Anda di halaman 1dari 16

Analisis Semiotika Indeks Charles Sanders Pierce Dalam Iklan Ombudsman

Republik Indonesia (ORI)


Asna Sabita Adnany, Afrilia Putri Hapsari, Erina Novitami, Rizki Habib Baehaqi, Maman
Suryaman PBSI FBS UNY
asnasabita.2017@student.uny.ac.id, afriliaputri.2017@student.uny.ac.id,
rizki.habib2015@student.uny.ac.id, erinanovitami.2017@student.uny.ac.id,
maman_suryaman@uny.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna iklan-iklan produksi Ombudsman. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori indeks dengan pendekatan semiotika Charles Sanders
Peirce. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui prmaknaan secara menyeluruh
pada iklan-iklan Ombudsman.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena hanya
memuat pemaparan situasi atau wacana. Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan, memilah,
dan mengelompokkan data yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam visualisasi
iklan-iklan Ombudsman banyak menggunakan sistem tanda indeks.

Kata kunci: Semiotik, Charles Sanders Peirce, Indeks, Iklan, Ombudsman

PENDAHULUAN

Semiotika merupakan bidang kajian yang berkembang cukup pesat dalam wilayah kebahasaan
dan komunikasi (Rusdy, 2015: 2). Kedua wilayah tersebut tersebut membutuhkan cara
pemahaman yang kuat. Semiotika dalam kajian wilayah kebahasaanmelahirkan tokoh-tokoh
seperti Ferdinand de Saussure, Roland Barthes; sedangkan semiotika dalam kajian wilayah
komunikasi melahirkan tokoh-tokoh seperti Charles Sanders Peirce, Umberto Eco. Wilayah
kebahasaan dan komunikasi bagaikan dua sisi dalam sekeping mata uang. Artinya, bahasa
merupakan sarana bagi komunikasi, sedangkan komunikasi membutuhkan bahasa untuk
mengungkapkan ide-ide pemikiran.

Semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda (sign). Eugene Gorny
mendefinisikan semiotika sebagai sebuah ilmu tentang tanda atau sistem tanda. Definisi lain
menyebutkan bahwa semiotika merupakan suatu aplikasi metode linguistik terhadap obyek selain
bahasa alami. Aristoteles dapat dipandangsebagai peletak dasar teori tanda, yang mendefinisikan
tanda sebagaisesuatu yang terdiri atas tiga dimensi: (1) bagian fisiktanda itu sendiri, (2) acuan
yang dipergunakan untuk menarik perhatian, (3) pembangkitan makna yang diisyaratkan oleh
acuan, baik secara psikologis maupun sosial (Danesi, 2010: 34). Ketiga aspek yang meliputi fisik
tanda, acuan yang terkait dengan kategori, dan makna merupakan hal yang mempengaruhi
pemikiran Charles Sanders Peirce, yang menampilkam tiga konseo tanda berupa representamen,
objek, dan interpretan.

Istilah iklan berasal dari bahasa Inggris 'advertising' yang datang dari kata kerja bahasa Latin
'adverte' yang berarti 'mengarahkan perhatian orang ke-'. Hal ini menyatakan satu bentuk atau
jenis pengumuman atau representasi yang ditujukan untuk mempromosikan penjualan komoditas
atau layanan tertentu. Namun di masa kini, iklan tidak lagi hanya menjadi pelayan kepentingan
komersial. Iklan sudah menjadi strategi bersama yang dipakai setiap orang dalam masyarakat
untuk membujuk orang lain untuk melakukan sesuatu, misalnya mendorong seorang kandidat
politik, mengajak untuk tujuan bersama, dan lain sebagainya.

Ombudsman Republik Indonesia (ORI) -biasa disebut Ombudsman- merupakan lembaga negara
yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008. Di dalam undang-
undangtersebut, secara tegas dinyatakan bahwa Ombudsman adalah lembaga negara
yangmemiliki kewenangan mengawasi Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang diselenggarakan
oleh penyelenggara negara dan penyelenggara pemerintahan, yang sumber pendanaannya
menggunakan APBN atau pun APBD.Masyarakat yang merasa mendapat perlakuan buruk dari
lembaga pelayanan publik, dapat melaporkan hal tersebut pada Ombudsman.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kajian semiotik indeks menurut pandangan
Peirce dalam (1) Iklan Layanan Masyarakat Ombudsman RI, (2) Iklan Layanan Masyarakat
Layanan Masyarakat, (3) Iklan Layanan Masyarakat Berani Lapor, dan (4) Iklan Layanan
Masyarakat Semua Instansi Pemerintah oleh Ombudsman RI.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis


semiotika bahasadari Charles Sanders Peirce. Objek penelitian ini ialah iklan-iklan dari lembaga
pemerintah, Ombudsman. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan konsep
semiotika Peirce yang dikenal sebagai konsep triadik/trikotomi.
Konseptriadik/tirkotomi merupakan konsep semiotika Pierce yang membagitanda menjadi tiga
aspek, yakni representamen, objek, dan interpretan. Representamen adalah bentuk tanda yang
tidak harus bersifat material. Suatu interpretanbukan semata-mata seorang interpreter, melainkan
lebih pada pengertian yang dibuat tanda. Sebuah objek merupakan sesuatu yang diacu oleh tanda
(Chandler, 2002; 32).

Tanda bagi Peirce adalah hal yang menggantikan seseorang untuk hal lain dalam beberapa
kapasitas. Kategorisasi tanda yang diungkapkan Peirce melibatkan tiga hal yang saling berkaitan
yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda kesamaan, indeks merupakan tanda yang
menunjukpada kausalitas, dan simbol adalah tanda yang dikonvensi (Zoest, 1991: 57).

Ikon merupakan tanda yang dicirikan oleh persamaannya (resembles) dengan objek yang
digambarkan. Ikon dalam pemikiran Peirce adalah tanda yang fungsi kerjanya memiripkan objek
atau membuat sama. Foto seseorang merupakan suatu ikon. Ikon ditandai oleh kemiripan. Tanda
visual seperti fotografi dinamakan ikon, karena tanda yang ditampilkan mengacu pada
persamaannya dengan objek.Indeks dalam pemikiran Peirce adalah tanda yang terhubung secara
kausal pada objeknya. Sebagai contoh, asap akan menjadi indeks adanya api, asap disebabkan
oleh api dan menunjuk pada keberadaan api. Indeks memperlihatkan koneksi kasual seperti
hubungan antara api dengan asap, hubungan antara gejala dengan penyakit. Hubungan antara
kedua hal tersebut dapat dipahami dan diperhitungkan.Simbol bagi Peirce adalah bentuk tanda
yang didasarkan pada konvensi (Berger, 2010: 247). Simbol adalah tanda yang memiliki
hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan. Simbol ditandai
dengan kesepakatan seperti halnya bahasa, gerak isyarat, yang untuk memahaminya harus
dipelajari. Makna suatu simbol ditentukan oleh suatu persetujuan atau kesepakatan bersama, atau
sudah duterima oleh umum sebagai suatu kebenaran. Lampu lalu lintas merupakan salah satu
contoh dari simbol.

Dalampenelitian ini, penulis bermaksud menganalisis iklan-iklan Ombudsman, yakni Iklan


Layanan Masyarakat Ombudsman RI, Iklan Layanan Masyarakat Layanan Masyarakat, Iklan
Layanan Masyarakat BeraniLapor, dan Iklan Layanan Masyarakat Semua Instansi Pemerintah
menggunakan teori indeks pemikiran Peirce. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian
deskriptif. Data penelitian diambil dari buku, artikel jurnal, dan lain sebagainya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ombudsman Republik Indonesia merupakan lembaga negara yang berwenang mengawasi


jalannya Penyelenggaraan Pelayanan Publik.Dengan kata lain, Ombudsman merupakan lembaga
yang membantu publik dalam hal pelayanan dalam suatu penyelenggaraan negara atau pun
pemerintah. Iklan yang dibuat Ombudsman secara pasti ditujukan kepada masyarakat umum dari
berbagai kalangan. Iklan produksi Ombudsman pun dikemas segamblang mungkin
agarmasyarakat awam mudah memahaminya.

Penggunaan media sosial Youtube sebagai media periklanan dalam iklan ini disertai
denganbeberapa alasan.Luasnya khalayak yang dijangkau menjadi pertimbangan, mengingat
Youtube banyak digunakanseluruh penjuru negeri di masa sekarang.Alasan lainnya adalah
karena pada era kini masyarakat modern lebih banyak mengonsumsi tontonan dari Youtube,
bukan dari saluran televisi. Hal ini juga ditambah dengan kesempuraan Youtube sebagai media
komunikasi massa dengan elemen audio visual, yang dapat dengan mudah digunakan dalam
mengkomunikasikan iklan tersebut secara lebih efektif. Keseluruhan iklan Ombudsman
disampaikandengan pelafalan yang lugas.

Dalam iklan layanan masyarakat Ombudsman terdapat lima kategori indeks, yaitukebahasaan,
ekspresi, suasana, waktu, dan sosial.Masing-masing kategori memiliki indeks yang bersifat
kausal.
Iklan Layanan Masyarakat Ombudsman RI

1. Kebahasaan

Indeks kekesalan: "Aaaaaahh!"merupakan umpatan


yang keluar karena warga 1 merasa kesal telah
diperlakukan tidak adil oleh pegawai 2. Indeks
kekesalan memiliki hubungan sebab akibat dengan
suasana saat itu, yakni saat pemanggilan nomor warga 1 didahuluidengan penyebutan nama
warga 2, yang notabene baru datang sesudah warga 1 datang jauh lebih dulu daripadanya. Dalam
indeks kekesalan tersebut juga terlihat raut raut wajah yang ditekuk dan gerakan tangan
memukul ke arah bawah.

Indeks kepahaman: "Ooo, Ombudsman." merupakan kata yang amat singkat namun memiliki
arti yang kuat. Kata yang muncul tersebut merupakan indeks kepahaman. Kata tersebut
dimunculkan karena warga 1 merasa paham setelah mendapat saran dan penjelasan dari warga 3.

Indeks kelegaan: "Muaaaaahh."merupakan ekspresi kelegaan yang ditunjukkan oleh warga 1.


Indeks kelegaan tersebut terlihat setelah warga 1 keluar dari kantor sambil memegang sebuah
map. Warga 1 lalu mencium map sambil merentangkan tangannya tanda ia sudah lega urusannya
telah terselesaikan.

2. Ekspresi
Indeks heran: Dalam Iklan Layanan Masyarakat
Ombudsman RI terdapat ekspresi heran seorang warga 1
yang datang ke kantor kecamatan. Warga 1 heran karena
melihat pegawai kantor kecamatan1 yang terburu-buru
pergi setelah melihat kedatangan dirinya.

Indeks khawatir: Indeks khawatir yang terlihat dalam


iklan memiliki hubungan sebab akibat dengan suasana
tegang. Raut wajah tegang waspada dan sikap sembunyi-
sembunyi setelah melihat jam dinding diartikan sebagai
petanda bahwa telah terjadi suatu kekhawatiran dalam diri
aktor. Aktor yang berperan sebagai pegawai kantor
kecamatan 1 merasa resah setelah melihat warga 1 datang
sambil menengok jam dinding di dekatnya. Pegawai 1
khawatir kalau-kalau warga 1 tersebut memperpanjang
waktu kerjanya yang seharusnya sudah selesai.

Indeks bosan: Indeks bosan yang terlihat pada mimik


warga 1 dalam Iklan Layanan Masyarakat Ombudsman
RI memiliki hubungan sebaba kibat dengan
suasana membosankan. Mimik bosan di sini
merupakan petanda bahwa terdapat konflik batin
dalam diri warga 1 karena menunggu nomor
antriannya yang tak kunjung dipanggil.

Indeks antusias: Indeks antusias terlihat pada


warga 2 ketika warga 2 yang baru datang setelah
warga 1, dipanggil telebih dahulu oleh pegawai 2 dengan
panggilan nama, bukannya nomor.

Indeks tidak terima: Warga 1 yang merasa diperlakukan tidak adil kemudian mendatangi meja
petugas dan mencoba untuk menanyakan tentang dirinya yang tidak juga dipanggil-panggil.
Indeks tidak terima sangat terlihat dalam wajah warga 1 yang ditujukan pada pegawai 2.
Indeks paham: Indekspahamterlihatketika warga 1 didatangi dan diberi saran oleh warga 3
untuk melaporkan ketidakadilan tersebut pada Ombudsman.

Indeks puas: Indeks puas terlihat karena warga dalam Iklan Layanan Masyarakat Ombudsman RI
memiliki hubungan sebab akibat dengan suasana memuaskan. Mimik puas disini merupakan
petanda bahwa konflik yang dialami oleh warga 1 telah terselesaikan karena ia sudah
melaporkan keresahannya pada Ombudsman.

3. Suasana

Indeks lelah: Indeks lelah terlihat saat warga 1menunggu nomor antriannya yang tidak juga
disebutkan.

Indeks bahagia: Indeks bahagia terlihat saat warga 2 yang baru saja duduk langsung mendapat
panggilan dari pegawai 2.

4. Waktu

Indeks jam dinding: Jam dinding memiliki fungsi yang sangat penting karena memberi
kejelasan atas apa yang terjadi dalam iklan. Jam dinding dalam iklan merupakan penjelas dalam
permulaan Iklan Layanan Masyarakat Ombudsman RI.

5. Sosial

Indeks kantor kecamatan: Kantor kecamatan merupakan indeks terpenting dalam iklan ini.
Ombudsman memilih kantor kecamatan sebagai latar dari iklan karena kantor kecamatan
termasuk lembaga pelayanan masyarakatyang berada di bawah pengawasan Ombudsman.
Iklan Layanan Masyarakat Layanan Masyarakat

1. Indeks Kebahasaan

Indeks kekesalan: “aaaahhhhh.. gimana engga sebel...” kalimat tersebut diucapkan oleh tokoh 1
akibat kekesalannya terhadap lembaga dalam mengurus kekeliruan pada KTP yang tidak segera
diperbaiki. Indeks Kekesalan ini disebabkan oleh pertanyaan dari tokoh 2 yang menanyakan
tokoh 1 , “kok muka lu ditekuk?”. Kalimat tersebut menjadi pemantik untuk tokoh 1 menjawab
dan mengekspresikan keadaan hatinya. Indeks kekesalan yang lain juga ditunjukkan oleh tokoh 4
yang menyindir pergantian nama PT Binasa Sarana menjadi PT Binasaja. Hal ini disampaikan
oleh tokoh 4 kepada tokoh 1,2, dan 3 menggapi dari indeks kekesalan tokoh 1 bahwa tidak hanya
tokoh 1 yang mengalami kekesalan. Selanjutnya juga indeks kekesalan ditunjukkan oleh tokoh 3
karena masalah kapling rumah tetangganya. Hal ini disampaikan oleh tokoh 3 sebagai tanggapan
dari dua indeks kekesalan yang telah disampaikan oleh tokoh 1 dan tokoh 3.

Indeks ejekan: “melebai dong.” Kalimat tersebut dilontarkan oleh tokoh 3untukmengejek tokoh
1 yang sedang kesal. Tokoh 3 ini tidak hanya menggunakan nada yang mengejek, tetapi juga
dengan gerakan-gerakan tubuh yang mendukung, seperti menggerakkan tangan untuk
menggambarkan “melebai”.
Indeks kepuasan: “mmuuuuahhh” hal ini disampaikan oleh tokoh 1 dengan mencium KTP yang
sudah diperbaiki. Ini menandakan kepuasan tokoh 1 atas layanan Ombudsman. Tokoh 1 sangat
senang sekali ketika kekeliruan KTP sudah diperbaiki atas saran tokoh 5 yang memperkenalkan
Ombudsman.

Indeks keakraban: indeks ini ditunjukkan dengan keempat tokoh berbincang dengan
menunggunakan kata ganti lu dan gue.

2. Indeks Ekspresi

Indeks kesal: indeks ini disampaikan oleh tokoh 1.3, dan 4 karena layanan pemerintah yang
kurang maksimal. Setiap kekesalannya disampikan dengan berbagai ekspresi oleh setiap
tokohnya. Tokoh 1 menunjukkan ekspresi kesalnya dengan menunjukkan KTP yang belum
diperbaiki sebagi bukti bahwa layanan pemerintah yang didapatnya belum maksimal. Kemudian
tokoh 3 menunjukkan indeks kesal dengan nada ejekan terhadap perubahan nama PT Binasa
Sarana menjadi Binasa Saja. Berbeda dengan tokoh 4 yang mengekspresikan indeks kesal
dengan tekanan kata “engga beres-beres” dengan raut ekspresi yang kecewa.

3. Indeks Suasana

Indeks santai: indeks ini ditunjukan melalui tempat keempat tokoh berbincang di restoran.
Tokoh 3 juga menunjukkan indeks ini saat meminum kopi. Hal ini menunjukkan susana yang
santai saat istirahat siang, jam makan siang. Keempat tokoh ini juga memiliki hubungan
keakraban yang baik terbukti dengan gaya bicara yang santai dan luwes.

4. Indeks Waktu

Indeks cahaya matahari: indeks ini menunjukkan bahwa percakapan tersebut dilakukan saat
siang hari, saat jam makan siang. Adanya cahaya matahari menunjukkan indeks waktu dalam
iklan tersebut.

5. Indeks Sosial

Indeks restoran: restoran menjadi indeks dalam iklan ini sebagai tempat untuk berbincang
santai dengan teman-teman. Hal ini menunjukan setiap tokoh dapat menyampaikan keluhan-
keluhan saat berbincang santai di restoran saat makan makan siang dengan permasalahan yang
berbeda-beda tetapi dengan satu penyelesaian yang sama yaitu menyampaikan keluhan ke
Ombudsman RI.

Iklan Layanan Masyarakat Berani Lapor

1. IndeksKebahasaan
Indeks kekecewaan: “Kita udah komplain, tapi ga digubris!” kalimat yang diucapkan oleh
pegawai-satu menunjukkan indeks kekecawaan. Kekecewaan yang diungkapkan oleh
pegawai-satu berkaitan dengan buruknya pelayanan instansi pemerintah ketika perusahaannya
sedang berusaha mengurus sebuah ijin usaha.
Indeks kekesalan: “Kita harus lapor Ombudsman!” kalimat kedua yang diucapkan oleh
pegawai-satu menunjukkan indeks kekesalan. Pegawai-satu yang telah merasa kecewa dengan
pelayanan instansi pemerintah selanjutnya merasa kesal terhadap instansi tersebut. Kekesalan
itu kemudian menimbulkan niatan untuk melaporkan instansi tersebut pada Ombudsman.
Indeks ketakutan: “Lapor Ombudsman? jangan nyari penyakit deh!” kalimat pertama yang
diucapkan oleh pegawai-dua menunjukkan indeks ketakutan. Pegawai-dua merasa bahwa
usulan pegawai-satu bukanlah keputusan yang tepat, maka ia mempertanyakannya secara
retoris. Pegawai-dua takut bahwa usulan pegawai-satu akan mendatangkan hasil yang tidak
baik bagi perusahaan mereka, maka pegawai-dua menegur dengan kalimat “jangan nyari
penyakit deh!”. Indeks ketakutan juga ditunjukkan oleh Pegawai-tiga dengan kalimat “Nanti
malah kita yang dipersulit.”. Kalimat tersebut menegaskan dan menjelaskan ketakutan
Pegawai-dua akan hasil buruk yang mungkin diterima perusahaan mereka atas usulan
Pegawai-satu.
2. Indeks Ekspresi
Indeks bingung: Indeks bingung ditunjukkan oleh Pegawai-satu, sejak awal ia masuk
ruangan wajahnya tidak nampak ceria, berkebalikan dengan Pegawai-dua dan tiga. Indeks
kebingungannya dipertegas ketika ia baru duduk dengan kepalanya menunduk sambil sebelah
tangannya memegang dahi.
Indeks kesal: Indeks kesal ditunjukkan oleh Pegawai-satu. Ketika Pegawai-satu
mengeluhkan keadaan pada Pegawai-dua dan tiga wajahnya terlihat masam. Selain itu,
sebelah tangannya juga menghentak-hentak udara untuk menegaskan perkataannya. Indeks
kesal juga ditunjukkan oleh Pegawai dua dan tiga ketika mereka berdebat dengan Pegawai-
satu tentang usulannya.
Indeks lega: Indeks lega ditunjukkan oleh seluruh pegawai dan Atasan di akhir iklan ketika
mereka telah mengurus pelaporan yang diusulkan Pegawai-satu
3. Indeks Suasana
Indeks tegang: Indeks tegang nampak ketika Pegawai-satu berdebat dengan Pegawai-dua dan
tiga terkait usulan Pegawai-satu.
Indeks cair: Indeks cair nampak di akhir ketika akhirnya seluruh tokoh telah berhasil
melaksanakan pelaporan.
4. Indeks Waktu
Indeks siang: Indeks siang ditunjukkan di awal iklan dengan ditampilkannya gedung
perusahaan para tokoh dari luar saat siang hari.
5. Indeks Sosial
Indeks perusahaan: Indeks perusahaan nampak dari awal iklan menampilkan sebuah
gedung pencakar langit. Kemudian dipertegas dengan penampilan dan percakapan para tokoh.
Indeks perusahaan dipilih untuk menyampaikan pesan berani lapor, karena akan mampu
menyampaikan pesan secara lebih tegas. Bahwa sebuah perusahaan besarpun harus berani
melaporkan pelayanan instansi pemerintah yang buruk. Walaupun resiko yang mungkin
diterima cukup besar, semisal akan dipersulit oleh instansi itu kedepannya dan itu akan lebih
merugikan perusahaan.

Iklan Layanan Masyarakat Semua Instansi Pemerintah

1. Indeks Kebahasaan
Indeks Kekesalan : “Mana morotin kantong, hasilnya kosong!” dalam iklan tersebut
bapak-bapak berbaju kuning ini kesal dengan layanan pemerintah yang tak kunjung selsesai
malah hanya mengambill untung pada pihak pemerintahan yang bersangkutan membuat
bapak-bapak ini kesal atas pelayanan yang kurang memuaskan tersebut.
Indeks Kekecewaan : “Sekolah juga katanya gratis, tapi masih dipungut ini itu” dalam
kalimat kekecewaan ini menjelaskan jiga ibu-ibu berbaju ungu ini juga memiliki
kekecewaan terhadap layanan masyarakat yang menjanjikan sekolah gratis namun masih
tyetap saja dipungut biaya juga.
Indeks Pengertian : “Ombudsman tidak hanya untuk intansi penegak hokum saja,
tapi untuk semua intansi pemerintah lainnya” Di dalam percakapan terakhir ini dating pak
RT yang memberi pengertian terhadap pasangan suami istri yang sedang merasa kesal dan
kecewa terhadap intansi layanan masyarakat yang meneurutnya tidak kunjung membantu
dengan cepat dan baik, maka dating pak RT ini sebagai pelurus pengertian sekaligus
memberikan solusi untuk masalah yang dialami oleh sepasang suami istri tersebut dengan
melaporkannya ke Ombudsman.

2. Indeks Ekspresi
Indeks Marah : Dalam iklan ini terdapat ekspresi marah seorang bapak-bapak
berbaju kuning yang tidak puas dengan layanan masyarakat yang tak kunjung usai malah
hanya memoroti uang saja. Dengan tanda melepaskan kacamata dan berbicara nada tinggi
dengan sang istri membuat kesan marah dalam bapak-bapak ini terlihat jelas.
Indeks Kecewa : dalam adegan kedua pada iklan ini yang memperlihatkan ekspresi
wajah ibu yang mengerutkan dahi menandakan kebingungan sekaligus kecewa dengan
layanan masyarakat yang menjanjikan sekolah gratis namun tetap saja memungut biaya
untuk kebutuhan yang lain.
Indeks Tenang : Dalam adegan berikutnya iklan menampilkan peran baru yang
dirinya seorang pak RT yang kebetulan lewat dan meluruskan kepahaman kepada suami-istri
tersebut, dengan nada yang sopan dan mimic ekspresi muka yang tenang beliau menjelaskan
dengan runtut dan urut dan dengan pembawaan yang tenang.
Indeks Paham : Dalam adegan terakhir ini ada satu gerakan tubuh yang
menandakan jika ia paham, yakni erakan menganggukkan kepala keatas kebawah secara
bersamaan, hal ini membuat cerita jika mereka berdua paham dengan apa yang dijelaskan
oleh pak RT sebelumnya.

3. Indeks Suasana
Indeks Tegang : Indeks tegang ini terdapat dalam awal cerita iklan dengan diawali
dengan datangnya bapak-bapka berbaju kuning yang mengeluhkan kelambatan dalam proses
mengurus surat tanah oleh lembaga pemerintah yang bersangkutan.
Indek Cair : Indeks cair setelah pak RT dating memberikan penjelasan
mengenai Ombudsman jika ada keluhan layanan masyarakat.

4. Indeks Waktu
Waktu : Waktu iklan tersebut pada siang hari karena rata-rata lembaga
sosial buka pada siang hari dan ditun jukkan dalam rumah suami istrii ini terang seperti pada
siang hari.

5. Indeks Sosial
Sosial : Indeks sosialnya yakni masyarakat umum menengah dan
tercukupi.

SIMPULAN

Indeks dalam iklan-iklan produksi Ombudsman sangat beragam. Penulis mencoba


mengategorikan indeks tersebut, lalu menjabarkannya satu per satu. Ditemukan lima macam
kategori indeks dalam satu iklan, yakni kebahasaan, ekspresi, waktu, suasana, dan sosial. Iklan
Ombudsman memiliki banyak makna jika dibahas satu per satu dari segi gerakan, ucapan, dan
juga latar.

Dari keempat iklan di atas, dapat disimpulkan bahwa iklan-iklan Ombudsman murni ditujukan
kepada khalayak umum, khususnya bagi masyarakat yang masih awam dengan keberadaan
Ombudsman. Ombudsman bermaksud untuk memberi pengertian kepada masyarakat bahwa
Ombudsman RI dapat membantu masyarakat yang berani mengadukan pelayanan buruk dari
Penyelenggaraan Pelayanan Publik kepada Ombudsman RI karena Ombudsman merupakan
lembaga pemberantas maladministrasi negara.

DAFTAR PUSTAKA
Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.

Ilmi, Nur. 2015

Rusdy, Sri Teddy. 2015. Semiotika dan Filsafat Wayang: Analisis Kritis Pergelaran Wayang.
Jakarta: Yayasan Kertagama.

Sobur, Alex. 2015. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai