ASKEP Alergi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penulisan

Kita sering melupakan lingkungan sekitar kita yang sebenarnya bisa


menimbulkan berbagai masalah terutama bisa menyebabkan terjadinya
alergi. Untuk itu kita sebagai profesi keperawatan harus menjaga
lingkungan agar bisa tercapainya pelayanan kesehatan.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka cara dalam


meningkatkan kesehatan untuk klien, keluaraga, masyarakat, lingkungan,
dan negara yaitu dengan memahami bagaimana pentingnya seorang perawat
mengenai lingkungan yang sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Dengan ini akan di arahkan pada hal-hal sebagai berikut :

1. Sejauh mana perawat mengetahui mengenai lingkungan yang sehat


sehingga klien terhindar dari alergi.

2. Sejauh mana perawat menciptakan lingkungan yang sehat untuk


klien sehingga terhindar dari alergi.

3. Sejauh mana hubungan perawat dan masyarakat setelah terciptanya


lingkungan yang sehat.

4. Sejauh mana pengaruh masyarakat setelah perawat menciptakan


lingkungan yang sehat pada kilen dan masyarakat.

1
Maksud dan Tujuan Penulisan

Penulisan ini bermaksudkan untuk memberi gambaran tentang


pentingnya menciptakan dan menjaga lingkungan yang sehat agar klien
terhindar dari alergi, sehingga tercapainya pelayanan kesehatan.

Di mana tujuan tersebut antara lain :

1. Mengetahui tindakan perawat dalam menciptakan yang sehat.

2. Mengetahui tanggapan masyarakat terhadap peran perawat


setelah di ciptakannya lingkungan yang sehat.

3. Mengetahui hubungan pelayanan kesehatan dengan klien,


keluarga, dan masyarakat setelah terciptanya lingkungan yang
sehat.

4. Mengetahui pengaruh masyarakat terhadap peran perawat setelah


terciptanya lingkungan yang sehat.

2
BAB II

ALERGI

A. Pengertian

Alergi adalah reaksi berlebihan dari sistem pertahanan alami tubuh


yang membantu melawan infeksi (sistem kekebalan). Sistem kekebalan
tubuh biasanya melindungi tubuh dari virus dan bakteri dengan
memproduksi antibodi biasanya menjadi penyebab alergi secara biologis.
Pada reaksi alergi, sistem kekebalan tubuh mulai melawan zat-zat yang
biasanya tidak berbahaya (seperti debu, serbuk sari, atau obat) seolah-olah
zat ini mencoba untuk menyerang tubuh.

Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul


segera atau dalam rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak
dengan zat yang tertentu (alergen). Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam
I s/d IV berhubungan dengan antibodi humoral, sedangkan macam ke IV
mencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.

Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di


mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara
imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan
kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau
bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan
yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.

B. Penyebab
a. Debu

b. Makanan

3
c. Obat-obatan

d. Zat-zat kimia

e. Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini): Setelah kontak pertama dengan


antigen/alergen, di tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses
sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya, akan terbentuk kompleks
antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator (histamin,
serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of anaphylaxis)
akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama
bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth
muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan
permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan
plasma darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini
mengakibatkan pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia
berat. Gejala-gejala atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah:
shok anafilaktis-urtikaria, edema Quincke-kambuhnya/eksaserbasi
asthma bronchiale-rinitis vasomotorica.

f. Macam/type II (reaksi imu sitotoksis): Reaksi ini terjadi antara antibodi


dari kelas IgG dan IgM dengan bagian-bagian membran sel yang
bersifat antigen, sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa
komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi darah, morbus
hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan
penyakit-penyakit autoimun.

g. Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune


complex = precipitate): Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau
peradangan lokal/setempat (Type Arthus) setelah penyuntikan
intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses ini
berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk
komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya
kematian atau nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum
sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.

4
h. Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin): Reaksi ini baru mulai
beberapa jam atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan
merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah tersensibilisasi. Prosesnya
merupakan proses inflamatoris atau peradangan seluler dengan nekrosis
jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh yang
bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa),
contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis,
colitis ulcerosa), dll.).

i. Risiko seseorang terkena alergi berhubungan dengan riwayat alergi dari


orang tuanya. Jika tidak ada satupun orang tua yang mengalami  alergi,
kesempatan untuk menagalami alergi adalah kira-kira 15%. Jika satu
orang tua alergi, risikonya meningkat sampai 30% dan jika kedua-
duanya alergi, risikonya lebih besar dari 60%.

j. Hal lain yang mempengaruhi  alergi adalah lingkungan. Seseorang


harus mempunyai tendensi genetik dan terpapar pada alergen sehingga
dapat terkena alergi. Sebagai tambahan, lebih hebat dan sering paparan
terhadap alergen dan lebih awal terjadi didalam kehidupan, lebih
mungkin alergi akan berkembang. Ada pengaruh-pengaruh penting
lainnya yang dapat berkomplot untuk menyebabkan kondisi-kondisi
alergi, di antaranya adalah merokok, polusi, infeksi, dan hormon-
hormon.

C. Jenis-jenis alergi

Ada banyak jenis alergi, beberapa yang lebih umum meliputi:

1. Alergi Pada Mata

Alergi pada mata (conjunctivitis allergic) adalah peradangan dari lapisan-


lapisan jaringan yang menutupi permukaan dari bola mata dan permukaan
bawah dari kelopak mata. Peradangan terjadi sebagai hasil dari reaksi alergi
dan mungkin dapat menghasilkan gejala-gejala berikut:

5
 Kemerahan dibawah kelopak dan mata keseluruhannya
 Mata menjadi berair dan gatal

 Terjadi pembengkakan

2. Alergi Pada Kulit

Allergic eczema (atopic dermatitis) adalah alergi ruam yang umumnya 


disebabkan oleh kontak kulit dengan alergen. Kondisi ini umumnya
berkaitan dengan rhinitis alergi  atau asma dan memiliki gejala-gejala
sebagai berikut:

 Gatal, kemerahan, dan atau kekeringan dari kulit


 Ruam (Rash) pada muka, terutama anak-anak

 Ruam sekeliling mata-mata, pada lipatan-lipatan sikut, dan


dibelakang lutut, terutama pada anak-anak yang lebih tua dan orang
dewasa.

3. Alergi Gatal

Hives (urtikaria) adalah reaksi kulit yang timbul berupa pembengkakkan


yang gatal dan dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja. Hives dapat
disebabkan oleh reaksi alergi, seperti pada makanan atau obat-obatan,
namun dapat juga terjadi pada orang-orang yang tidak alergi. Gejala-gejala
hives yang khas adalah:

 Kulit kemerahan
 Gatal yang hebat

4. Allergic Shock

Allergic shock (anaphylactic shock) adalah reaksi alergi yang mengancam


nyawa yang dapat mempengaruhi fungsi beberapa organ pada waktu yang

6
bersamaan. Reaksi  ini secara khas terjadi ketika alergen dimakan
(contohnya obat) atau disuntikakan (contohnya obat injeksi). Beberapa atau
seluruh dari gejala-gejala berikut dapat terjadi:

 Hives atau perubahan warna kemerahan dari kulit


 Hidung mampet

 Pembengkakkan dari tenggorokan

 Sakit perut, mual dan muntah

 Napas pendek, mencuit-cuit (wheezing)

 Tekanan darah rendah atau shock

5. Alergi makanan, yang lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa. Alergi makanan biasanya terjadi pada orang-orang yang punya
keturunan alergi dalam keluarganya. Orang-orang seperti ini juga
memiliki kemungkinan besar terserang asma serta alergi lainnya.

6. Alergi obat. Banyak resep dan obat-obatan nonprescription dapat


menyebabkan reaksi alergi. Reaksi alergi terhadap obat ini sangat umum
dan kadangkala tak terduga.

7. Alergi terhadap racun serangga, bila Anda tersengat oleh serangga, racun
dan toksin lainnya yang ada pada sengatan lebah yang mungkin masuk ke
kulit. Normalnya Anda akan mengalami bengkak kemerahan, nyeri
ataupun gatal-gatal pada tempat sengatan. Reaksi alergi ini terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh Anda bereaksi berlebihan terhadap racun yang
dihasilkan oleh sengatan serangga tersebut.

8. Alergi terhadap hewan. Alergi ini lebih banyak menyebabkan masalah


pernapasan dari masalah kulit. Anda mungkin alergi terhadap kulit mati
hewan peliharaan Anda (bulu), urin, air liur kering, atau rambut.

7
9. Alergi terhadap karet alam (lateks). Beberapa orang mengalami reaksi
alergi setelah kontak berulang dengan lateks, terutama sarung tangan
lateks.

10. Alergi yang berkembang dari paparan zat yang dihirup di tempat kerja.
Ini disebut asma pekerjaan.

11. Alergi terhadap kosmetik, seperti kuku buatan, ekstensi rambut, dan tato
henna.

12. Alergi musiman muncul pada waktu yang sama tahun setiap tahun dan
disebabkan oleh paparan terhadap serbuk sari dari pohon, rumput, atau
gulma.

D. Manifestasi Klinik

a. Mata gatal, bersin-bersin, mengeluarkan ingus, batuk, gejala nafas sesak


sampai terjadi serangan asma.

b. Sering pula muncul keluhan mual, muntah dan diare.

c. Penyakit rinitis alergi biasanya ditandai dengan bersin-bersin, hidung


terasa gatal, hidung berair atau tersumbat dan sukar bernapas, sedangkan
pada mata akan terasa gatal, kemerahan dan berair. Bila penyakit ini
dibiarkan, kemungkinan akan berkembang menjadi sinusitis.

E. Patofisiologi

Pada reaksi alergi dilepaskan berbagai zat mediator yang akan


menimbulkan gejala klinis. Zat mediatior utama dan terpenting adalah
histamine yang memiliki efek dilatasi pembuluh darah, peningkatan
permeabilitas kapiler, iritasi ujung-ujung saraf sensoris, dan aktivitas sel-sel
kelenjar.

8
 Di dalam Udara Pernapasan

Bernapas dapat penuh risiko jika anda alergi. Disamping oksigen, udara
mengandung beberapa partikel tidak berbahaya termasuk alergen. Penyakit-
penyakit yang umum yang berasal dari alergen udara adalah hay fever,
asma, dan conjunctivitis. Alergen berikut umumnya tidak berbahaya, namun
dapat memicu reaksi alergi ketika dihirup oleh individu-individu yang
sensitif.

 Serbuk sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput


liar
 Tungau Protein-protein binatang: bulu, kulit, dan/atau urin

 Spora-spora jamur

 Bagian-bagian tubuh serangga

 Di dalam Yang Kita Makan

Ketika makanan-makanan dan obat-obatan dicerna, alergen mungkin dapat


masuk kedalam aliran darah dan menjadi terpasang pada IgE tertentu
didalam sel-sel pada tempat-tempat yang jauh seperti kulit atau mukosa
hidung. Kemampuan dari alergen tersebut menjelaskan  bagaimana gejala-
gejala dapat terjadi pada area-area yang berlainan dari saluran pencernaan.
Reaksi-reaksi alergi makanan dapat berupa pembengkakan lidah atau
tenggorokan dan mungkin diikuti oleh mual, diare, atau kram perut.
Kesulitan bernapas dengan hidung atau reaksi-reaksi kulit mungkin juga
dapat terjadi. Dua kelompok utama alergen yang dicerna adalah:

 Makanan: Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi-


reaksi alergi adalah susu sapi, ikan, kerang-kerangan, telur, kacang-
kacangan, kedelai, dan gandum.

9
 Obat-obatan (ketika diminum), contohnya antibiotic, anti inflamasi,
anti piretik (penurun panas), dll.

 Menyentuh kulit Kita

Allergic contact dermatitis adalah peradangan kulit yang disebabkan oleh


reaksi alergi lokal. Mayoritas dari reaksi-reaksi kulit lokal ini tidak
melibatkan IgE, namun disebabkan oleh sel-sel peradangan. Harus dicatat
bahwa ketika beberapa alergen (contohnya, latex) bersentuhan dengan kulit,
mereka diserap oleh kulit dan dapat juga berpotensi menyebabkan reaksi-
reaksi keseluruh tubuh, tidak hanya pada kulit saja.. Contoh-contoh allergen
yang mempengaruhi melalui kontak kulit adalah :

 Kain  Bahan-bahan kimia


 Tumbuh-tumbuhan
 Logam
 Zat pewarna
 Kosmetik

Allergic contact dermatitis tidak melibatkan antibodi IgE, namun


melibatkan sel-sel dari sistem imun yang diprogram untuk bereaksi ketika
dipicu oleh alergen. Menyentuh atau menggosok unsur/bahan yang pernah
membuat anda sensitif sebelumnya dapat memicu rash kulit (skin rash).

 Yang Disuntikkan Kedalam Tubuh

Reaksi yang paling berat dapat terjadi ketika alergen disuntikan kedalam
tubuh dan mendapat akses langsung ke dalam aliran darah. Akses ini
membawa risiko dari reaksi umum, seperti anaphylaxis, yang dapat
membahayakan nyawa. Berikut adalah alergen yang paling umum
disuntikan yang dapat menyebabkan reaksi alergi yang berat:

 Racun serangga  Vaksin-vaksin


 Obat-obatan
 Hormon-hormon (contohnya, insulin)

10
Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit alergi dapat kita
periksa kadar Ig E dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal
(0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut
harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang
menyebabkan penyakit alergi (alergen). Untuk mengetahui alergen
penyebab alergi, kita bisa melakukan tes alergi.

F. Komplikasi

o Polip hidung

o Otitis media

o Sinusitis paranasal.

o Anafilaksi

o Pruritus

o Mengi

o Edema

G. Penatalaksanaan

 Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan allergen penyebab dan


eliminasi.

 Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian antihistamin dengan


atau tanpa vasokonstriktor atau kortikosteroid per oral atau local.

 Untuk gejala yang berat dan lama, bila terapi lain tidak memuaskan
dilakukan imunoterapi melalui desensitisasi dan hiposensitisasi atau
netralisasi

H. Pemeriksaan Penunjang

11
 Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA
(enzyme linked immuno assay).

 Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk
(prick test), uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan
diet eliminasi dan provokasi untuk alergi makanan.

I. Pencegahan

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi:

 Jagalah kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun diluar rumah.


Hal ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam rumah
ataupun kamar tidur yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu
sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi.Usahakan jangan
memelihara binatang di dalam rumah ataupun meletakkan kandang
hewan peliharaan di sekitar rumah anda.
 Kebersihan diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari
tertumpuknya daki yang dapat pula menjadi sumber rangsangan
terjadinya reaksi alergi.Untuk mandi, usahakan menggunakan air
hangat, dan usahakan mandi sore sebelum pukul.17.00′. Sabun dan
shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan shampoo untuk
bayi.

 Batasi penggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, juga obat-obat


anti nyamuk. Jika di rumah anda terdapat banyak nyamuk, gunakanlah
raket anti nyamuk.

 Gunakan kasur atau bantal dari bahan busa, bukan kapuk.

 Gunakan sprei dari bahan katun dan cucilah minimal seminggu sekali
dengan air hangat.

 Hindari menggunakan pakaian dari bahan wool, gunakanlah pakaian


dari bahan katun.

12
 Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu
dingin.

 Awasi setiap makanan atau minuman maupun obat-obatan yang


menimbulkan reaksi alergi. Hindarilah bahan manakan, minuman,
maupun obat-obatan tersebut. Anda harus mematuhi aturan diet alergi
anda.

 Temui ahli. Konsultasikan dengan spesialis. Alergi yang muncul


membutuhkan perawatan yang berbeda-beda pada masing-masing
penderita alergi. Mintalah dokter anda untuk melakukan imunoterapi
untuk menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi
alergi.

J. Pengobatan

Salah satu pengobatan yang dianjurkan dalam penanganan alergi


adalah dengan pemberian obat anti histamin dari generasi terbaru seperti
cetirizine dihidroklorida. Berbeda dengan antihistamin generasi pertama,
antihistamin generasi terbaru umumnya bersifat mengurangi rasa kantuk,
dan sebagian lagi bersifat anti-inflamasi ringan. Saat ini, obat anti histamin
cetirizine dihidroklorida telah masuk kedalam kategori Obat Wajib Apotek
dari Badan POM sehingga dapat dibeli di apotek melalui resep dokter.
(Berbagai sumber)

BAB III

13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PENDERITA ALERGI

A. Pengkajian

( Data subjektif dan Data Objektif)

a. Data dasar, meliputi :

 Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,


agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis,
sumber biaya, dan sumber informasi)

 Identitas Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status


perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan pasien)

b. Riwayat Keperawatan, meliputi :

 Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien,


meliputi:

 Alasan masuk rumah sakit:

Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam, bibirnya bengkak,


timbul kemerahan pada kulit, mual muntah, dan terasa gatal.

 Keluhan utama

1. Pasien mengeluh sesak nafas.

2. Pasien mengeluh bibirnya bengkak.

14
3. Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah.

4. Pasien mengeluh nyeri di bagian perut.

5. Pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul kemerahan di sekujur


tubuhnya.

6. Pasien mengeluh diare.

7. Pasien mengeluh demam.

 Kronologis keluhan

Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya


bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal
tertahankan lagi sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.

 Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang


sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita.
Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami nyeri
perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada
kulit,mual muntah,dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan
di RS atau pengobatan tertentu.

 Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami


penyakit yang sama.

 Riwayat Psikososial dan Spiritual

Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga,


dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang
mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi
pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat
ini, dan sistem nilai kepercayaan.

15
Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson,
yaitu :

1. Bernafas

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk,


serta ukur respirasi rate.

2. Makan

Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS,
apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.

3. Minum

Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).

4. Eliminasi (BAB / BAK)

Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.

5. Gerak dan aktifitas

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan


aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS.

6. Rasa Nyaman

Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,


misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan
PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan
skala nyeri)

7. Kebersihan Diri

Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS

16
8. Rasa Aman

Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.

9. Sosial dan komunikasi

Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan


lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).

10. Pengetahuan

Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini
dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.

11. Rekreasi

Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.

12. Spiritual

Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien


menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun
sebaliknya.

Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum

 Tingkat kesadaran CCS

 Tanda-tanda vital

 Keadaan fisik

 Kepala dan leher

 Dada

 Payudara dan ketiak

17
 Abdomen

 Genitalia

 Integument

 Ekstremitas

 Pemeriksaan neurologist

Pemeriksaan Penunjang

Uji kulit : sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen


hirup seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari
rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).

Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi.


Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan
pada alergi makanan.

IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai
umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya
menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi
parasit atau keadaan depresi imun seluler.

Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.

Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.

Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan


food chalenge didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus,
peningkatan limfosit intraepitelial dan IgM. IgE ( dengan mikroskop
imunofluoresen ).

Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.

Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa pasti

Analisa Data

18
 Data Subjektif

 Sesak nafas  Terdapat nyeri pada bagian


perut
 Mual, muntah
 Gatal – gatal
 Meringis, gelisah
 Batuk

 Data objektif

 Penggunaan O2  Pembengkakan pada bibir

 Adanya kemerahan pada  Demam ( suhu tubuh


kulit diatas 37,50C)

 Terlihat pucat

B. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnose keperawatan yang muncul :

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan terpajan allergen

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

3. .Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi


dermal,intrademal sekunder

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


berlebih

5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ( allergen,ex:


makanan)

C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan

19
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan terpajan allergen

 Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x15 menit. diharapkan


pasien menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
rentang normal.

 Kriteria hasil :

 Frekuensi pernapasan pasien normal (16-20 kali per menit)

 Pasien tidak merasa sesak lagi

 Pasien tidak tampak memakai alat bantu pernapasan

 Tidak terdapat tanda-tanda sianosis

 Intervensi :

1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi paru. Catat upaya


pernapasan, termasuk pengguanaan otot bantu/ pelebaran masal.

 Rasional: kecepatan biasanya meningkat. Dispenea dan terjadi


peningakatan kerja napas. Kedalaman pernapasan berpariasi
tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang
berhubungan dengan atelektasis atau nyeri dada pleuritik.

2) Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius


seperti krekels, mengi, gesekan pleura.

 Rasional: bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi
sekunder terhadap pendarahan, bekuan/ kolaps jalan napas kecil
(atelektasis). Ronci dan mengi menyertai obstruksi jalan napas/
kegagalan pernapasan.

3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun


dari tempat tidur dan ambulansi sesegera mungkin.

20
 Rasional: duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulansi
meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga
memperbaiki difusi gas.

4) Observasi pola batuk dan karakter sekret.

 Rasional: kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering atau iritasi.


Sputum berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan atau
antikoagulan berlebihan.

5) Berikan oksigen tambahan

 Rasional: memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

6) Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebulizer ultrasonic

 Rasional : memberikan kelembaban pada membran mukosa dan


membantu pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

 Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x.24 jam diharapkan suhu


tubuh pasien menurun

 Kriteria hasil :

 Suhu tubuh pasien kembali normal ( 36,5 oC -37,5 oC)

 Bibir pasien tidak bengkak lagi

 Intervensi :

21
1) Pantau suhu pasien ( derajat dan pola )

 Rasional : Suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses penyakit infeksius


akut.

2) Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur


sesuai indikasi

 Rasional: Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk


mempertahankan mendekati normal

3) Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol

 Rasional: Dapat membantu mengurangi demam

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi


dermal,intrademal sekunder

 Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x24 jam diharapkan pasien


tidak akan mengalami kerusakan integritas kulit lebih parah

 Kriteria hasil :

 Tidak terdapat kemerahan,bentol-bentol dan odema

 Tidak terdapat tanda-tanda urtikaria,pruritus dan angioderma

 Kerusakan integritas kulit berkurang

 Intervensi :

1). Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau pigmentasi

 Rasional: Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer

2). Hindari obat intramaskular

22
 Rasional: Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat
absorpsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


berlebih

 Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x24 jam diharapkan


kekurangan volume cairan pada pasien dapat teratasi.

 Kriteria hasil :

 Pasien tidak mengalami diare lagi

 Pasien tidak mengalami mual dan muntah

 Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi

 Turgor kulit kembali normal

 Intervensi :

1) Ukur dan pantau TTV, contoh peningakatan suhu/ demam memanjang,


takikardia, hipotensi ortostatik.

 Rasional: peningkatan suhu atau memanjangnya demam


meningkatkan laju metabolic dan kehilangan cairan melalui
evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia
menunjukkan kekurangan cairan sistemik.

2) Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah).

 Rasional : indicator langsung keadekuatan volume cairan,


meskipun membrane mukosa mulut mungkin kering karena
napas mulut dan oksigen.

3) Monitor intake dan output cairan

 Raional : mengetahui keseimbangan cairan

23
4) Beri obat sesuai indikasi misalnya antipiretik, antiemetic.

 Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan

5) Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan

 Rasional : pada adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan,


penggunaan parenteral dapat memperbaiki atau mencegah
kekurangan.

5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ( alergen,ex:


makanan)

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam


diharapkan nyeri pasien teratasi

 kriteria hasil :

 Pasien menyatakan dan menunjukkan nyerinya hilang

 Wajah tidak meringis

 Skala nyeri 0

 Hasil pengukuran TTV dalam batas normal,

TTV normal yaitu :

 Tekanan darah : 140-90/90-60 mmHg

 Nadi : 60-100 kali/menit

 Pernapasan : 16-20 kali/menit

 Suhu : Oral (36,1-37,50C)

Rektal (36,7-38,10C)

Axilla (35,5-36,40C)

24
 Intervensi :

1) Ukur TTV

 Rasional : untuk mengetahui kondisi umum pasien

2) Kaji tingkat nyeri (PQRST)

 Rasional: Untuk mengetahui faktor pencetus nyeri

3) Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhanRasional :


memberikan rasa nyaman kepada pasien

4) Ciptakan suasana yang tenang

 Rasional : membantu pasien lebih relaks

5) Bantu pasien melakukan teknik relaksasi

 Rasional : membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri.


Memberikan kontrol situasi meningkatkan perilaku positif.

6) Observasi gejala-gejala yang berhubungan, seperti dyspnea, mual


muntah, palpitasi, keinginan berkemih.

 Rasional : tanda-tanda tersebut menunjukkan gejala nyeri yang


dialami pasien.

7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic.

 Rasional : Analgesik dapat meredakan nyeri yang dirasakan oleh


pasien.

D. Evaluasi

1. Pasien mengeluh tidak sesak lagi

2. Pasien mengatakan tidak demam lagi

3. Pasien mengatakan kulitnya sudah tidak merah-merah

25
4. Pasien mengatakan tidak merasa mual,muntah dan mencret lagi

5. Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang

BAB IV

26
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam bab ini telah di kemukakan bahwa sebagai profesi
keperawatan harus memahami dan mengerti mengenai alergi, sehingga
dapat menciptakan lingkungan yang sehat pada kilen dan masyarakat,
sehingga dapat tercapainya pelayanan kesehatan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka akan di kemukakan beberapa


saran yang berkaitan dengan pembahasan dalam bab ini. Yaitu betapa
pentingnya untuk memahami dan mengerti akan masalah alergi.
Mempelajari benar-benar akan masalah alergi agar bisa memberikan
pelayanan kesehatan dengan baik pada klien, keluarga, dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

27
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
volume 3. Jakarta : EGC.

Carpenito LD. 1995. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.


Jakarta : EGC.

Price and Wilson.2003.Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,


Vol 2, Edisi 6. Jakarta : EGC.

Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :


EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Nanda. 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi. Prima Medika : Jakarta

Marilyn E, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, Edisi 3. EGC : Jakarta

www.medikaholistik.com

http://www.farmasiku.com/index.php?target=categories&category_id=168

http://blog-artikel.com/index.php/jenis-jenis-alergi.html

http://aangcoy13.blogspot.com/2011/08/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html

http://rastirainia.wordpress.com/2010/02/08/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan-alergi-makanan/

http://transferfactorimmune.com/website/StaticDetail.aspx?ID=47

http://indoroyal.com/info-medis/serba-serbi-alergi.html

http://wahidnh.blogspot.com/2011/06/laporan-pendahuluan-lp-alergi.html

http://ericstikesnwu.blogspot.com/2008/06/asuhan-keperawatan-alergi.html

28

Anda mungkin juga menyukai