Anda di halaman 1dari 11

SENI SEBAGAI SIMBOL

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah Filsafat Seni

Disusun Oleh :

Riandly Saliareng (190301002)

PROGRAM STUDI MUSIK GEREJA

FAKULTAS SENI DAN ILMU SOSIAL KEAGAMAAN

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI MANADO

APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus,

Segala pujian syukur bagi Tuhan Yesus Kristus, yang telah menolong dalam menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolonganNya penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kiranya kasih karunia Allah yang tiada batas terus
tercurah dengan limpahnya dalam kehidupan manusia. Makalah ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang Filsafat Seni, yang disajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail
yang cukup jelas bagi pembaca. Penyusun juga mengucapkan terimah kasih kepada Dosen
Mata Kuliah Filsafat Seni yaitu, Markus Bonatangkas Sirait, M.Sn yang telah
membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis
ilmiah.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya. Terimah kasih.

Manado, 30 April 2020

Penyusun.
BAB I
PEMBAHASAN

A. PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui dalam semua kegiatan manusia umumnya melibatkan
simbolisme, oleh sebab itu manusia bukan saja animal rationale, tetapi juga animal
simbolicum atau makhluk yang bermain dengan simbol-simbol.1 Disamping itu manusia
adalah homo estheticus, disadari atau tidak setiap manusia memiliki rasa indah, dan manusia
selalu bermain dengan simbol yang sesuai dengan pengalaman keindahan dan simbol tiap-
tiap orang tersebut. Seorang Antropolog Belanda, J. Van Baal (1986: 46) mengatakan:
“Manusia dapat membedakan mana yang indah dan mana yang jelek dan selalu menyatakan
dirinya dalam simbol-simbol: dalam perkataan, dalam mitos, dan juga dalam seni, dimana
ia menemukan pernyataan yang murni dari dorongan hatinya sendiri untuk bebas
menciptakan”.
Salah satu yang sudah merupakan budaya manusia adalah simbol, dengan peran
simbol budaya dapat berkembang. Manusia dituntut kemampuannya untuk memahami
simbol sebagai jembatan baginya untuk tanggap terhadap segala sesuatu yang dihadapi
dalam hidupnya. Oleh sebab itu dalam rangka pengembangan budaya, funsi simbol sangatlah
penting, sebab tanpa memahami simbol sulit bagi manusia untuk dapat memahami
perubahan. Simbol-simbol merupakan tugu-tugu yang menandai proses belajar manusia,
penunjuk ke arahpembaharuan danpenyusunan kembali.2
Sungguh diluar jangkauan pemikiran kita adanya sekelompok masyarakat dan
kebudayaan tanpa seni. Sudah merupakan salah satu unsur yang terdapat secara umum pada
setiap kebudayaan dan masyarakat di manapun, bahwa kebutuhan akan ekspresi estetis
selalu berkaitan dengan kekhususan fundamental manusia.
Dilihat dari masyarakat yang masih sangat sederhanapun ternyata hubungan antara
simbol dan seni sangat erat, terlebih jika diingat bahwa seni pada kelompok masyarakat yang
sederhana umumnya berhubungan erat dengan religi dalam mengungkapkan gejala fisik
berupa tarian, patung, dan lukisan dalam bentuk-bentuk simbol.

1
(Cassirer,1990: 40)
2
(Peursen, 1993: 149)
Gejala ini merupakan bentuk kesenian yang muncul karena adanya niat tertentu yang
akan disampaikan atau sebagai ungkapan dalam bentuk dan tujuan magis religius. Karena
itu muncullah seni allegoris sebagai alat komunikasi bagi seseorang.
Herbert Read dalam Pranjoto Setjoatmodjo (ed) (1988: 76) dalam bukunya "Bacaan
Pilihan Tentang Estetika" bertanya bahwa dengan dasar apakah mesyarakat purba kita gemar
meninggalkan kesan-kesan berupa garis, atau coretan-coretan pada dinding dan setiap
benda-benda ? Read mengatakan jika seseorang mengalami sesuatu perasaan yang pernah
dialaminya, dan setelah itu dengan perantaraan gerakan, garis, warna, suara, atau bentuk-
bentuk yang diekspresikan secara verbal dapat mengubah perasaan tersebut sedemikian rupa,
sehingga orang lain dapat memahami dan mengalami perasaan yang sama. Hal inilah yang
dikatakan aktifitas seni yang disampaikan dalam bentuk simbol.
Monodualis adalah makhluk yang dikenal sebagai manusia yang terdiri atas budi dan
badan tidak dapat mengungkapkan pengalamannya secara memadai dengan akal murni saja.
Rasa ternyata mempunyai kepekaan terhadap kenyataan yang tidak ditemukan oleh akal.3
Untuk mengungkapkan rasa dan karsanya, manusia bermain dengan simbol. Manusia tidak
saja sebagai makhluk berfikir (animal rationale), tetapi disebut juga makhluk bersimbol
(animal simbolicum). Manusia selalu bermain dengan simbol, manusia mampu
mengutarakan pikiran-pikiran dan perasaannya dalam bentuk-bentuk simbol, oleh sebab itu
budaya manusia dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

B. PERMASALAHAN
Sejauh mana pengertian dari simbol seni itu, dan bagaimana bentuk-bentuk simbol
itu dalam sebuah kesenian.

C. PEMBAHASAN
1. Pengertian simbol Secara etimologis, simbol berasal dari kata kerja Yunani sumballo
(sumballein) (symbolos) yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu
hal kepada seseorang. Bentuk simbol adalah penyatuan dua hal luluh menjadi satu.
Dalam simbolisasi, subjek menyatukan dua hal menjadi satu.4

3
(Bakker, 1990:46)
4
(Dibyasuharda,1990:11)
2. Persoalan Simbol dan Tanda Simbol pada dasarnya berbeda dengan tanda karena
keduanya berada dalam bidang yang berlainan. Perbedaan keduanya terletak dalam
segi fungsionalnya. Susanne Langer memberikan gambaran yang lebih tegas
berdasarkan penggunaan istilah itu sebagai subjek dan hubungannya dengan fungsi
makna. Dalam hal ini pengaertian simbol menjadi lebih dinamis dibandingkan
dengan tanda. Perbedaan yang mendasar antara simbol dan tanda adalah pada
pengabungan subjek, tanda memberitahukan objek-objeknya kepada manusia,
sedangkan simbol mengarahkan manusia untuk memahami objek-objek itu. Simbol
merupakan pengatar pemahaman objek-objek. Memahami suatu hal atau keadaan,
adalah tidak sama dengan bereaksi terhadap sesuatu tersebut secara terbuka atau
menyadari hadirnya sesuatu tersebut.5 Dalam membicarakan suatu benda kita
mempunyai pemahaman dari benda tersebut, simbol tidak langsung menunjuk pada
objek tertentu. Pemahaman inilah yang disebut simbol. Perbedaan yang mendasar
antara tanda dan simbol adalah bahwa tanda itu menerangkan, mengartikan atau
memberitahukan objek-objek kepada subjek. Tanda merangsang subjek untuk segera
bertindak, sedangkan simbol tidak. Subjek menangkap simbol kemudian
mengadakan konsepsi tentang objeknya, simbol memimpin subjek menuju
pemahaman objek-objek. Subyect denotes object, subjek menunjukan objek melalui
suatu konsepsi. Tanda dibedakan antara tanda alamiah (natural sign) dan tanda
buatan (artficial sign). Tanda alamiah merupakan sebagian dari hubungan alamiah
tertentu dan menunjuk pada bagian lain, (mendung-hujan, kilat-guntur) atau
menunjuk pada keseluruhan keadaan, yaitu cuaca buruk. Tanda alami adalah tanda
yang datangnya dari alam, menunjuk pada eksistensi suatu kejadian, benda atau
keadaan di masa lalu, kini, dan akan datang. Tanda buatan (artificial sign) dibuat
berdasarkan kemauan dan kesepakatan manusia, yang berarti dalam hubungan
manusia yang satu dengan yang lain. Tanda alamiah dan tanda buatan keduanya
menunjuk kepada sesuatu yang riil (benda, kejadian, atau tindakan). Tanda
mempunyai hubungan logis dengan objek, antara keduanya terjadi jalinan hubungan
yang sederhana. Satu tanda menunjuk kepada satu objek. Masing-masing tanda
berkesesuian dengan satu hal tertentu yang merupakan objeknya, kejadian atau
keadaan yang ditandai.6

5
(Langer, 1976:60)
6
(Langer, 1976:57)
Suatu kata dapat berlaku dalam dua kemampuan sebagai tanda dan sebagai simbol
hanya dinyatakan oleh sesuatu yang khusus, misalmya gerakan anggota tubuh
tertentu dan nada suara. Kalau pada tanda ada tiga hal, yaitu (tanda-
objekpemahaman-subjek). Hubungan logis antara simbol dan objek tidak
sesederhana hubungan tanda dengan objek, oleh sebab itu diperlukan pemahaman.
Begitu banyaknya tanda dan simbol yang dibuat dan dihadapi manusia, sehingga
memungkinkan sering terjadi kesalahan dalam menangkap pengertiannya. Apalagi
suatu tanda bisa mewakili lebih dari tiga objek, bunyi sirene bisa diartikan pejabat
sedang lewat, tanda kebakaran, ada yang meninggal dunia, peresmian suatu proyek,
dan banyak lagi.

3. Jenis Simbol Susanne Langer membuat dua macam cara pembedaan simbol, pertama
simbol diskursif (discursive symbol) dan kedua simbol presentasional atau penghadir
(presentational symbol). Simbol diskursif adalah simbol yang cera penangkapannya
mempergunakan nalar atau intelek, oleh sebab itu disebut juga simbol nalar.
Penyampaian hal apa yang akan diungkapkan berlangsung secara berurutan, tidak
spontan. Simbol dengan logika modern menganalisis pertanyaan-pertanyaan. Bahasa
adalah satusatunya yang tergolong dalam simbol diskursif, baik itu bahasa sehari-
hari (languange of ordinary thought), bahasa ilmu (languange of scientific
knowledge) ataupun bahasa filsafat (languange of philosophical thought). Keempat
bahasa ini memiliki konstruksi secara konsekwen. Dalam simbol diskursif
terkandung suatu struktur yang dibangun oleh kata-kata menurut hukum tata bahasa
dan sintaksis. Pengabaian terhadap hukum tersebut menyebabkan kalimat kehilangan
maknanya atau tak dapat dipahami, terjadi kekaburan makna. Simbol presentasional
ialah simbol yang cara pengungkapannya tidak memerlukan intelek, dengan spontan
ia menghadirkan apa yang dikembangkannya.7 Pemahaman simbolisme
persentasional tidak tergantung kepada hukum yang mengatur hubungan unsur-
unsurnya, akan tetapi dengan intuisi atau perasaan. Simbol presentasional dapat
berdiri sendiri sebagai simbol yang penuh, artinya bukan dibangun deri suatu
konstruksi atau secara bertahap, melainkan suatu kesatuan yang bulat dan utuh.

7
(Wibisono,1977:147)
Simbol seperti inilah yang kita jumpai dalam alam dan kreasi manusia, seperti tarian,
lukisan, ornamen, dan lain sebagainya, maknanya tidak ditangkap dengan logika,
tetapi dengan intuisi langsung. Bentuk kesenian tidak berupa suatu konstruksi atau
susunan yang bisa diuraikan unsur-unsurnya, melainkan suatu kesatuan yang utuh.
Tarian atau lukisan itu ditangkap hanya melalui arti keseluruhan, melalui hubungan
antara elemenelemen simbol dalam struktur keseluruhan. Sebagai suatu kesatuan
yang bulat dan utuh, bentuk representasional berbicara langsung kepada indra
manusia. Hal ini pertama-tama dan terutama adalah kehadiran langsung dari suatu
objek individual, oleh sebab itu simbol ini tidak dapat diterjemahkan ke dalam
bentuk-bentuk yang lain.

4. Proses Simbolisasi Kata simbolisasi mengacu kepada suatu proses atau kegiatan, ada
gerak pemikiran manusia yang dinamis. Karena merupakan proses, terjadi suatu
proses perubahan secaragradual atau bertahap menuju suatu goal (sasaran).
Terjadinya simbolisasi karena adanya peralihan dari dunia pasif impresi semata-mata
menuju suatu dunia yang lain merupakan ekspresi murni dari ide manusia. Proses
simbolisasi menampakkan terjadinya kontak antara manusia sebagai subjek dengan
dunia atau realitas. Sasaran dari proses ini menampakkan ide baru dari wadah simbol
(suatu realitas baru) yang muncul dari interaksi antara akal manusia dengan bahan
mentah yang dipikirkannya. Proses simbolisasi adalah proses pembentukan simbol
yang merupakan ciri khas manusia. Proses ini tidak terdapat pada binatang, karena
tidak mempunyai akal, nalar dan intuisi. Proses yang berlangsung terus-menerus
dalam akal budinya, oleh sebab itulah manusia dikatakan makhluk bersimbol.
Kebutuhan dasar ini jelas hanya terdapat pada manusia."This basic need, which
certainly ISSN obvious only in man, is the need of symbolization".8

5. Simbol Seni dan Simbol di Dalam Seni Seni adalah kreasi bentuk-bentuk yang
menimbulkan perasaan manusia. Langer memandang hal ini bersifat universal dan
representatif. Universal berarti bahwa pernyataan tersebut berlaku pada semua
bentuk seni, sedangkan representatif berarti dapat mewakili suatu bentuk seni,
sehingga dapat membedakan bahwa hal yang satu adalah karya seni dan yang lainnya
bukan karya seni, melainkan karya ketukangan.

8
(Langer, 1976:41)
Langer membedakan kreasi dan produksi, walau sama-sama kegiatan, proses
produksi merupakan penyusunan (arrangement), yaitu dengan menyusun bagian
yang sudah dipersiapkan (tanpa ekspresi). Proses kreasi adalah proses pengadaan
sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada, padanya terjadi proses penciptaan yang
lebih dari sekedar menyusun. Seorang seniman dikatakan menciptakan lukisan,
bukan menyusun lukisan, walaupun sebelum memulai melukis, seorang Affandi atau
Basuki Abdullah terlebih dahulu mempersiapkan perlengkapan lukisanya. Dalam hal
ini, baik A atau B bukan menyusun, melainkan mencipta dari yang tidak ada menjadi
ada, yaitu sebuah lukisan. Jadi lukisan merupakan gimbal dari ekspresi Affandi atau
Basuki Abdullah. Akan tetapi gimbal seni bukanlah suatu susunan, jadi tak dapat
dikatakan teratur atau tidak teratur. Simbol seni adalah satu dan utuh, karena itu ia
tidak menyampaikan makna (meaning) untuk dimengerti melainkan pesan (import)
untuk diserapkan.9 Dalam bukunya Problems of Art, Susanne Langer (1957:27)
menyebut bahwa kreasi hanya tepat ditujukan untuk karya seni. Kreasi merupakan
unsur kebaruan atau penampakan (apparition) dari yang tidak ada menjadi ada. Unsur
kebaruan atau yang ada ini dinamakan gimbal seni sebagai suatu abstraksi yang
merupakan suatu bentuk perkembangan yang rampung. Bentuk simbolis yang
diciptakan seniman berawal dari pengalaman yang telah melewati suatu transformasi
simbolis. Dengan demikian pengalaman yang dituangkan seniman dalam karya
seninya adalah pengalaman yang telah direnungkan menjadi bentuk simbolis.
Ekspresi emosi seniman yang telah menjadi karya seni atau simbol merupakan
universalisasi pengalaman dan objektifikasi realitas subjektif. Dengan demikian, seni
tidak hanya dapat dinikmati oleh orang lain. Karya seni itulah kemudian merupakan
bentuk simbol dalam penampilan yang lain dari pada yang dihasilkannya.
Simbol seni merupakan simbol dalam pengertian yang agak khusus, karena
menyajikan beberapa fungsi simbolik, walaupun tidak seluruhnya, khususnya tidak
berarti sesuatu yang lain atau menunjuk pada sesuatu yang terpisah dengannya.
Simbol seni tidak menandakan sesuatu tetapi hanya mengartikulasikan dan
menjanjikan emosi yang dikandungnya. Karya yang ada secara keseluruhan
merupakan citra perasaan yang mungkin disebut simbol seni.

9
(Sudiardja, 1982:77)
Ini merupakan komposisi organis tersendiri, yang berarti elemen-elemennya tidaklah
merupakan unsur-unsur pokok yang lepas, ekspresif menurut kemauannya sendiri
dalam susunan ragam emosinya. Elemen-elemen dalam suatu karya seni selalu
diciptakan secara baru dengan totalitas citranya, dan walaupun adanya analisis dari
apa yang disumbangkan bagi citranya, tidaklah dimungkinkan menetapkan apapun
makna yang dikandungnya terpisah dari keseluruhannya.10
Simbol seni adalah simbol tersendiri, dan maknanya tidaklah tergabung
dalam nilai-nilai simbolnya secara terpisah. Makna simbol seni bukanlah merupakan
gabungan makna yang dikandugnya secara konstributif. Banyak seniman-seniman
mengabungkan simbol-simbol itu ada di dalam seni dan merupakan konstribusi
secara khusus yang tergabung dalam karya seni. Beberapa seniman berkarya dengan
menggabungkan simbol-simbol yang ada, seperti lukisan Guernica misalnya.
Lukisan yang merupakan simbol pemberontakan dan kebebasan ini,
diciptakan dari kumpulan bentuk simbol-simbol yang lebih terpisah sifatnya.
Simbol-simbol di dalam seni dapat memberikan kandungan arti dalam kesuburan,
kesucian, kelahiran kembali kewanitaan, cinta, tirani, dan sebagainya. Pengertian ini
masuk di dalam karya seni sebagai elemen-elemen yang menciptakan serta
mengartikulasikan bentuk organisnya, sebagaimana pokok persoalan yang
dikandungnya.11 Penggunaan simbol seni terletak pada tingkatan semantika yang
berbeda dari karya seni yang memuatnya. Arti yang ada bukanlah bagian dari makna
yang dikandungnya, namun elemen-elemen di dalam bentuk yang memiliki makna
adalah bentuk ekspresifnya. Perbedaan antara simbol seni yang digunakan dalam seni
bukanlah hanya pada fungsinya, namun juga dalam hal macamnya. Simbol dalam
seni adalah simbol-simbol dalam pengertian umum.
“In summary, "then,it may be said that the difference between the Art
Symbol and the symbol used in art is a difference not only of function but of
kind. Symbols occuring in art are symbols in the usual sense, though of all
degrees of complexity, from simplest directness to extreme indirectness, from
singleness to deep interpenetration, from perfect lucidity to the densest
overdetermination.”12

10
(Langer, 1957 : 43-135)
11
(Peursen, 1993:140)
12
(Langer, 1957:139)
Bentuk seni disisi lain adalah ekspresisi. Ini bukan simbol dalam pengertian
yang sepenuhnya dikenal karena tidak menyampaikan sesuatu yang melebihi dirinya
sendiri. Oleh sebab itu tidak bisa dikatakan secara tegas mempunyai suatu arti yang
maksudnya adalah fungsinya. Hal ini adalah simbol dalam pengrtian khusus dan
merupakan pengertian bentuk, karenanya tidak bisa terisi dengan semua fungsi dari
simbol yang sebenarnya. Hal ini merumuskan dan mengobjektifikasikan pengalaman
bagi persepsi intelektual secara tepat, atau intuisi namun tidak mengabtraksikan suatu
konsep bagi pemikiran dialogis. Makna yang terlihat di dalamnya tidak seperti arti
yang ada pada simbol aslinya, ini berarti dapat dipisahkan dari isyarat yang ada.
Simbol seni adalah metafora, suatu citra yang lahir atau kedalaman makna harafiah
yang samar. Simbol seni adalah citra absolut, citra yang sebaliknya irasional, karena
secara harafiah tidak terlukiskan kesadaran yang sebenarnya, emosi, vitalitas,
identitas pribadi, gejolak hidup yang dirasakan dalam acuan kapasitas batiniahnya.

D. KESIMPULAN

Simbol seni merupakan jenis simbol presentasional, pemahamannya tanpa


mempergunakan nalar, tetapi hanya dengan intuisi atau perasaan. Simbol seni merupakan
simbol yang berdiri sendiri yang tidak dapat dibagi lagi dalam bentukbentuk simbol yang
lain. Karya seni sebagai simbol, tidak berupa suatu konstruksi atau susunan yang bisa
diuraikan unsur-unsurnya, melainkan suatu kesatuan yang utuh, maknanya ditangkap dalam
arti keseluruhan melalui hubungan antara elemem-elemen simbol dalam struktur
keseluruhan.
Kumpulan simbol-simbol yang menjadi simbol yamg utuh tidak dapat diterjemahkan
ke dalam bentuk-bentuk yang lain. Simbol seni merupakan suatu kreasi, karena merupakan
unsur kebaruan yang sebelumnya tidak ada.
Karya seni itulah merupakan simbol yang dibangun dari pengalaman-pengalaman
yang direnungkan dalam bentuk-bentuk simbolis sehingga tercipta citra perasaan yang
mendalam.
KEPUSTAKAAN

Baal, J. Van, 1988, Sejarah dan Pertemuan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade
1970), jilid 2, Gramedia, Jakarta.

Bakker, Anton, 1885, Manusia dan Simbol, dalam Surjanto Poespowardjo dan K.Bertens,
Sekitar Manusia, cetakan kelima, Gramedia, Jakarta.

Cassirer, Ernst, 1990, Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Esei Tentang Manusia, (Di
Terjemahkan oleh; Alois A. Nugroho), cetakan kedua, Gramedia, Jakarta.

Dibyasuharda, 1990, Dimensi Metafisik Dalam Simbol, Ontologi Mengenai Akar Simbol,
Disertasi, Gadjah Mada, Yogyakarta.

Langer, Susanne, K. 1957, Problems Of Arts, edition-6, Charles Seribners Sons, New York.
------1976 Philosophy in a New Key A Study In the Symbolism of reason, Rite, and Art: third
edition, Harvard.

Peursen, C.A.Van, 1993, Strategi Kebudayaan, cetakan keempat Kanisius, Yogyakarta.


Setjoatmodjo, Pranjoto (ed), 1988, Bacaan Pilihan Tentang Estetika, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta.

Wibisono, I. Wibowo, 1977, Simbol Menurut Susanne K. Langer, dalam seri Driyarkara 4,
Dari Sudut-sudut Filsafat, Kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai