1.Asas Legalitas
2. Asas Keseimbangan
5. Asas Kejujuran
6. Asas Kehati-hatian
7. Asas keterbukaan
Hubungan terapeutik berbeda dari hubungan di atas perawat memaksimalkan keterampilan komunikasi,
pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan pertumbuhan klien. Fokus
hubungan adalah pada ide klien, pengalaman, dan perasaan klien.
Perawat dan klien mengidentifikasi area yang memerlukan eksplorasi dan evaluasi secara periodik
terhadap tingkat perubahan klien. Peran tidak akan berubah dan hubungan tetap konsisten berfokus
pada masalah klien.
Keterampilan komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang terjadi dalam hubungan
terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam pembentukan dan pemeliharaan hubungan,
kebutuhan dari klien diidentifikasi dan pendekatan alternatif penyelesaian masalah dibuat serta
keterampilan koping baru mungkin dikembangkan. (King cit. Varcarolis (1990))
3.) Apa saja Hak dan Kewajiban antara Dokter dan Pasien ?
Undang-undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51, Hak dan Kewajiban
Dokter
Hak
Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan
standar operasional prosedur
Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya
Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur serta
kebutuhan medis
Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang
mempunyai kemampuan lebih baik.
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien itu
meninggal dunia
Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang mampu melakukannya
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51, Hak dan Kewajiban
Pasien
Hak
Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan dilakukan dokter
Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan
Kewajiban
Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah kesehatannya
KEGAWATAN MEDIK
Pengertian Kegawatdaruratan/Medik adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien gawat darurat
dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan, (Permenkes No 47 Tahun
2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan Pasal 1 ayat (1)
Sementara yang dimaksudkan dengan keadaan Gawat Darurat adalah keadaan klinis yang
membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan (ayat 3)
2.) Apa saja kewajiban dalam menangani kasus kegawatan medik?
- PPGD , Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD) adalah rangkaian usaha-usaha pertama yang
dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat untuk menyelamatkan pasien dari kematian.
- Yang melakukan PPGD , First responder atau penolong pertama adalah masyarakat awam yang sudah
dibekali pengetahuan teori dan praktek untuk merespon dan melakukan pertolongan pertama di lokasi
kejadian.
Berdasarkan Permenkes No 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan Pasal 4 (1): Pelayanan
Kegawatdaruratan meliputi penanganan kegawatdaruratan:
Semuanya dilakukan melalui sistem penanggulangan gawat darurat terpadu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pada penanganan kegawatdaruratan medis juga perlu diperhatikan cara evakuasi pasien/korban,
berdasarkan Permenkes No 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan Pasal 5 ayat (3) :
Evakuasi medik merupakan upaya memindahkan pasien dari lokasi kejadian ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan sesuai kebutuhan medis pasien dengan menggunakan ambulan transportasi atau ambulans
Gawat Darurat disertai dengan upaya menjaga resusitasi dan stabilisasi.
ambulans transportasi
alat transportasi lain di sekitar lokasi kejadian dengan tetap melakukan upaya menjaga resusitasi
dan stabilisasi.
Informed consent dirumuskan sebagai suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atas upaya medis
yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya
medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang
mungkin terjadi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Medik Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa “Persetujuan tindakan medik
kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya setelah mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien.
Jika ditinjau dari hukum kedokteran yang dikaitkan dengan doktrin informed consent, maka yang
dimaksudkan dengan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan dimana :
a. Tidak ada kesempatan lagi untuk memintakan informed consent, baik dari pasien atau anggota
keluarga terdekat (next of kin)
b. Tidak ada waktu lagi untuk menunda-nunda
c. Suatu tindakan harus segera diambil
d. Untuk menyelamatkan jiwa pasien atau anggota tubuh.
Dalam konteks kesehatan, dalam keadaan yang mendesak seperti dalam keadaan kegawatdaruratan
maka dokter dapat melakukan tindakan medik untuk menyelamatkan jiwa atau penyelamatan anggota
tubuh pasien tanpa persetujuan. Tindakan dalam kegawatdaruratan medik di perbolehkan tanpa
melakukan persetujuan atau informed consent terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
dan diperjelas oleh KUH Perdata pasal 1354.
Menurut UU Praktik Kedokteran Pasal 46 ayat (1), yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas
yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
- Identifikasi
- Sosial
- Medikal
- Financial / Keuangan
Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil bagian dalam
memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien. Sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang diberikan kepada seorang pasien
b. Aspek yang berkaitan dengan Isi atau Kandungan Rekam Medis (termasuk Catatan Keperawatan).
Secara umum, bayi tabung adalah proses pembuahan yang tidak secara alami, yaitu dengan
pengambilan sel sperma sang suami dan sel telur sang istri yang kemudian diletakan pada cawan
pembuatan yang merupakan salah satu teknologi modern. Sedangkan pengertian secara biologi yaitu
proses pembuahan sperma dengan ovum, dipertemukan diluar kandungan pada satu tabung yang
dirancang secara khusus.
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami (hubungan seksual),
sesuai dengan fitrah Allah untuk manusia. Akan tetapi pembuahan alami sulit terujud, misalnya
dikarenakan rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur (tuba follopi) yang membawa sel telur ke
ramim, serta tidak dapat diatasi dengan membukanya atau mengobatinya. Atau karena sel sperma
suami lemah atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur.
bahwa meski operasi ganti kelamin bisa mengatasi gejala disforia gender, tapi ini mungkin tidak akan
cukup efektif sebagai terapi keseluruhan. Itu sebabnya sesi terapi dengan psikolog wajib dilakukan
sebelum dan sesudah menjalani prosedur ini untuk menanggulangi kemungkinan gejala disforia gender
kambuh kembali, bahkan setelah berganti identitas.
Transplantasi organ adalah operasi untuk memindahkan organ yang sehat dari seseorang untuk
ditransplantasikan ke orang lain yang organnya bermasalah atau rusak. Hal ini biasanya dapat
menyelamatkan hidup orang yang menerima transplantasi organ.
Dari sisi legalitas transplantasi organ atau donor organ di Indonesia, aturan hukumnya sudah diatur
melalui UU nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan serta PP nomor 18 tahun 1981 Tentang Bedah
Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.
Undang-undang ini memperbolehkan donor organ asal bersifat kemanusiaan bukan komersial.
Kefektifan transplantasi organ sebagai solusi pengobatan masih diragukan, dikarenakan adanya reaksi
penolakan (graft mayoritas bersifat allograft) dan membutuhkan obat tambahan yang bersifat penekan
system imun (imunosupresi). Obat penekan sistem imun ini pun beresiko terjadinya infeksi sekunder
yang memperberat kondisi pasien. Oleh karena itu pencegahan sebelum terjadinya kerusakan organ
baik itu pencegahan bersifat primer dan sekunder perlu diutamakan dalam pelayanan kesehatan.
Dengan berfungsinya kedokteran pencegahan tentunya sangat membantu pasien dengan menurunkan
angka kesakitan dan kematian serta menurunkan mahalnya biaya kesehatan.
EUTHANASIA/MERCY KILLING
1. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan
tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :
a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan (intensional),
kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence).
Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344
KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP),
melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).
Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan tindakan medis tanpa
persetujuan pasien informed consent.
Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan
oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan
2. Civil malpractice
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan
kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).
Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan
pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana
kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan)
selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.3
3. Administrative malpractice
Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga perawatan
tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power,
pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya
tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin
Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka
tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.
3.) Bagaimanakah upaya pencegahan agar tidak terjadi Malpractice? Dalam aspek hukumnya seperti
apa?
ABORSI
Berakhirnya kehamilan dengan dikeluarkannya janin (fetus) atau embrio sebelum memiliki kemampuan
untuk bertahan hidup di luar rahim, sehingga mengakibatkan kematiannya. Aborsi yang terjadi secara
spontan disebut juga "keguguran".
Menurut Subekti, bahwa hukum itu terdiri dari norma kesopanan, norma kesusilaan dan norma hukum
yang disebut dengan norma sosial.5 Norma sosial merupakan ketentuanketentuan umum yang berlaku
sebagai pedoman bertingkah laku individu dalam kehidupan sosial. Yang penting dan perlu diperhatikan
dalam hal ini adalah kegiatan individu dalam kaitannya dengan kehidupan sosial yang memiliki norma
sosial.
Masalah pengguguran kandungan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai
serta norma-norma agama yang berkembang dalam masyarakat Indonesia, terkait dengan hukum
pidana positif di Indonesia pengaturan masalah pengguguran kandungan tersebut terdapat pada Pasal
346, 347, 348, 349 dan 350 KUHP. Menurut ketentuan yang tercantum dalam Pasal 346, 347, dan 348
KUHP tersebut abortus criminalis meliputi perbuatan-perbuatan sebagai berikut :
Sedangkan membunuh sama dengan menyebabkan mati atau menghilangkan nyawa. Jadi, membunuh
kandungan berarti menyebabkan kandungan menjadi mati atau menghilangkan nyawa kandungan. Pada
pengguguran kandungan yaitu lepasnya kandungan dari Rahim dan keluarga kandungan tersebut dari
tubuh wanita yang mengandung. Sedangkan pada pembunuhan kandungan perbuatan yang dihukum
adalah menyebabkan matinya kandungan.
TANGGUNG JAWAB DOKTER DALAM HUKUM
Dasar Pertanggungjawaban Tenaga Kesehatan (dokter, rumah sakit, dan tenaga kesehatan lainnya) yaitu
Perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad), dokter telah berbuat melawan hukum karena
tindakannya bertentangan dengan azaz kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang diharapkan dari
padanya dalam pergaulan dengan sesama warga masyarakat (tanggungjawab berdasarkan undang-
undang) sesuai ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata, sedangkan dasar gugatan pasien dalam meminta
pertanggungjawabannya adalah Pasal 58 UndnagUndang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Secara pidana, dokter juga bisa digugat atas kelalaian yang dilakukan selama menjalankan profesi
sehingga menyebabkan kerugian bagi pasien. Hal ini diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) pasal 361.
Ini berarti dokter akan mempertanggungjawabkan sendiri tindakan medis yang menyebabkan
malpraktik. Hal ini dibenarkan oleh mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr. Kartono
Mohammad.
Jika dokter tidak mempunyai surat izin praktik, maka akan dikenakan sanksi Administratif, yang berupa
teguran lisan atau tulisan, skorsing dan dapat pula pencabutan izin praktik. Dikatakan pelanggaran
Administrasi malpractice jika dokter melanggar hukum tata usaha negara. Contoh tindakan dokter yang
dikategorikan sebagai administrasi malpractice adalah menjalankan praktik tanpa izin, melakukan
tindakan medis yang tidak sesuai dengan izin yang dimiliki, melakukan praktik dengan menggunakan izin
yang sudah tidak berlaku dan tidak membuat rekam medis.