DI LARANTUKA
Abstrak
Tradisi Semana Santa yang sudah dijalankan ±500 tahun oleh masyarakat Larantuka
menjadi event tahunan yang mampu menarik banyak wisatawan setiap tahunnya. Oleh
pemerintah daerah, event ini masuk dalam PERDA Kabupaten Flores Timur No 1 tahun 2013
sebagain icon destinasi unggulan daerah. Maka potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat
perlu dikembangkan guna meningkatkan daya tarik yang unik dan memiliki nilai jual. Untuk
mencapai rekomendasi yang tepat perlu untuk melihat gambaran wisatawan pada data
kunjungan yang mana dari data tampak bahwa pengunjung tidak hanya datang untuk mengikuti
Semana Santa saja tetapi juga mengunjungi destinasi wisata lainnya. Data kemudian
dikategorikan kedalam segmentasi pasar yang mana diperoleh dominasi pengunjung berada
pada kelompok muda dan dewasa. Maka, penentuan rekomendasi pengembangan wisata religi
Semana Santa didasarkan pada segmentasi pasar. Dengan menggunakan konsep experience
design diperoleh hasil rekomendasi yang sesuai untuk merekomendasi pengembangan wisata
religi yakni pembuatan website khusus Semana Santa, pemasaran dengan bantuan komunitas
kerohanian, terminologi baru bagi pengunjung yang tinggal di rumah warga, tour information,
travel, tour guide, dan pembangunan pasar semana santa. Dengan demikian rekomendasi ini
bertujuan untuk meningkatkan pengalaman berwisata oleh pengunjung pada saat Semana
Santa.
1. PENDAHULUAN
Larantuka adalah ibukota Kabupaten Flores Timur, yang terletak di ujung timur
pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kota ini dikenal dengan sebutan kota
1000 gereja dan mayoritas penduduknya memeluk agama Katolik Roma. Ritual
keagamaan yang dijalankan oleh masyarakat Larantuka sangat dipengaruhi oleh
budaya Portugis, sejak masuknya misionaris Dominikan sekitar abad ke-XV. Sejak
masa itu, iman Katolik terus dipertahankan secara turun-temurun dengan tetap
menjalankan beberapa upacara-upacara devosional. Jebarus (2017) menjelaskan
beberapa upacara devosional yang dijalankan oleh masyarakat Larantuka hingga saat
ini adalah devosi Natal, prosesi San Juan (setiap tanggal 24 Juni), Semana Santa
(Pekan Suci Paskah), dan prosesi kecil lainnya. Dari beberapa upacara devosional ini,
Semana Santa adalah yang paling terkenal sehingga dijadikan sebagai ikon destinasi
unggulan daerah yang diatur dalam PERDA Kabupaten Flores Timur Nomor 1 Tahun
2013.
Upaya pemerintah menjadikan Semana Santa sebagai wisata religi perlu
dipertimbangkan secara matang, karena Semana Santa adalah ritual yang dianggap
sakral bagi masyarakat lokal. Agar pariwisata tidak hanya dijadikan sebagai alat
pemerintah untuk memberikan devisa kepada negara, tetapi juga bagi kesejahteraan
masyarakat lokal sendiri. Masyarakat perlu memahami bahwa pariwisata tidak untuk
menghacurkan ritual yang sudah ada dan dipegang teguh oleh masyarakat, tetapi
dapat dijadikan masyarakat sebagai salah satu cara bentuk apresiasi masyarakat bagi
ritual, budaya serta potensi lainnya yang merupakan milik masyarakat. Berinteraksi
dengan wisatawan juga mampu mempererat hubungan antar umat lintas daerah, dan
dapat meningkatkan tingkat spiritual seseorang, baik dari masyarakat lokal itu sendiri
maupun wisatawan yang berkunjung.
Penelitian terhadap rekomendasi pengembangan wisata religi di Larantuka perlu
dilakukan untuk memberikan saran kepada pengembang kebijakan agar mampu
merancang kebijakan yang sesuai dan dapat memberikan manfaat bagi semua yang
berperan dalam aktivitas pariwisata itu sendiri. Pemahanan atas sejarah Semana
Santa dan potensi daerah akan membantu peneltian untuk memahami daya tarik apa
yang mampu dikembangkan dari atraksi utama, berupa Semana Santa. Selain itu
analisis data wisatawan serta segmentasi pasar juga penting untuk menentukan
kepada siapa pasar yang dituju, sehingga harapan mencapai tujuan pengembangan
pariwisata religi menjadi lebih tinggi. Dan terakhir rekomendasi dari penulis untuk
mengembangankan wisata religi di Larantuka dilakukan untuk meningkatkan
pengalaman wisata bagi pengunjung.
2. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu jenis pendekatan
penelitian yang tidak melibatkan perhitungan (Moleong, 2002). Metode pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan teknik observasi
partisipan. Selain untuk menambah sumber data, penelitian ini juga menggunakan
studi literatur yang berkaitan dengan tema yang diangkat.
JANUARI
FEBRUARI
APRIL
AGUSTUS
MEI
JUNI
SEPTEMBER
JULI
NOPEMBER
OKTOBER
MARET
DESEMBER
Gambar 2. Perbandingan Jumlah Kunjungan Obyek Wisata Per Bulan
(Sumber: Database Dinas Pariwisata dan Budaya Flores Timur)
Dari gambar di atas diketahui bahwa pada bulan april terjadi kunjungan ke obyek
wisata yang tinggi hingga mencapai 11.290 kunjungan, yangmana bertepatan dengan
Semana Santa di Larantuka. Data kunjungan obyek wisata pada bulan april terbagi
menurut dua jenis wisatawan, yaitu wisatawan nusantara sebanyak 11.289 kunjungan
dan wisatan mancanegara 1 kunjungan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
kebanyakan pengunjung atau lazimnya disebut “peziarah” dari dalam negeri,
umumnya juga menghabiskan waktunya untuk mengunjungi obyek wisata lainnya. Hal
ini berarti, motivasi kunjungan mereka tidak hanya terkait religi tetapi karena daya tarik
wisata lainnya.
b. Peziarah dan Wisatawan
UNWTO mendefinisikan wisatawan sebagai pelancong yang melakukan
perjalanan pendek dengan melakukan perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing
dan menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di termpat tersebut
(Soekadijo: 1997). Sementara menurut beberapa ahli, peziarah adalah adalah
wisatawan dengan motivasi agama (Digance 2003). Namun hakikatnya peziarah
adalah orang-orang yang melakukan perjalanan dengan tujuan agama, untuk
menjalankan perintah agamanya atau untuk meningkatkan keimananannya. Lebih
lanjut Smith (1992) membedakan posisi peziarah dan wisatawan dalam hubungannya
dengan wisata religi, seperti terlihat dalam gambar berikut.
Gambar 3. The Pilgrim-Tourist Path
(Sumber: Smith, 1992)
a. Before
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan, umumnya
kelompok dewasa akan mencari informasi terlebih dahulu melalui internet atau
kerabatnya sehingga mempertimbangakan dengan waktu luang yang dimilikinya.
Dengan demikian perlu dibuatnya website khusus Semana Santa di Larantuka untuk
memudahkan wisatawan mendapatakan informasi terkait penjelasan acara beserta
sejarahnya, jadwal acara, akomodasi yang disediakan, dan juga potensi-potensi
daerah lainnya dalam bentuk gambar sehingga menambah keinginan mereka untuk
memutuskan berkunjung ke Larantuka.
Selain itu, karena pasar yang dituju adalah wisatawan dengan keinginan menjadi
peziarah juga atau dalam hal ini yang beragama Katolik Roma maka perlu dilakukan
pemasaran di dalam komunitas-komunitas kerohanian ataupun dengan bantuan
gereja. Dengan demikian wisata religi tidak hanya dipandang sebagai bagian
pariwisata yang hanya mementingkan keuntungan ekonomi, tetapi lebih dari itu
mempererat relasi antar umut bahkan dari daerah ataupun negara yang berbeda. Cara
lain yang bisa dilakukan adalah dengan membuat iklan pada majalah-majalah pesawat
yang memiliki rute penerbangan dari negara-negara mayoritas umat Katolik.
b. During
Upaya pemerintah untuk mengembangkan homestay untuk menambah
akomodasi di Larantuka, dianggap cukup membantu bagi wisatawan yang tidak
mendapatkan hotel pada saat Semana Santa. Namun dari hasil observasi, penulis
menemukan kesenjangan bagi pengembang homestay dan masyarakat lokal yang
juga menyediakan rumahnya untuk menginap peziarah secara gratis. Dengan
demikian, perlu digaris bawahi oleh pemerintah bahwa hospitallity tidak hanya
didapatkan di tempat penginapan berbayar tetapi juga oleh masyarakat yang dianggap
tidak berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata. Untuk mengurangi kesenjagan akibat
pariwisata, perlu dibuat istilah baru bagi warga yang juga ingin wisatawan di rumahnya,
sehingga bagi wisatawan yang juga memiliki ketertarikan pada kehidupan masyarakat
lokal dapat menginap di rumah masyarakat lokal. Keramahan serta pelajaran tentang
kebudayaan dan kepercayaan yang dimiliki masyarakat akan mampu meningkatkan
lenght of stay wisatawan serta word of mouth dan kunjungan berulang.
Selanjutnya selama Semana Santa berlangsung perlu disediakan Tour
Information yang berperan aktif dalam penyebaran informasi berupa jadwal acara dan
aturan-aturan yang menjadi larangan selama pekan Semana Santa. Selain itu perlu
adanya pelatihan bagi operator homestay dan tempat penginapan lainnya untuk
memberikan pelayanan kepada wisatawa, tidak hanya kemampuan hospitality tetapi
memberikan edukasi melalui cerita atau mengenalkan budaya Larantuka pada saat
menjamu tamunya. Lebih lanjut pada saat Semana Santa berlangsung, terdapat
beberapa jalan utama yang ditutup serta aksesibilitas kendaraan umum dibatasi,maka
perlu disedikan travel ataupun sekaligus bertugas sebagai tour guide untuk membantu
aksesibilitas tamu di homestay maupun hotel dan juga dapat memberikan arahan
untuk mengunjungi objek wisata lainnya yang ada di Larantuka. Meskipun pada
kenyataannya terdapat serangkaian acara pada prosesi Semana Santa, namun masih
terdapat berbagai jeda waktu yang dapat digunakan wisatawan untuk berkunjung ke
tempat wisata lainnya, sesuai dengan motivasinya masing-masing.
c. After
Wisatawan memerlukan cinderamata utuk sekedar jadi oleh-oleh untuk kerabat
di daerah asalnya atau sebagai tanda kenangan dari Larantuka. Oleh karena itu desain
yang sesuai adalah adalah cinderamata yang sesuai adalah benda-benda yang
berkaitan dengan ritual Semana Santa seperti peralatan ibadah, ataupun dapat berupa
makanan khas, kain tenun ataupun souvenir pernak-pernik lainnya. Untuk itu perlu
dibangunannya pusat oleh-oleh yang dapat membantu wisatawan untuk membeli yang
mereka inginkan. Pusat oleh-oleh dapat berbentuk seperti pasar dan dinamakan
“Pasar Semana Santa” yang merupakan ruang bagi para pedagang sehingga tidak
lagi berdagang di sepanjang area prosesi. Dengan demikian pasar tersebut juga
menjadi daya tarik wisata bagi pengunjung.
4. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA