Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

SEMIOTIKA KARANGAN CHARLES SANDERS PEIRCE


‘’Guna memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Pengantar Kajian Media’’
Dosen Pengampu:
Abdul Jalil Hermawan, S. Sos., M.I.Kom

Disusun oleh:
Jasmine Aulia Rahmah
121100068
2B
Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
2023/2024
ISI

Menurut Peirce semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari


bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan melalui
tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang
lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika
pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) melihat hal-
hal (things) untuk memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dicampur-adukkan
dengan mengkomunikasikan (to communicate). Bagi Peirce tanda dan pemaknaannya
bukan struktur melainkan proses kognitif yang disebut semiosis. Semiosis adalah
proses pemaknaan dan penafsiran tanda yang melalui tiga tahapan, tahap pertama
adalah penyerapan aspek representamen tanda (pertama melalui pancaindra), tahap
kedua mengaitkan secara spontan representamen dengan pengalaman kognisi manusia
yang memaknai object, dan ketiga menafsirkan object sesuai dengan keinginannya.
Tahap ketiga ini disebut interpretant.
Bagi Peirce prinsip mendasar sifat tanda adalah sifat representatif dan interpretatif.
Sifat representatif tanda berarti tanda merupakan “sesuatu yang lain,” sedangkan sifat
interpretatif adalah tanda yang memberikan peluang bagi interpretasi, bergantung
pada pemakai dan penerimanya. Semiotika memiliki tiga wilayah kajian. yaitu:
1. Tanda: Studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara-cara tanda yang berbeda
dalam menyampaikan makna dan cara tanda terkait dengan manusia penggunanya.
2. Sistem atau kode studi yang mencakup berbagai kode yang dikembangkan guna
memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya.
3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja, bergantung pada penggunaannya.
Peirce dikenal dengan model triadic-bersisi tiga. Tiga komponen itu adalah
Representamen, object, dan Interpretant. Sesuatu dapat disebut representamen jika
memenuhi dua syarat; pertama bisa dipersepsi (baik dengan pancaindra maupun
pikiran / perasaan) dan kedua befungsi sebagai tanda; artinya mewakili sesuatu yang
lain. Komponen lainnya adalah object. Menurut Peirce object adalah komponen yang
diwakili tanda; bisa dikatakan sebagai “sesuatu yang lain.” Bisa berupa materi yang
tertangkap pancaindra, bisa juga bersifat mental atau imajiner. Dan komponen ketiga
adalah interpretan. Peirce menjelaskan bahwa interpretan adalah arti/tafsiran. Peirce
juga menggunakan istilah lain untuk interpretan yaitu; “signifance”, “signification”,
dan “interpretation.” Menurut Peirce interpretan juga merupakan tanda.
 Representamen (Sign) merupakan bentuk fisik atau segala sesuatu yang dapat
diserap pancaindra dan mengacu pada sesuatu, Representamen dibagi menjadi
tiga:
a. Qualisign: tanda berdasarkan sifatnya. Contoh: warna merah, karena dapat
dipakai untuk menunjukkan cinta, bahaya, atau larangan.
b. Sinsign: tanda berdasarkan bentuk atau rupa dalam kenyataan. Contoh: suatu
jeritan, bisa berarti heran, senang, atau kesakitan.
c. Legisign: tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu
konvensi, atau suatu kode. Contoh: rambu-rambu lalu lintas.

 Objek diklasifikasikan menjadi tiga, di antaranya:


1. Icon (ikon) yaitu tanda yang meyerupai yang diwakilinya atau suatu tanda yang
meggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkan.
Sebuah tanda dirancang untuk mempresentasikan sumber acuan melalui simulasi
atau persamaan. Contoh: Tanda toilet perempuan dan laki-laki di pintu masuk
toilet.
2. Indeks yaitu tanda yang sifatnya bergantung pada keberadaan denotasi (makna
sebenarnya) Terdapat tiga jenis indeks;
a. Indeks ruang: mengacu pada lokasi atau ruang suatu benda, mahluk dan
peristiwa dalam hubungannya dengan pengguna tanda. Contoh: anak panah
bisa diartikan dengan kata penjelas yang menunjukan sesuatu, seperti di sana,
di situ.
b. Indeks temporal: indeks ini saling menghubungkan benda-benda dari segi
waktu. Contoh: Grafik waktu dengan keterangan sebelum dan sesudah.
c. Indeks persona: indeks ini saling menghubungkan pihak-pihak yang ambil
bagian dalam sebuah situasi. Contoh: kata ganti orang (saya, kami, beliau)
3. Symbol yaitu suatu tanda yang ditentukan oleh suatu perturan yang berlaku umum
atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama. Simbol merupakan jenis tanda
yang bersifat arbitrer dan konvensional. Contoh: bunga mawar yang
dilambangkan sebagai simbol cinta. Burung Merpati sebagai lambah berkat atau
dalam agama nasrani sebagai simbol Roh Kudus.

 Interpretan, dibagi menjadi tiga;


1. Rheme adalah tanda yang masih dapat dikembangkan karena memungkinkan
ditafsirkan dalam pemaknaan yang berbeda-beda. Contoh: orang dengan mata
merah, bisa jadi sedang mengantuk, sakit mata, iritasi, baru bangun tidur atau bisa
jadi sedang mabuk.
2. Dicisign (Dicent Sign) adalah tanda yang interpretannya terdapat hubungan yang
benar ada atau tanda yang sesuai dengan fakta dan kenyataanya. Contoh: jalan
yang sering terjadi kecelakaan, maka dipasang rambu “hati-hati rawan
kecelakaan.”
3. Argument adalah tanda yang sifat interpretannya berlaku umum atau tanda yang
berisi alasan tentang sesuatu hal. Contoh: tanda larangan merokok di SPBU,
karena SPBU merupakan tempat yang mudah terbakar.
Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian
bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan mengikuti sifat
objeknya ketika kita menyebut tanda sebuah ikon. Kedua, menjadi kenyataan dan
keberadaannya berkaitan dengan objek individual ketika kita menyebut tanda sebuah
indeks. Ketiga, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek
denotatif sebagai akibat dari kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah simbol.
Pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak bisa ditiadakan bagi
penafsir dalam upaya mengembangkan kajian semiotika. Seorang penfasir
berkedudukan sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya.
Dalam mengkaji objek yang dipahaminya, seorang penafsir harus jeli dan cermat,
karena segala sesuatunya dilihat dari jalur logika.
 10 Macam Tanda menurut Pierce:
Berdasar pada klasifikasi di atas, Peirce merinci tanda-tanda dalam teori
semiotikanya kedalam 10 macam tanda yaitu :
1. Qualisign, dapat diartikan kualitas dari suatu tanda. Misalnya orang yang
berbicara keras maka ia sedang marah, orang yang tertawa maka ia sedang
bahagia. Misalnya juga warna merah yang menunjukan keberanian ataupun putih
yang meunjukan kesucian, serta hitam yang menunjukan kejahatan.
2. Inconic Sinsign, yakni tanda yang menunjukan suatu kemiripan. Misalnya foto,
dan peta.
3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda yang berkaitan dengan pengalaman
langsung dimana keberadaanya disebabkan oleh suatu hal. Misalnya adalah jalur
yang sering memakan korban karena kecelakaan maka dipasang tanda tengkorak
yang menandakan jalur tengkorak dimana juga sering dipampang jumlah
korbanya dengan tujuan agar yang melintasinya lebih hati-hati.
4. Dicent Sinsign, yakni tanda yang menunjukan informasi tentang suatu hal.
Misalnya rambu bergambar masjid atau SPBU yang menandakan bahwa tidak
jauh lagi terdapat masjid maupun SPBU.
5. Iconic Legisign, yakni tanda yang berupa perintah dan larangan yang erat kaitanya
dengan norma atau hukum. Misalnya rambu lalu lintas yang memberikan kita
perintah dan juga larangan guna menertibkan saat berkendara.
6. Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang merujuk pada objek tertentu.
Misalnya gambar pada toilet yang menunjukan toilet untuk pria maupun wanita.
7. Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang merujuk pada subjeknya atas suatu
informasi tertentu. Misalnya saat ada sebuah mobil yang menyalakan lampu
hazard menunjukan bahwa mobil tersebut sedang mengalami masalah.
8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang menunjukan
keterkaitan dengan objeknya secara umum terasosiasi dan disepakati. Misalnya
saat kita melihat gambar mobil kita mengatakan bahwa itu gambar mobil dan
orang lain pun demikian mengatakan hal yang sama.
9. Dicent Symbol atau Proposition (porposisi) adalah tanda yang secara langsung
menghubungkan antara objek dengan penangkapan otak. Misalnya seseorang
mengatakan pada kita untuk keluar, maka kita langsung keluar dari tempat kita
berada. Hal ini menunjukan bahwa tanda tersebut terhubung langsung dengan otak
kita menjadi sebuah perintah yang kita laksanakan.
10. Argument, yakni tanda yang merupakan pendapat hasil berfikir seseorang atas
suatu pertimbangan dan alasan tertentu. Misalkan seseorang mengatakan bahwa
sebuah ruangan yang ia masuki memiliki nuansa yang terang. Maka terang disini
telah dipertimbangkan olehnya atas berbagai pertimbangan, baik cahaya dan lain
sebagainya yang menurutnya ruangan itu memang terang.
Analisis Semiotik Pierce terdiri dari 3 aspek penting sehingga sering disebut dengan
segitiga makna atau triangle of meaning 3 aspek tersebut yaitu:

Tanda

Interpretant Tanda Objek/Acuam


Penjelasannya sebagai berikut:
a. Tanda: adalah konsep utama yang dijadikan sebagai bahan analisis dimana
didalam tanda terdapat makna sebagai bentuk interpretasi pesan yang dimaksud.
Secara sederhana, tanda cenderung berbentuk visual atau fisik yang ditangkap
oleh manusia.
b. Objek / Acuan Tanda: adalah konteks sosial yang dalam implementasinya
dijadikan sebagai aspek pemaknaan atau yang dirujuk oleh tanda tersebut.
c. Interpretant / Penggunaan Tanda: konsep pemikiran dari orang yang
menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna
yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU REFRENSI:
Sobur, Alex. 2013. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Wulansari, R., Setiana, R. A., & Aziza, S. H. (2020). Pemikiran Tokoh Semiotika Modern.
Textura, Volume 1 No.1, 48-62. Retrieved
INTERNET SEARCHING:
Sumber: http://jorunal.piksi.ac.id/indek.php/
Sumber: https://www.tweetilmu.web.id/2021/09/semiotika-modern-pierce.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai