) 75 %
2) Dewasa :
a) Pria (20-40 tahun) 60 %
b) Wanita (20-40 tahun) 50 %
3) Usia Lanjut 45-50 %
Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di
dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat
badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 %
cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

3. Elektrolit Utama Tubuh Manusia


Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non
elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik.
Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++),
magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian
yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum
netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan
jumlah muatan-muatan positif.
Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intraseluler maupun pada plasma
terinci dalam tabel di bawah ini :
Plasma Interstitial
a. Kation :
Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca++), Magnesium (Mg ++)
b. Anion :
Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO42-), Sulfat (SO42-), Protein

4. Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan
tubuh ikut berpindah.Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
1) Diffusi
2) Filtrasi
3) Osmosis
4) Aktif Transport
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah
dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel
dalam segala arah melalui larutan atau gas.Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah
tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
a) Permeabilitas membran kapiler dan sel
b) Konsenterasi
c) Potensial listrik
d) Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.
Difusi air terjadi pada daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan
konsentrasi zat terlarut yang tinggi. Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membran sel
yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif.
Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam
bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan
natrium.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan
bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu.
Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh
darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid
yang terutama disebabkan oleh albumin serum.
Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi.
Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.
Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus
menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut
keseimbangan dinamis atau homeostatis.

5. Pengaturan Volume Cairan Tubuh


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari
cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal
intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn cairan
antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada
proses metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500 ml
per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,
sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang
mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama
dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal.
b. Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang
dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap
harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2) IWL (Invisible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat
maka IWL dapat meningkat.
3) Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4) Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

6. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain :
a. Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan
anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia
dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet :
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan
serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga
bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
f. Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g. Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah
selama pembedahan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R
DENGAN GANGGUAN CAIRAN dan ELEKTROLIT

I.       PENGKAJIAN

1.       Identitas
a.      Identitas Pasien
Nama                        : Tn.R
Umur                        : 33 Tahun
Agama                      : Kristen Protestan
Jenis Kelamin           : Laki-Laki
Status                        : Menikah
Pendidikan                : SMA
Pekerjaan                  : Swasta
Suku Bangsa             : Indonesia
Alamat                      : Sario
Tanggal Masuk         : 30 Juli 2012
Tanggal Pengkajian   : 02 Agustus 2012
No. Register              : 029477
Diagnosa Medis        : Diare Akut
b.      Identitas Penanggung Jawab
Nama                        : Ny.A
Umur                        : 36 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan                  : Swasta
Alamat                      : Sario

2.      Status Kesehatan


a.      Status Kesehatan Saat Ini
1)   Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
           Pada saat MRS dan pengkajian, pasien mengeluh lemas di seluruh badannya.

2)   Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
      Sekitar 2 bulan yang lalu pasien mengalami diare dan dibawa ke dokter lalu diberi
obat dan injeksi, namun tidak sembuh-sembuh. Setelah beberapa hari kondisi pasien
semakin memburuk, sehingga istri pasien membawa pasien ke RS.Pancaran kasih pada
tanggal 30 juli 2012, pada pukul 20.00 Wita.  Sesampainya di RS pasien langsung
dirujuk ke IGD, keadaan pasien saat itu lemes, pusing, dan enek di bagian ulu hati,
sehinggga perawat memberikan tindakan medis seperti memasang infus, mengukur
TTV dan akhirnya dibawa ke ruang rawat inap RS Pancaran Kasih
      Pada saat pengkajian pasien mengeluh masih sedikit pusing, enek di ulu hati serta
saat BAB fesesnya masih encer dan bercampur darah .

b.      Satus Kesehatan Masa Lalu


1)      Penyakit yang pernah dialami
      Pasien mengatakan bahwa ia pernah mengalami penyakit seperti batuk, pilek, dan
demam.
2)   Pernah dirawat
      Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
3)   Alergi
      Pasien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan
ataupun makanan
4)   Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
      Pasien mengatakan bahwa ia memiliki kebiasaan minum kopi 3xsehari, minum
alkohol hampir setiap hari dan dimulai sejak SMA, serta kebiasaan merokok 7 batang
per hari.

c.       Riwayat Penyakit Keluarga


        Pasien mengatakan bahwa ia maupun keluarganya tidak mempunyai riwayat
penyakit keluarga ataupun keturunan, seperti DM, asma, penyakit jantung, maupun
hipertensi.

3.      Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a.       Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
      Pasien mengatakan bahwa gaya hidupnya kurang baik, karena ia memiliki
kebiasaan minum kopi 3xsehari, minum alkohol hampir setiap hari dan dimulai sejak
SMA, serta kebiasaan merokok 7 batang per hari.
b.      Pola Nutrisi-Metabolik
   Sebelum sakit  :  Pasien mengatakan bahwa ia biasa makan 4x sehari dengan 1 porsi.
Menunya seperti nasi, daging, sayur, dan makanan habis dalam 1
porsi. Pasien biasa minum air putih ± 9 gelas/hari dan sering
minum-minumanan yang beralkohol. Berat badannya 55kg dan
tinggi badannya 165cm.
   Saat sakit         : Pasien mengatakan bahwa nafsu makannnya menurun, ia makan 3x
sehari 1 porsi dengan menu bubur dan sayur bening, tetapi masih
bersisa, dan biasa minum air putih ±5 gelas/hari. Berat badannya
50kg dan tinggi badannya 165cm.

c.       Pola Eliminasi


1)   BAB
   Sebelum sakit    : Pasien mengatakan bahwa ia biasa BAB setiap pagi hari dengan
bentuk faces padat, warna feses kuning, bau khas feses, dan feses
tidak bercampur darah.
   Saat sakit           : Pasien mengatakan bahwa ia BAB ± 5x/hari dengan bentuk
fases encer, feses berwarna kuning, feses bercampur
darah,terdapat sedikit lendir  dan berbau obat.
2)   BAK
   Sebelum sakit    : Pasien mengatakan bahwa ia biasa BAK secara normal dengan
karakteristik urin cair, warnanya kuning, bau khas urine, serta
tidak bercampur darah.
   Saat sakit         : Pasien mengatakan bahwa ia BAK ±4 x/hari, dengan karakter
urinenya kuning pekat dan berbau obat.

d.      Pola aktivitas dan latihan


1)   Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum    
Mandi    
Toileting    
Berpakaian    
Berpindah    
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2)  Latihan
   Sebelum sakit    : Pasien mengatakan bahwa ia biasa melakukan aktivitas
sehari-hari seperti bekerja
   Saat sakit           : Pasien mengatakan bahwa ia tidak bisa melakukan  aktivitas
seperti sebelum sakit.
 
e.       Pola kognitif dan Persepsi
     Status mental pasien sadar, dapat berbicara dengan normal dan tidak ada gangguan
pada kemampuan membaca serta berinteraksinya, pendengaran dan penglihatan
pasien normal. Pasien mengatakan bahwa ia mengetahui penyakitnya.

f.       Pola Persepsi-Konsep diri


     Pasien mengatakan bahwa ia terganggu baik harga diri, konsep diri, ideal diri,
identitas diri, dan gambaran dirinya.

g.       Pola Tidur dan Istirahat


   Sebelum sakit    : Pasien mengatakan bahwa ia sering tidur larut malam, biasanya
tidur 8 jam sekitar dari pukul 01.00 Wita sampai dengan 09.00
Wita, ia tidur dengan nyenyak.
   Saat sakit           : Pasien mengatakan bahwa ia tidak bisa tidur dengan nyenyak,
biasanya ia tidur pukul 20.00 Wita dan sering terbangun.

h.      Pola Peran-Hubungan


     Pasien mengatakan bahwa dukungan keluarganya sangat berpengaruh dalam
proses penyembuhannya.

i.        Pola Seksual-Reproduksi


   Pasien mengatakan bahwa ia mempunyai 1 orang anak laki-laki yang masih
bersekolah.

j.        Pola Toleransi Stress-Koping


     Pasien mengatakan bahwa ia tidak dapat makan dan minum-minuman
kesukaannya, ia hanya bisa menahan keinginannya tersebut, tetapi tidak sampai
membuatnya depresi hanya saja merasa sedih karena penyakitnya menggagalkan
semua rencana kegiatannya. Pasien memiliki keinginan keras untuk sembuh.

k.      Pola Nilai-Kepercayaan


     Pasien mengatakan bahwa ia beragama kristen protestan dan biasanya beribadah
di gereja. Saat sakit ia biasa lebih sering berdoa di tempat tidur saja.

4.    Pengkajian Fisik


a.    Keadaan umum : Lemas
Tingkat kesadaran : komposmetis
GCS         : verbal=5, Psikomotor = 6, Mata = 4

b.   Tanda-tanda Vital : TD: 120/90 mmHg Nadi = 64 x/menit


Suhu = 37̊C RR = 22 x/menit
c.    Keadaan fisik
a.       Kepala  dan leher       :
           Bentuk kepala pasien normal simetris, tidak terlihat adanya alopesia, warna
rambut hitam, kebersihan cukup, tidah terdapat luka pada kulit kepala dan wajah,
tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa. Alis dan mata terlihat simetris, tidak
terdapat udim palpebra, sklera aninterik, pupil isokor miosis, konjungtiva anemis.
Hidung simetris, tidak terlihat adanya serumen, penyebaran silia merata, tidak
teraba massa dan nyeri tekan pada sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus
spenoidalis, dan sinus masilaris. Telinga simetris, tidak terlihat adanya serumen
dan discart, tidak terlihat adanya betelsains, tidak teraba massa dan nyeri tekan
pada tragus, cartilago, dan aurikul. Mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak
terlihat adanya stomatitis. Leher terlihat simetris, tidak terlihat adanya
hiperpigmentasi, tidak terlihat adanya lesi, tidak terlihat peningkatan JVP, tidak
teraba massa pada kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.

b.      Dada  :
   Paru
        Bentuk paru terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, terlihat
adanya tatto,tidak teraba massa dan nyeri tekan, terdengar suara sonor pada ICS
2-8.
   Jantung
        Terlihat iktus kordis,terdengar suara S1 dan S2 tunggal reguler tidak teraba
massa dan nyeri tekan.

c.       Payudara dan ketiak   :


           Bentuk payudara terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak
terlihat hiperpigmentasi, tidak teraba massa dan nyeri tekan.

d.      Abdomen       :
           Tidak terlihat adanya hiperpigmentasi,tidak terlihat adanya lesi pada
abdomen. Terdengar gerakan peristaltik ±37 kali/menit. Terdapat nyeri tekan pada
abdomen. Terdengar suara pekak.

e.       Genetalia        :
           Tidak terkaji

f.       Integumen :
           Tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, terlihat
adanya tatto di bagian tangan, kaki, dada dan punggung, kulit terlihat kering dan
turgor kulit tidak elastis.

g.       Ekstremitas     :
         Atas
      Tangan terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat
hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering, terjadi refleks
bisep, dan kekuatan otot 4.
         Bawah
     Kaki terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat
hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering, terjadi refleks
babinskyn, terjadi refleks patela, dan kekuatan otot 4.

h.      Neurologis      :
   Status mental da emosi :
      Ekspresi wajah pasien tampak sedih dan kesal karena harus bolak-balik
toilet
   Pengkajian saraf kranial :
      Semua saraf kranial yang mengatur panca indra pasien berfungsi secara
normal
   Pemeriksaan refleks :
      Semua refleks pada pasien berfungsi secara normal

b.      Pemeriksaan Penunjang


1).      Data laboratorium yang berhubungan
Hematologi rutin pada tanggal 30 Juli 2019

JUMLAH SEL HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


DARAH
Hemoglobin (HGB) -10,5 g/dl 13,0-18,0
Hematokrit (HTC) -31,8 % 40-52
Lekosit (WBC) 7,80 10^3/UL 3,8-10,6
Trombosit (PLT) 346 10^3/UL 150-440
Eritrosit (RBC) -3,64 10^3/UL 4,5-6,5
RDW 12,9 % 10-16
MPV -7,1 fL 7,2-11,1
PCT 0,2 % 0,2-0,5
MCV 87,4 fL 80-100
MCH 28,8 Pg 26-34
MCHC 33,0 Pg 32-36
Limfosit % 10,7 % 20-35
Monosit % 3,3 % 2-8
Gran % 86,0 % 50-80
Lymp # 0,80 10^3/UL 1-5
Monosit # 0,30 10^3/UL 0,1-1
Gran # 6,50 10^3/UL 2-8

Pemeriksaan pada tanggal 1 Agustus 2019


NAMA HASIL NILAI SATUAN KET.
PEMERIKSAA RUJUKAN
N
FUNGSI HATI
Albumin 2,6* 3,4-4,8 g/dl
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 138 135-147 mmol/L
Kalium (K) 2,2* 3,5-5,0 mmol/L
Chloride (Cl) 9,8 98-106 mmol/L

2)      Therapy
JENIS NAMA OBAT DOSIS RUTE
Injeksi IVFD RL+kCl IA 20 tpm Intravena
Injeksi Levolin 1x1 fls Intravena
Tablet Tri mexol forte 3x1 mg Oral
Tablet Trans fector 3x2 mg Oral
Tablet Govasol 1x1 mg Oral
Tablet Ripal bumin 3x2 mg Oral

 ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


.
1. DS : Kehilangan cairan Kekurangan volume
     Pasien mengatakan biasa cairan
minum air putih ±5 gelas/hari.
     Pasien mengatakan bahwa ia
BAK ±4 x/hari,
DO :
  Kulit pasien terlihat kering dan
turgor kulit tidak elastis
  konjungtiva anemis
  mukosa bibir kering
TD     =120/90  mmHg

2. DS : Tidak adekuatnya intake Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
  Pasien mengatakan bahwa dan output
nafsu makannnya menurun, ia
makan 3x sehari 1 porsi dengan
menu bubur dan sayur bening,
tetapi masih bersisa
  Pasien mengatakan bahwa ia
BAB ± 5x/hari dengan bentuk
fases encer, feses berwarna
kuning, feses bercampur
darah,terdapat sedikit
lendir  dan berbau obat.
  Pasien mengatakan berat
badannya 50kg dan tinggi
badannya 165cm
  Pasien mengatakan sedikit
pusing
DO:
  Konjungtiva anemis
  Wajah pasien terlihat pucat
  Pasien terlihat lemas
  Mukosa bibir kering

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
intake dan output
Rencana Keperawatan
Hari/ No
Tujuan dan
Tgl Dx Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Kamis, 11 Setelah diberikan 1. Pantau tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
2-8- askep selama 3x24 hidrasi adanya tanda-tanda
2012
jam, diharapkan 2. Kaji TTV klien dehidrasi dan mencegah
volume cairan 3. Berikan terapi IV sesuai syok hipovolemik
pasien dapat program
kembali normal, 2.
dengan KH : 4. Menganjurkan keluarga 3. Untuk memberikan
   Turgor kulit dapat memberi minum banyak 1- hidrasi cairan tubuh secara
kembali elastic 2 Liter/hari parenteral
kembali dalam 3
detik 4. Agar klien tidak dehidrasi
   Mukosa bibir
lembab
   Tidak terjadi
dehidrasi
Kamis, 2. Setelah diberikan 1. Diskusikan dan jelaskan . 1. Serat tinggi dan lemak
2-8- askep selama 3x24 tentang pembatasan diet dapat merangsang dan
2012
jam, diharapkan makanan berserat tinggi mengiritasi lambung dan
asupan makanan 2. Timbang berat badan saluran usus
pasien dapat setiap hari 2. Untuk memantau BB
kembali normal, 3. Monitor intake dan output klien bertambah atau
dengan KH : dalam 24 jam berkurang
   Nafsu makan 4. Kolaborasi dengan tim gizi 3. Untuk mengumpulkan
kembali normal dalam diet cair untuk dan menganalisis data
   Tubuh pasien mengistirahatkan usus pasien untuk mengatur
dapat kembali keseimbangan cairan
sehat 4. Menghindari iritasi,
   BB pasien dari meningkatkan istirahat
50kg  menjadi usus
53kg.
  Implementasi Keperawatan

Tgl/jam IMPLEMENTASI
1. 2-8-2019

14.00 1. Pantau tanda dan gejala hidrasi


2. Kaji TTV klien
14.10 3. Berikan terapi IV sesuai program

4. Menganjurkan keluarga
14.25
memberi minum banyak 1-2 Liter/hari

14.40
2. 2-8-2019
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet
15.20 makanan berserat tinggi
2. Timbang berat badan setiap hari
15.35 3. Monitor intake dan output dalam 24 jam
4. Kolaborasi dengan tim gizi dalam diet cair untuk
15.40 mengistirahatkan usus

15.50

  Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl No
No Evaluasi TTd
Dx
1. Minggu, 1. S = Pasien mengatakan minumnya ± 7 gelas /hari
2-8-2019 O = mukosa bibir terlihat kering, turgor kulit tidak elastic,
TTV :

Nadi  = 80
Suhu  = 36,7 ̊C
TD     = mmHg
RR     = 20
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
         Memberikan minum seperti air putih
         Mengkaji TTV

2. Minggu, 2. S = Pasien mengatakan nafsu makannya menurun


2-8-2012 O = makanan pasien terlihat masih bersisa
A = Masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan interv
ensi
         Menganjurkan makan dengan perlahan
         Mengkaji karakteristik feses pasien
         Menimbang berat badan pasien

Anda mungkin juga menyukai