Bab 2
Bab 2
BAB 2
sebagai berikut:
adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU).
Bali Dan Nusa Tenggara, Hasil analisis menunjukkan bahwa PAD, DAU
dan DAK berpengaruh positif terhadap alokasi Belanja Modal baik secara
17
parsial maupun secara simultan. Uji beda antar daerah Jawa dan luar Jawa
menunjukkan bahwa Belanja Modal dan PAD daerah Jawa lebih tinggi
DAK daerah luar Jawa lebih tinggi di bandingkan dengan daerah di Jawa.
luas wilayah, serta belanja barang dan jasa terhadap belanja modal, Hasil
berpengaruh positif terhadap belanja modal, serta belanja barang dan jasa
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus
hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai R square sebesar 0,760 atau 76,0%
dan nilai F Change sebesar 27,642 dengan tingkat signifikan 0,000 dari
parsial terhadap Belanja Modal dengan nilai t sebesar 0,952 pada tingkat
daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa
terhadap Belanja Modal sedangkan Dana Bagi Hasil dan Luas Wilayah
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa
6. Irfan Anugrah Pangestu, Rina Arifati, Abrar Oemar, (2015), dengan judul
Modal.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD.
desentralisasi (id.wikipedia.org).
besaran yang tidak sama, dan ini diatur secara mendetail dalam Peraturan
kompleks, antara lain dengan variabel jumlah penduduk dan luas wilayah yang
Alokasi Umum (DAU) adalah provisi berupa transfer antar pemerintah dari pusat
ke kabupaten dan kota yang disebut dengan dana alokasi umum dan dana alokasi
khusus. Dana Alokasi Umum adalah merupakan transfer yang bersifat umum
(block grant) yang diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan
banyak dari pada daerah kaya. “Dengan kata lain tujuan alokasi DAU adalah
kemampuan keuangan dengan adanya PAD, Bagi Hasil Pajak dan bagi
Netto yang ditetapkan dalam APBN. Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan
formula DAU dilakukan oleh Tim Independen dari berbagai universitas dengan
data yang akan digunakan. Tahapan Teknis Merupakan tahap pembuatan simulasi
Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan dilakukan berdasarkan formula DAU
dengan Panja Belanja Daerah Panitia Anggaran DPR RI untuk konsultasi dan
1. Formula DAU
kapasitas fiskal (fiscal capacity) daerah dan Alokasi Dasar (AD) berupa
Dimana:
2. Variabel DAU
realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah tahun sebelumnya (t-1) yang
suatu daerah dihitung berdasarkan selisih antara KbF dengan KpF, sebagai
berikut:
Dimana:
(www.manajemen-pembiayaankesehatan.net).
Dimana:
pembiayaankesehatan.net).
Indonesia, alokasi DAU dapat lebih besar dari 26 persen dari total
(PAD) dan Dana Bagi Hasil yang diterima daerah. Sementara Alokasi
1. Jumlah Penduduk
2. Luas Wilayah
penerimaan daerah merupakan penjumlahan dari potensi PAD dengan DBH Pajak
Berdasarkan UU diatas, setiap daerah yang memiliki kapasitas fiskal yang lebih
besar dari kebutuhan fiskal maka dapat menerima penurunan DAU, dan atau tidak
menerima sama sekali pada tahun berikutnya. Dasar inilah yang digunakan
29
sama dengan PAD, yang mana DAU merupakan salah satu sumber pembiayaan
untuk belanja modal guna pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka
pemberian pelayanan publik yang baik dari pemerintah daerah (agen) kepada
sedangkan DAU berasal dari transfer APBN oleh pemerintah pusat untuk
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk
Daerah.
30
dan infrastruktur.
cakupan dan kehandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar dalam satu
infrastruktur.
31
pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur
anggaran belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah aset tetap yang
2013).
Pasal 50 ayat (2) dan Pasal 51 ayat (1) dimuat dalam Rencana Kerja
2. Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK
(manajemen-pembiayaankesehatan.net).
bahwa program dan kegiatan yang akan didanai dari Dana Alokasi Khusus
merupakan program yang menjadi prioritas nasional yang dimuat dalam Rencana
Kerja Pemerintah. Kegiatan dan program yang akan didanai tersebut merupakan
program yang diusulkan oleh kementerian teknis yang melalui proses koordinasi
pembiayaankesehatan.net).
33
Tahun 2005 tersebut harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria
(manajemen-pembiayaankesehatan.net).
daerah juga dihitung berdasarkan indeks fiskal netto dan ditetapkan setiap
tahun.
1) Daerah Tertinggal;
4) Daerah Pesisir;
penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah
merupakan urusan daerah. DAK merupakan dana yang berasal dari APBN dan
diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan atau kebutuhan yang merupakan
sebagaimana kita ketahui bahwa DAK merupakan bantuan dana yang bersumber
dari APBN yang digunakan dalam pembiayaan kegiatan khusus suatu daerah yang
sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah
(www.kajianpustaka.com).
sumber penerimaan daerah yang asli digali di daerah yang digunakan untuk modal
Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
36
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
1. Pajak Daerah.
1) Pajak hotel,
2) Pajak restoran,
3) Pajak hiburan,
4) Pajak reklame,
7) Pajak Parkir.
2. Retribusi Daerah.
mencakup:
daerah/BUMD.
negara/BUMN.
daerah selain yang disebut di atas. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan
berikut:
2) Jasa giro.
3) Pendapatan bunga.
uang asing.
berupa PAD dan dana perimbangan berpengaruh terhadap belanja daerah secara
keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya sebesar 10% dari total
Situngkir, 2009).
daerah.
ini adalah bahwa pembayaran pajak dan retribusi sudah merupakan hak
dari pada kewajiban masyarakat terhadap Negara, untuk itu perlu dikaji
anggaran belanja modal. PAD didapatkan dari iuran langsung dari masyarakat,
seperti pajak, restribusi, dan lain sebagainya. Tanggung jawab agen (pemerintah
(public service) yang baik kepada masyarakat melalui anggaran belanja modal,
belanja modal. PAD didapatkan dari iuran langsung dari masyarakat, seperti
pajak, restribusi, dan lain sebagainya. Tanggung jawab agen (pemerintah daerah)
service) yang baik kepada masyarakat melalui anggaran belanja modal, karena
2013).
Antar Pemerintah Daerah, Dana Bagi Hasil (DBH) yang ditransfer pemerintah
daerah terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil
sumber daya alam. Pola bagi hasil penerimaan tersebut dilakukan dengan
prosentase tertentu yang didasarkan atas daerah penghasil. Dana Bagi Hasil
(DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
Dasar hukum Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
Yaitu :
3) UU No. 20 Tahun 2000 tentang Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan
2012).
Penerimaan Dana Bagi Hasil (DBH) yang berasal dari pajak adalah bagian
daerah yang berasal dari : 1) Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); 2)
Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan 3) Pajak
Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh
WPOPDN) dan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21). Sedangkan Dana Bagi Hasil
(DBH) yang bersumber dari Sumber Daya Alam bersumber dari : 1) Kehutanan;
daerah. Dana bagi hasil pajak dan bangunan untuk daerah sebesar 90%
pemungutan.
kabupaten dan kota, dan 3,5% (tiga lima persepuluh persen) dibagikan
insentif kepada kabupaten dan kota yang realisasi penerimaan PBB sektor
atas tanah dan bangunan tahun anggaran bersangkutan; dan paling lambat
Penyaluran dana bagi hasil pajak bumi dan bangunan dilaksanakan secara
yaitu bulan april, bulan agustus, dan bulan nopember tahun anggaran
2) Dana Bagi Hasil Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan bangunan
Hak Atas Tanah dan Bangunan, maka penerimaan negara dari BPHTB
dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk pemerintah dan
80% (delapan puluh persen) untuk daerah. DBH BPHTB untuk daerah
sebesar 80% (delapan puluh persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut:
16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan; dan 64%
yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota. Alokasi DBH PBB
dalam 3 (tiga) tahap, yaitu bulan april, bulan agustus, dan bulan nopenber
3) Dana Bagi Hasil PPH Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan Pajak
Penghasilan Pasal 21
maka Penerimaan Negara dari PPh WPOPDN dan PPH Pasal 21 dibagi
bersangkutan; dan 12% (dua belas persen) untuk kabupaten /kota yang
bersangkutan.
44
Dana bgi hasil PPh WPOPDN dan PPh 21 dibagi dengan rincian
rencana penerimaan DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21. Alokasi DBH
penerimaan DBH PPH WPOPDN dan PPh Pasal 21. Penyaluran DBH PPh
huruf ‘a’ dan penyaluran triwulan keempat didasarkan pada selisih antara
huruf ‘b’ dengan jumlah dana yang telah dicairkan selama triwulan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah (PP) No.
Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR). DBH Kehutanan
yang berasal dari IIUPH untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh persen)
dibagi dengan rincian; 16% (enam belas persen) untuk Provinsi yang
penghasil. DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH untuk daerah sebesar
80% (delapan puluh persen) dibagi dengan rincian: 16% (enam belas
persen) untuk propinsi yang bersangkutan, 32% (tiga puluh dua persen)
untuk kabupaten/kota penghasil dan 32% (tiga puluh dua persen) untuk
Kehutanan yang berasal dari PSDH dibagikan dengan porsi yang sama
Dana bagi hasil Kehutanan yang berasal dari DR sebesar 40% (empat
46
propinsi yang bersangkutan dan 64% (enam puluh empat persen) untuk
kabupaten/kota penghasil.
16% (enam belas persen) untuk propinsi yang bersangkutan, 32% ( tiga
puluh dua persen) untuk Kabupaten/kota penghasil dan 32% (tiga puluh
bersangkutan.
propinsi adalah sebesar 80% (delapan puluh persen) untuk propinsi yang
persen) yang berasal dari wilayah propinsi dibagi dengan rincian: 26%
(dua puluh enam persen) untuk propinsi yang bersangkutan dan 54% (lima
bersangkutan.
bumi sebesar 15,5% (lima belas lima setengah persen) berasal dari
(lima belas persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 3% (tiga persen)
belas setengah persen) berasal dari penerimaan negara sumber daya alam
minyak bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 15% (lima
dibagikan untuk propinsi yang bersangkutan; dan 0,33% (tiga puluh tiga
porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota dalam propinsi yang
bersangkutan.
sebesar 30,5% (tiga puluh setengah persen) berasal dari penerimaan negara
sumber daya alam pertambangan gas bumi dari wilayah propinsi yang
DBH pertambangan gas bumi sebesar 30% (tiga puuh persen) dibagi
propinsi yang bersangkutan dan 20% (dua puluh persen) dibagikan untuk
untuk propinsi yang bersangkutan dan 0,33% (tiga puluh tiga perseratus
bersangkutan.
berasal dari setoran bagian pemerintah, iuran tetap dan iuran produksi.
DBH pertambangan panas bumi untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh
persen) dibagi dengan rincian: 16% (enam belas persen) untuk propinsi
penghasil dan 32% (tiga puluh dua persen) untuk seluruh kabupaten/kota
minyak bumi tidak melebihi 130% (seratus tiga puluh persen) dari
penetapan dalam APBN tahun berjalan. Dalam hal asumsi dasar harga
(seratus tiga puluh persen), selisih penerimaan negara dari minyak bumi
penghitungan selisih penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumi
51
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
bumi dan gas bumi. Menteri teknis melakukan pementauan dan evaluasi
anggaran rehabilitasi hutan dan lahan yang berasal dari DBH dana
berikutnya.
potensi daerahnya yaitu potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan potensi sumber daya keuangan secara optimal. Setiap daerah dituntut
2012).
mulai tahun anggaran 2001 daerah memperoleh bagi hasil dari pajak penghasilan
(PPh) orang pribadi (personal income tax), yaitu PPh Pasal 21/29 Orang Pribadi.
kompensasi dan penyelaras bagi daerah-daerah yang tidak memiliki sumber daya
alam tetapi memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan negara (APBN).
dalam hal keuangan dan hal ini sangat bergantung pada pemerintah daerah itu
halnya dalam sistem Dana Bagi Hasil (DBH) yang bersumber dari pajak dan
sumber daya alam. Mekanisme bagi hasil pajak dan sumber daya alam bertujuan
horizontal (horizontal imbalance) yang dialami antara daerah penghasil dan non
seperti di Riau, Aceh, Kalimantan Timur, dan Papua ( Astuti dan Joko, 2005:37
dalam Zainuddin,2012) yang berupa minyak bumi dan gas bumi (Migas),
pertambangan, dan kehutanan. Ada juga daerah yang sebenarnya tidak memiliki
kekayaan alam yang besar namun karena struktur perekonomian mereka telah
tertata dengan baik maka potensi pajak dapat dioptimalkan sehingga daerah
tersebut menjadi kaya. Hal tersebut sejalan denga pendapat Cristyanto (2005:81
dalam zainuddin, 2012) yang menyatakan bahwa potensi penerimaan daerah dari
pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan pajak
penghasilan dimana potensi yang cukup signifikan hanya dimiliki oleh beberapa
daerah saja.
cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam
berasal dari pendapatan asli daerah selain Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka Dana Bagi Hasil (DBH)
daerah penghasil. Sumber Dana Bagi Hasil (DBH) meliputi Penerimaan dari
Pajak dan Sumber Daya Alam (SDA). Jika Pemerintah daerah menginginkan
54
transfer bagi hasil yang tinggi maka pemerintah daerah harus dapat
mengoptimalkan potensi pajak dan sumber daya alam yang dimiliki masing-
masing daerah, sehingga kontribusi yang diberikan Dana Bagi Hasil (DBH)
Daerah (PAD) sebagai sumber dana pengganti bagi pembiayaan aktivitas belanja
kepada pemerintah pusat dapat menurun dan kemandirian daerah pun dapat
tercapai.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka potensi pendapatan daerah dapat
diukur dari besarnya tingkat pertumbuhan dan kontribusi yang dihasilkan dari tiap
sektor pendapatan daerah, termasuk pertumbuhan dan kontribusi Dana Bagi Hasil
(DBH), Daerah harus mampu mengidentifikasi komponen DBH ( DBH Pajak atau
DBH SDA) manakah yang memberikan kontribusi positif dan masih berpotensi
untuk ditingkatkan. Potensi DBH dapat ditunjukan dengan matriks potensi yang
kontribusinya yang rendah terhadap DBH. Oleh sebab itu setiap daerah harus
dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, baik dari sektor pajak maupun
barang modal yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan, antara lain pembelian
tanah, gedung, mesin dan kendaraan, peralatan, instalasi dan jaringan, furniture,
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja
modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan
bangunan, peralatan dan aset tak berwujud (PP Nomor 24 Tahun 2005). Dengan
kata lain belanja modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang
sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu
perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap
pakai.
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin
dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk
dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian
publik oleh pemerintah daerah. Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah
mengalokasikan dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD. Alokasi belanja
modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik
Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintahan daerah,
sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah serta akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya
2009).
pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12
(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam
bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan
aset tetap berwujud dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga
belanja modal, dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan
jasa.
pendapatan daerah. Semakin besar pendapatan asli daerah yang diterima, maka
penerimaan daerah dari unsur PAD saja belum mampu memenuhi kebutuhan
dana tambahan bagi daerah sehingga daerah masih tetap membutuhkan bantuan
atau dana yang berasal dari pusat. Bantuan pusat ini biasa disebut Dana Alokasi
Pemerintah Daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini untuk memberi
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan
dan Zega (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan
antara DAU dengan belanja modal. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
hubungan antara pemberian dana transfer dari Pemerintah yaitu DAU, dengan
alokasi pengeluaran daerah melalui alokasi belanja modal. Semakin tinggi DAU
maka alokasi belanja modal juga meningkat. Hal ini disebabkan karena daerah
yang memiliki pendapatan (DAU) yang besar maka alokasi untuk anggaran
Dana alokasi khusus merupakan dana yang bersumber dari APBN yang
bahwa DAK berpengaruh positif terhadap alokasi belanja modal. Hal ini
belanja modal.
berbagai cara dalam meningkatkan pelayanan publik, salah satu hal yang
yang tercermin dari adanya peningkatan PAD. Dengan kata lain, pembangunan
berbagai fasilitas sektor publik akan berujung pada peningkatan PAD. Pada
61
hubungan positif dan signifikan antara PAD dengan belanja modal. Hal ini dapat
diartikan bahwa semakin tinggi PAD maka pengeluaran Pemerintah atas belanja
Dana bagi hasil yang menjadi sumber dana tersebut terlebih dahulu harus
dalam penganggaran belanja modal untuk beberapa daerah masih terlalu kecil,
tidak sebanding dengan sumber dana yang diperoleh. Penelitian yang dilakukan
Irfan Anugrah Pangestu, Rina Arifati, dan Abrar Oemar (2015), menyatakan
Dana Bagi Hasil menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal,
sehingga dapat di tarik salah satu kesimpulan bahwa semakin tinggi Dana Bagi
Hasil maka semakin besar pula pengalokasian anggaran belanja modal pada
daerah tersebut.
modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini
didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk
APBD tentu sangat dipengaruhi oleh posisi keuangan pada daerah tersebut.
62
mengenai Dana Alokasi Umum, Dana Dana Alokasi Khusus Pendapatan Asli
Daerah, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal (Survei Pada Pemerintah
Dana Alokasi
Umum
(x1)
Dana Alokasi
Khusus
(x2)
Belanja Modal
(y)
Pendapatan Asli
Daerah
(x3)
Keterangan :
= Simultan
= Parsial
Gambar 2.1
Paradigma Konseptual Penelitian
63
2.4. Hipotesis
yang akan diteliti. Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka
pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam
1. Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah, dan
Belanja Modal.
Belanja Modal.
Belanja Modal.
Belanja Modal.
Modal.