‘’Guna memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Pengantar Kajian Media’’ Dosen Pengampu: Abdul Jalil Hermawan, S. Sos., M.I.Kom
Disusun oleh: Jasmine Aulia Rahmah 121100068 2B Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2023/2024 ISI
Menurut Peirce semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari
bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) melihat hal- hal (things) untuk memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dicampur-adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Bagi Peirce tanda dan pemaknaannya bukan struktur melainkan proses kognitif yang disebut semiosis. Semiosis adalah proses pemaknaan dan penafsiran tanda yang melalui tiga tahapan, tahap pertama adalah penyerapan aspek representamen tanda (pertama melalui pancaindra), tahap kedua mengaitkan secara spontan representamen dengan pengalaman kognisi manusia yang memaknai object, dan ketiga menafsirkan object sesuai dengan keinginannya. Tahap ketiga ini disebut interpretant. Bagi Peirce prinsip mendasar sifat tanda adalah sifat representatif dan interpretatif. Sifat representatif tanda berarti tanda merupakan “sesuatu yang lain,” sedangkan sifat interpretatif adalah tanda yang memberikan peluang bagi interpretasi, bergantung pada pemakai dan penerimanya. Semiotika memiliki tiga wilayah kajian. yaitu: 1. Tanda: Studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara-cara tanda yang berbeda dalam menyampaikan makna dan cara tanda terkait dengan manusia penggunanya. 2. Sistem atau kode studi yang mencakup berbagai kode yang dikembangkan guna memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya. 3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja, bergantung pada penggunaannya. Peirce dikenal dengan model triadic-bersisi tiga. Tiga komponen itu adalah Representamen, object, dan Interpretant. Sesuatu dapat disebut representamen jika memenuhi dua syarat; pertama bisa dipersepsi (baik dengan pancaindra maupun pikiran / perasaan) dan kedua befungsi sebagai tanda; artinya mewakili sesuatu yang lain. Komponen lainnya adalah object. Menurut Peirce object adalah komponen yang diwakili tanda; bisa dikatakan sebagai “sesuatu yang lain.” Bisa berupa materi yang tertangkap pancaindra, bisa juga bersifat mental atau imajiner. Dan komponen ketiga adalah interpretan. Peirce menjelaskan bahwa interpretan adalah arti/tafsiran. Peirce juga menggunakan istilah lain untuk interpretan yaitu; “signifance”, “signification”, dan “interpretation.” Menurut Peirce interpretan juga merupakan tanda. Representamen (Sign) merupakan bentuk fisik atau segala sesuatu yang dapat diserap pancaindra dan mengacu pada sesuatu, Representamen dibagi menjadi tiga: a. Qualisign: tanda berdasarkan sifatnya. Contoh: warna merah, karena dapat dipakai untuk menunjukkan cinta, bahaya, atau larangan. b. Sinsign: tanda berdasarkan bentuk atau rupa dalam kenyataan. Contoh: suatu jeritan, bisa berarti heran, senang, atau kesakitan. c. Legisign: tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, atau suatu kode. Contoh: rambu-rambu lalu lintas.
Objek diklasifikasikan menjadi tiga, di antaranya:
1. Icon (ikon) yaitu tanda yang meyerupai yang diwakilinya atau suatu tanda yang meggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkan. Sebuah tanda dirancang untuk mempresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan. Contoh: Tanda toilet perempuan dan laki-laki di pintu masuk toilet. 2. Indeks yaitu tanda yang sifatnya bergantung pada keberadaan denotasi (makna sebenarnya) Terdapat tiga jenis indeks; a. Indeks ruang: mengacu pada lokasi atau ruang suatu benda, mahluk dan peristiwa dalam hubungannya dengan pengguna tanda. Contoh: anak panah bisa diartikan dengan kata penjelas yang menunjukan sesuatu, seperti di sana, di situ. b. Indeks temporal: indeks ini saling menghubungkan benda-benda dari segi waktu. Contoh: Grafik waktu dengan keterangan sebelum dan sesudah. c. Indeks persona: indeks ini saling menghubungkan pihak-pihak yang ambil bagian dalam sebuah situasi. Contoh: kata ganti orang (saya, kami, beliau) 3. Symbol yaitu suatu tanda yang ditentukan oleh suatu perturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional. Contoh: bunga mawar yang dilambangkan sebagai simbol cinta. Burung Merpati sebagai lambah berkat atau dalam agama nasrani sebagai simbol Roh Kudus.
Interpretan, dibagi menjadi tiga;
1. Rheme adalah tanda yang masih dapat dikembangkan karena memungkinkan ditafsirkan dalam pemaknaan yang berbeda-beda. Contoh: orang dengan mata merah, bisa jadi sedang mengantuk, sakit mata, iritasi, baru bangun tidur atau bisa jadi sedang mabuk. 2. Dicisign (Dicent Sign) adalah tanda yang interpretannya terdapat hubungan yang benar ada atau tanda yang sesuai dengan fakta dan kenyataanya. Contoh: jalan yang sering terjadi kecelakaan, maka dipasang rambu “hati-hati rawan kecelakaan.” 3. Argument adalah tanda yang sifat interpretannya berlaku umum atau tanda yang berisi alasan tentang sesuatu hal. Contoh: tanda larangan merokok di SPBU, karena SPBU merupakan tempat yang mudah terbakar. Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan mengikuti sifat objeknya ketika kita menyebut tanda sebuah ikon. Kedua, menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual ketika kita menyebut tanda sebuah indeks. Ketiga, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotatif sebagai akibat dari kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah simbol. Pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak bisa ditiadakan bagi penafsir dalam upaya mengembangkan kajian semiotika. Seorang penfasir berkedudukan sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya. Dalam mengkaji objek yang dipahaminya, seorang penafsir harus jeli dan cermat, karena segala sesuatunya dilihat dari jalur logika. 10 Macam Tanda menurut Pierce: Berdasar pada klasifikasi di atas, Peirce merinci tanda-tanda dalam teori semiotikanya kedalam 10 macam tanda yaitu : 1. Qualisign, dapat diartikan kualitas dari suatu tanda. Misalnya orang yang berbicara keras maka ia sedang marah, orang yang tertawa maka ia sedang bahagia. Misalnya juga warna merah yang menunjukan keberanian ataupun putih yang meunjukan kesucian, serta hitam yang menunjukan kejahatan. 2. Inconic Sinsign, yakni tanda yang menunjukan suatu kemiripan. Misalnya foto, dan peta. 3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda yang berkaitan dengan pengalaman langsung dimana keberadaanya disebabkan oleh suatu hal. Misalnya adalah jalur yang sering memakan korban karena kecelakaan maka dipasang tanda tengkorak yang menandakan jalur tengkorak dimana juga sering dipampang jumlah korbanya dengan tujuan agar yang melintasinya lebih hati-hati. 4. Dicent Sinsign, yakni tanda yang menunjukan informasi tentang suatu hal. Misalnya rambu bergambar masjid atau SPBU yang menandakan bahwa tidak jauh lagi terdapat masjid maupun SPBU. 5. Iconic Legisign, yakni tanda yang berupa perintah dan larangan yang erat kaitanya dengan norma atau hukum. Misalnya rambu lalu lintas yang memberikan kita perintah dan juga larangan guna menertibkan saat berkendara. 6. Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang merujuk pada objek tertentu. Misalnya gambar pada toilet yang menunjukan toilet untuk pria maupun wanita. 7. Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang merujuk pada subjeknya atas suatu informasi tertentu. Misalnya saat ada sebuah mobil yang menyalakan lampu hazard menunjukan bahwa mobil tersebut sedang mengalami masalah. 8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang menunjukan keterkaitan dengan objeknya secara umum terasosiasi dan disepakati. Misalnya saat kita melihat gambar mobil kita mengatakan bahwa itu gambar mobil dan orang lain pun demikian mengatakan hal yang sama. 9. Dicent Symbol atau Proposition (porposisi) adalah tanda yang secara langsung menghubungkan antara objek dengan penangkapan otak. Misalnya seseorang mengatakan pada kita untuk keluar, maka kita langsung keluar dari tempat kita berada. Hal ini menunjukan bahwa tanda tersebut terhubung langsung dengan otak kita menjadi sebuah perintah yang kita laksanakan. 10. Argument, yakni tanda yang merupakan pendapat hasil berfikir seseorang atas suatu pertimbangan dan alasan tertentu. Misalkan seseorang mengatakan bahwa sebuah ruangan yang ia masuki memiliki nuansa yang terang. Maka terang disini telah dipertimbangkan olehnya atas berbagai pertimbangan, baik cahaya dan lain sebagainya yang menurutnya ruangan itu memang terang. Analisis Semiotik Pierce terdiri dari 3 aspek penting sehingga sering disebut dengan segitiga makna atau triangle of meaning 3 aspek tersebut yaitu:
Tanda
Interpretant Tanda Objek/Acuam
Penjelasannya sebagai berikut: a. Tanda: adalah konsep utama yang dijadikan sebagai bahan analisis dimana didalam tanda terdapat makna sebagai bentuk interpretasi pesan yang dimaksud. Secara sederhana, tanda cenderung berbentuk visual atau fisik yang ditangkap oleh manusia. b. Objek / Acuan Tanda: adalah konteks sosial yang dalam implementasinya dijadikan sebagai aspek pemaknaan atau yang dirujuk oleh tanda tersebut. c. Interpretant / Penggunaan Tanda: konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. DAFTAR PUSTAKA BUKU REFRENSI: Sobur, Alex. 2013. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Wulansari, R., Setiana, R. A., & Aziza, S. H. (2020). Pemikiran Tokoh Semiotika Modern. Textura, Volume 1 No.1, 48-62. Retrieved INTERNET SEARCHING: Sumber: http://jorunal.piksi.ac.id/indek.php/ Sumber: https://www.tweetilmu.web.id/2021/09/semiotika-modern-pierce.html?m=1