DEFINISI Naiknya kadar bilirubin serum melebihi normal. Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi / indirek: Peningkatan bilirubin serum tidak terkonjugasi di atas normal. Hiperbilirubinemia terkonjugasi / direk/ kolestasis: Peningkatan kadar bilirubin direk >20% dari total bilirubin serum. Ensefalopatibilirubin: Deposit bilirubin tidak terkonjugasi/indirek pada basal ganglia otak yang menimbulkan gangguan pada sistem susunan syaraf pusat. Metabolisme bilirubin Bilirubin uraian dari produk protein yg mengandung hem pada RES. 75% protein yg mengandung hem ada dalam SDM (Hb). 25% dari mioglobin, sitokrom & tdk efektifnya eritriopoesis pada sumsum tulang Transportasi Bilirubin indirek (tdk terkonyugasi) yg dilepaskan ke dlm sistem peredaran darah akan diikat oleh albumin. Bilirubin yg terikat pada albumin tidak melewati sawar otak darah Pengambilan dan konyugasi Bilirubin melewati selaput plasma hepatosit & diikat pada ligandin sitoplasma (protein Y, protein Z & protein lainnya). Bilirubin diubah menjadi bentuk kionyugasi yg larut dalam air oleh uridine diphosphate glucoronyl transferase. Ekskresi Bilirubin direk (terkonyugasi) memasuki saluran pencernaan & dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Proses dimana bilirubin diserap kembali dari saluran cerna & dikembalikan ke dalam hati untuk dilakukan konyugasi ulang disebut sirkulasi enterhepatik. Bilirubin produk akhir dari HEM yang berasal dari pemecahan HB Sifat bilirubin toksik & hrs dikeluarkan oleh tubuh Dalam uterus SaO2 janin rendah (45%) → janin membentuk SDM >>> utk ↑ kebutuhan O2. Eritrosit janin : bentuknya kecil, umurnya pendek & mengandung Hb F Ketika lahir paru-paru berfungsi, SaO2 ↑↑ (95%). Sel eritrosit janin tdk diperlukan lagi & diganti dg sel eritrosit dewasa yang mengandung Hb A Pemecahan sel eritrosit janin → Heme, dipecah menjadi biliverdin dan bilirubin Bilirubin indirek diikat oleh albumin di hepar & bersenyawa dgn protein Y & Z masuk ke dlm retikulum endoplasma hati, dg bantuan enzim glukoronil transferase terjadi proses konyugasi menjadi bilirubin direk yg larut dalam air. Bilirubin direk memasuki saluran gastrointestinal & kemudian dikemudian dikeluarkan oleh tubuh melalui faeses. Proses dimana bilirubin diserap kembali dari saluran gastrointestinal & dikembalikan ke dalam hati utk dikonyugasi ulang disebut sirkulasi enterohepatik Ikterus fisiologis NCB sehat akan terlihat pada hari ke 2-3 dan biasanya hilang pada hari ke 6-8 tapi mungkin tetap ada sampai hari ke-14 dengan maksimal total kadar bilirubin serum <12 mg/dl.
NKB sakit ikterus akan terlihat pada hari ke 3-4
dan hilang pada hari ke 10-20 dengan kadar serum maksimal <15 mg/dl. Breast feeding jaundice ikterus yang disebabkan oleh kekurangan asupan ASI biasanya muncul pada hari ke 2 sampai 3 pada waktu produksi ASI belum banyak.
Breastmilk jaundice timbul hari ke 14,
kadar bilirubin terus meningkat dan bukannya menurun. Kadar bilirubin bisa mencapai 20-30 mg/dl dan mulai menurun pada usia empat minggu dan kemudian secara bertahap kembali ke normal. Ikterus non-fisiologis Ikterus mulai sebelum berusia 24 jam Peningkatan kadar bilirubin serum > 0,5 mg/dl/jam Total bilirubin serum sesuai dengan grafik dibawah untuk dilakukan terapi sinar ETIOLOGI A. Fisiologis. • Umur sel darah merah yang pendek. • Penghancuran sel darah merah. • Defisiensi atau penurunan aktifitas glukoronil transferase. • Reabsorpsi enterohepatik bilirubin indirek. • Hiperalimentasi atau pemberian intralipid. B. Patologis. 1. Penyakit hemolitik seperti; inkompatibiliti rhesus dan A.B.O, eritroblastosis berat atau penggunaan obat-obatan tertentu misal vitamin K 3. 2. Defisiensi G6PD. 3. Kelainan genetik seperti galaktosemia, kelainan enzim, hemoglobinopati dan sperositosis. 4. Perdarahan ekstravaskuler seperti tertelan darah selama proses persalinan, hematoma, petechiae dan perdarahan serebral. 5. Polisitemia karena fetal transfusion atau fetal hypoxia dan hiperviskositas. 6. Sirkulasi enterohepatik hebat karena obstruksi usus atau penurunan peristaltik. 7. Penurunan uptake bilirubin oleh hepar, karena penurunan kadar protein. 8. Penurunan konyugasi bilirubin yang dipengaruhi oleh obat-obatan; sulfonamida, salisilat, kortikosteroid dan kloramfenikol atau penurunan aktifitas enzim kongenital. 9. Obstruksi biliaris karena tumor, penyakit liver atau atresia biliaris. 10. Infeksi pada bayi, infeksi perinatal atau prenatal, TORCH, sifilis, hepatitis. 11. Bayi prematur dengan atau tanpa penyakit serius. 12. Bayi dari ibu dengan diabetes melitus. III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus pada ibu dan bayi 2. Coombs’ test direk dan indirek. 3. Kadar bilirubin total dan direk. 4. Darah lengkap. 5. G6PD. Pengkajian Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi Onset timbulnya ikterus Ibu dengan golongan darah O, dengan suami golongan darah non-O dan perbedaan Rhesus. Kakak yang mengalami ikterus atau anemia Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan (sulfonamides, aspirin, antimalaria) Riwayat perinatal: persalinan traumatis, trauma lahir, tertundanya penjepitan tali pusat, asfiksia Warna kulit tampak kuning oranye Bayi kurang bulan onset terjadinya lebih cepat dan durasinya lebih lama Ada sefal hematom atau memar Anemia hemolitik tampak kuning disertai pucat dan pletora. Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi bilirubin ensefalopati Hiperbilirubinemia terkonjugasi Warna kulit tampak kuning kehijauan BAB dempul/pucat Urin berwarna seperti the Muntah Hepatomegali Dapat disertai dengan sepsis Kecenderungan mengalami perdarahan Dapat disertai mikrosefali Diagnosis keperawatan Risiko ikterik neonatus (D.0035) Ikterik neonatus (D.0024) Risiko hipovolemia (D.0034) IV. PENATALAKSANAAN 1. Terapi sinar. 2. Tranfusi tukar.