Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA ABDOMEN

DISUSUN OLEH :

GALUH NILA MELINDA

2019040718

PROGRAM PROFESI NERS

UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI

2019/2020
KONSEP PENYAKITT

A. Definisi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosional (Dorland, 2002).Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya
atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker,
2001).
Trauma adalah penyebab kematian ketiga di Amerika serikat setelah
aterosklerosis dan kanker. Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan
yang mengakibatkan cedera. Ada banyak sekali macam trauma sesuai
dengan dengan jenis yang terjadi pada tubuh kita. Salah satu trauma adalah
trauma abdomen.
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat
terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan
tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
B. Klasifikasi
Trauma abdomen ada dua macam, yaitu: penetrasi dan non penetrasi.
1. Trauma tumpul (non penetrasi)
Trauma tumpul abdomen adalah suatu trauma pada abdomen oleh
karena benda tumpul yang didasarkan hasil autoanamnesa atau
alloanamnesa baik adanya jejas maupun tanpa jejas, tetapi didapatkan
adanya tanda tanda klinis berupa rasa ketidak nyamanan sampai rasa
nyeri dibagian abdomen oleh karena perlukaan atau kerusakan organ
bagian dalam
2. Trauma tembus (penetrasi)
Trauma tembus abdomen (luka tembak, luka tusuk) bersifat serius dan
biasanya memerlukan pembedahan. Pada cedera tembus, factor yang
paling penting adalah kecepatan peluru masuk ke dalam tubuh. Peluru
kecepatan tinggi membuat kerusakan jaringan yang sangat luas.
Hamper semua luka tembak memerluka bedah eksplorasi. Luka tusuk
mungkin lebih ditangani secara konservatif. Trauma tembus abdominal
menimbulkan insiden yang tinggi dari luka terhadap organ beruang,
terutama usus halus. Hati adalah organ padat yang paling sering cedera
(Brunner & Suddarth, 2001)
Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi :
1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio
dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan
terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan
masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus
rongga abdomen harus dieksplorasi. Atau terjadi karena trauma
penetrasi.
C. Etiologi
Penyebab trauma abdomen berdasarkan klasifikasinya:
1. Trauma tumpul (non penetrasi)
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
Pasien dengan trauma tumpul adalah suatu tantangan karena adanya
potensi cedera yang tersembunyi yang mungkin sulit dideteksi.. insiden
komplikasi berkaitan dengan trauma yang penanganannya terlambat lebih
besar dari insiden yang berhubungan dari luka tusuk. Khususnya cedera
tumpul yang mengenai hati, limpa, ginjal, atau pembuluhdarah, yang dapat
menimbulkan kehilangan darah substansial kedalam orgam perineum
(Brunner & Suddarth, 2001).
2. Trauma tembus (penetrasi)
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
D. Manifestasi Klinis
1. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium)
a. Kehilangan darah.
b. Memar/jejas pada dinding perut.
c. Kerusakan organ-organ.
d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity)
dinding perut
e. Iritasi cairan usus (FKUI, 1995)
2. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium)
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
E. Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi
pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-
tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya
gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami
perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat
tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan,
nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah
terjadi peritonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami
takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya
tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi
kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan
bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan (Mansjoer,
2001).
F. Pathway

Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen  →   Nyeri Akut

Motilitas usus

Disfungsi usus  →   Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

      Gangguan cairan       Ketidakseimbangan


Nutrisi kurang dari nutrisi kurang dari
dan eloktrolit           kebutuhan
kebutuhan tubuh
tubuh


Kelemahan fisik

Hambatan Mobilitas Fisik

Sumber : Mansjoer, 2001

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya
infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan
ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran
usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma
pada saluran urogenital
H. Penatalaksanaan
1. Awal (Pre-Hospital)
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di
lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera
ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi.
Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan
napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan
kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya
lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas
dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali
bantuan napas).
Penanganan awal :

1. Trauma non- penetrasi (trauma tumpul)


a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim kerumah sakit.
2. Trauma penetrasi
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi
pisau sehingga tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau
bila ada verban steril
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
g. Kirim ke rumah sakit. 
2. Di Rumah sakit
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara
lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat
berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
1) Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil
tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya
udara retroperitoneum
2) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
3) Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
4) Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma
non penetrasi
b. Trauma Non penetrasi
1) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan
laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
2) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior
dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada
penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara
bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan
laparotomi segera.
3) Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001).
3. Medis
a. Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium,
merupakan indikasi untuk laparotomi
b. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut
c. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
d. Pemberian antibiotik
e. Laparotomi
4. Keperawatan
a. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan,
sirkulasi) sesuai   indikasi.
b. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ;  gerakkan
dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah
besar dan menimbulkan hemoragi masif.
1) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta
sistem saraf.
2) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher
didapatkan.
3) Gunting baju dari luka.
4) Hitung jumlah luka.
5) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
c. Kaji tanda dan gejala hemoragi.
d. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai
pembedahan dilakukan.
e. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini
membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi
terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena
aspirasi.
f. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan
salin basah untuk mencegah kekeringan visera.
g. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian
adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
h. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,
kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma,
eviserasi, atau hematuria.
I. Komplikasi
1. Menurut Smeltzer (2001), komplikasi trauma abdomen terdiri atas
a. Segera: hemoragi, syok, dan cedera
b. Lambat: infeksi
2. Menurut Paul (2008), komplikasi trauma abdomen: 
a. Trombosis Vena
b. Emboli pulmonar
c. Stres ulserasi dan perdarahan
d. Pneumonia
e. Tekanan ulserasi
f. Atelektasis
g. Sepsis
3. Menurut Catherino,( 2003):, komplikasi trauma abdomen : 
a. Pankreas: pankreatitis, Pseudocyta formasi, fistula pankreas-duodenal,
dan perdarahan
b. Limfa: perubahan status mental, takikardia, hipotensi, akral dingin,
diaphoresis dan syok
c. Usus: obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik usus, dan syok
d. Ginjal: Gagal ginjal akut (GGA)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Pengkajian Primer
1) Airway
2) Breathing
3) Circulation
4) Disaility
5) Exposure
6) Folley catheter
7) Gastric tube
8) Hearth monitor
c. Pengkajian Sekunder
1) Pemeriksaan head to toe
2) Vital sign
3) Finger in every orifice
4) Anamnesa KOMPAK
5) Pemeriksaan penunjang
6) Persiapan rujuk ke RS atau ruangan
2. Diagnosa Keperawatan

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal TTD


Teratasi
1 Senin, 04 Nyeri Akut (00134) GALUH
Mei 2020
2 Senin, 04 Ketidakseimbangan GALUH
Mei 2020 Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
(00002)
3. Intervensi Keperawatan

HARI/TG NIC
NO TUJUAN & KRITERIA HASIL NOC RASIONAL TTD
L DISARANKAN
1 Senin, 04 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Blood lose severity Bleeding precautions 1. Untuk mengetahui GALUH
Mei 2020 selama 1 x 8 jam diharapkan masalah 1. Identifikasi penyebab penyebab perdarahan
keperawatan Nyeri Akut klien dapat perdarahan 2. Untuk mengetahui tanda-
berkurang dengan kriteria hasil : 2. Monitor ketat tanda tanda perdarahan
1. Tidak ada hematuria dan perdarahan 3. Unuk mengetahui TTV
hematemesis 3. Monitor TTV ostatik ostatik
2. Kehilangan darah yang terlihat 4. Pertahankan bedrest 4. Untuk mengurangi resiko
3. Tidak ada distensi abdominal selama perdarahan aktif lebih parah selama
4. Tekanan darah dalam batas 5. Kolaborasi dalam perdarahan aktif
normal pemberian produk darah 5. Agar pasien mendapat
terapi pemberian darah
yang tepat
2 Senin, 04 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutritional Status Nutrition Management 1. Untuk mengetahui ada
Mei 2020 selama 1 x 8 jam diharapkan masalah Nutrition Status : 1. Kaji adanya alergi tidaknya alergi
keperawatan Ketidakseimbangan Food and fluid makanan 2. Untuk mengetahui ada
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh intake 2. Monitor adanya tidaknya penurunan BB
klien dapat berkurang dengan kriteria penurunan BB 3. Untuk mengetahui ada
hasil : 3. Monitor mual dan tidaknya mual dan muntah
1. Adanya peningkaan berat badan muntah 4. Agar pasien memahami
sesuai dengan tujuan 4. Berikan informasi tetang tentang kebutuhan nutrisi
2. Berat badan ideal kebutuhan nutrisi 5. Agar pasien mendapat gizi
3. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5. Kolaborasi dengan ahli yang sesuai.
gizi
DAFTAR PUSTAKA

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.

Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta :

EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media     

Aesculapius

Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and

Suddarth   Ed.8 Vol.3. : Jakarta: EGC.

Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :

EGC

Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek

Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai