Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA ABDOMEN
Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawtan Gawat Darurat

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI


TAHUN 2020/2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 DEFINISI
Trauma adalah cedera fisik dan psikis,kekerasan yang mengakibatkan cedera. Trauma
abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan
perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imunologi dan
gangguan faal berbagai organ .(Sjamsuhidayat,1997).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk
(Ignativicus & Workman, 2006).
1. KLASIFIKASI
Trauma pada abdomen dapat dibagi menjadi dua jenis(Sjamsuhidayat).
Trauma penetrasi dan Trauma non penetrasi
1. Trauma Penetrasi
a. Trauma tembak
b. Trauma tumpul
2. Trauma non-penetrasi
a. Kompresi
b. Hancur akibat kecelakaan
c. Sabuk pengaman
d. Cedera akselerasi

Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi

1. Kontusio; kontusio dinding abdomen disebabkan tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan
masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi , jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi(Sjamsuhidayat,1997). Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat(1997) terdiri dari:

1. Perforasi organ visceral intraperitoneum


Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya cedera pada dinding
abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi ) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostic ahli bedah.
3. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thorak yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap
kanan dan hati harus dieksplorasi.

2.2 MANIFESTASI KLINIS

Klinis kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manisfestasi klinis menurut
Sjamsuhidayat(1997), meliputi : nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen,
demam, anorexia, mual, dan muntah, takikardi, peningkatan sushu tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya terdapat adanya:
(Schwartz)
1. Jejas atau rupture dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarahan intra abdominal
3. Apabila trauma terkena usus , mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak
normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah,
dan BAB hitam(melena).
4. Kemungkina bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tidak terlihat tanda kontusio pada dinding
abdomen.

Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:(Schwart)

1. Terdapat luka robekan pada abdomen


2. Luka tusuk sampai menembus abdomen
3. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan atau
memperparah keadaan
4. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa perdarahan atau memperparah keadaan
keluar dari dalam abdomen.
2.3 ETIOLOGI
1. Penyebab Trauma Penetrasi
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Penyebab Trauma non-penetrasi
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur(tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi/ deserasi karena kecelakaan olahraga

2.4 PATOFISIOLOGI
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-penetrasi kemungkinan terjadi perdarahan intra
abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai
penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klinis syok hemoragik. Bila
suatu organ visceral mengalami perforasi, mkaa tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi
peritoneum cepat tampak. Tanda- tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri
tekan , nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bisisng usus bila telah
terjadi peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan
peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis
mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas
yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi
harus dilakukan(Sjamsuhidayat,1997).

2.5 Pathway
Terkena benda
Jatuh, pukulan benda
tajam: pisau,
tumpul,koppresi,dll Defisiensi
peluru,ledakan,dll
pengetahuan

Gaya predisposisi Ketahanan jaringan


Trauma
trauma elastisitas & tidak mampu
abdomen
viskositas mengkompensasi

Nyeri
Trauma tajam Trauma tumpul
tekan,spontan,lepas

Kompensasi organ
Nyeri
abdomen

Kerusakan organ Kerusakan jaringan Perdarahan intra


abdomen kulit abdomen

Penurunan hitung sel


Tindakan operasi
darah merah &iritasi

Ansietas
Syok hipovolemik
Resiko infeksi

Meransang free
Luka terbuka Kerusakn integritas kulit
nerve ending

Peningkatan resiko
Nyeri Resiko infeksi
invasi bakteri patogen

Perdarahan masif Perdarahan

Kehilangan cairan Penurunan aliran balik


fisiologis tubuh vena

Pe ↓ suplai O2 Ketidakefektifan pola


Pe ↓ isi sekuncup jantung Hipoksia napas
kejaringan
Syok hipovolemik

Penurunan↓ aliran darah Resiko ketidakefektifan


Penurunan kesadaran
keotak pola nafas
2.6 PENATALAKSANAAN

1. PENANGANAN AWAL GAWAT DARURAT

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,


harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedic mungkin
harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka
harus segera ditangani , penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi, jika
korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang
Membuka jalan napas menggunakan teknik’head tilt chin lift’ atau menengadahkan
kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan
tertutupnya jalan napas. Muntahan makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing, dengan ventilasi yang adekuat
Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara’lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih
dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemerikasaan statsus respirasi korban (kecepatan,ritme, dan adekuat tidaknya
pernapasan).
c. Circulation dengan control perdarahan hebat
Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda0tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru
segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP dalah 15:2 (15 kali
kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
1. Penangan awal trauma non-penetrasi(trauma tumpul)
a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim ke rumah sakit
d. Diagnostic peritoneal lavage(DPL)
Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen,tujuan dari DPL
adalah untuk mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen. Indikasi untuk
melakukan DPL, antara lain(http:www.primarytraumacare.org)
- Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
- Trauma bada bagian bawah dari dada
- Hipotensi, hematocrit turun tanpa alas an yang jelas
- Pasien cidera abdominal dengan ganguan kesadran(obat,alcohol,cidera
otak)
- Pasien cidera abdominalis dan cidera medulla spinalis(susmsum tulang
belakang)
- Pata tulang pelvis.

Pemeriksaan DPL dilakukan melaui anus, jika terdapat darah segar dalam
BAB atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi(trauma tumpul) mengenai
kolon atau usus besar , dan apabila darah hitam terdapat pada BAB atau
sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul) usus halus atau
lambung. Apabila telah diketahui hasil DPL,seperti adanya darah pada rectum
atau pada saat BAB. Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah lebih
dari 100.000 sel/mm³ dari 500 sel/ mm³, empedu atau amylase dalam jumlah
yang cukup juga merupakan indikasi untuk cedera abdomen. Tindakan
selanjutnya akan dilakukan prosedur laparotomy.

Kontra indikasi dilakukan Diagnostic Peritoneal Lavage(DPL), antara lain:

- Hamil
- Pernah operasi abdominal
- Operasi tidak berpengalaman
- Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
2. Penanganan awal trauma Penitrasi(trauma tajam)
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)tidak
boleh dicabut keculi dengan adanya tim medis
b. Penganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain
kasa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak
memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar , maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar
dari dalam tersebut dilabut kain bersih atau bila ada verban steril.
d. Imobilisasi pasien
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang
g. Kirim ke rumah sakit

2. PENANGANAN DI RUMAH SAKIT


1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen,seorang ahli bedah yang
berpengalaman akan memeriksa lukanya secara local untuk menentukan dalamnya
luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a. Skrinning pemeriksaan rongten
Foto rongten torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau
Pneumotoraks atau untuk menentukan adanya udara intraperitonium. Serta
rongten abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau
adanya udara retroperitoneum.
b. IVP atau Urogram dan CT Scanning ini dilakukan untuk mengetahui jenis cidera
ginjal yang ada
c. Uretografi
Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra
d. Sistografi
Ini di lakukan untuk mengtahui ada tidaknya cidera pada kandung kemih
,contohnya pada
1) Fraktur pelvis
2) Trauma non-penitrasi
2. Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Drah diambil daru salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium
rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah
lengkap,potassium, glukosa, amylase.
b. Pemeriksaan Rongten
Pemeriksaan rongten servikal lateral ,toraks anteroposterior dan pelvis adalah
pe,eriksaan yang harus dilakukaan pada penderita dengan multi trauma , mungkin
berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udra
bebas di bawah diafragma ,yang keduanya memerlukan laparotomy segera.
c. Study kontras Urologi dan Gastrointestinal
Dilakuakan pada cidera yang meliputi daerah duodenum,kolon ascendens atau
decendens dan dubur.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN


TRAUMA ABDOMEN
1. PENGKAJIAN
1) Primary survey
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedic mungkin
harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya,
maka harus segera ditangani , penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang
Membuka jalan napas menggunakan teknik’head tilt chin lift’ atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan makanan, darah atau
benda asing lainnya.
b. Breathing, dengan ventilasi yang adekuat
Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara’lihat-dengar-rasakan’ tidak
lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya
lakukan pemerikasaan statsus respirasi korban (kecepatan,ritme, dan adekuat
tidaknya pernapasan).
c. Circulation dengan control perdarahan hebat
Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas
dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda0tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung
paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP dalah 15:2 (15
kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).

2) Secondary survey
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:
a. Aktifitas/istirahat
Data subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas
Data obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera(trauma).
b. Sirkulasi
Data obyektif : Kecepatan (bradipneu, takipneu), pola napas
(hipoventilasi,hiperventilasi,dll)
c. Integritas ego
Data subyektif : perubahan tingkahn laku/kepribadian(tenang atau dramatis)
Data obyektif : Cemas,bingung,depresi
d. Eliminasi
Data subyektif :Inkontinansia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi
e. Makanan dan cairan
Data subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan
Data obyektif : Mengalami distensi abdomen
f. Neurosensory
Data subyektif : Kehilangan kesadaran sementara ,vertigo
Data obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan statsus
mental, kesulitan dalam nementukan posisi tubuh
g. Nyeri dan kenyamanan
Data subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda
,baisanya lama
Data obyektif : Wajah meringis, gelisah,merintih
h. Pernapasan
Data obyektif : Perubahan pola napas
i. Keamanan
Data subyektif : Trauma baru atau trauma karena kecelakaaan
Data obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak.

2. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Trauma benda Defisit volume cairan dan
-Mual, muntah, dan tumpul/trauma elektrolit
mengalami perubahan benda tajam
selera makan ↓
DO : Gaya predisposisi
-Terdapat trauma >elastisitas
terauma/perdarahan &viskositas
-Mengalami distensi ↓
abdomen Ketahanan
jaringan tidak
mempu
mengkompensasi

Trauma abdomen

Trauma tajam

Perdarahan massif

Defisist volume
cairan
2 DS : Trauma benda Nyeri
-Sakit pada abdomen tumpul/trauma
dengan intensitas dan benda tajam
lokasi yang berbeda ↓
,baisanya lama Gaya predisposisi
DO : trauma >elastisitas
- Wajah meringis, &viskositas
gelisah,merintih ↓
Ketahanan
jaringan tidak
mempu
mengkompensasi

Trauma abdomen

Nyeri tekan,
spontan,lepas

Nyeri
3 DS Trauma benda Kerusakan integritas kulit
DO: tumpul/trauma
-Terdapat luka terbuka benda tajam
pada abdomen ↓
Gaya predisposisi
trauma >elastisitas
&viskositas

Ketahanan
jaringan tidak
mempu
mengkompensasi

Trauma abdomen

Trauma tajam

Luka terbuka

Kerusakan
integritas kulit

4 DS : Trauma benda Gangguan mobilitas fisik


Pusing, sakit kepala, tumpul/trauma
nyeri, mulas benda tajam
DO : ↓
-Perubahan kesadaran, Gaya predisposisi
masalah dalam trauma >elastisitas
keseimbangan &viskositas
cedera(trauma) ↓
-Dislokasi gangguan Ketahanan
kognitif, gangguan jaringan tidak
rentang gerak mempu
mengkompensasi

Trauma abdomen

Trauma tajam

Luka terbuka

Kerusakan organ
abdomen

Gangguan
mobilitas fisik
5 DS Trauma benda Resiko infeksi
DO: tumpul/trauma
-Terdapat luka terbuka benda tajam
pada abdomen ↓
Gaya predisposisi
trauma >elastisitas
&viskositas

Ketahanan
jaringan tidak
mempu
mengkompensasi

Trauma abdomen

Trauma tajam

Kerusaka jaringan
kulit

Luka terbuka

Peningkatan
resiko invasi
bakteri pathogen

Resiko infeksi

6 DS: Trauma benda Ansietas


Perubahan tingkah tumpul/trauma
laku/kepribadian(tenan benda tajam
g atau dramatis) ↓
DO : Gaya predisposisi
Cemas,bingung,depresi trauma >elastisitas
&viskositas

Ketahanan
jaringan tidak
mempu
mengkompensasi

Trauma abdomen

Trauma tajam

Kerusakan organ
abdomen

Tindakan operasi

Ansietas

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penitrasi
abdomen(Doenges,2000)
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk
4. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik(Doenges,2000)
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya
pertahanan tubuh
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan

4. INTERVENSI

DX keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Defisit volume Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Untuk
cairan dan asuhan tanda vital mengidentifikasi
elektrolit keperawatan deficit volume cairan
berhubungan deficit volume
dengan perdarahan cairan dapat
teratasi dengan 2. Pantau 2. Mengidentifikasi
KH: cairan keadaan perdarahan
-Tanda-tanda vital parenteral
dalam batas dengan
normal elektrolit
-Tingkat kesadaran ,antibiotic
membaik dan vitamin
-Warna kulit 3. Kaji tetesan 3. Awasi tetesan untuk
normal, hangat dan infus mengidentifikasi
kering(tidak kebutuhan cairan
lembab)
-Nilai hematocrit
dan Hb dalam 4. Kolaborasi : 4. Cara parenteral
batas normal berikan membantu
-Terjadi cairan memenuhi
keseimbangan parenteral kebutuhan nutrisi
volume cairan sesuai tubuh
indikasi 5. Menggantikan darah
5. Transfuse yang keluar
darah
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui tingkat
dengan adanya asuhan karakteristik nyeri pasien
trauma abdomen keperawatan nyeri
atau luka penitrasi diharapkan nyeri 2. Beri posisi 2. Mengurangi
abdomen dapat teratasi semi fowler kontraksi abdomen
dengan KH:
-Menurunnya 3. Anjurkan 3. Membantu
derajat nyeri baik tehnik mengurangi rasa
dari respon verbal manejemen nyeri dengan
maupun nyeri seperti mengalihkan
pengukuran sakla distraksi perhatian
nyeri
-Hilangnya 4. Kolaborasi 4. Analgetik membantu
indicator fisiologi pemberian mengurangi rasa
nyeri: analgetik nyeri
takikardi(-),takhipn sesuai
eu(-),diaphoresis(-) indikasi
,tekanan darah
normal 5. Manajemen 5. Lingkungan yang
-Tampak rileks lingkungan nyaman dapat
yang memberikan rasa
nyaman nyaman pada klien
Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji ulang 1. Mengidentifikasi
integritas kulit asuhan integritas keadaan luka dan
berhubungan keperawatan luka dan tanda –tanda
dengan cidera diharapkan observasi infeksi pada luka
tusuk kerusakan terhadap
integritas kulit tanda infeksi
dapat diatasi atau draine
dengan KH:
-Penyembuhan 2. Monitor 2. Naiknya suhu
luka sesuai waktu suhu tubuh tubuh
-Tidak ada menandakan
laserasi ,integritas terjadi infeksi
kulit baik 3. Lakukan 3. Perawatan luka
perawatan mencegah
kulit terjadinya infeksi

4. Kolaborasi 4. Antibiotic
dalam mencegah
pemberian terjadinya infeksi
antibiotic
Ganguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Identifikasi
fisik berhubungan asuhan kemampuan kemampuan klien
dengan kelemahan keperawatan pasien untuk dalam mobilisasi
fisik diharapkan bergerak
gangguan 1. Dekatkan 1. Meminimalisir
mobilitas fisik peralatan pergerakan klien
dapat teratasi yang
dengan KH: dibutuhkan
-klien dapat pasien
bergerak bebas 2. Berikan 2. Melatih otot-otot
latihan klien
gerak aktif
pasif
3. Membantu dalam
3. Bantu mengatasi
kebutuhan kebutuhan dasar
pasien klien
4. Terapi fisioterapi
4. Kolaborasi dapat
dengan ahli memulihkan
fisioterapi kondidi klien
Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Mengidentifikasi
berhubungan asuhan tanda infeksi adanya resiko infeksi
dengan tindakan keperawatan lebih lanjut
pembedahan, tidak diharapkan tidak 2. Kaji 2. Keadaan luka yang
adekuatnya terjadi infeksi keadaan diketahui lebih awal
pertahanan tubuh dengan KH: luka dapat mengurangi
-Tidak adanya resiko infeksi
tanda-tanda infeksi 3. Kaji tanda- 3. Suhu tubuh naik
-TTV dalam batas tanda vital dapat di indikasikan
normal adanya proses
4. Perawatan infeski
luka dengan 4. Teknik aseptic dapat
prinsip menurunkan resiko
sterilisasi infeksi nosocomial
5. Kolaborasi
pemberian 5. Antibiotic mencegah
antibiotic adanya infeksi
bakteri dari luar
Ansietas Setelah diberikan 1. Kaji 1. Koping yang baik
berhubungan asuhan perilaku akan mengurangi
dengan krisis keperawatan koping baru ansietas pasien
situasi dan diharapkan dan anjurkan
perubahan status ansietas dapat penggunaan
kesehatan teratasi dengan ketrampilan
KH: yang
-Pasien berhasil
mengungkapkan pada waktu
pemahaman lalu 2. Mengetahui
penyakit saat ini 2. Dorong dan ansietas ,rasa takut
-Pasien sediakan klien bisa
mendemontrasikan waktu untuk mengidentifikasi
koping positif mengungkap masalah dan untuk
dalam menghadapi kan ansietas memberikan
ansietas dan rasa penjelasan kepada
takut dan klien.
berikan
penanganan

3. Jelaskan 3. Apabila klien tahu


prosedur dan tentang prosedur dan
tindakan dan tindakan yang akan
beri dilakukan, klien
penguatan mengerti dan
penjelasan diharapkan ansietas
mengnai berkurag
penyakit

4. Pertahankan 4. Lingkungan yang


lingkungan nyaman dapat
yang tenang membuat klien
dan tanpa nyaman dalam
stress mengahadapi situasi
5. Dorong dan 5. Memotifasi klien
dukungan
orang
terdekat

Anda mungkin juga menyukai