Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SEMIOTIKA I

(29 – 09 – 2021)
Nama : Yurisdika Fauzan (Wilkiwil)
NIM : 1810979014

1. Ikon adalah tanda yang mewakili sumber acuan melalui sebuah bentuk replikasi, simulasi,
imitasi, atau persamaan. Ikonisitas melimpah ruah dalam semua wilayah representasi manusia.
Seperti foto, potret, peta, angka Romawi seperti I, II, dan III adalah wujud ikonis yang dirancang
atau diciptakan agar mirip dengan sumber acuannya secara visual. Beberapa contoh lain antara
lain adalah logo pada produk rokok Gudang Garam yang merepresentasikan rumah dan rel kereta
di dalamnya, serta emoji atau emoticon yang sering kita gunakan sehari-hari ketika
berkomunikasi melalui media sosial. Visualisasi dalam emoji banyak merepresentasikan bentuk
ekspresi, hewan, tumbuhan, makanan, minuman, bangunan, dsb yang dibuat menyerupai bentuk
aslinya.
2. Indeks adalah tanda yang mewakili sumber acuan dengan cara menunjuk padanya atau
mengaitkannya (secara eksplisit atau implisit) dengan sumber acuan lain. Indeksikalitas terwujud
dalam segala macam perilaku representatif. Manifestasinya yang paling khas dapat dilihat pada
jari yang menunjuk, yang oleh orang di seluruh dunia digunakan secara naluriah untuk
menunjukkan dan mencari sesuatu, orang, dan peristiwa di dunia. Dengan kata lain, indeks
berhubungan dengan hukum sebab akibat, artinya segala sesuatu yang “ada” tidak mungkin
terjadi tanpa adanya sesuatu yang lain yang menjadi acuan atau sumbernya. Yang ada tidak
mungkin ada begitu saja. Misal, jari yang menunjuk, jejak kaki hewan buas, asap yang
menandakan adanya sesuatu yang terbakar, dan kata keterangan seperti di sini, di sana, kata ganti
seperti aku, kau, ia, dan seterusnya.
3. Simbol adalah tanda yang mewakili objeknya melalui kesepakatan atau persetujuan dalam
konteks spesifikasi. Dengan kata lain, symbol mewakili sumber acuannya dalam cara yang
konvensional. Kata-kata pada umumnya merupakan symbol. Tetapi penanda manapun – sebuah
objek, suara, sosok, dan seterusnya – dapat berupa simbolik. Bentuk salib dapat mewakili konsep
“agama Kristen”; tanda berbentuk V yang tercipta dari jari dapat mewakili “perdamaian”; putih
dapat mewakili “kebersihan”, “kesucian”, “kepolosan”; gelap mewakili “kotor”, “ternoda”,
“tercela,”; rambu lalu lintas, simbol matematika, dan daftar ini dapat terus berlanjut. Makna-
makna ini dibangun melalui kesepakatan sosial atau melalui saluran berupa tradisi historis.
Secara garis besar ikonisitas upaya untuk mensimulasikan sifat inderawi yang dipersepsikan dalam
pelbagai tanda. Indeksikalitas berisi strategi yang mengacu pada eksistensi dan lokasi objek dalam
ruang dan waktu. Dan simbolisme adalah hasil dari kesepakatan historis dan sosial, persetujuan, dan
fakta. Perbedaannya dapat disimpulkan sebagai berikut.
4. Mode representasi ikonis, indeksikal, dan simbolis sering berbaur dalam penciptaan sebuah tanda
atau teks. Sebagai contoh, rambu lalu lintas yang melambangkan persimpangan jalan:

Penanda dalam tanda di atas terdiri atas dua garis lurus yang memotong pada sudut siku-siku.
Garis yang vertikan memiliki tanda panah. Bentuk silang ini jelas bersifat ikonis karena secara
visual wujudnya menyerupai “persimpangan jalan”. Tetapi karena bentuk silang dapat dengan
mudah digunakan untuk melambangkan “gereja” atau “rumah sakit” dalam situasi yang berbeda
(tanpa anak panah tentunya), bentuk ini juga dapat bersifat simbolis sejauh yang kita tahu, karena
telah dipilih, melalui kesepakatan, untuk menjadi sebuah jenis rambu lalu lintas tertentu.
Akhirnya, tanda ini juga merupakan indeks karena jika diletakkan dekat persimpangan jalan yang
sesungguhnya, ia akan mengindikasikan bahwa secara fisik kita akan tiba di persimpangan jalan
itu, seperti yang diindikasikan oleh anak panah.

5. Charles Sanders Peirce menyebut tanda sebagai representamen (Ferdinand De Saussure


menamakannya signifier) dan konsep, benda, gagasan, dan seterusnya, yang diacunya sebagai
objek. Makna (impresi, kogitasi, perasaan, dan seterusnya) yang kita peroleh dari sebuah tanda
oleh Peirce diberi istilah interpretan. Tiga dimensi ini selalu hadir dalam signifikasi. Oleh karena
itu, Peirce memandang sebagai sebuah struktur triadik, bukan biner (Danesi, 2011: 32).

Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan
merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda
menurut Peirce terdiri dari simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), ikon (tanda yang
muncul dari perwakilan fisik) dan indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat).
Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang
menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretan atau pengguna tanda
adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu
makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah
tanda.

Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda
ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Namun, terdapat syarat agar suatu
representamen dapat menjadi sebuah tanda, yakni adanya ground. Sedangkan ground yang
dimaksud di sini adalah pengetahuan yang ada pada pengirim dan penerima tanda sehingga
representamen dapat dipahami (Zaimar, 2008: 4).

6. Di dalam mitos terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun, sebagai suatu
sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah hadir sebelumnya atau
dengan kata lain, mitos adalah suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula
sebuah petanda bisa memiliki beberapa penanda. Berlainan dengan Roland Barthes, Charles
Sanders Peirce, seorang filsuf warga negara Amerika, mengembangkan filsafat pragmatisme
melewati kajian semiotik. Menurut Peirce, tanda “is something which stands to somebody for
something in some respect or capacity”.

Peirce membedakan tiga pemikiran landasan semiotik, yaitu sintaksis semiotik, semantik
semiotik, dan pragmatik semiotik. Sintaksis semiotik mempelajari hubungan antartanda.
Hubungan ini tidak terbatas pada sistem yang sama. Contoh: teks dan gambar dalam wacana
iklan adalah dua sistem tanda yang berlainan, akan tetapi keduanya saling melakukan pekerjaan
sama dalam membentuk keutuhan wacana iklan. Semantik semiotik mempelajari hubungan
selang tanda, objek, dan interpretannya. Ketiganya membentuk hubungan dalam menerapkan
babak semiotis. Pemikiran semiotik ini akan dipergunakan sebagai melihat hubungan tanda-tanda
dalam iklan (dalam hal ini tanda non-bahasa) yang mendukung keutuhan wacana. Pragmatik
semiotik mempelajari hubungan selang tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda.

Sesuatu yang dipergunakan agar tanda dapat berfungsi dinamakan ground. Konsekuensinya,
tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, objek, dan
interpretan. Atas landasan hubungan ini, Peirce membuat klasifikasi tanda antara lain sebagai
berikut.

Trikotomi Pertama

Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign.

- Qualisign adalah sesuatu yang mempunyai kualitas untuk menjadi tanda. Ia tidak dapat
berfungsi sebagai tanda sampai ia terbentuk sebagai tanda (Zaimar, 2008: 5). Hal tersebut
berarti sesuatu yang mungkin menjadi tanda maka bisa disebut Qualisign. Dan Peirce (Zoest,
1993: 19) mengatakan bahwa qualisign dapat menjadi tanda bila qualisign memperoleh
bentuk embodied. Misalkan, warna merah memiliki kemungkinan untuk menjadi tanda
sebagai cinta dan sesuatu yang bahaya, sehingga warna tersebut dapat dijadikan sebagai
qualisign. Namun, warna merah tersebut baru bisa menjadi tanda manakala dia mendapatkan
bentuk mawar sebagai tanda cinta dan bentuk segitiga merah sebagai tanda bahaya.
- Sinsign adalah sesuatu yang sudah terbentuk dan dapat dianggap sebagai representamen,
tetapi belum berfungsi sebagai tanda (Zaimar, 2008: 5). Contohnya, pada bunga mawar
merah yang belum diberikan kepada istrinya merupakan sebuah sinsign. Karena walaupun
sudah menjadi representamen namun hal tersebut belum berfungsi menjadi sebuah tanda.
- Legisign adalah sesuatu yang sudah menjadi representamen dan berfungsi sebagai tanda.
Setiap tanda yang sudah menjadi konvensi adalah legisign (Zaimar, 2008 :5). Sehingga,
tanda bahasa merupakan legisign, karena bahasa merupakan kode yang disepakati oleh
masyarakat (konvensi).

Trikotomi Kedua

Berlandaskan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol.

- Ikon adalah tanda yang hubungan selang penanda dan petandanya bersifat bersamaan wujud
alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan selang tanda dan objek atau acuan yang
bersifat kemiripan; misalnya foto.
- Indeks adalah tanda yang menunjukkan keadaan hubungan alamiah selang tanda dan petanda
yang bersifat kausal atau hubungan karena dampak, atau tanda yang langsung mengacu pada
kenyataan; misalnya asap sebagai tanda keadaan api.
- Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah selang penanda dengan
petandanya. Hubungan di selangnya bersifat arbitrer, hubungan berlandaskan konvensi
penduduk.

Trikotomi Ketiga

Berdasarkan interpretan maka Peirce menjelaskan bahwa tanda dapat diklasifikasikan menjadi
tiga tahapan, antara lain sebagai berikut.

- Rheme adalah tanda yang tidak benar atau tidak salah, seperti hampir semua kata tunggal
kecuali ya atau tidak. Rheme merupakan tanda pengganti atau sederhana. Ia merupakan tanda
kemungkinan kualitatif yang menggambarkan semacam kemungkinan objek (Noth, 2006:
45).
- Discent adalah tanda yang mempunyai eksistensi yang aktual. Sebuah proposisi, missalnya
merupakan discent. Proposisi memberi informasi, tetapi tidak menjelaskan. Discent bisa
benar dan juga bisa salah, tetapi tidak memberikan alasannya kenapa hal tersebut bisa terjadi
(Zaimar, 2008: 5).
- Argument adalah sebuah tanda hukum (Noth, 2006: 45) yakni sebuah hukum yang
menyatakan bahwa perjalanan premis untuk mencapai kesimpulan cenderung menghasilkan
sebuah kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Danesi, Marcel. 2011. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Zaimar, Okke K S. 2008. Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.
Noth, Winfried. 2006. Semiotics. Surabaya: Airlangga University Press.
https://www.logolynx.com/images/logolynx/58/58d7f4cda1c600eda62130a3684cb898.jpeg
https://www.pandasecurity.com/en/mediacenter/src/uploads/2016/01/whatsapp-emoticonos.jpg
https://gagasanriau.com/assets/berita/original/71026910888-img-2019120 4-wa0026.jpg
https://img.beritasatu.com/cache/beritasatu/600x350-2/1394108121.jpg
https://2.bp.blogspot.com/-EhLBWtxsgmM/Vt0YzzRR-OI/AAAAAAAAAsw/Ih1YWn-iNUY/
s1600/indeks.jpg
https://slideplayer.info/slide/2964045/11/images/10/Semiotika+C.S.
+Pierce+Tanda+Ikon+Indeks+Simbol+Hubungan+tanda+dengan.jpg
Crossroad Sign (areasafe.com.au)

Anda mungkin juga menyukai