Disampaikan Oleh :
Sukandi Nasir Rohili
1
untuk pembuatan propelan cair hipergolik dalam rangka pemanfaatan
dan pengembangan roket cair. Dengan bergantinya proyek SWASAT
menjadi proyek ROMET (Roket Meteorologi), saya ditempatkan di
bagian Unit Propelan lagi sebagai pejabat fungsional dengan pangkat:
Asisten Peneliti Muda dalam penelitian dan pengembangan pembuatan
propelan padat berbasis Poli Sulfida. Kemudian pindah bekerja di
bagian penelitian dan pengembangan Liner - Inhibitor dan setelah
mengikuti training pengoperasian alat Particle Size Analyzer (PSA), Uji
Kuat tarik dan Strand Burner di Jepang, maka selain bekerja di bagian
liner dan inhibitor juga mendapat pekerjaan tambahan uji propelan
padat dalam menangani uji kecepatan pembakaran (r) dengan alat
Strand Burner. Setelah terjadi perubahan struktur LAPAN, saya
dipindahkan ke bidang Propuisi untuk menangani penelitian komposit
dan pembuatan tabung roket dari bahan konstruksi ringan. Penelitian
dilakukan bekerja sama dengan ITB Bandung. Setelah itu, ikut dalam
kelompok penelitian Studi Perencanaan Sistem Propuisi Motor Roket
untuk Penelitian Meteorologi". Selanjutnya bekerja di kelompok
penelitian pelapisan bahan tahan panas pada bagian dalam nosel.
Kemudian pindah lagi ke bidang Motor roket dalam menangani sistem
propuisi pembakaran internal (internal burning) untuk propelan
berkonfigurasi ganda (double grain) bentuk wagon wheel ~ silinder dan
sistem propuisi pembakaran ujung (Cigarette burning).
Saat ini, saya bekerja di LAPAN, Bidang Propuisi menangani
penelitian sistem igniter roket padat baik untuk roket ilmiah maupun
senjata. Semua pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu "Team
Work".
Dalam perkembangan karir sebagai pejabat fungsionil di LAPAN
dimulai pada jabatan Asisten Peneliti Muda tanggal 25 Mei 1979 dan
terakhir sebagai Ahli Peneliti Utama di bidang Bahan Bakar Roket pada
1 Desember tahun 2003, dengan pangkat Pembina Utama Muda/
Golongan IV c . Selain bekerja sebagai peneliti di bidang propuisi roket,
juga dipercaya menjadi anggota dewan redaksi buku ilmiah, duduk di
dalam kelompok kerja pakar kedeputian tahun 2001 sampai tahun
2002 dan di komisi pakar LAPAN tahun 2003 sampai tahun 2004 serta
dalam tim standarisasi pedoman penulisan karya tulis ilmiah
kedirgantaraan tahun 2004.
2
Sedangkan pendidikan dan latihan yang telah dijalani dalam
rangka peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
keterampilan selama bekerja di LAPAN, adalah Pendidikan dan Latihan
Roket KAPPA - 8 di Bandung; Pendidikan Roket SA-75 di Jakarta;
Pendidikan Pasca Sarjana non Gelar bidang penerbangan dan
kedirgantaraan di ITB Bandung, pendidikan dan latihan Particle Size
Analyzer ( PSA -2 ), uji kuat tarik dan strand burner di Jepang;
pendidikan dan latihan plasma dan laser di Malaysia; pendidikan
spesialisasi bidang penerbangan dan antariksa serta kerja lapangan di
job site Ariane IVdi Perancis. Pendidikan lain yang telah diikuti, adalah
Pendidikan dan latihan manajemen proyek, pendidikan dan latihan
administrasi jenjang SPADYA, serta pendidikan konstruksi ringan dan
math-lab.
Selama bekerja di LAPAN, Penghargaan yang telah didapat
selama ini, ialah Satya Lencana Karya Setia 20 tahun dan 30 tahun.
Kupersembahkan kepada :
Istri dan kedua Anakku yang tercinta
3
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamualaikum Wr.,Wb,
Selamat pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua,
Pertama-tama, dalam acara yang bahagia dan istimewa ini, marilah
kita mengucap puji syukur kepada ALLAH Yang Maha Suci, Maha
Tinggi dan Maha Kasih, yang telah banyak memberi nikmat pada kita
sekalian pada hari ini, mudah-mudahan kita selalu mendapat limpahan
rahmatNya. Pada kesempatan yang berbahagia ini, terlebih dahulu
sebelum membacakan orasi pengukuhan ini, perkenankanlah kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
- Yang saya hormati: Bapak Kepala LIPI, Bapak Prof. Dr. Umar
Anggara Jenie Apt, M.Sc. selaku Ketua Majelis Pengukuhan Ahli
Peneliti Utama.
- Yang saya hormati: Bapak Dr. Lukman Hakim APU, Ketua P2JP
Pusat, selaku Sekretaris Majelis Pengukuhan Ahli Peneliti Utama.
- Yang saya hormati: Anggota majlis Pengukuhan Ahli Peneliti Utama.
- Yang saya hormati : Bapak Ir. Mahdi Kartasasmita MS, PhD selaku
Kepala LAPAN, Bapak Dr.lng Agus Nuryanto selaku Deputi Bidang
Teknologi Dirgantara, Bapak Dr. Ir. Adi Sadewo selaku Deputi Bidang
Sains, Pengkajian dan Informasi, Bapak Drs. Bambang Tejakusuma
Dipl-Ing selaku Deputi Bidang Penginderaan Jauh, Bapak Ir. Wisjnu
P. Marsis M. Eng selaku Sekretaris Utama LAPAN dan Bapak-Bapak
serta Ibu - Ibu Kepala Pusat dan Kepala Biro, Kepala Bidang dan
4
Kepala Bagian serta struktur jajaran di bawahnya yang dapat hadir
pada acara ini.
- Yang saya hormati : Bapak-Bapak dan Ibu-lbu pejabat P2JP, Komisi
Pakar dan pejabat fungsional LAPAN.
- Yang saya hormati : Bapak-Bapak dan Ibu-lbu panitia penyelenggara
pengukuhan ini yang telah banyak menguras tenaga dan waktu demi
suksesnya acara ini.
- Yang saya hormati : Bapak-Bapak,lbu-lbu para undangan yang dapat
hadir di sini.
- Yang saya hormati pula kepada keluarga saya yang dapat menghadiri
acara ini.
5
Orasi ini memuat sekelumit kisah dan sedikit andil yang mungkin
tidak mempunyai arti apa-apa, yang dapat saya sumbangkan dalam
bentuk partisipasi kerja selama ini, baik dalam penelitian maupun
pengembangan sebagian kecil roket buatan LAPAN dari mulai bekerja
sebagai staff proyek SWASAT ( Swa Sembada Sistem Satelit ), staff
proyek Roket Meteorologi (ROMET), dan akhirnya bekerja sebagai
peneliti di LAPAN sampai kini.
6
mengenai roket dua tingkat dan konsep pengatur roket. Kemudian
pada kira-kira tahun 1800, Kolonel William Congreve dari Inggris
mengembangkan teknik peroketan tersebut dengan kemampuan
jelajah yang dapat mencapai 2 km dengan berat awal 15 kg. Roket ini
menjadi terkenal setelah dipakai oleh Inggris untuk melawan tentara
Napoleon dari Perancis pada perang Waterloo. Peroketan di Jerman
dipelopori oleh Herman Obert (1894-1953). la berasal dari daerah
perbatasan Austria - Hungaria dan mempunyai andil yang sangat
besar dalam mengembangkan peroketan di Jerman, baik roket
pendukung dua tingkat, metoda pendinginan dinding dalam dan leher
nosel, serta penelitian roket cair, la juga berperan sebagai konseptor,
dan penemu dalam pembuatan roket A 4. Pada tahun 1930, seorang
anak muda bernama Werner Von Braun ikut pula merintis peroketan di
Jerman dalam pembuatan roket yang dikenal dengan nama Mirak 1.
Roket ini mempunyai panjang 1,3 meter dan berat 3 kg. Kemudian
dikembangkan menjadi Mirak II, Mirak III dan akhirnya berkembang
menjadi roket V2 yang pertama kalinya dijatuhkan di kota Paris pada
tanggal 6 September 1944. Pada tahun 1934, pengembangan roket
jenis lainnya, yaitu roket A2 dengan massa 150 kg dan gaya dorong
3000 N diluncurkan sampai ketinggian 2,5 km, kemudian pada tahun
1935 dikembangkan roket jenis A3 dengan panjang 7,6 m dan
mempunyai massa awal = 740 kg. Roket ini mempunyai gaya dorong
mencapai tiga kali dari roket A2. Roket A4 diproduksi secara masal
pada tahun 1942, setelah diluncurkan dengan sukses pada tanggal
7
3 Oktober 1942. Roket ini dapat mencapai ketinggian 80 km dengan
daya jelajah 190 km, dalam waktu 60 detik.
Di Amerika Serikat, Robert Goddard (1882-1945) adalah seorang
yang mempunyai banyak berpartisipasi dalam penelitian dan
pengembangan di bidang peroketan, diantaranya adalah tentang
prinsip roket berbagai tingkat, bahan bakar roket cair, sistem propulsi
roket cair, ruang bakar roket, nosel dan lain sebagainya. Pada masa
perang dunia I, la mengembangkan roket cair dengan daya jelajah
2 km dan dikembangkan terus dengan nama: Corporal. Roket ini
diluncurkan pada tahun 1944 dan sudah dapat mencapai ketinggian
70 km. Amerika Serikat sebagai salah satu negara pemenang perang
dunia kedua melawan Jerman, mengambil arsip yang menyangkut
roket V2 dari Peenemunde dan membawa sebagian besar ahli
peroketannya seperti Werner Von Braun dan Dornberger ke Amerika.
Di tempat yang baru, Tim Von Braun mengembangkan roket V2 dan
pertama kali digunakan untuk mengukur pengamatan atmosfir dan
bumi. Untuk tahun-tahun berikutnya, dikembangkan lagi dari roket V2
menjadi roket balistik interkontinental MX 774, di mana roket ini
nantinya menjadi dasar pengembangan roket Atlas. Pengembangan
roket dengan daya jelajah 2800 km dilakukan dalam suatu proyek
bernama "Jupiter" dan pada program proyek Jupiter C, sudah
dikembangkan roket yang dapat mencapai ketinggian 1100 km dengan
daya jelajah 5475 km serta roket tiga tingkat sebagai roket pembawa
satelit.
8
Perkembangan peroketan di negara Uni Sovyet (Rusia ) dipelopori
oleh Konstantin Ziolkovsky (1857-1935). la mengembangkan prinsip
teknik roket berbahan bakar cair. Setelah perang dunia kedua, seperti
juga dengan Amerika Serikat, Uni soviet ( Rusia ) mengambil pula arsip
roket V2, perangkat peralatan untuk produksi roket dan memboyong
karyawan yang bekerja di pabrik roket V2 di Nordhausen ke negara
Rusia. Pada tanggal 18 Oktober 1947, untuk pertama kalinya
diluncurkan roket V2. Perbaikan dan penyempurnaan roket V2
dilakukan di bawah pimpinan Sergei Korolev dan dikembangkan
menjadi roket dengan nama roket R1.
Roket R7 yang merupakan pengembangan roket R1 sudah dapat
membawa satelit Sputnik I. Roket ini mempuyai panjang 29,2 m, lebar
10,3 m, massa awal 270 ton dan dapat membawa muatan 1,3 ton
serta diluncurkan untuk pertama kali pada orbit rendah. Roket ini
merupakan roket dua tingkat, roket tingkat satunya (booster)
mempunyai 5 mesin roket terdiri dari 20 roket kecil berbahan bakar cair
dengan fuel: paraffin cair dan oksidator: oksigen cair. Roket ini
mempunyai masing-masing gaya dorong 250 KN dan dapat membawa
setelit. Pada tanggal 15 Mei 1958, Uni Sovyet untuk pertama kalinya
meluncurkan roket membawa Sputnik 3 dengan berat satelit 1,3 ton.
Sekarang, baik USA maupun Rusia (uni Sovyet) telah maju
sekali dalam dunia peroketan, dan bagaimana perkembangan
peroketan di Asia?.
9
CINA.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, sejarah perkembangan
peroketan di Cina dapat dikatakan sudah cukup lama, yaitu dimulai
pada abad ke 13. Tetapi perkembangan yang lebih jelas lagi dimulai
pada sekitar tahun 1950-an, di mana saat itu pemerintah Cina
mencanangkan proyek" Rencana Pengembangan Sains dan Teknologi
12 Tahun ", yang meliputi pengembangan ilmu pengetahuan tentang
roket, teknologi radio, komputer, teknologi pengendali otomatis sampai
teknologi semi konduktor. Pengembangan proyek ini terbantu dengan
adanya kesepakatan dengan Rusia untuk mentransfer teknologi roket
dan nuklir pada tahun 1956. Pada 9 Februari 1960, Cina dengan tim
peroketan yang dipimpin Qian Xuesen sebagai bapak ruang angkasa
Cina berhasil meluncurkan roket R2 yang ditiru dari Rusia sebagai
roket perdananya. Perkembangan peroketan dilanjutkan dengan
proyek yang lebih besar lagi, yaitu proyek angkasa luar. Tetapi
sayangnya, karena krisis dan perbaikan ekonomi, maka proyek ini
berhenti pada tahun 1980 dan beralih pada proyek pembuatan dan
peluncuran satelit untuk tujuan komersial. Dari tahun 1985 sampai saat
ini, telah puluhan satelit diluncurkan, diantaranya berkat hasil kerja
sama dengan Amerika Serikat. Proyek 921 merupakan program
Nasional Antariksa berawak Cina yang mulai dikembangkan pada
tahun 1992. Adanya kesepakatan dengan Rusia untuk mengalihkan
teknologi ruang angkasanya termasuk teknologi wahana antariksanya
kepada Cina, maka pada bulan Nopember tahun 1999, Cina berhasil
10
melakukan peluncuran perdana "Shenzhou-1" yang merupakan
wahana ruang angkasa tanpa awak. Kemudian wahana antariksa yang
dapat diluncurkan adalah "Shenzhou-2", "Shenzhou-3", "Shenzhou-4"
dan terakhir meluncurkan wahana antariksa berawak "Shenzhou-5".
Cina atau RRC telah mampu membuat roket pengorbit baik untuk LEO,
MEO, GSO dan roket misil/ senjata, seperti SLBM, IRBM dan ICBM.
Pada tahun 2008, Cina mengharapkan dapat meluncurkan roket yang
sanggup membawa beban 15 ton
INDIA
Pada tahun 1962, Negara India telah mendirikan institusinya yang
bernama ISRO (Indian Space Research Organization) dan saat ini
telah mampu membuat roket baik LEO, MEO dan GSO serta roket
balistik/ senjata.
PAKISTAN
Negara Pakistan ini juga tidak mau ketinggalan dengan negara
tetangganya India. Negara ini memulai kegiatan kedirgantaraan pada
tahun 1961 dan saat ini telah mampu membuat roket balistik maupun
misil/ senjata.
JEPANG
Jepang dengan mendirikan NASDA pada tahun 1969 dan berubah
nama kemudian menjadi JAXA. Pada 1990, Badan Luar Angkasa
11
Jepang (ISAS ) telah mampu mengirim misinya ke ruang angkasa dan
saat ini Jepang mampu membuat serta meluncurkan roket LEO, MEO
dan GSO serta roket misil balistik/senjata.
KOREA SELATAN
Korea Selatan pada tahun 1989 telah membentuk institusi yang
bernama Korea Aerospace Research Institute (KARI) dan sekarang
mengembangkan roket- sonda dan roket senjata lainnya.
KOREA UTARA
Korea Utara telah mengembangkan roket balistik maupun misil
dan merupakan saingan dari Korea Selatan.
MALAYSIA
Malaysia mulai mengembangkan kedirgantaraan dan
peroketannya pada tahun 1997 dengan cara mengembangkan terlebih
dahulu teknologi satelit dan membuat satelit mikro " Tiung Sat - 1" dan
mendirikan Malaysian Agency for Space Administration (MASA) pada
awal tahun 2000.
THAILAND
Thailand mengembangkan kedirgantaraannya dengan
mengembangkan teknologi antariksa dalam pembuatan satelit mikro,
»
"Thaipat 1" pada tahun 1997. Pada tahun 2000, Thailand membentuk
12
Geo Informatics and Space Technology Development Agency
(GISTDA).
INDONESIA
Bagaimana Perkembangan Peroketan di INDONESIA ?
Sejarah perkembangan peroketan dan kedirgantaraan di
Indonesia tidaklah terlepas dari perkembangan di Asia dan di dunia.
Setelah Indonesia menyatakan merdeka, Indonesia telah memberikan
perhatian pada pembangunan kedirgantaraan, yaitu dengan mulai
mengirim pelajar- pelajar baik ke Eropa Barat, Eropa Timur dan
Amerika pada era tahun 1950-an dan dilanjutkan pembentukan Dewan
Penerbangan pada tahun 1955. Kemudian Dewan ini dikembangkan
lagi menjadi Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik
Indonesia (DEPANRI) pada tahun 1963 dan pada tahun 1993 menjadi
Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia
(DEPANRI) yang menangani kebijaksanaan umum di bidang
kedirgantaraan (Penerbangan dan Antariksa). Pada era tahun 1960-an
yang merupakan era Indonesia bangkit nasionalisme (peristiwa Dwi
Kora danTri kora) ditandai dengan pengembangan teknologi peroketan
oleh kerja sama Perguruan Tinggi (ITB), AURI dan AD(PINDAD)
sehingga dapat melahirkan proyek penelitian dengan nama
Pengembangan Roket llmiah dan Militer ( Proyek Prima ) dan berhasil
meluncurkan KARTIKA - 1 dengan berat 220 kg Roket tersebut
diluncurkan pada 14 Agustus 1964 dari Pameungpeuk, Jawa Barat
13
(Gambar 1). Selain itu dibuka studi teknik Penerbangan di ITB pada
tahun 1962.
14
Seperti halnya DEPANRI hanya, dalam perkembangannya LAPAN
berubah kepanjangan namanya menjadi Lembaga Penerbangan ;dan
Antariksa Nasional berdasarkan Keppres Nomor 24 tahun 1974 sampai
saat ini.
1 Penelitian awal roket sampai dengan Uji Statik dan Uji Terbang
a) Mengenal Peroketan
Pengenalan awal saya pada peroketan dalam bentuk suatu
kesatuan yang utuh, yaitu roket ,yang terdiri dari tabung motor roket
yang berisi bahan bakar roket/propelan dan nosel, beban guna
(payload) serta beberapa bagian atau komponen lainnya dimulai saat
saya masuk ke Proyek SWASAT - LAPAN pada tahun 1975. Bermula
dari mempelajari buku peroketan seperti buku Rocket Propulsion
karangan M. Barrere, dan buku Rocket Propulsion Elements karangan
George P Sutton, yang merupakan buku pintar peroketan pertama
yang saya ketahui. Kemudian untuk mengenal lebih lanjut dunia
peroketan, maka saya bersama kawan-kawan se-proyek mengikuti
kursus roket KAPPA - 8, yaitu jenis roket ilmiah meteorologi
(sounding rocket) dua tingkat dengan booster (tingkat satu)
berdiameter 420 mm dan roket sustainer (tingkat dua) berdiameter
250 mm. Roket-roket ini buatan Jepang dan memakai bahan
bakar/propelan padat polisulfida dengan sistem case bounded' serta
15
telah berhasii diluncurkan ke atmosfir Indonesia oleh LAPAN, tepatnya
di Stasiun Peluncuran di tepi pantai Cilauteureun - Pameungpeuk -
Garut Selatan, Jawa Barat sebanyak 3 buah dari tipe KAPPA-8 dan
KAPPA-9 M dengan ketinggian yang dapat dicapai dari sekitar 200 km
sampai 334 km pada bulan Agustus 1965 (Gambar 2), Dari hasil
peluncuran tersebut dapat diketahui untuk pertama kalinya, data
atmosfir kita yang masih kosong. Kemudian dilanjutkan lagi dengan
kursus roket SA-75 atau roket B 750 BK, yang merupakan roket/ peluru
kendali senjata darat ke udara yang membawa warhead, dan dipakai
untuk menembakkan pesawat pemburu / pesawat pembom yang
melintasi udara kita. Roket ini juga terdiri dari dua tingkat, di mana
tingkat pertama berisi propelan (bahan bakar roket) padat double base
Nitrogen Cellulose + Nitrogen Gliserin dalam bentuk batang silinder
pejal sebanyak 14 buah dengan berat 550 kg dan bekerja dengan gaya
dorong 40 ton selama kira-kira 3-4 detik. Sedangkan roket tingkat dua
(sustainer) menggunakan propelan cair hipergolik, terdiri dari fuel yang
berupa campuran isomerxilidin dengan triethilamine dan oxidizer dari
jenis IRFNA (Inhibited Red Fuming Nitric Acid) yang memiliki
kandungan Asam nitrat dengan Nitrogen Oksida. Roket tingkat dua ini
bekerja dengan gaya dorong 3 ton selama kira-kira 57 - 63 detik
dengan daya jangkauan ketinggian 25-35 km serta mempunyai
kecepatan terbang kira-kira 1000 meter/detik. Roket tersebut buatan
Rusia yang dipercayakan kepada KOHANUDNAS-AURI-Departemen
Pertahanan Keamanan untuk mengoperasikannya.
16
Sumber: Humas LAPAN
Gambar 2. Roket KAPPA - 8 akan diluncurkan LAPAN
17
oksidizer, uji statik roket cair terjadi kegagalan karena adanya
kebocoran pada feed system -nya .
18
seperti genangan kerbau apalagi bila bepergian di musim hujan.
Biasanya, jikalau akan mengadakan penelitian di sana, diharapkan
menginap di mess LAPAN sebagai base camp kira-kira 3 sampai 5 hari
kerja. Tempat ini berjarak kira-kira 3 km dari lokasi penelitian
Tarogong. Penerangan pada waktu itu belum seperti sekarang ini,
masih dilakukan dengan bantuan genset yang dapat menyala sampai
pukul 22.00 WIB.
19
a. Sifat Fisika :
-. Berat Jenis : 1,7162 gr/cm3
-. Kekerasan : 70 - 90 Shore A
-. Kuat tarik : 14-17,5 kg/cm2
-. Perpanjangan : 18-45%maks.
-. Modulus Elastisitas : 147,6-196,8 kg/cm2
-. Suhu nyala : 135° C
b. Sifat Balistik:
-. Tekanan Eksponen ( n) : 0,435
-. Konstanta Kecepatan Pembakaran (a ): 0,187
-. Rasio Panas Spesifik (y ) : 1,217
-. Panas Pembakaran ( AH ) : 1200 kal/gram
-. Suhu Ruang Bakar (Tc) : 1784° K
-. Kecepatan Pembakaran (r) pd 1000 psi: 1,1 cm/detik
-. Kecepatan Karakteristik ( C*) : 1450 m/detik.
Sumber: Data Roket Superloki
Pembuatan propelan padat yang dilakukan oleh LAPAN adalah
proses free Standing (prosesnya tidak bersama-sama dengan tabung
motor roket), dan harus melalui beberapa tahap, yaitu
1. Penimbangan bahan baku. Penimbangan ini dilakukan masing-
masing baik fuel, fuel binder, oksidator kasar dan halus, bahan
akselator maupun katalis.
20
2. Pre mixing (Pencampuran pendahuluan), yaitu mencampur bahan
bahan tertentu saja.
3. Mixing (Pencampuran), yaitu mencampur bahan-bahan lainnya yang
sudah ditimbang satu persatu sesuai dengan prosedur ke dalam
mixer.
4. Casting (Pencetakan), adonan propelan yang berbentuk slurry
dicetak dalam suatu cetakan (mandril) sesuai dengan bentuk
batang propelan (grain) yang telah dirancang.
5. Curing (Pemasakan/pematangan), propelan yang sudah dicetak
kemudian dimasak pada suhu dan waktu tertentu.
6. Decoring (Pelepasan mandril), yaitu melepaskan mandril dari
cetakan propelan yang sudah masak.
7. Penyimpanan batang propelan yang sudah jadi.
O-l
penggumpalan, walaupun sudah ditambah dengan anti kuagulasi
Magnesium Stearat.
2. Kecepatan putar per menit dan lamanya pengadukan yang harus
direkomendasikan di mixer agar adonan (slurry) tidak mentah atau
matang sebelum waktunya atau dapat pula terjadi penggumpalan
dari slurry pasta propelan di-mixer, yang disebabkan diantaranya,
ialah tidak tepat ukuran volume bahan propelannya.
3. Kesalahan dalam pencetakan akan mempengaruhi banyak dan
besar rongga-rongga udara (porositas) pada batang propelan.
4. Pemasangan mandril dan penarikan mandril dari cetakan yang
tidak tepat akan mempengaruhi kerusakan batang atau permukaan
propelan.
5. Lamanya pematangan (curing) batang propelan yang tepat
waktunya.
6. Banyak lagi hal-hal yang harus diperhatikan, seperti transportasi ke
ruang penyimpanan dan kondisi ruang penyimpanan, seperti
kelembaban, suhu dan letak penyimpanan batang propelan yang
harus lurus dan horisontal.
Semua ini akan mempengaruhi hasil batang propelan padat yang
sudah jadi dan sudah dicetak, seperti keropos/banyak pori, retak di
dalam dan di permukaan batang propelan, terlampau keras atau lunak
batang propelan, penyebaran butir-butir oksidator ammonium perklorat
yang tidak merata di propelan, batang propelan yang tidak lurus, dan
banyak lagi yang dapat terjadi pada batang propelan yang sudah jadi.
??
c.2 Pengujian propelan
Pengujian batang propelan dilakukan diantaranya dengan uji
kecepatan pembakaran, pengujian cacat propelan, dan pengujian kuat
tank.
Untuk mengetahui kecepatan pembakaran propelan (R) dilakukan
dengan uji memakai alat strand burner atau closed Bomb. Data yang
dihasilkan berupa nilai eksponen tekanan pembakaran (n), nilai
koeffisien pembakaran (a) dan nilai kecepatan pembakaran (r). Bila
nilai "n" mendekati satu , kecepatan pembakaran dan tekanan
pembakaran akan menjadi sangat sensitif satu sama lain dan
cenderung menyebabkan ledakan dalam beberapa mili detik,
sedangkan nilai "n" yang kecil atau mendekati nol akan menghasilkan
pembakaran yang tidak stabil dan ada kemungkinan akan terjadi
pemadaman sendiri. Nilai "a" merupakan konstante empiris yang
dipengaruhi oleh suhu batang propelan dan orientasi permukaan
batang propelan dalam hubungannya dengan teknik proses pembuatan
propelan seperti pemakaian vakum selama mixing, casting dan
tranportasi juga vibrasi selama casting. Nilai "r" dapat dipakai untuk
menyempumakan formula propelan, kontrol kualitas serta membantu
dalam perancangan motor roket.
23
dengan memakai film D-7. Sedangkan pengujian kuat tarik dilakukan
untuk mengetahui kekuatan batang propelan tersebut.
24
formula campuran kimia untuk sambungan diperlukan beberapa
persyaratan lagi, diantaranya, ialah mempunyai kuat tank yang lebih
besar dari propelannya, tidak mudah patah atau retak disambungan
dan tidak menghambat pembakaran propelan.
Seperti juga pada pembuatan propelan, banyak masalah yang
harus dihadapi dalam menangani pemakaian dan pemasangan liner,
inhibitor dan sambungan. Selain formula yang tepat untuk liner,
inhibitor dan sambungan, juga peralatan yang diperlukan untuk
pekerjaan itu, dan tak kalah pentingnya adalah teknik pemasangannya.
Adapun permasalahan yang timbul pada waktu pemakaian dan
pemasangan liner, inhibitor dan sambungan adalah berawal dari
ketidaktahuan mengenai bahan liner, inhibitor atau sambungan serta
ketiadaan bahan liner, inhibitor dan sambungan di pasaran Indonesia.
Untuk mengatasi hal itu, kami mencoba melakukan penelitian bahan-
bahan untuk dipakai sebagai liner, inhibitor dan sambungan dari hasil
membaca literatur yang berhubungan dengan itu sampai mencoba
mengamati liner di dalam roket KAPPA-8. Penelitian bahan liner
dimulai dari pemakaian kain asbes dengan bahan perekat yang
mempengaruhi loading density sampai akhirnya ditemukan formula
liner dari kain berserat gelas dicampur dengan bahan perekat kimia
yang dapat mengurangi loading density. Dalam hal pemakaian liner
pada batang propelan yang akan dimasukkan ke dalam tabung motor
roket yang mempunyai selisih jarak radial 2 -5 mm dan merekatkannya
ke dinding motor roket dilakukan dengan penelitian teknik mengecor
memakai alat vibrator yang dibuat sendiri.
Beberapa hal dapat terjadi bila liner, inhibitor dan sambungan tidak
memenuhi syarat, diantaranya adalah :
1. Bila pada waktu pemasangan liner ke dalam tabung roket yang
hanya berjarak beberapa mili meter kurang baik/sempurna dan
merata, ini akan menyebabkan terjadinya aliran panas pembakaran
propelan ke dinding roket dalam waktu yang singkat ( mili detik)
2. Tidak baik dan meratanya pemasangan inhibitor akan menyebabkan
mengalirnya panas pembakaran propelan ke celah-celah penutup
(cap) atau sisi dalam nosel.
3. Tidak baik dan meratanya sambungan propelan akan menyebabkan
mudah patah atau terhambatnya aliran panas pembakaran
propelan.
Semua ini dapat menaikan tekanan pembakaran (chamber pressure)
yang tiba-tiba (over pressure) atau kenaikan panas yang tiba-tiba
(over heating), yang pada akhirnya dapat mengganggu
ketidakstabilan roket tersebut atau ledakan roket.
Semua hal tersebut perlu mendapat perhatian agar jangan terjadi
pecahnya tabung pada uji statik atau uji terbang karena timbulnya
tekanan pembakaran atau panas yang tiba-tiba terlalu besar.
d. Penelitian Igniter
Suatu sistem penyala awal yang disebut igniter mempunyai peran
penting agar propelan dapat terbakar dan tidak menimbulkan shok
26
pada propelannya. Penelitian igniter dari jenis, tipe, ukuran dan bahan
isian yang dapat dipakai disesuaikan dengan jenis, tipe, ukuran
propelannya. Contohnya untuk propelan bentuk bintang dengan
panjang 2500 mm dan berdiameter 250 mm dipakai sistem igniter tipe
basket yang mempunyai tiga tahap pembakaran, yaitu penyala awal
(preliminary charged), booster charged dan penyala utama (main
charged).
a. Uji Statik
Awal uji statik Roket RX buatan LAPAN dimulai pada tanggal 11
Oktober 1980, yaitu RX - 01. Roket ini menggunakan propelan padat
komposit polisuifida bentuk bintang 7 dengan ukuran diameter batang
propelan (grain ) = 140 mm dengan panjang 2000 mm.
Roket RX - 01 diuji pada tanggal: 11 Oktober 1980 dengan data yang
diperoleh, adalah
-. Gaya Dorong ( Thrust) awal : 3300 kg
-. Gaya Dorong Maksimum : 3800 kg
-. Tekanan Pembakaran awal : 71,1 kg/cm2
-. Tekanan pembakaran maksimum : 76,3 kg/cm2
-. Waktu pembakaran sampai pada tekanan pembakaran maksimum =
0,32 detik. Roket ini meledak pada detik ke 0,45 setelah menyala.
27
Bagian tengah tabung sampai ke ujung depan nose! pecah serta nosel
terlempar.
Roket RX-02 diuji pada tanggal 22 Oktober 1980 dan diperoleh data
sebagai berikut:
-. Gaya Dorong awal : 3400 kg
-. Gaya dorong maksimum : 3500 kg
-. Tekanan pembakaran awal : 68,4 kg/cm2
-. Tekanan pembakaran maksimum : 72,4 kg/cm2
-. Waktu pembakaran sampai pada tekanan pembakaran maksimum =
0,5 detik. Roket ini meledak juga pada detik ke 0,5 setelah menyala.
Bagian tengah tabung sampai ke ujung depan nosel pecah serta nosel
terlempar (Gambar 3)
Roket RX-03 diuji pada tanggal 22 Oktober 1980 diperoleh data
sebagai berikut:
-. Gaya Dorong awal :3100 kg
-. Gaya dorong maksimum : 4500 kg
-. Tekanan pembakaran awal : 71,1 kg/cm2
-. Tekanan pembakaran maksimum : 92,1 kg/cm2
-. Waktu pembakaran sampai pada tekanan pembakaran maksimum =
0,3 detik. . Roket ini meledak pula pada kira-kira detik ke 0,6 setelah
menyala. Bagian tengah tabung sampai ke ujung tutup depan (cap)
pecah. Penutup (cap) dan penumpu load cell terlempar keluar,
sedangkan tabung bagian belakang masih terikat dengan nosel.
28
Gambar 3: Contoh Uji Statik roket RX-150 yang meledak
29
Dari kegagalan ketiga motor roket seri RX hasil pengujian
tersebut, maka dilakukan penelitian sebab-sebab kegagalannya,
diantaranya banyak hal yang perlu diperhatikan lagi mulai dari:
1. Sistem propulsi. Terjadinya pembakaran erosi (erosive burning) dan
tekanan pembakaran yang melebihi dari tekanan perancangan
(+50 kg/cm2) dan melebihi kekuatan sambungan tabung dengan
nosel dan cap. Juga pengaruh tegangan panas (thermal stress)
yang tiba-tiba naik cepat sekali.
2. Pada propelan : dapat terjadi karena komposisi yang belum tepat,
banyaknya pori-pori (porous) yang terdapat dalam propelan atau
retak dalam, sambungan yang kurang baik, pemakaian liner dan
inhibitor yang kurang baik dan beberapa faktor lainnya.
3. Pada sistem asembling motor roketnya.
30
2. Tipe RX 150 - 1500 merupakan motor roket dengan diameter 150
mm dengan panjang 1500 mm terdiri dari seri RX-08, RX-10,
RX-15, RX-16, RX-21, RX-31, RX-34, RX-40 dan RX-42.
Panjang batang propelan yang dipakai adalah 1440 mm,
1450 mm, 1480 mm, dan 1490 mm. Nosel yang dipakai mempunyai
dimensi ukuran, adalah luas kerongkongan 32,17 cm; 35,84 cm;
35,28 cm dan 36,21 cm
3. Tipe RX 150-2000 merupakan motor roket dengan diameter
150 mm dengan panjang 2000 mm. Roket ini terdiri dari seri
RX-30 dan RX-33. Panjang batang propelan = 192 mm dan 194
mm. Dimensi ukuran nosel, adalah luas kerongkongan 35,26 cm;
sudut bagian konvergen 40° dan bagian divergen 6°. Semua uji
statik ini selain untuk mengetahui panjang nosel yang tepat
(ekspansi optimum), juga untuk mengetahui impuls spesifik dari
propelan.
b. Uji Terbang
Uji terbang dilakukan di lokasi peluncuran roket tepi pantai
Cilauteureun - Pameungpeuk, Garut, Jawa barat selatan. Peluncuran
perdana dilakukan pada tanggal 29 April 1981 dengan roket satu
tingkat RX 150-1500 sebanyak satu kali dari seri RX-11 dengan
propelan polisulfida, dilanjutkan pada tanggal 1 4 - 1 5 Agustus 1981
sebanyak 4 buah dari tipe RX 150 - 1500, tanggal 14-15 Januari 1982
diluncurkan dari seri RX 23, 25 dan 26, di mana pada seri Rx 23 roket
31
meledak. Peluncuran dua tingkat dimulai pada tanggal 14 -15 Januari
1982 dengan diameter roket 150 mm -150 mm. Peluncuran dua tingkat
150 mm -250 mm dan 250 mm - 250 mm dilakukan mulai tanggal 29
Maret 1988. Peluncuran ke peluncuran terus dilakukan tahun ke tahun
baik roket bertingkat satu, atau bertingkat dua dengan diameter 150
mm, atau 250 mm dengan panjang 1500 mm, 2000 mm (Gambar 4
dan 5).
32
Gambar 5: Roket RX 250 /150 dan RX 250/250
Adapun tipe roket yang pernah diuji terbang satu tingkat, adalah
RX 150 - 1000, RX 150 -1500, RX 150 -2000, RX 250 - 2000,
RX 250 -2500, dan RX 250 - 3000. Sedangkan roket bertingkat dua
yang pernah diluncurkan, adalah Roket RX 150 - 1000 dengan
RX 150 -1500; RX 150 - 1000 dengan RX 150 - 2000; RX 250 - 2000
dengan RX 250 - 3000, dan RX 150 - 1500 dengan RX 150 - 2500.
Sedangkan ada beberapa roket yang belum siap diluncurkan,
diantaranya, ialah Roket SOB dan Roket Kendali (Gambar 6 dan 7).
Adapun awal bahan bakar (propelan) padat yang dipakai, adalah jenis
polisulfida, kemudian poliuretan yang peluncurannya dimulai pada
33
tanggal 23 Maret 1987 dan berakhir pada tanggal 25 Agustus 1993.
Setelah itu memakai propelan polibutadiene CTPB dan HTPB dengan
konfigurasi batang propelan (grain propellant) bintang tujuh.
Peluncuran roket menggunakan propelan poli butadiene HTPB baru
dimulai pada tanggal 1 5 - 1 6 Nopember 1995 dengan roket satu
tingkat berdiameter 250 mm. Pengujian terbang ini dilakukan untuk
mengetahui performance roket, slank range, ketinggian, gerakan dan
percepatan roket, serta kestabilan roket.
RX-250-150/SOB
34
Gambar 7: Roket Kendali yang siap diluncurkan.
35
peluncur satelit dan juga penelitian roket kendali pasif dan aktif serta
jenis roket lainnya.
Penelitian tersebut meliputi:
a. Penelitian Tabung dan nosel
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan tabung dan nosel
yang lebih ringan dan kuat. Dengan demikian dapat mengurangi
loading density dan dapat menaikkan daya jangkau terbang roket
atau ketinggian roket.
b. Penelitian Propelan
Penelitian ini untuk mengembangkan perancangan konfigurasi
batang propelan baik konfigurasi tunggal dan ganda atau dual grain
serta perancangan batang propelannya sendiri dari batang propelan
bentuk bintang 7, bentuk wagon wheel, silinder, hollow serta bentuk
sigaret, multi grain, bentuk wagon - silinder, dan bentuk lainnya.
Selain itu pula dilakukan pengembangan penelitian propelan untuk
menaikkan Impuls spesifiknya di atas 210 detik.
c. Penelitian Igniter
Penelitian sistem igniter meliputi penelitian untuk roket kecil, besar,
igniter sistem ganda dan sistem igniter untuk keperluan lainnya.
Peluncuran demi peluncuran telah dilakukan pula seperti
peluncuran roket standard 150 mm, 250 mm, roket kendali atau
roket jenis lainnya. Seperti pada tanggal 8 Mei 2002, dimulai
peluncuran roket kendali pasif seri RX 150, yaitu RX 1512
(Gambar 8) dan RX 1712 (Gambar 9)
36
Gambar 8: Roket RX 1512 siap diluncurkan
37
Gambar-9: Roket seri 1712 diluncurkan
38
Selain itu, negara-negara lain terutama negara Asia yang telah maju
dalam peroketan dart keantariksaannya, yang mana dalam hal ini
merupakan tantangan untuk memajukan LAPAN di masa yang akan
datang, kami memandang perlu LAPAN :
1. Untuk mengembangkan lagi kemampuan peroketannya, baik dalam
daya jangkau atau ketinggian terbang sebagai roket pembawa
satelit mikro. Untuk maksud ini telah mulai dirancang roket satu
tingkat berdiameter 520 mm dan dua tingkat berdiameter
420 dan 250 mm.
2. Untuk roket-roket kecil yang memeriukan batang propelan (grain)
dalam bentuk kecil dan panjang (diameter 1-2 mm dengan panjang
kira-kira 100 cm), maka perlu dilakukan lagi penelitian dari jenis
lainnya, seperti jenis propelan padat double base (DB) atau
Composite Modified Double Base ( CMDB ).
Sehingga di masa mendatang Indonesia tidak lagi merasa tertinggal
dengan negara lain di bidang antariksa.
39
UCAPAN TERIMA KASIH
40
3. Yang terhormat: Bapak-Bapak Mantan Pejabat Struktur Eselon I
sampai Pejabat Struktur jajaran dibawahnya.
4. Yang terhormat: Bapak Kepala Deputi Teknologi Dirgantara, Bapak
Kepala Pusat Teknologi Wahana Dirgantara, Kepala Bidang
Propulsi, dan Pejabat Struktur di bawahnya di lingkungan
kedeputian Teknologi Dirgantara.
5. Yang terhormat: Bapak dr.Umar Thorik, mantan karyawan LAPAN.
6. Yang terhormat: Bapak-Bapak dan Ibu-lbu Pejabat Fungsional
LAPAN terutama yang telah banyak bekerja sama melakukan
penelitian di bidang peroketan.
7. Yang terhormat Bapak-Bapak dan Ibu-lbu sesama karyawan yang
telah banyak bekerja sama dalam melakukan penelitian .
8. Yang terhormat: Bapak dan Ibu yang telah berpartisipasi dalam
membantu saya dalam penulisan orasi ini.
9. Yang saya cintai Orang tua, isteri dan anak-anak dan keluarga yang
banyak membantu sampai saat ini. Dan tida lupa, sekali lagi Saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan &
doanya.
41
DAFTAR PUSTAKA
42
7. Sarmidi, 1980, " Perancangan Mula Konstruksi Motor Roket Padat
Tipe 15/200", Proceeding Diskusi Teknik Penelitian dan
Pengembangan Roket Sonda 11-12 Nopember 1980,
Memorandum Teknik, LAPAN 8305, Jakarta.
8. Nasir.R., Sukandi, Elly Rosman, Sjaflan Sumar, 1984, "Metoda
Perekatan Propelan Ke Tabung Roket RX - 150 ", Proceeding
Pertemuan llmiah Pengembangan Teknologi Peroketan
25-26 April 1984, LAPAN TKH 8529, Terbitan Khusus, Jakarta.
9. Nasir,R.,Sukandi, 1984, "Pengukuran Kecepatan Pembakaran
Propelan Polisulfida Lp 33", Proceeding Pertemuan llmiah
Pengembangan Teknologi Peroketan 25-26 April 1984, LAPAN
TKH 8529, Terbitan Khusus, Jakarta.
10. Rosman, Elly.S. Sukandi Nasir R. Sjaflan Sumar. 1984, "Pengujian
"Adhesive" Yang Digunakan Sebagai Bahan "Liner" Secara
Mekanis", Proceeding Pertemuan llmiah Pengembangan Teknologi
Peroketan 25-26 April 1984, LAPAN TKH 8529, Terbitan Khusus,
Jakarta.
11. Sumar, Sjaflan. Sukandi Nasir R, Elly Rosman, 1984, "Penelitian
Cacad Propelan dengan Sinar X", Proceeding Pertemuan llmiah
Pengembangan Teknologi Peroketan 25-26 April 1984, LAPAN
TKH 8529, Terbitan Khusus, Jakarta.
12.Prawiraatmadja, Rahardjo, 1984, " Evaluasi Hasil Uji Statik Motor
Roket Seri 150", Proceeding Pertemuan llmiah Pengembangan
43
Teknologi Peroketan 25-26 April 1984, LAPAN TKH 8529, Terbitan
Khusus, Jakarta.
13.Subandhi, Kisman, 1984, " Program Penelitian Peroketan LAPAN
dalam PELITA V", Warta LAPAN No:16, Juli 1984, ISSN 0216 -
9754, LAPAN, Jakarta.
14.Barrere.M, A.Jaumotte, A.F De Veubeke.and J.Vandenkerchove,
1960, "Rocket Propulsion", Elsevier Publishing Co, Amsterdam.
15.Sutton, G.P dan D.M.Rose, 1976, "Rocket Propulsion Elements",
John Wiley and Sons, Inc. New York, USA.
16.Sutton, George P dan Oscar Biblarz, 2001, "Rocket Propulsion
Elements", John Wiley and Sons, Inc. New York, USA.
17.Dardare,J, J.Meriguet, L. Vaiihe, 1975, "Reacteurs - Fusees", Tome
II, Les Propulsieurs & Poudre, Ecole Nationale Superieur de
Laeronautique et de I'Espace," Departement Propulsion, Perancis.
18.Komando Pertahanan Udara Nasional," Pengetahuan Umum Dasar
Roket B 750 BK dan Pengendaliannya, Departemen Pertahanan
Keamanan.
19.Sebayang,Darwin,2000,"Pengalaman, Tantangan dan Kontribusi
terhadap Rencana Meluncurkan LEO , Pelatihan Peneliti LAPAN
dalam Bidang Konstruksi Ringan, Jakarta
20.Chawari ,M, dkk, 2002, "Studi Kelayakan Landasan Luncur Roket
LAPAN - Pameungpeuk", Pusat Teknologi Wahana Dirgantara,
LAPAN
44
21.Fokal, Majalah 2003, "Pekan Kedirgantaraan Nasional 2003", Vdl.3,
No." 3 - 4., ISSN 1414 - 8055, LAPAN.Jakarta.
22. Proposal Pekan Kedirgantaraan Nasional II di Jakarta.
23.Davenas, Alain,1993, " Solid Rocket Propulsion Technology"
Pergamon Press, England.
24.Ferdham, S, 1980, " High Explosives and Propellant", Cetakan
kedua, Pergamon Press Ltd, England
25.Shorr, Morton and A.J. Zaehringer, 1967, " Solid Rocket
Technology", John Wiley and Sons, Inc, USA.
26. Richards, T.Barbour, 1981, " Pyrotechnic Industry ", Mc. Graw Hill,
USA.
27.Nichiyu Giken Kogyo Co,Ltd, "Pyrotechnic", Jepang.
28. Sugiarmadji, B.Gultom, Soegiyo,1977, " Uji Statik Motor Roket
KAPPA-8, Pusrigan-LAPAN", Bandung.
29.Canepa,Mark B, 2002, "Modern High-Power Rocketary", Trafford
Publishing , Canada.
30.DEPANRI, 2004, "Laporan Kongres Kedirgantaraan Nasional
kedua", Jakarta, Indonesia.
31. Laporan hasil terbang RX 1512 dan Rx-1712
45
Riwayat Hidup
46
13. Pendidikan :
a). Umum
> Sarjana Muda (S 0 ) Kimia Teknik IKIP JAKARTA, tamat tahun
1971
> Sarjana ( Si ) Kamia Teknik IKIP JAKARTA, tamat 1974
> S2 Magister Manajemen Keuangan, tamat tahun 1996.
47
> Pendidikan "Spesialisasi Teknik Spatial dan Aero space" di
Perancis, tahun 1986 - 1988
> Latihan/ training di "Ariane Space Centre" di Perancis, tahun
1988
> Latihan/training "Property surveys, Appraisal and Valuation" di
Jakarta, tahun 1990
> Sekoiah Pimpinan Administrasi Tingkat Madya di Jakarta, tahun
1991/1992
> Kursus T.O.T. tingkat DKI tahun 1995
> Pendidikan dan Latihan "Perancangan Konstruksi ringan dan
Aplikasi Meth.Lab" di Jakarta, tahun 1997
49
> Riwayat Pekerjaan
a. Mengajar di S.T.M. 1969 -1971
b. Bekerja di Industri Tinta Cetak" Sidney Cook" tahun 1972
c. Bekerja di DKI tahun 1973 - 1978
d. Bekerja di LAPAN tahun 1978 sampai sekarang dalam
pekerjaan :
1) Sebagai Kepala Kelompok Penelitian tentang
pemilihan bahan komposit untuk pembuatan kompone-
komponen roket meteorology LAPAN 1992/1993
2) Sebagai Kepala Kelompok Penelitian Prototipe Tabung
Diameter 150 mm dari Bahan Konstruksi Ringan
1993/1994
3) Sebagai Kepala Kelompok Penelitian Lapisan Keramik
pada Bagian dalam Nosel Tahun 1994/1995
4) Sebagai Kepala Kelompok Penelitian Pembakaran
Ujung
5) Roket K - Round dengan Kawat Logam 1995/1996
6) Sebagai Kepala Kelompok Penelitian Sistem propulsi
Pembakaran Ujung dengan Motor Roket K - Round
dan Kawat Perak 1996/1997
7) Sebagai Kepala Kelompok Penelitian Pembuatan
Mandril Bentuk Wagon Wheel - Silinder 260 - 3000
mm.tahun 1997
8) Sebagai Kepala Keiompok Penelitian dan
Pengembangan Sistem Propulsi Motor Roket Standard
180 mm Memakai Sumbu Kawat Perak 3 buah.tahun
1998
9) Swbagai Anggota Keiompok dalam Penelitian dan
Pengembangan Motor Roket Cair dengan Bahan
Cryogenik 1990/1991
10) Sebagai Anggota Keiompok Penelitian Bahan
Cryogenik Roket Cair 1993/1994
11) Ketua Panitia Lokakarya Interaktif Nasional I Jakarta
26 - 2 - 2000
12) Anggota Panitia Kiprosat tahun 2000 - 2003
13) Anggota Redaksi Majalah llmiah Teknologi Dirgantara
2002 - Sekarang
14) Anggota Keiompok Kerja Pakar Deputi Teknologi
Dirgantara 2001 -2002
15) Anggota merangkap Sekretaris Komisi Pakar Pusat
LAPAN 2003 - 2004
16) Sebagai Ketua Keiompok Penelitian Sistem Igniter
2003
17) Sebagai Ketua Keiompok Penelitian dan Pembuatan
Sistem Igniter 2004
51
KARYA ILMIAH YANG DIHASILKAN
53
20. Pembakaran propelan Padat Polibutadien HTPB pada Sistem
Pembakaran Ujung (Penulis Pertama dalam Jurnal Nusantara
Kimia, ISSN 0854-654)
21.0ptimalisasi Bahan Isian Utama Igniter untuk Propelan Cair
nonHipergolik (Penulis Tunggal dalam Proceeding Teknologi
Dirgantara LAPAN no. D-lll/02-94, Des.1994)
22.Pemilihan Jumlah Bintang pada Grain bentuk Bintang (penulis
kedua dalam Proceeding Teknologi Dirgantara LAPAN no.
D-lll/02-94, Des 1994)
23. Perancangan Awal Propuisi Motor Roket Konfigurasi Ganda
Wagon Wheel - Silinder yang Optimal Diameter 420 mm dan
Panjang 4000 mm denga bentuk Kurva Plateau (Penulis Ketiga
dalam Majalah LAPAN No.87, tahun ke XXII, Okt.1998, ISSN
0126-0480)
24. Menentukan Isp Bahan Bakar Roket Padat Poli Butadiena
Berujung Hidroksil ( HTPB ) (Penulis kesatu dalam Proceeding
Seminar Nasional VIII Kimia dalam Industri dan Lingkungan
ISSN 0854-4778)
25.Penentuan Laju Pembakaran Propelan HTPB Bersumbu Kawat
Perak dengan Alat "Strand Burner " (Penulis Pertama dalam
Proceeding Seminar Himpunan Kimia Indonesia, ISBN 979-
99799-0-2)
26.Analisis Gaya Dorong Roket Berbaha Bakar HTPB bentuk
Bintang (Penulis kedua dalam Proceeding Seminar Nasional VIII
Kimia dalam Industri dan Lingkungan ISSN 0854-4778)
27. Penentuan Nilai Kalor Propelan Padat Komposit HTPB (Penulis
Pertama dalam Proceeding Nasional ke I Kimia Analisis ISSN
0844-4778)
28. Mencermati Pola Tingkah Laku Pembakaran Propelan HTPB
Bintang Enam (Penulis Pertama dalam Proceeding Nasional ke I
Kimia Analisis ISSN 0844-4778)
29.Analisis Oksidator Amonium Perklorat denga Alat PSA - 2
(Penulis Pertama dalam Proceeding Seminar Nasional VIII
Kimia dalam Industri dan Lingkungan ISSN 0854-4778)
30. Analisis Sistem Propuisi Motor Roket Tipe Pembakara Sigaret
dengan Sumbu Kawat Perak (Penulis kedua dalam Proceeding
Seminar Nasional VIM Kimia dalam Industri dan Lingkungan
ISSN 0854-4778)
31.Perancangan Propelan Padat bersumbu Kawat Perak pada
Sistem pembakaran Ujung (Penulis kedua dalam Proceeding
Seminar Nasional IX Kimia dalam Industri dan Lingkungan,
ISSN 0854-4778)
32.Pengaruh Propelan Sambungan terhadap ketidak setabilan
pembakaran (Penulis Pertama dalam Proceeding Seminar
Nasional IX Kimia dalam Industri dan Lingkungan, ISSN 0854-
4778)
55
33.Pemakaian Bahan Keramik QF-180 sebagai pelapis aluminium
untuk Nosel Roket (penulis kedua dalam Jurnal Nusantara Kimia
No.1.2,Vol.VI!,thn ke-7,2000, ISSN 0854-6541)
34.Analisis Hasil Rancangan Motor Roket Propelan Padat Butalite
berkonfigurasi ganda Wagon wheel - Silinder 260 - 3000 mm
(Penulis kedua dalam dalam Jurnal Nusantara Kimia
No.1,2,Vol.VII,thn ke-7,2000, ISSN 0854-6541)
35. Uji Kekuatan "Liner" dengan cara pembakaran Motor Roket
Padat (Penulis Pertama dalam Proceeding Seminar Nasional I
Aplikasi Kimia dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan, ISSN 0854-4778)
36. Menentukan Nilai Kualitas Propelan dari Hasil Perhitungan dan
Uji Statik (Penulis kesatu dalam Proceeding Seminar Nasional I
Aplikasi Kimia dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan, ISSN 0854-4778)
37.Pembuatan sudu Turbin dari Bahan Keramik "ZTA" (Penulis
Pertama dalam Jurnal llmu dan Rekayasa teknologi Industri,
Vol.1, nomor4, Oktober2001, ISSN 1411-4275)
38.Effek Keberadaan Aluminium dalam Propelan Komposit
terhadap perubahan Impuls Spesifik (Penulis Tunggal dalam
Jurnal llmu dan Rekayasa teknologi Industri, Vol.1, nomor 4,
Oktober2001, ISSN 1411-4275)
39. Pengaruh Perubahan Diameter Kerongkongan Nosel terhadap
Kinerja Motor Roket (Penulis Tunggal dalam Jurnal Antariksa
Nasional, Vol.4,No.1, sept.2001, ISSN 1411-5042)
40. Pengaruh Perubahan Komposisi Propelan Padat HTPB
terhadap Kinerja Motor Roket (Penulis Pertama dalam Jurnal
Nusantara Kimia No.1.2,Vol.VII,thn ke-7,2000,ISSN 0854-6541 )
41.Penggunaan teknik Plasma pada Pelapisan Bagian Nosel
(Penulis Pertama dalam Jurnal Nusantara Kimia,Vol.VIII,No.1
Januari 2001, ISSN 0854-6541)
42. Analisis Balik Perancangan Nosel Motor Roket RX 250-2000
(Penulis Tunggal dalam Jurnal Antariksa Nasional Vol.5 No.1,
Maret2002, ISSN 1411-5042)
43. Pengaruh Penggantian TDI dengan IPDI terhadap Impuls
Spesifik Propelan (Penulis Tunggal dalam Prosiding Seminar
Nasional II " Aplikasi Kimia dalam Penglolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan. Yogyakarta 23-24 Juli 2002, ISSN 0854-
4778)
44. Pembuatan Nosel Roket dari Keramik Silikon Nitrida (Si3N4).
(Penulis Tunggal dalam Jurnal llmu dan Rekayasa Teknologi
Industri Vol.5 No.1 April 2002, ISSN 1411-4275)
45. Memanfaatkan Sisa Propelan Padat Sebagai Bahan Isisan
Igniter. ( Penulis Tunggal dalam Prosiding Seminar Nasional XI
" Kimia Dalam Industri dan Lingkungan", Yogyakarta 22-23
Oktober 20202, ISSN 0854-4778 )
57
46. Pemakaian Bubuk Poli Uretan Untuk Separasi Moor Roket.
(Penulis Pertama dalam Prosiding Seminar Nasional XI, Kimia
Dalam Industri dan Lingkungan, Yogyakarta 22-23 Oktober
20202", ISSN 0854-4778)
47. Pengaruh Tekanan Nyala Igniter pada Proses Mula
Pembakaran Propelan Padat. (Penulis Tunggal pada Jurnal llmu
dan Rekayasa Teknologi Industri, Vol.6.No.2, Oktober 2002,
ISSN 1411-4275).
48. Pelapisan Permukaan Logam Dengan Metoda " Plasma Spray"
(Penulis Pertama dalam Prosiding Seminar Nasional I I " Aplikasi
Kimia dalam Penglolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Yogyakarta 23-24 Juli 2002, ISSN 0854-4778)