Anda di halaman 1dari 11

Analisis Semiotik Novel Sanggarguri

“Kembang Gadung”

Menggunakan Teori Semiotika Charles Pierce”

Fitriani

1751142011

A. Pendahuluan

Karya sastra selalu mempunyai banyak hal yang menarik sehingga memiliki dunia
tersendiri yang menarik untuk di bahas. Keunikannya yang bisa di masuki oleh
siapa pun atau apapun meski tak memiliki latar yang sama. Sastra lahir bukan dari
alam kekosongan sangatlah tepat menggambarkan kesaktian sastra yang terus
berkembang tiap zaman. Novel, bagian dari sastra juga memiliki daya magis
tersendiri yang mampu menarik siapapun walau hanya dengan judulnya. Karena
keunikan magisnya, sehingga memiliki daya tarik tersendiri untuk teliti dengan
metode-metode tertentu walaupun hanya untuk mengetahui makna tersirat dalam
sebuah novel.

Salah satu Novel yang sedang menjadi primadona di kalangan Sastra Lombok
adalah Novel Sanggarguri yang merupakan salah satu karya sastra fenomenal asli
dari Lombok. Untuk memahami makna yang tersirat dalam novel tersebut ada
beberapa cara untuk mengkajinya salah satunya dengan teori semiotika, alasan
dipilihnya analisis semiotika dikarenakan dalam novel ini banyak menggunakan
tanda-tanda yang menjadikannya multitafsir sehingga sangat cocok dengan teori
semiotika yang mampu menguraikan tanda-tanda tersebut, khusus teori semiotika
Charles Pierce.
Dalam pembahasan yang menjadi kajian kelompok kami adalah pada bab
‘Kembang Gadung’. Sesuai dengan namanya, dalam bab ini membahas isi novel
tentang tanaman yang disebut Kembang Gadung yang merupakan tanaman yang
di berikan oleh Guru Sanggarguri sang musafir kelana. Pencarian jati diri dan
kebenaran yang di ibaratkan sebagai tanaman langka Kembang Gadung yang bisa
interpretatifkan sebagai Guru Sanggarguri, Guru Mesrah sosok yang aneh yang
memberikan fana jawaban, serta Fana seseorang yang sedang mencari guru
spiritual untuk dirinya. Berdasarkan Hal-hal tersebut kami sepakat menggunakan
kajian teori semiotika.

B. Rumusan Masalah

Dari pengantar diatas kami mengambil sebuah rumusan masalah:

Bagaimanakah Sistem Tanda Pada Novel Sanggarguri, Bab ‘Kembang Gadung’


Menggunakan Analisis Semiotika Charles Pierce?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, tujuan analisis yang kami lakukan adalah sebagai
berikut:

 Mengetahui apa sajakah yang menjadi sistem tanda yang terdapat


pada novel
 Mengetahui bagaimanakah hubungan/keterkaitan sistem tanda
tersebut
 Mengetahui makna tanda-tanda tersebut

D. Landasan Teori

Teori Tanda (Charles Sanders Pierce)Aart Van Zoezt menuturkan Charles Sanders
Pierce adalah salah seorang tokoh filsuf yang paling original dan
multidimensional, begitupun komentar Paul Cobley dan Litza Jansz, Pirce adalah
seorang pemikir yang argumentatif.

1. Pierce terkenal dengan teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika, Pierce,


sebagaimana dipaparkan Lechte, seringkali mengulang-ulang bahwa
secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang.
2. Charles Sanders Pierce menjelaskan bahwasanya kita hanya dapat berfikir
dengan medium tanda, manusia hanya dapat berkomunikasi lewat saran
tanda.
3. Sedangkan pengertian tanda itu sendiri ialah sesuatu yang mewakili
sesuatu yang lain dalam satu kapasitas tertentu.
4. Pada saat yang nyaris bersamaan dengan saat ketika F. Saussure
mengungkapkan teori tentang tanda menurut versinya, Charles Sanders
Pierce juga mengungkapkan hal yang kurang lebih sama. Ia
mendefinisikan tanda sebagai yang terdiri atas representamen (seecara
harfiah bearti: sesuatu yang melakukan representasi) yang merujuk ke
objek (yang menjadi perhatian representamen).
5. Pierce mendefinisikan ’qulisign’ sebagai tanda yang mengarahkan
perhatian, atau menonjolkan, kualitas tertentu yang ada pada yang menjadi
referennya. Di dalam bahasa, sebuah ajektif adalah qualisgn karena
menarik perhatian kita ke kualitas (warna, bentuk, ukuran, dan sebagainya)
yang ada pada objek yang menjadi referennya. Di dalam lingkup
nonverbal, yang termasuk qualisgn adalah warna-warna yang dipakai
pelukis atau harmoni nada-nada yang dipakai para komponis.
6. Beberapa klasifikasi tanda telah diuraikan sejak zaman Aristoteles dan
Santo Agustinus. Dari semua ini, yang paling komprehensif adalah
Taksonomi yang dikembangkan oleh Charles Sanders Pierce. Dari 66 jenis
yang diidentifikasikannya, ada 3 (tiga) jenis, yaitu: Ikon, Indeks, dan
Simbol, yang ternyata sangat berguna dalam telaah tentang pelbagai gejala
budaya, seperti produk-produk media. Ikon adalah tanda hubungan dengan
antara penanda dan petandanya bersifat persamaan bentuk alamiah
7. atau tanda yang mirip dengan referennya dengan cara tertentu. Lukisan
potret seseorang adalah ikon visual yang menunjukan wajah orang yang
sebenarnya dari prespektif seseorang seniman.
8. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara
tanda dan petanda yang bersifat kausal atau huungan sebab-akibat
9. atau ikon yang menggantikan atau menunjukan ke sesuatu dalam
hubungannya dengan sesuatu yang lain. Tidak sama dengan ikon, indeks
tidak sama dengan yang ditunjukannya; indeks hanya
mengidentifikasinnya atau menunjukan di mana mereka beada.
10. Simbol adalah tanda yang tidak menunjukan hubungan alamiah antara
penanda dan petandanya, hubungan keduanya bersifat arbiter dan
berdsarkan konvensi (perjanjian masyarakat,misalnya: warna merah
menandakan berrhenti pada rambu-rambu lalu lintas)
11. atau tanda yang mewakili sesuatu yang proses penentuan simbol itu tidak
mengikuti aturan tertentu.
12. Maka dengan demikian, semiotika dari Charles Sanders Pierce dengan
mengedepankan teori ikon, indeks, dan simbol yang dapat penulis uraikan
bahwasanya;

Ikon, adalah tanda yang dicirikan oleh persamaannya dengan objek yang
digambarkan. Tanda visual seperti fotografi adalah ikon, karena tanda yang
ditampilkan mengacu pada persamaannya dengan objek. Misalnya; Sebuah foto
seseorang adalah ikon dari objek seseorang tersebut, karena foto seseorang
(manusia) tersebut menyerupai dengan objek yang diacunya. Karena bentuknya
yang sama atau mirip dengan objek, ikon dapat diamati dengan cara melihatnya.

Indeks, adalah hubungan langsung antara sebuah tanda dan objek yang kedua-
duanya dihubungkan. Indeks merupakan tanda yang hubungan eksisitensial-nya
langsung dengan objeknya.Misalnya; Runtuhnya rumah-rumah adalah indeks dari
gempa. Terendamnya bangunan adalah indeks dari banjir. Sebuah indeks dapat
dikenali bukan hanya dengan melihat seperti halnya dalam ikon, tetapi juga perlu
dipikirkan hubungan antara dua objek tersebut.
Simbol, adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan
konvensi, kesepakatan, atau aturan. Makna dari suatu simbol ditentukan oleh
suatu persetujuan bersama, atau diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran.
Lampu lalu lintas adalah simbol, warna merah berhenti, hujau berarti jalan, palang
merah adalah simbol yang maknanya diterima sebagai suatu kebenaraan melalui
konvensi atau aturan dalam kebudayaan yang telah disepakati. Katagori-katagori
tersebut tidaklah terpisah dan berbeda. Satu tanda bisa saja kumpulan dari
berbagai tipe tanda.

E. Analisis

1. Tanda dan Hubungan Tanda

Semiotika Charles Pierce dalam Novel Sanggarguri “Kembang Gadung”


Dalam Novel Sanggarguri Bab ‘Kembang Gadung’ ada beberapa hal yang
menarik yang ditampilkan oleh pengarang yaitu Tokoh Fana, Guru Sanggar Guri
(Sosok Misterius), Datoq Mesrah dan Kembang Gadung yang menjadi pusat
cerita, yang berfungsi menjalankan alur pembuka cerita yang nantinya menjadi
cerita-cerita yang lebih kompleks pada bab-bab berikutnya. Analisis kami disini
mencoba menghubungkan beberapa hal yang menarik tersebut, yang merupakan
sistem-sistem tanda yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam
membangun alur cerita.
Beberapa hal tersebut diatas memiliki sistem tanda yang menarik untuk dianalisis
yakni sebagai berikut :
‘Kembang Gadung’
Simbol (Penanda)

‘Sosok Misterius’ ‘Guruh Sanggar Guri’


Indeks (Tanda I) Icon (Petanda I)

‘Datoq Mesrah’ ‘Fana’


Indeks (Tanda II) Icon (Petanda II)
Skema Alur Novel Sanggarguri ‘Kembang Gadung’ berdasarkan Analisis
Semiotika (Triatik) Charles Pierce.

Kembang Gadung, Guru Sanggar Guri, Fana dan Datoq Mesrah merupakan
sistem-sistem tanda yang tampilkan oleh pengarang untuk mengembangkan alur
pembuka cerita yang nantinya akan menjadi cerita yang lebih kompleks pada bab-
bab berikutnya. Alur cerita yang tersusun oleh sistem-sistem tanda tersebut akan
dijabarkan sebagai berikut :

a. Kembang Gadung, Simbol (Penanda)

Kembang Gadung adalah tumbuhan melilit, umbinya memabukkan kalau dimakan


langsung, tetapi jika direndam dahulu, racunnya akan hilang atau menjadi
berkurang; Dioscorea hispida.(KBBI, 2008:429)
“Namanya Kembang Gadung, tanaman yang umbinya dibawah oleh Sanggar
Guri…… Dia menanamnya…… Musim tertentu ia akan mati dan musim tertentu
ia akan tumbuh tunasnya lagi………” (Hal. 17)
Dalam Novel Sanggarguri, Bab ‘Kembang Gadung’, Kembang Gadung dijadikan
judul bab ke 2 dari novel ini. Tentunya pengarang dalam hal ini sudah
mempertimbangkan hal-hal yang menarik dari sebuah tanaman ini seperti yang
tergambar pada penggalan dialog diatas.

Jadi menurut kami pengarang, jika disesuaikan dengan teori semiotika Charles
Pierce pengarang menjadikan ‘Kembang Gadung’ menjadi sebuah simbol
(Penanda) yang terdapat dalam bab ini yang akan sangat terkait dengan hal-hal
menarik lainnya, terutama kembang gadung ini sangat erat hubungannya dengan
pencitraan sosok Guru Sanggar Guri (Petanda I)

b. Guru Sanggar Guri, Icon (Petanda I)

“Tapi saya juga mengingatkan jika mau berkenalan dengan guru Sanggar Guri, ia
juga seperti kembang gadung………” (Hal. 18)
Dari penggalan dialog diatas sudah jelas bahwa ‘Guru Sanggar Guri’ adalah Icon
(Petanda) dari ‘Kembang Gadung’. Dan selanjutnya keterkaitan antara Kembang
Gadung dengan Guru Sanggar Guri Menghasilkan Sosok Misterius, Indeks ( tanda
I)

c. Sosok Misterius, Indeks (Tanda I)

“Menurut para muridnya, beliau adalah seorang guru spiritual yang juga seorang
intelektual. Orang bisa berdiskusi tentang apa saja,………permasalahan keluarga,
manajemen, pendidikan, budaya, sampai persoalan politik dan filsafat. Tapi aneh,
ia juga sosok yang sulit dipahami ketika bicara tentang soal pribadinya. Sang
Guru tidak tinggal di kampung ini, beliau tinggal di kota, dan mengunjungi
kampung ini dua kalin sebulan, kadang-kadang sekali sebulan. Tak jelas apa yang
ia cari. Tapi katanya, ia telah menemukannya di kampung ini……” (Hal. 8)

“Tapi saya juga mengingatkan jika mau berkenalan dengan guru Sanggar Guri, ia
juga seperti Kembang Gadung……… Mungkin berita yang sudah Anda dapat
tentang dirinya soal harumnya, tapi hati-hatilah dengan isinya. Ia beracun jika
salah memahaminya” (Hal. 18)

Dari dua penggalan dialog diatas indeks yang ditampilkan oleh pengarang yakni
sosok misterius dari ‘Guru Sanggar Guri’, yang persis sama seperti ‘Kembang
Gadung, yang harum namun beracun. Oleh karena sosok Guru Sanggar Guri yang
misterius tersebut, seseorang yang bernama Fana ingin menemui guru sanggar
Guri menjadi guru spritualnya. Dan selain itu juga dia sudah mendengar kabar
dari teman-temannya.

Tokoh Fana adalah seseorang yang berkepentingan yang ingin bertemu dengan
Guru Sanggar Guri, sehingga dalam pengembangan Alur cerita dalam novel ini
Fana akan Menjadi Icon (Penanda II) dari Guru Sanggar Guri.
3. Fana, Icon (Petanda II)

“Beliau baru saja mulai, itu artinya Anda harus menunggu sampai menjelang
subuh,……Aku mengguk………..” (Hal. 6)

“Maaf Datuq, sebenarnya saya ingin menemui guru sanggar Guri……..” (Hal. 14)

Dari penggalan dialog diatas dan dialog-dialog lainnya yang sudah disebutkan
sebelumnua Tokoh Fana adalah orang yang berkepentingan, yang ingin secara
langsung bertemu dengan Guru Sanggar Guri, untuk ditanyakan tentang masalah
psikologi dan sekaligus ingin dijadikan guru spiritual. oleh karena itu dalam
pengembangan alur cerita novel ini Fana Menjadi Icon (Petanda II) dari Guru
sanggar Guri.

Namun dalam pengembangan alur cerita novel ini Fana Gagal-gagal bertemu
Guru Sanggar Guri. Malahan ia berhasil berbincang-bincang dengan datuq
Mesrah, Indeks (Tanda II)

4. Datuq Mesrah, Indeks (Tanda II)

“Hari ini saya harus menelan kekecewaan karena keinginan berbincang-bincang


dengan Sang Guru gagal. Habis Subuh ia langsung meninggalkan kampung
ini”….. (Hal. 12)

“Saya Fana ,Datoq. Jika datoq punya waktu, saya ingin menyampaikan hajat”….
(hal. 12)

“Tapi saya juga mengingatkan jika mau berkenalan dengan guru Sanggar Guri, ia
juga seperti Kembang Gadung……… Mungkin berita yang sudah Anda dapat
tentang dirinya soal harumnya, tapi hati-hatilah dengan isinya. Ia beracun jika
salah memahaminya” (Hal. 18)

Dari tiga penggalan dialog diatas terlihat bahwa Fana gagal bertemu dengan Guru
Sanggar Guri. Namun berhasil berbincang dengan Datoq Mesrah yang
memberikan informasi-informasi penting kepadanya tentang Guru sanggar Guri.
Datoq Mesrah juga memiliki hubungan yang cukup erat dengan Guru Sanggar
Guri. Sehingga Datoq Mesrah dalam pengembangan alur Cerita ini sebagai indeks
(Tanda II) dari Fana seorang Musafir yang ingin bertemu dengan Guru Sanggar
Guri.

2. Pemaknaan Tanda

a. Kembang Gadung (Simbol), Tumbuhan melilit, umbinya memabukkan kalau


dimakan langsung, tetapi jika direndam dahulu, racunnya akan hilang atau
menjadi berkurang, tumbuhan langkah

b. Guru Sanggar Guri (Icon), seorang musafir pengkelana yang mencari jati yang
di ibaratkan seperti “Kembang Gadung”. seorang guru spiritual yang juga seorang
intelektual. Orang bisa berdiskusi tentang apa saja, permasalahan keluarga,
manajemen, pendidikan, budaya, sampai persoalan politik dan filsafat. Tapi aneh,
ia juga sosok yang sulit dipahami ketika bicara tentang soal pribadinya Sosok
yang misterius (Indeks)

c. Fana (Icon), seorang yang juga bisa di ibaratkan sebagai Kembang Gadung,
seseorang yang mencari seorang guru spiritual, sosok yang sangat langkah
(Indeks)

d. Datoq Mesrah (Icon), sosok seorang laki-laki yang berumur 70 tahun, yang

juga aneh, yang sebenarnya sosok intelektual yang mengerti ilmu sufi (Indeks)

e. Datoq Mesrah juga merupakan indeks untuk Fana, karena telah memberikan
info tentang Guru Sanggar Guri, dan memberikan jalan untuk fana kemana harus
mencari Guru sanggar Guri selanjutnya.

F. Penutup

1. Keimpulan
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan dalam Novel Sanggarguri bab
“Kembang Gadung” terdapat berbagai tanda yaitu Kembang Gadung, Guru
Sanggar Guri, Fana, dan Datoq Mesrah. Tanda-tanda ini merupakan sebuah sistem
yang saling terkait satu dengan yang lainnya disusun oleh pengarang untuk
membangun alur novel ini. Dan tanda-tanda ini memiliki pemaknaan yang
bervariasi yang merupakan interpretasi dari sebuah tanaman yang bernama
Kembang Gadung, tanaman harum beracun yang mulai langkah.

Daftar Pustaka

Alex Sobur, “Semiotika Komunikasi”, Remaja Rosdakarya,, h.39.

Alex Sobur, “Semiotika Komunikasi”, Remaja Rosdakarya.


Sumbo Tinarbuko, “Semiotika Komunikasi Visua´, Jalasutra, Yogyakarta, 2008,
h.118.
Marcel Danesi, “Pengantar Memahami Semiotika Media”, Jalasutra, Yogyakarta,
2010, h.282.
Marcel Danesi, “Pengantar Memahami Semiotika Media”, Jalasutra, h.36.
Marcel Danesi, “Pengantar Memahami Semiotika Media”, Jalasutra, h.36-37.
Sumbo Tinarbuko, “Semiotika Komunikasi Visual”, Jalasutra, Yogyakarta, 2008,
h.120.
Marcel Danesi, “Pengantar Memahami Semiotika Media”, Jalasutra, h.47-48.
Sumbo Tinarbuko, “Semiotika Komunikasi Visual”, Jalasutra, Yogyakarta, 2008.
Marcel Danesi, “Pengantar Memahami Semiotika Media”, Jalasutra.48.
Sumbo Tinarbuko, “Semiotika Komunikasi Visual”, Jalasutra, Yogyakarta, 2008.
Marcel Danesi, “Pengantar Memahami Semiotika Media”, Jalasutra.

Anda mungkin juga menyukai