Anda di halaman 1dari 9

Keperawatan Gawat Darurat Pada Keracunan

Di susun untuk memenuhi tugas semester VI

Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Di susun oleh :

1. ANDRIYANTO

2. ANITA Rahmi Y

3. ARIF SYAIFUDIN

4. BIMA TUNJUNG

5. CITRA Yuliana

6. SORAIDA

7. SUCHI Kurnia

8. TITIS Budiarti

9. WIWIK IKA

DIII Keperawatan Berlanjut DIV

Jurusan Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA

2012
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN MASALAH
KERACUNAN

A. Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik
kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan.
Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan dating karena
masalah toksik.

B. Macam-macam Keracunan
1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan
racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk
memelihara system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk
menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi
racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum :
a. Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan
tidak ada    kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung
pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin
untuk      menurunkan efek toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system
saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat
yang ditela, yaitu:
1) Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
2) Dialisis
3) Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau
resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
l. Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda
dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
1) Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha bunuh
diri
2) Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan
pencegahan racun dan instruksi pembersihan racun rumah pada pasien
atau keluarga
2. Keracunan melalui inhalasi
 Penatalaksanaan  umum :
a. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela.
b. Longgarkan semua pakaian ketat.
c. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
d. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
e. Pertahankan pesien setenang mungkin.
f. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.
3. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan
yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang
terkontaminasi.  Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan
a. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya
atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
b. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama
3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
c. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan
garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
d. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan
dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan
lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi
e. Apabila penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit atau
dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
4. Gigitan ular
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek
fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic,
kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi
mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin,
memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan
steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket
tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan
cepat meliputi :
a. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
b. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
c. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema,
dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
d. Menentukan keparahan dampak  keracunan.
e. Memantau tanda vital.
f. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada
beberapa titik.
g. Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).
5. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise,
ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian.
Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala
yang berat merupakan prognosis yang paling buruk. Penatalaksanaan umum:
a. Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk
mempercepat absorbsi.
b. Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang
tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik.
c. Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
1) Injeksi segera dengan epineprin
2) Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
3) Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
4) Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
5) Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan lebih lanjut

C. Gambaran Klinik
Yang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktifitas kelenjar ludah,
keringat dan gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran bernafas.
a. Keracunan ringan : Anoreksia, nyeri kepala, rasa
lemah, rasa takut, tremor pada lidah, kelopak mata,
pupil miosis.
b. Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang
atau kram perut,  bradikardi.
c. Keracunan berat : diare, reaksi cahaya negatif
,sesak nafas, sianosis, edema paru ,inkontenesia urine
dan feces, koma.

D. Penatalaksanaan
1. Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan
dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap
lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran
nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat.Hindari pernafasan
buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat
mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask
atau menggunakan alat bag – valve – mask.
2. Eliminasi.
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah
20 menit bila tidak berhasil. Katarsis ( intestinal lavage ), dengan pemberian
laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah
lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau
pada penderita yang tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam
setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan
sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat sedang hingga
berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
3. Anti dotum (penawar racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir pada
tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit sampai timbul
gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering, takikardi, midriasis,
febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.
Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan
nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa. Adanya gangguan asam basa,
keadaan status jantung, status kesadran.
a. Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang
digunakan,berapa lama diketahui setelah
keracunan ada masalah lain sebagi pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.

2. Intervensi.
a. Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang
bertujuan untuk keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar
racun ( antidotum ) yan meliputi resusitasi, : Air way, breathing, circulasi
eliminasi untuk menghambat absorsi melalui pencernaaan dengan cara
kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan kerammas rambut.
b. Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu
pemberian SA.
c. Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapi
demamatau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan
nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda
lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.Monitir
vital sign setiap 15 menit untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan
segera kepada dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri
abdomen serta monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese
dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter.
d. Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator
mungkin bisa diperlukan.
e. Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan safety
precautions . Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis.
Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian,reaksi depresi,psikosis
neurosis, mental retardasi dan lain-lain
Daftar Pustaka

Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. vol. 3. Jakarta: EGC

Halim Mubin A. : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dabn Terapi, EGC, Jakarta
2001 : 98-115.

Departemen Kesehatan RI, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan


Bagi Pengusaha Makanan da Minuman, Yayasan Pesan, Jakarta.

Sartono, 2002, Racun dan Keracunan, Widya Merdeka.

Anda mungkin juga menyukai