Akutansi Biaya
Oleh
La Ode Indra Gunawan
D1A118102
Agribisnis D
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2020
Ringkasan Materi
A. Cara Menghitung Persediaan Dengan Metode Fifo, Lifo, Dan Average.
Dalam akutansi menghitung persediaan barang dapat dilakukan dalam
beberapa metode, yaitu:
1. Metode FIFO (First In First Out)
Metode FIFO dalam persediaan yaitu pencatatan barang persediaan
yang mengasumsikan persediaan yang pertama masuk akan dikeluarkan
dan persediaan yang masuk terakhir akan dikeluarkan belakangan, artinya
dalam metode FIFO tersebut persediaan yang dicatat pertama kali saat
penjualan adalah persediaan yang pertama kali masuk. Metode ini sangat
baik untuk menghindari persediaan yang rusak akibat penyimpanan dalam
gudang yang terlalu lama, juga sangat relevan untuk pencatatan persediaan
yang disajikan berdasarkan harga terkini atau didasarkan pada harga baru
atau harga urutan yang terakhir. Metode ini cenderung menghasilkan
persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva
perusahaan.
2. Metode LIFO (Last In First Out)
Metode LIFO merupakan pencatatan barang persediaan yang
mengasumsikan unit persediaan yang terakhir dibeli dikeluarkan terlebih
dahulu, dan unit persediaan yang pertama dibeli akan dikeluarkan
dikemudian hari. Dalam metode LIFO persediaan yang pertama kali
dicatat saat penjualan adalah persediaan yang terakhir masuk.,dalam
metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam pencatatan
barang persediaan
3. Average (Rata – rata)
Metode average atau disebut juga metode rata-rata tertimbang adalah
metode yang digunakan untuk menghitung biaya perunit persediaan
berdasarkan rata-rata tertimbang dari unit yang serupa dan biaya unit yang
dibeli selama suatu periode. Caranya adalah dengan membagi biaya semua
barang yang tersedia untuk dijual dengan unit yang tersedia untuk dijual
dan hasilnya adalah biaya rata-rata perunit. Setelah ditemukan biaya rata-
rata perunit baru beban pokok penjualan dihitung dengan dasar harga rata-
rata perunit.
Untuk lebih jelasnya berikut ini ada contoh data penjualan dan pembelian
persediaan selama tahun 2017 di PT. XY :
Dari data di atas, berikut ini akan kita ulas cara perhitungannya
menggunakan metode FIFO, LIFO dan Average
1) Cara Perhitungan Metode FIFO
Dalam penerapan metode FIFO berarti perusahaan akan menggunakan
persediaan barang yang lama/pertama masuk untuk dijual terlebih dahulu.
Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai
perolehan persediaan yang terakhir masuk. Metode FIFO cocok diterapkan
pada perusahaan yang menjual produk yang memiliki masa kadaluarsa,
seperti makanan, minuman, obat dan lain sebagainya. Berikut adalah contoh
perhitungan metode FIFO dari data di atas:
Joint Cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sejak pertama kali bahan baku
diolah sampai saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Pentingnya
alokasi joint cost, yaitu:
Masalah pokok yang dihadapi dalam mengalokasikan biaya produk bersama adalah
karena sifatnya yang invisible artinya biaya produk bersama tidak dapat diidentifikasikan
secara spesifik dengan setiap jenis produk yang dihasilkan secara simultan melalui proses
produksinya. Oleh karena itu metode alokasi yang tepat harus dipakai sebagai dasar
dalam mengalokasikan biaya bersama (joint cost) kepada masing-masing produk.
Ada dua cara untuk menghitung harga pokok per unit yaitu:
Banyak perusahaan mempunyai peluang untuk menjual produk yang baru diproses
sebagian pada berbagai tahap produksi. Atas dasar inilah, manajemen harus memutuskan
apakah lebih menguntungkan jika menjual keluaran pada suatu pertengahan atau
memprosesnya lebih lanjut. Keputusan untuk menjual atau memproses produk lebih
lanjut membutuhkan informasi diferensial yaitu pendapatan diferensial setelah
pemrosesan lebih lanjut dan biaya tambahan untuk memproses lebih lanjut.
Contoh Kasus
Ikan segar yang belum di proses sebanyak 19.500 kg, produk yang dihasilkan :
• Ikan segar kualitas 1 = 9.250 Kg, harga jual pada titik split off Rp 29.000/Kg
• Ikan asap = 5.550 Kg, harga jual pada titik split off Rp 25.000/Kg, setelah proses
tambahan harga jual menjadi Rp 31.000/Kg
• Ikan kalengan = 3.700 Kg, harga jual pada titik split off Rp 19.000/Kg, setelah
proses tambahan harga jual menjadi Rp 24.000/Kg
• Ikan kualitas rendah = 1.000 Kg
Produk bersama Kuantitas (Kg) Proporsi unit Alokasi biaya Biaya bersama
yang dihasilkan bersama (Rp) per unit (Rp)
1 2 3 4 5
Ikan segar 9.250 50% 180.375.000 19.500
kualitas 1
Ikan asap 5.550 30% 108.225.000 19.500
Ikan kalengan 3.700 20% 72.150.000 19.500
Total 18.500 100% 360.750.000.
Catatan : Salah satu kelemahan metode pengukuran unit produksi adalah tidak
mempertimbangkan potensi pendapatan yang dikontribusikan oleh masing-masing
produk bersama.
Alokasi biaya bersama dengan pengukuran metode Harga Jual sudah diketahui saat
split off :
Produk Kuantitas Harga jual Total harga Proporsi Alokasi biaya Biaya bersama
bersama (Kg) pada titik jual (Rp) harga jual bersama per unit (Rp)
split-off (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7
Ikan segar 9.250 29.000 268.250.000 56% 202.747.093,02 21.918,60
kualitas 1
Ikan asap 5.550 25.000 138.750.000 29% 104.869.186,05 18.895,35
Ikan 3.700 19.000 70.300.000 15% 53.133.720,93 14.360,47
kalengan
Total 18.500 477.300.000 100% 360.750.000
Catatan : kendala penerapan metode ini, adalah tidak selalu tersedia harga jual pada titik
split-off, karena produk membutuhkan proses tambahan sebelum dapat dijual.
Alokasi biaya bersama dengan pengukuran metode Harga Jual belum diketahui saat
split off :
Produk bersama Harga jual yang diestimasi Biaya proses tambahan per
pada titik split-off (Rp) unit
Perbandingan Marjin Laba Per unit Berdasarkan Metode Alokasi Yang Dipilih :
Metode Pengukuran Fisik Metode Harga Jual Pada Titik Metode Harga Jual Bersih
Split-Off
Ikan segar Ikan asap Ikan Ikan Ikan asap Ikan Ikan Ikan asap Ikan
kualitas 1 kalengan segar kalengan segar kalengan
kualitas 1 kualitas 1
Harga 29.000,00 25.000,00 19.000,00 29.000,00 25.000,00 19.000,00 29.000,00 31.000,00 24.000,00
jual per
unit
Dikurangi
Harga 19.500,00 19.500,00 19.500,00 21.918,60 18.895,35 14.360,47 21.088,94 23.839,13 17.943,95
pokok
per unit
Margin 9.500,00 5.550,00 500,00 7.081,40 6.104,65 4.639,53 7.911,06 7.160,87 6.056,05
laba per
unit