PRAKATA iv
I. PENDAHULUAN 1
II. PRINSIP EKONOMI TEKNIK 6
2.1. Kembangkan alternatif-alternatif 7
2.2. Perhitungkan hanya perbedaan 7
2.3. Gunakan sudut pandang yang konsisten 8
2.4. Gunakan suatu ukuran yang umum 8
2.5. Perhatikan semua kriteria yang relevan 9
2.6. Buat ketidakjelasan menjadi jelas (eksplisit) 9
2.7. Tinjau kembali keputusan yang diambil 10
III. HUBUNGAN NILAI UANG TERHADAP TINGKAT
BUNGA MODAL DAN WAKTU 11
3.1. Biaya Modal 11
3.2. Pengembalian Modal 12
3.3. Bunga Modal (Interest) dan Laba (Profit) 12
3.4. Kesetaraan 14
3.5. Diagram Arus Tunai 19
IV. JENIS BUNGA MODAL 22
4.1 Bunga Modal Sederhana 22
4.2 Bunga Modal Majemuk 25
4.3 Rumus-rumus Bunga Modal Majemuk 27
V. PERHITUNGAN NILAI WAKTU DARI UANG
DENGAN EXCELL 68
VI. BIAYA PENYUSUTAN 76
5.1. Pengertian Penyusutan dan Nilai Susut 76
i
5.2. Tipe Penyusutan 80
5.3. Umur Ekonomi 83
5.4. Penentuan Biaya Penyusutan 86
VII. ANALISIS BIAYA
101
6.1 Analisis Biaya Alat dan Mesin 103
6.2 Biaya Pokok 125
VII. METODA DASAR ANALISIS EKONOMI
126
7.1. Metoda Annual Worth (AW) 129
7.2. Metode Present Worth (PW) 134
7.3. Metoda Future Worth (FW) 136
7.4. Metoda Internal Rate Return (IRR) 138
7.5. Metoda External Rate of Return (ERR) 144
7.6. Metoda Explisit Reinvestment Rate of Return (ERRR)
146
VIII. ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF RENCANA
INVESTASI 148
8.1. Minimum Required Rate of Return (MRRR) 151
8.2. Analisis Nilai Sekarang (NPV) 156
8.3. Internal Rate of Return (IRR) 163
8.4. Hubungan antara NPV dan IRR 165
8.5. Profitability Index (PI) 168
8.6. Gross Benefit Cost Ratio (GBCR) 171
8.7. Net Benefit Cost Ratio 173
8.8. Payback Period (PBP) 175
IX. ANALISIS TITIK IMPAS (Break Even Point) 3
179
ii
9.1. Cara coba-coba 185
9.2. Cara matematis 186
9.3. Secara grafis 189
9.4. Analisis Titik Impas untuk Pemilihan Dua Alternatif
189
9.5. Analisis Sensitivitas 195
iii
PRAKATA
iv
Fakultas Pertanian Unsrat yang telah membantu bahan bacaan,
kritik dan saran sehingga penulisan buku ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa buku “Ekonomi Teknik” (Dalam
Operasi Pertanian) ini masih banyak kelemahan dan
kekurangannya, dan oleh karena itu segala saran dan kritik
perbaikan sangat penulis harapkan. Penggunaan buku ini tentu
saja juga tidak terbatas hanya pada mahasiswa Program Studi
Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian.
v
I. PENDAHULUAN
Evaluasi mengenai alternatif penggunaan modal (capital)
dalam proyek keteknikan pertanian (agricultural engineering) dan
dagang (business) merupakan salah satu tujuan buku ini.
Fenomena yang menonjol dari industrialisasi adalah meluasnya
peranan manager dalam keteknikan dan dagang untuk
memanfaatkan modal secara efisien, efektif dan berlipat ganda
dalam usaha memenuhi keperluan dan keinginan manusia. Karena
itu modal dalam bentuk uang, baik untuk manusia, mesin maupun
material adalah suatu kebutuhan ekonomi dalam semua proyek
keteknikan (engineering) dan dagang.
Ahli di bidang keteknikan pertanian memainkan peranan
yang unik dan penting dalam menciptakan konsep-konsep yang
berkenaan dengan proyek atau usaha baru yang memerlukan
pembiayaan modal untuk menciptakan perangkat keras (hardware)
sampai tahap operasional.
Modal yang digunakan untuk pembiayaan usaha engineering dan
dagang dapat diklasifikasikan dalam dua kategori dasar, yaitu
equity capital dan debt capital. Equity capital adalah modal yang
1
dimiliki oleh pemakai modal tersebut atau mereka yang memiliki
usaha itu, sedangkan debt capital adalah modal yang diperoleh
dari pinjaman dan pemilik modal menerima bunga.
2
Analisis ekonomi yang terutama melibatkan proyek
engineering dan teknis dinamakan studi ekonomi teknik. Teknik-
teknik analisis yang pada mulanya hanya dikembangkan dalam
bidang ekonomi teknik kini telah meluas penggunaannya dalam
spektrum usaha dagang. Karena itu dalam tulisan ini diutarakan
pula analisis ekonomi untuk pengambilan keputusan pada Bab VII
dan Bab VIII..
Pada dasarnya semua masalah engineering dapat diselesaikan
lebih dari satu cara. Demikian pula proyek-proyek engineering
dan dagang dapat pula dilakukan dengan lebih dari satu cara.
Hampir semua keputusan yang berkenaan dengan dagang
melibatkan penggunaan satu cara atau lebih pengambilan
keputusan. Hal ini diperlukan mengingat dalam kenyataannya
sumberdaya yang tersedia terbatas sementara kesempatan untuk
pemanfaatannya sangat beragam.
Studi ekonomi yang berkenaan dengan berbagai alternatif
dapat dianalisis dengan teknik pemilihan alternatif. Pemilihan
alternatif dalam studi ekonomi teknik memerlukan dasar metode
analisis ekonomi seperti Annual Worth, Net Present Value,
3
Internal Rate of Return (IRR) dan beberapa metode lainnya yang
pembahasannya disajikan pada Bab VII dan VIII.
Penentuan ongkos sewa atau pokok dari suatu mesin atau alat
sangat penting dalam usaha operasionalisasi peralatan atau mesin
karena melibatkan penyusutan atas mesin dan alat yang seringkali
biaya penyusutannya memiliki kontribusi yang besar terhadap
total biaya operasionalisasi mesin atau alat. Hal ini menjadi topik
bahasan pada Bab V.
Ekonomi teknik berfungsi untuk mengetahui konsekuensi
keuangan dari produk, proyek, dan proses-proses yang dirancang
oleh insinyur dan membantu membuat keputusan rekayasa dengan
membuat neraca pengeluaran dan pendapatan yang terjadi sekarang
dan yang akan datang – menggunakan konsep “nilai waktu dari
uang”.
Ekonomi teknik melibatkan proses formulasi, estimasi, dan
evaluasi hasil ekonomi setelah alternatif-alternatif untuk mencapai
tujuan tertentu tersedia sehingga dapat dikatakan pula bahwa
ekonomi teknik merupakan kumpulan dari teknik perhitungan
4
matematis yang menyederhanakan perbandingan dalam hal
ekonomi.
5
II. PRINSIP EKONOMI TEKNIK
6
2.1. Kembangkan alternatif-alternatif
7
2.3. Gunakan sudut pandang yang konsisten
8
2.5. Perhatikan semua kriteria yang relevan
9
2.7. Tinjau kembali keputusan yang diambil
10
III. HUBUNGAN NILAI UANG TERHADAP
TINGKAT BUNGA MODAL DAN WAKTU
11
3.2. Pengembalian Modal
Kompensasi terhadap penggunaan modal sering
dinyatakan sebagai pengembalian modal. Hal ini analog
dengan upah sebagai kompensasi atas penggunaan tenaga.
Ada beberapa akses pembiayaan pengembalian modal
harus diperhitungkan dalam setiap studi ekonomi:
a. Pengembalian modal merupakan pembayaran atas
penggunaan uang (pembelian barang) oleh pemakai
selama waktu penggunaan uang tersebut.
b. Pengembalian modal adalah pembayaran atas resiko
penggunaan modal oleh seseorang atau organisasi
c. Kenyataan bahwa pemilik modal dapat mengembalikan
keuntungan dengan menggunakan modal yang tersedia
untuk melipat-gandakannya.
12
(interest) dapat dipahami sebagai uang yang
dibayarkan/diterima atas penggunaan sejumlah pinjaman
atau sejumlah uang yang disimpan (tabungan, deposito, SBI,
dsb.). Dalam pengertian yang lebih luas bunga dapat
dianggap sebagai uang yang diperoleh dari investasi
sejumlah modal tertentu. Sedangkan Suku Bunga (interest
rate) adalah rasio/perbandingan antara besarnya bunga yang
dibebankan atau dibayarkan pada akhir periode dengan
jumlah simpanan, pinjaman atau investasi pada awal
periode. Jika seseorang atau perusahaan memiliki cukup
modal untuk pembiayaan suatu usaha maka penerimaannya
dinamakan laba.
Karena dalam pengertian yang sebenarnya tidak ada uang
pinjaman, maka tidak ada pula biaya-biaya modal. Akan
tetapi jika pemilik modal menetapkan modal tersebut untuk
diinvestasikan dalam suatu usaha maka ia harus
mengembangkan penggunaannya pada tujuan yang lebih
menguntungkan atau mungkin memasukannya ke bank
dimana bunga dapat diperoleh.
13
Dalam usaha menetapkan apakah pengembalian modal
(tingkat keuntungan = profitabilitas) yang diperoleh adalah
memenuhi maksud penggunaan modal tersebut, diperlukan
perbandingan atas tingkat keuntungan yang diharapkan
dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
modal yang sama dalam cara yang lain.
3.4. Kesetaraan
Konsep kesetaraan dalam hubungannya dengan bunga
modal dapat digambarkan dalam situasi berikut ini,
pinjaman sebanyak Rp 8.000.000 disepakati untuk
dikembalikan dalam jangka waktu empat tahun ditambah
dengan bunga 10% per tahun. Ada beberapa cara yang dapat
ditempuh untuk pembayaran pinjaman/hutang tersebut,
antara lain empat cara seperti yang tercantum dalam Tabel
1. Empat cara pengembalian utang pada tingkat bunga 10%
Jumlah Bunga Total uang Pengem Pengem
Th pinja Bank yang di balian balian
(1) man (juta) pinjam pada wajib total
pada (3)= akhir tahun (juta) akhir
14
awal 10% x ke (juta) (5) tahun ke
tahun (2) (4)= (2) + (3) (juta)
ke (juta) (6) = (3)
(2) + (5)
Rencan Pengembalian wajib Rp 2 000 000 tiap akhir
a1: tahun ditambah bunga bank
1. 8 0,8 8,8 2 2,8
2. 6 0,6 6,6 2 2,6
3. 4 0,4 4,4 2 2,4
4. 2 0,2 2,2 2 2,2
0,2 8 10
Rencana 2 : Pembayaran bunga setiap akhir tahun dan
pengembalian wajib pada akhir tahun ke 4
1 8 0,8 8,8 0 0,8
2 8 0,8 8,8 0 0,8
3 8 0,8 8,8 0 0,8
4 8 0,8 8,8 8 8,8
32 8 11,2
Rencana 3: Pengembalian seragam setiap akhir tahun
1 8 0,800 8,8 1,724 2,524
2 6,276 0,628 6,904 1,896 2,524
3 4,380 0,438 4,818 2,086 2,524
4 2,294 0,230 2,524 2,294 2,524
2 096 8 10,096
Rencana 4 : Pengembalian wajib dan bunga dilakukan 1 kali
pada setiap akhir tahun ke 4
1 8 0,800 8,8 0 0
2 8,8 0,880 9,680 0 0
15
3 9 680 0,968 10,648 0 0
4 10 648 1 065 11,713 8 0
3 713 8 11,713
11,713
16
Tabel 2. Dua alternatif pembayaran
Tahun Alternatif 1 Alternatif 2
1 Rp 2 800 000 Rp 800 000
2 2 600 000 800 000
3 2 400 000 800 000
4 2 200 000 8 800 000
Total 10 000 000 Rp 11 200 000
17
Rp 8.000.000,- dengan bunga modal 10% per tahun. Yang
menarik di sini adalah kedua alternatif ini setara pada
tingkat bunga 10% per tahun karena kedua-duanya setara
pada tingkat nilai sekarang seharga Rp 8.000.000. Demikian
juga dengan alternative 3 dan 4.
Tabel 3 memperlihatkan satu cara rasionalisasi perencanaan
Tabel 3 dengan menggunakan nisbah total pembayaran
bunga modal terhadap total terhutang seluruh tahun.
Tabel 3 Nisbah total bunga dan total utang
Cara Total Total bunga
pengembalian hutang Rp- modal yang Nisbah
pinjaman tahun 1) dibayarkan2)
(1) 20 000 000 2 000 000 0.1
(2) 32 000 000 3 200 000 0.1
(3) 20 960 000 2 096 000 0.1
(4) 37 130 000 3 713 000 0.1
1)
Jumlah seluruh utang ( kolom 2, Tabel 3)
2)
Jumlah seluruh bunga atas utang (kolom 3, Tabel 3)
18
Tabel 3 di atas menunjukkan adanya suatu hubungan yang
tetap yaitu 0.1 atau nisbah total bunga modal yang
dibayarkan terhadap total hutang adalah 10% untuk semua
alternatif. Dari perhitungan ini dapat dimengerti mengapa
alternatif-alternatif pembayaran kembali bersifat setara
sedangkan perbedaan jumlah terhutang hanya menunjukkan
variasi perencanaan pengembalian bagi peminjam modal.
Keempat alternatif pembayaran kembali seperti
digambarkan pada Tabel 1 hanya setara pada tingkat bunga
10%. Pada tingkat bunga selain 10% akan memperlihatkan
nilai sekarang (present worth) atau pembayaran akhir yang
berubah-ubah di antara berbagai alternatif.
19
F = Jumlah uang nanti (nilai setara dari satu atau lebih arus
tunai relatif terhadap satu waktu tertentu)
A = Arus tunai pada setiap akhir periode (nilai arus tunai
yang setara pada akhir periode)
G = Kenaikan atau penurunan arus tunai dari periode ke
periode secara seragam.
F = 115.76
i = 5%
1 2 3
P = Rp 100 000
20
tunai untuk mendapatkan nilai uang pengembalian pada
akhir tahun ketiga dari Rp 100.000,- yang dibayarkan
dengan tingkat bunga majemuk 5% per tahun. Beberapa
konvensi diagram arus tunai:
a. Garis lurus menunjukkan skala waktu
b. Tanda panah menunjukkan arus uang dimana secara
umum arah panah ke bawah adalah biaya (arus biaya)
dan arah panah ke atas menunjukkan penerimaan (arus
penerimaan)
c. Diagram arus tunai tergantung pada titik pandang
21
IV. JENIS BUNGA MODAL
22
Total penerimaan yang dimiliki pada akhir tahun ketiga (J)
menjadi Rp 115 000 atau
J = P + I = P (1+Ni) (2)
23
biaya sewa. Pada akhir bulan kedua diberikan lumpsum pada
operator. Jika biaya operator 6% per tahun dan ia
menginginkan keuntungan dan kontingensi 10% terhadap
biaya, berapa lumpsum untuk operasi.
Penyelesaian:
Upah :
Rp 1 000/jam 24 jam /hari x 128 hari 3 072 000
Rp 1500/jam x 24 jam/hari x 26 Sabtu 936 000
Rp 2000/jam x 24 jam/hari x 29 minggu
dan libur 1.392 000
Rp 5 400 000
Pajak dan asuransi (13% x Rp 5400 000) 702 000
Bahan bakar (Rp 20 000/hari x 183 hari) 3 660 000
24
Rp 14 562 000
25
Tabel 4. Pengaruh bunga modal majemuk atas biaya modal
26
140,000
120,000
Nilai Uang (Rp)
100,000
80,000
60,000 Bunga Sederhana
40,000 Bunga Majemuk
20,000
-
0 1 2 3
Periode Waktu (Tahun)
27
A. Rumus pembayaran tunggal yang berhubungan
dengan nilai sekarang P (present worth) dan nilai
yang akan datang F (future worth).
1. Mencari F, diketahui P
Jika ada sejumlah P rupiah pada saat ini dan i% sebagai
tingkat bunga modal per periode, maka jumlah ini akan
meningkat untuk waktu yang akan datang sebesar
28
adalah (F/P, i%, N). Selanjutnya persamaan 4 dapat
dinyatakan sebagai
Penyelesaian:
P = Rp 1 juta
i = 10%
1 2 3 4 5 6 7 8
F=?
Gambar 4. Diagram arus tunai mencari F diketahui P
29
F = P (1 + 0.10) 8
F = P (F/P, 10%, 8)
F = 1 000 000 (2.1436)
F = Rp 2 143 600
2. Aturan 72
Sejumlah uang yang dikenakan bunga majemuk dengan
tingkat i% per periode akan menjadi dua kali lipat
jumlahnya dalam periode waktu sekitar 72/i. Sehingga
sejumlah uang yang diinvestasikan pada tingkat bunga
majemuk 3% per periode (bulan atau tahun) nilainya akan
menjadi dua kali lipat dalam waktu 72/3 = 24 periode
investasi. Hal ini dapat diperhitungkan sebagai berikut:
(1+i%) N = 2
(1+0.03)N = 2
(1.03)N = 2
1.03
N= log 2 = ln 2/ln 1.03 = 23.4 = 24
(1+0.03)24 = 2
30
Gambar 5 menunjukkan pengaruh bunga majemuk terhadap
nilai uang sejumlah Rp 1 juta untuk periode 10 tahun pada
beberapa tingkat bunga.
7000000
6000000 20%
Nilai Uang (Rp)
5000000
15%
4000000
3000000 10%
2000000 5%
1000000
0%
0
0 2 4 6 8 10
Periode Waktu (Tahun)
31
1
Nilai N
dinamakan faktor nilai sekarang
(1 i)
pembayaran tunggal.. Simbol fungsionalnya (P/F, i%, N),
sehingga persamaan (6) dituliskan sebagai
I = 10%
1 2 3 4 5 6
P= ?
32
1
P=F 6
(1 0.10 )
1,200,000
1,000,000
0%
Nilai Uang (Rp)
800,000
5%
600,000
10%
400,000
15%
200,000
20%
-
0 2 4 6 8 10
Periode Waktu (Tahun)
33
B. Rumus-rumus yang berhubungan dengan arus tunai
seragam (Annuity) terhadap nilai sekarang, P, dan
nilai yang akan datang, F.
A A A A A
1 2 3 N-1 N
i = bunga modal per
P periode F
34
A = Seri pembayaran seragam
N = Jumlah periode
P = nilai sekarang
F = nilai yang akan datang
35
atau
(1 i) N 1
F=A (8)
i
(1 i) N 1
Nilai dinamakan faktor mejemuk pembayaran
i
seragam dengan simbol (F/A, i%, N). Jadi persamaan 8
dapat. dinyatakan sebagai
Contoh:
Berapa akumulasi uang jika tabungan Rp 2 juta setiap tahun
berlangsung selama 3 tahun dengan tingkat bunga 10% per
tahun.
F = ……?
1 2 3
A = Rp 2 juta
36
F = A ( F/A, 10%, 3)
= Rp 2 000 000 ( 3 3100)
= Rp 6 620 000
Secara kesetaraan dapat diartikan bahwa nilai Rp 6 620 000
adalah setara dengan pembayaran 3 x Rp 2 000 000
(1 i) N 1
P=A N
(10)
i (1 i)
37
Nilai yang berada dalam tanda kurung pada persamaan (10)
adalah faktor kesetaraan nilai sekarang terhadap suatu seri
tunai seragam. Nilai numeriknya diperhitungkan sebagai
Bunga Majemuk, dengan symbol (P/A, i%, N). Jadi
persamaan (10) selanjutnya dapat dinyatakan sebagai:
P = A (P/A, i%, N) (11)
Contoh:
Berapa yang harus disimpan sekarang jika ingin
mendapatkan Rp 100 000 setiap tahun selama 9 tahun
dengan tingkat bunga 10% per tahun.
A = Rp 100 000
1 2 3 9
I = 10%
P = ……?
38
P = A (P/A, 10%, 9)
= Rp 100 000 (5.7590)
= Rp 575 900
Contoh
39
Berapa arus tunai seragam yang harus ditabung setiap tahun
agar tercapai akumulasi Rp 10 juta pada akhir tahun kelima.
F = Rp 10 juta
A = ……?
1 2 3 4 5
A = F (A/F, 10%, 5)
A = Rp 10 000 000 (0.1638)
A = Rp 1 638 000
i(1 i) N
A=P (14)
(1 i) 1
N
40
Persamaan di atas adalah hubungan untuk mencari arus
tunai seragam A setiap akhir periode selama N periode yang
setara dengan nilai sekarang P (pada awal periode pertama).
Nilai yang terdapat dalam tanda kurung adalah faktor
capital recovery symbol (A/P, i%, N). Jadi persamaan (14)
dapat dinyatakan sebagai:
i = 10%
2 10
3
41
A =.....?
Gambar 12. Diagram arus tunai mencari A diketahui P
A = P (A/P, 10%, 10)
= Rp 1 000 000 (0.1627)
= Rp 162 7000
Rumus-rumus bunga modal majemuk diskrit dan simbolnya
untuk 6 faktor seperti diuraikan di atas dapat dinyatakan
dalam Tabel 5.
Faktor pengali
Term yang Term pada term
Simbol
akan yang yang nama Nama Faktor
diketahui faktor faktor
ditentukan
diketahui
Arus tunai pembayaran unggal
Majemuk arus
F P (1 + i) N (F/P. i%. N)
tunai tunggal
1 Nilai
P F sekarang arus (P/F. i% N)
(1 i) N tunai tunggal
Arus tunai pembayaran segaram (annuity)
(1 i) N 1 Majemuk arus
F A tunai seragam
(F/A. i%.N)
i
42
(1 i) N 1 Nilai
P A N
sekarang arus (P/A.i%.N)
i (1 i) tunai seragam
1 Sinking
A F (A/F. i%. N)
(1 i) 1
N
fund
i(1 i) N Capital
A P (A/P. i%.N)
(1 i) 1
N
recovery
Keterangan ;
i = Tingkat bunga per periode
F = Nilai yang akan datang
N = Lama periode
A = Arus tunai seragam (berlaku pada akhir setiap
periode)
P = Nilai sekarang
43
seragam yang diangsur setelah periode J. Pada gambar
tersebut terlihat bahwa arus tunai pembayaran biasa telah
berpindah dari waktu sekarang (waktu 0) ke J periode.
Dalam situasi angsuran seragam yang dimulai pada periode
J maka angsuran pertama dilakukan pada akhir periode ke (J
= 10) dengan catatan bahwa setiap periode memiliki panjang
waktu yang sama.
1 2 3 N-1 N
1 J-1 J
Waktu sekarang i%
44
arus tunai pembayaran tunggal A (P/A, i%, N) dari periode 0
ke periode J adalah
A (P/A, i%, N) (P/F i%. J) (16)
Contoh: Seorang ayah ingin menetapkan berapa uang yang
harus ditabung tepat anaknya lahir agar diperoleh Rp 2 000
000 setiap ulang tahun anaknya yang ke-18, 19, 20 dan 21
dengan tingkat bunga majemuk 5% per tahun.
Penyelesaian: Contoh di atas dapat digambarkan:
A= Rp 2 juta
45
1. Pembayaran angsuran seragam biasa (ordinary annuity)
berlangsung selama empat kali masing-masing sebesar Rp 2
000 000 dan nilai sekarang arus pembayaran seragam
tersebut berlaku pada ulang tahun ketujuh belas.
P17 = A (P/A, 5%, 4) = 2 000 000 (3.5460) = Rp 7 092 000
2. Dengan menggunakan periode dasar P 0 maka P 17 berubah
menjadi F17 sebagai nilai yang akan datang.
P0 = F17 ( P/F, 5% 17) = 7 092 000 (0.4363)
= Rp 3 094 240
3. Besarnya uang yang harus ditabung adalah Rp 3 100 000
Selanjutnya ingin ditentukan nilai kesetaraan dari arus tunai
seragam Rp 2 000 000 bila menggunakan referensi ulang
tahun ke 24 :
46
= Rp 8 620 000
3. Tentukan nilai F24 dengan merubah F21 menjadi P21
F24 = P 21 (F/P, 5%,3)
= 8 620 200 (1.1576)
= Rp 9 979 000
47
Semua rumus-rumus dan numerik Bunga Majemuk dari arus
seragam berlaku pada setiap akhir periode pembayaran.
Nilai numerik pada perhitungan Bunga Majemuk yang sama
dapat digunakan untuk pembayaran awal setiap periode
dengan memperhatikan:
1. P (nilai sekarang) berlaku satu periode sebelum A
pertama
2. F (nilai yang akan datang) berlaku pada saat yang sama
dengan akhir setiap periode selama N periode sesudah P.
Diagram berikut adalah arus tunai seragam dengan
pembayaran Rp 100 000 setiap awal periode. Pembayaran
pertama berlangsung pada awal periode pertama (waktu 0)
dan pembayaran kelima berlangsung awal periode kelima
atau sama dengan akhir periode keempat (waktu 4).
1 2 3 4 5
P -1 Po=F0=… F 4 = P4 =
F 5=…?
48
Gambar 15. Diagram arus tunai seragam menurut periode P
dan F
Soal: Tentukan nilai dari arus tunai seragam terhadap awal
periode pertama (P 0 ) dan terhadap akhir periode ke – 5 (F5 )
F4 = A (F/A, 10%, 5)
49
= 100 000 (6.1051)
= Rp 610 510
Selanjutnya F4 menjadi nilai sekarang P 4 jadi
F5 = P4 (F/P, 10.5%, 1)
= 610 510 (1.1)
= Rp 671 560
50
1. Nilai sekarang, P 0
2. Nilai yang akan datang, F8
3. Nilai tahunan yang seragam, A?
500
200 400 400 400 400 400 x Rp
100 1000
1 2 3 4 5 6 7 8
i = 20%
P0 =....? F8 =....?
Gambar 16. Diagram arus tunai gradien dengan dasar tahun
pertama
51
+ 500 000 (0.5789) +
400 000 (2.9906) (0.5789)
= Rp 1 204 600
52
b. Menggunakan nilai F8
A = F8 (A/F, 20%,8) = 5 170 000 (0.0606) = Rp 313 000
2G (N-3)G
(N-2)G
(N-1)G
53
Gambar 17. Diagram arus tunai gradien tanpa pembayaran
pada akhir periode 1.
Gambar di atas menunjukkan arus tunai yang meningkat
secara konstan sebesar G setiap akhir periode. Besaran itu
disebut sebagai nilai gradien. Arus gradien seperti terlihat
pada tabel di bawah ini menjadi dasar penurunan rumus dan
nilai numeriknya.
54
Nilai sekarang (P) seri arus gradien adalah
1 1 1
P=G 2
+ 2G 3
+….+ (N –2)G N 1
+
(1 i) 1 i ) (1 i)
1 1 (1 i) N 1 N
(N-1) G N
=Gx - (16)
(1 i) i i (1 i) N (1 i) N
1 (1 i) N 1 N
Nilai dinamakan faktor konversi
i i(1 i) N
(1 i) N
1
[P/A, i%, N) – N (P/F, i%, N)]
i
55
P = G (P/G, i%, N) ................................... (17)
1 (1 i) N 1 N i (1 i ) N
= Gx
(1 i) 1
N
i i (1 i) N N
(1 i)
1 N
= G x 1 (18)
i (1 i) N 1
N
Nilai 1 disebut sebagai faktor konversi
(1 i N 1
56
diperhitungkan sebagai Bunga Majemuk, dengan simbol
(A/G, i%, N) menjadi
57
= 1 000 000 (3.79)
= Rp 3 790 000
Nilai arus tunai seragam A, ditentukan dari persamaan (19)
A = G (A/G,15%,4) = 1.000 000 (1.3263) = 1326300
atau dengan menggunakan nilai sembarang, P0.
A = P0 (A/P,15%,4)
= 3 790 000 (0.3503)
= Rp 1 326 300
1 2 3 4
58
Pot = ….? 5 juta 6 juta 7 juta 8 juta
Atau:
i = 15%
1 2 3 4 +
A=5
juta
POA = ….?
i = 15%
1 2 3 4
1 juta
POG= ….? 2 juta
3 juta
Gambar 18. Diagram arus gradien konstan
59
= A (P/A, 15% 4) + G ( P/G, 15%, 4)
= 5 juta (2.8550) + 1 Juta (3.79)
= Rp 18 040 000
G. Tingkat Bunga Nominal dan Efektif
Dalam praktek sering dijumpai waktu antara satu periode
60
tengah tahunan maka bunga yang diperoleh setiap tahun
adalah:
6.090
x100% 6.09%
100
61
efektif dengan catatan bahwa tingkat bunga efektif selalu
62
Jumlah
Tingkat bunga efektif (%) untuk
Periode periode
tingkat bunga nominal
majemuk per tahun
(M) 6% 12% 21%
Tahunan 1 6 12 24
Tengah 2 6.09 12.36 25.44
tahunan 4 6.14 12.55 26.25
Kwartal 6 6.15 12.62 26.53
Dua bulanan 12 6.17 16.68 26.82
Bulanan
a. Arus tunggal
63
Contoh : Jika Rp 100 000 diinvestasikan selama 10 tahun
pada tingkat bunga majemuk 6% setiap kwartal. Berapa nilai
uang tersebut pada akhir tahun kesepuluh.
Penyelesaian
Ada empat perlakuan periode majemuk setiap tahun
sehingga total periode adalah 4 x 10 = 40 periode. Dengan
demikian tingkat bunga periode menjadi 6%/4 = 1.5%.
Dengan menggunakan persamaan (3) maka akan diperoleh
nilai uang pada akhir tahun kesepuluh sebesar:
F = P (F/P, 1.5%, 40)
= 100 000 ( 1. 814) = Rp 181 400
64
Anggap seseorang berkewajiban membayar pompa rotari
seharga Rp 10 000 000 yang harus dicicil setiap akhir bulan
selama 5 tahun dengan tingkat bunga majemuk 12% secara
bulanan. Berapakah cicilan per bulannya ?
Penyelesaian
Jumlah periode cicilan adalah 5 x 12 = 60 dan tingkat bunga
per periode adalah 12%/12 = 1%. Dengan menggunakan
persamaan (13) maka cicilan per bulan
A = P (A/P, 1%. 60)
= 10 juta ( 10. 0222) = Rp 222 000
Contoh.
Anggap bahwa biaya operasi suatu mesin pengolahan
pangan adalah 0 pada akhir 6 bulan pertama, Rp 1 000 000
pada akhir 6 bulan kedua dan selanjutnya meningkat Rp 1
000 000 pada setiap akhir periode 6 bulan sampai mencapai
4 tahun. Tentukan arus pembayaran seragam pada akhir
65
setiap 8 bulan selama periode 8 bulan jika tingkat bunga
majemuk tengah tahun adalah 20%.
Penyelesaian
Diagram arus tunai pada contoh di atas digambarkan sebagai
berikut:
7 x10 6
6 x10 6
5 x10 6
64 x10 6
3 x10
2 x10 6
1 x10 6
1 2 3 4 5 6 7 8
A = …? i =20%/2=10%
66
Tabel 6. Rangkuman bunga modal majemuk yang utama
67
V. PERHITUNGAN NILAI WAKTU DARI UANG
DENGAN EXCELL
Formula Excell
Untuk melakukan perhitungan nilai uang di waktu
mendatang dari sejumlah uang sekarang, atau sebaliknya,
Excell telah menyediakan sejumlah formula yang dapat
digunakan. Di dalam setiap formula terdapat 5 (lima)
peubah di mana dengan mengetahui 4 (empat) di antaranya
maka peubah yang kelima dapat dihitung nilainya.
68
RATE adalah tingkat bunga per periode waktu, NPER
adalah lamanya periode waktu perhitungan, PMT adalah
besarnya pembayaran jika dilakukan secara mencicil,
sementara PV adalah nilai sekarang dari sejumlah uang dan
FV adalah nilai uang kemudian yang dikehendaki. Di dalam
formula di atas, antara nilai PMT dan PV, serta nilai PMT
dan PV saling meniadakan, artinya jika ada nilai PMT maka
nilai PV dan FV menjadi 0, dan berlaku sebaliknya. Sejalan
dengan itu, jika ada nilai PV maka nilai FV nol, dan
sebaliknya.
Contoh 1:
Sejumlah Rp 1 juta hendak ditabung untuk jangka waktu 5
tahun pada Bank A atau Bank B. Bank A menawarkan
tingkat bunga majemuk 5% pertahun yang dihitung per 3
bulanan, sedangkan Bank B menawarkan tingkat Bunga
majemuk 5% pertahun dihitung secara harian. Formula
untuk menghitung nilai kemudian dari uang sejumlah 1 juta
69
pada Bank A dimasukkan pada sel C6 sebagai
=FV(C4,C5,0,C3,0).
70
dihasilkan oleh bank A. Dengan demikian akan lebih
menguntungkan bila sejumlah Rp 1 juta yang ada
ditabungkan pada Bank B.
Contoh 2:
Demikian pula halnya jika diperlukan untuk menghitung
besarnya nilai uang sekarang (PV) yang harus disediakan
untuk ditabung di Bank A atau Bank B, dengan kondisi
penawaran yang sama seperti pada Contoh 1, jika
menghendaki tersedianya dana sebesar Rp 2 juta dalam
waktu 5 tahun yang akan datang.
71
Formula untuk menghitung nilai sekarang dari uang
sejumlah 2 juta pada Bank A dimasukkan pada sel C6
sebagai =PV(C4,C5,0,C3,0). Demikian juga untuk Bank B
pada sel D6 sebagai =PV(D4,D5,0,D3,0).
72
Contoh 3:
Selanjutnya, dapat pula dihitung berapa besarnya cicilan per
periode yang harus dibayarkan ke Bank A atau Bank B
untuk sejumlah dana pinjaman sebesar Rp 1 juta untuk
jangka waktu 5 tahun.
73
maka nilai PV dimasukkan sebagai nilai positif. Unsur
terakhir di dalam formula adalah type yang cukup diisi
dengan nilai 0 jika nilai dihitung di akhir periode atau 1 jika
perhitungan dilakukan disetiap awal periode.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa meminjam di Bank B
memerlukan jumlah dana pengembalian secara mencicil
yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang diperlukan
untuk Bank A. Dengan demikian akan lebih menguntungkan
bila meminjam sejumlah Rp 1 juta dari Bank B.
Contoh 4:
Perhitungan di bawah ini adalah mencari nilai cicilan per
periode yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah dana
dikemudian hari pada Bank A atau Bank B untuk jangka
waktu selama 5 tahun.
Formula untuk menghitung nilai cicilan (PMT) dari uang
sejumlah 1 juta yang akan dihasilkan dari menabung di Bank
A dimasukkan pada sel C6 sebagai =PMT(C4,C5,0,C3,0),
untuk Bank B pada sel D6 sebagai =PMT(D4,D5,0,D3,0).
74
Gambar 23. Menghitung PMT diketahui FV, RATE, NPER
75
VI. BIAYA PENYUSUTAN
A. Penyusutan
Penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu asset
selama periode tertentu. Penurunan nilai ini dapat
dinyatakan sebagai sejumlah nilai (uang) yang harus
disisihkan setiap periode untuk memenuhi biaya pembelian
suatu asset sehingga pada akhir penggunaan asset tersebut
telah terkumpul sejumlah uang yang besarnya sama dengan
biaya pembelian aset tersebut. Konsep ini sering dinamakan
“Amortisasi”. Penurunan nilai biasanya ditentukan atas
dasar tahunan dan dibebaskan pada produk yang dihasilkan.
Prinsip pembahasan ini dibebankan karena sesuatu aset baik
mesin bangunan atau aset lainnya digunakan untuk
menghasilkan suatu produk.
Contoh, seseorang menanamkan investasi Rp 9 000 000
untuk pembelian suatu pabrik kecil pembuat tahu dengan
perkiraan produksi 500 biji per hari dan rencana operasi 300
76
hari per tahun. Biaya bahan dan operasi Rp 20 000/100 biji.
Produk dapat dijual dengan harga Rp 50 000/100 biji, umur
mesin 3 tahun.
Pada akhir tahun pertama ia memperoleh keuntungan
sebesar Rp 4 500 000 dan selanjutnya sama untuk 2 tahun
berikutnya pada saat mana mesin sudah memperlihatkan
kondisi buruk sehingga tidak dapat lagi dipertahankan lebih
lama untuk beroperasi. Untuk melanjutkan usaha ini maka ia
harus membeli mesin baru.
Selama periode tiga tahun ia memperoleh keuntungan Rp 4
500 000 per tahun dan kebutuhan hidupnya dipenuhi dari
keuntungan tersebut. Pada akhir tahun ketiga ia tahu bahwa
tidak akan lama lagi modal sebesar Rp 3 000 000 akan habis
apabila ia tidak menyiapkan uang untuk membeli mesin
baru. Kesalahan yang ia lakukan adalah tidak menyadari
penyusutan akan terjadi.
Dari contoh tersebut di atas dapat dihitung bahwa
untuk setiap biji tahu akan terjadi penurunan nilai mesin
sebesar Rp 9 000 000/4 500 = Rp 2 000. Nilai ini (Rp 2000)
77
dibebankan sebagai biaya penyusutan untuk setiap 100 biji.
Jadi biaya yang sebenarnya adalah Rp 22 000 untuk setiap
100 biji tahu. Dengan demikian keuntungan yang
sebenarnya dapat ditentukan dan di dalam waktu yang sama
pengembalian modal juga dapat ditentukan.
B. Nilai
Oleh karena penyusutan didefenisikan sebagai
penurunan nilai maka beberapa terminologi yang
berhubungan dengan nilai (value) perlu diketahui:
a. Nilai pasar (market value). Nilai yang cocok antara
pembeli dan penjual. Dalam banyak hal nilai penyusutan
disesuaikan pada nilai pasar. Harga awal suatu baru
ditentukan atas dasar harga pasar.
b. Nilai pakai (use value). Nilai ini berhubungan dengan
kesukaan khas pemakai yang berbentuk dengan kondisi
aset. Sesuatu aset mungkin mengandung nilai yang lebih
bagi pemilik aset tersebut akan tetapi jika aset tersebut
berpindah tangan mungkin perlu penyesuaian bagi
78
pemilik baru atau diperlukan biaya tambahan untuk
mengoperasikannya.
c. Nilai patut (fair value). Nilai ini biasanya ditentukan oleh
sikap yang wajar baik seperti dalam rangka harga antara
pembeli dan penjual.
d. Nilai buku (book value). Nilai ini sering disebut sebagai
nilai pasca susut (depriciated value) yaitu nilai dari suatu
aset pada saat ini. Nilai ini dihitung dasar harga
pembelian awal dikurangi dengan nilai penyusutan yang
telah dibebankan pada aset tersebut.
e. Nilai loak (salvage value, resale value). Harga yang
diperoleh atas penjualan sesuatu aset. Nilai ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Adanya alasan tertentu dari pemilik aset berupa
perubahan pandangan terhadap penggunaan aset
tersebut
2. Besar kecilnya biaya untuk memproduksi kembali aset
tersebut pada saat ini.
79
3. Lokasi aset yang berhubungan dengan jarak lokasi
pemindahan aset tersebut oleh pemakai selanjutnya
4. Kondisi fisik aset tersebut. Kondisi aset yang
dipertahankan baik dan beroperasi dengan baik
memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada aset
yang perawatannya diabaikan sehingga memerlukan
biaya perbaikan sebelum digunakan oleh tangan
kedua.
f. Nilai scrap (scrap value). Dalam studi ekonomi nilai scrap
sering dianggap nol. Hal ini disebabkan karena harga
suku cadang berfluktuasi sepanjang waktu dan ada suku
cadang yang tidak terjamin ketersediaannya di waktu
yang akan datang.
g. Nilai nyata (actual value). Nilai ini dimasukkan pada nilai
erat ditambahkan pada produk.
80
A. Penyusutan Fisik
Dikatakan penyusutan fisik oleh karena adanya
penurunan kemampuan fisik dari suatu aset untuk
beroperasi. Faktor lama pemakaian, cara pemakaian dan
kerusakan adalah penyebab umum terjadinya penurunan
kemampuan fisik. Penurunan ini menyebabkan biaya operasi
dan perawatan meningkat, output produk dan akhirnya
mengakibatkan penurunan profit.
Penyusutan fisik merupakan fungsi waktu dan
pemakaian. Salah satu faktor yang mempengaruhi
penyusutan fisik adalah dengan perbaikan. Perawatan tidak
boleh dicampuradukan dengan perbaikan. Perawatan yang
baik dapat mempertahankan kemampuan awal dari aset akan
tetapi perbaikan karena kerusakan akan menurunkan
kemampuan aset secara nyata.
81
yang terjadi adalah akibat dari penurunan permintaan atas
fungsi aset tersebut. sehubungan perubahan gaya hidup di
masyarakat, adanya mesin yang lebih efisien atau karena
pasaran jenuh. Selain itu peningkatan permintaan dapat
diartikan bahwa mesin yang ada sekarang tidak cukup
menghasilkan volume produksi yang dibutuhkan.
Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan umur
yang sebenarnya suatu aset lebih pendek dari umur harapan
adalah:
82
C. Penyusutan Karena Perubahan Tingkat Harga
Kenaikan tingkat harga karena inflasi dapat
mengakibatkan pengembalian modal tidak akan cukup untuk
penggantian aset yang baru dan serupa. Hal yang sama juga
berlaku pada kondisi dimana modal pembelian aset telah
diperoleh kembali seluruhnya melalui prosedur penyusutan
yang benar. Ini berarti penurunan nilai terjadi pada modal
(uang) atau dengan kata lain penyusutan bukan pada aset
fisik. Dengan alasan ini maka penyusutan karena perubahan
tingkat harga tidak dipertimbangkan dalam studi ekonomi.
Alasan lain adalah inflasi terhadap penyusutan tahunan tidak
diikutkan dalam penentuan profit dalam konteks perhitungan
pajak pendapatan.
83
menguntungkan maka aset tersebut dikatakan tidak memiliki
lagi nilai komersil sehingga tidak perlu dipertahankan lagi
untuk waktu seterusnya. Ini berarti umur ekonomi aset telah
habis.
Penentuan biaya penyusutan hendaknya didasarkan pada
umur ekonomi. Dalam hal ini peralatan yang tidak
memuaskan dari sudut pandang ekonomi perlu diganti tanpa
menyebabkan kehilangan modal, sekalipun peralatan
tersebut masih dalam kondisi fisik operasionil. tabel di
bawah ini memperlihatkan data umur penyusutan beberapa
mesin dan peralatan yang didasarkan pada pengalaman yang
lalu. Penulis menyajikan umur batas bawah dan batas
maksimum pada beberapa mesin dan peralatan sehubungan
dengan alasan teknis yang berlaku di negara yang sedang
berkembang. Data yang disajikan ini tidak menjadi jaminan
keberhasilan yang sama untuk waktu yang akan datang.
84
Jenis Tahun
Transportasi
Mobil (termasuk taksi) 3,5 – 4,5
Truk umum
Besar 5-7
Kecil 3-5
Peralatan pengolahan
Pompa, kipas, peralatan pasteurisasi 8
*)
peralatan pengolahan pangan 12
Peralatan pengolahan biji-bijian 10
Penggilingan biji-bijian 10
Pabrik (manufacturing)
Pabrik gula, dan peralatan pengolahan gula 14.5
Pabrik tembakau dan peralatan pengolahan 12
tembakau
Pengolahan kayu 8
Peralatan kimia 9
Pabrik metal 9.5
Peralatan listrik 9.5
Peralatan elektronik 6
Jenis Tahun
Bangunan
Pabrik 40
Toko 50
Gudang 60
Pertanian 25
Peralatan kantor
Furniture 4-6
85
Komputer dan perlengkapan 3-5
Mesin tik dan mesin lain 3–5
*) Ketel uap dan pendingin (Surface cooler)
Secara umum umur mesin-mesin dan peralatan dapat
disarankan 8 – 10 tahun.
Harga Awal
Biaya
Harga Akhir Penyusutan
86 Umur Ekonomis
penyusutan tahun ke enam dan nilai buku pada akhir tahun
ke enam. Asumsi tingkat bunga bank 3%/tahun.
Biaya penyusutan dapat dihitung dengan metode-
metode berikut ini:
A. Metoda penyusutan garis lurus (MPGL)
P S
d = (20)
N
n (P S)
Dn =
N
(21)
n (P S)
BVn = P -
N
(22)
87
P - S = Biaya penggantian
P S 140000 20000
d = = = Rp 12 000 /thn
N 10
n ( P S)
dn =
N
6 x (140000 20000)
d6 = = 72 000
10
Nilai buku pada akhir tahun ke n atau nilai akhir pada umur
n adalah
n ( P S)
BV n = P -
n
6(140000 20000)
BV6 = 140000 - = Rp 68 000
10
88
5 12.000 80000
6 12.000 68000
7 12.000 56000
8 12.000 44000
9 12.000 32000
10 12.000 20000
P S
d=
H
dimana H adalah jumlah jam operasi.
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000 Penyusutan
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
89
Jika penggunaan aset tergantung terutama atas jam kerja
nyata atau atas dasar jumlah unit yang diproduksi, maka
biaya penyusutan dapat dihitung sebagai berikut
Biaya penyusutan mesin/jam
90
Tabel penyusutannya menjadi:
Penyusutan tahunan Aku
Ta Nilai Penyu Jumlah Penyu mulasi Nilai
Hun awal sutan/ unit sutan/ penyu buku
unit tahun sutan
140
0 120000 - - - -
000
1 800 25 20000 20000 120000
2 800 20 16000 36000 104000
3 800 15 12000 48000 92000
4 800 15 12000 60000 80000
5 800 15 12000 72000 68000
6 800 15 12000 84000 56000
7 800 15 12000 96000 44000
8 800 15 12000 108000 32000
9 800 10 8000 116000 24000
10 800 5 4000 120000 20000
91
disarankan dan diterapkan untuk aset yang cukup diketahui
kemampuannya.
d1 = P x K (23)
penyusutan tahun ke N:
dn = (Pn – 1) K (24)
92
S = P (1-K) N (25)
n/N
S
BVn = P
P
Kecepatan penyusutan sehingga BV n = S adalah
N
K=1- S/ P (27)
K=1- n BV n / P (28)
93
melainkan cukup dengan memakai pedoman IRS dimana
nilai K tergantung pada tipe aset dan dinyatakan dalam term
penyusutan garis lurus di mana untuk nilai loak nol maka:
1
K= (29)
N
94
5 / 10
20
BV 5 = 120 = 48.97
120
6 / 10
20
BV 6 = 120 = 40.94
120
d 6 = 48.97 x 0.1641 = 8.03
95
BV 5 = 120 (1-0.2) 5 = 39.32
BV 6 = 120 (1-0.2) 6 = 31.46
d6 = 39.32 x 0.2 = 7.86
96
1 10 10/55 10/55
2 9 9/55 19/55
3 8 8/55 27/55
4 7 7/55 34/55
5 6 6/55 40/55
6 5 5/55 45/55
7 4 4/55 49/55
8 3 3/55 52/55
9 2 2/55 54/55
10 1 1/55 55/55
Jumlah 55 - -
digit
Contoh untuk periode 5 tahun adalah sebagai berikut
Faktor Faktor nilai
Tahun Digit
penyusutan buku
1 5 5/15 5/15
2 4 4/15 9/15
3 3 3/15 12/15
4 2 2/15 14/15
5 1 1/15 15/15
Jumlah 15 - -
97
Persamaan umum biaya penyusutan per tahun untuk
umur N adalah
2 (N n 1)
dn = (P-S) x (30)
N (N 1)
Jumlah digit = 55
5
Faktor penyusutan tahun ke enam =
55
5
d 6 = (120 – 20) = 9,09
55
45
BV 6 = 120 – (120 – 20) 38,8
55
Metoda SYD serupa dengan metoda prosentase tetap
dalam kecepatan penyusutan awal. Pengaruh persentase
seperti ini adalah penurunan profit selama tahun-tahun awal
dan penurunan pajak pendapatan dalam tahun yang sama.
98
Dengan metoda ini, apabila umur ekonomi, nilai akhir dan
tingkat bunga telah diketahui maka akumulasi tahunan yang
besarnya seragam dapat dihitung. Akumulasi ini bersifat
tabungan untuk tujuan penggantian aset.
99
E. Perbandingan Empat Metode Penyusutan
100
90
80
Nilai Buku (% dari harga awal)
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Umur (tahun)
100
VII. ANALISIS BIAYA
101
Mesin otomatik dengan harga tinggi mungkin akan
menurunkan biaya produksi akibat pengurangan tenaga kerja.
Mutu produk dapat dihasilkan dengan peralatan sortasi yang
baru akan tetapi kenaikan biaya produksi mungkin lebih
besar dari pada kenaikan nilai produk pada struktur harga
yang berlaku. Contoh-contoh diatas melibatkan aspek-aspek
keteknikan dalam ekonomi yang sering diabaikan.
Dalam menilai kelayakan suatu kegiatan ekonomi yang
mula-mula diperlukan adalah kemampuan untuk memperkirakan
arus kas (cash flow) dari kegiatan ekonomi tersebut. Semakin
akurat perkiraan yang dilakukan maka semakin akurat pula hasil
analisis yang diperoleh. Perkiraan arus kas ini meliputi arus kas
berupa manfaat atau penerimaan (inflow) dan arus kas biaya atau
pengeluaran (outflow). Jadi, arus kas menjadi bagian terpenting
yang harus diperhatikan oleh Pihak manajemen, investor,
konsultan dan stakeholder lainnya untuk memperhitungkan
kelayakan berdasarkan kriteria kelayakan investasi yang ada.
102
Pada bagian berikut ini diuraikan menyangkut
komponen-komponen arus kas dari suatu investasi yang akan
dianalisis kelayakannya dengan ekonomi teknik.
103
A. Macam Biaya
104
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap antara
lain biaya penyusutan, biaya bunga modal, asuransi, pajak,
dan biaya bangunan.
Rp9.00
Rp8.00
Rp7.00
Rp6.00
Biaya
Rp5.00
Rp4.00
Rp3.00
Biaya Tetap
Rp2.00
Rp1.00
Rp0.00
0
Volume2pekerjaan 4 6 8
105
a. Biaya penyusutan
b. Bunga modal
106
Pada awal tahun, bunga modal dikenakan pada harga awal
peralatan. Pada awal tahun ketiga peralatan ini menurun
menjadi Rp 800 000 (penyusutan garis lurus) dan bunga
menjadi Rp 80 000. Selanjutnya pada tahun awal kedepan
nilai peralatan menjadi Rp 300 000 dan bunga modalnya Rp
30 000. Prosedur ini disarankan penerapannya pada peralatan
yang merupakan unit proses utama atau peralatan yang
terpisah dari unit peralatan lainnya dan dipertahankan
penggunaannya sepanjang umur peralatan tersebut, seperti
ketel uap, generator dan hammer – mill.
107
digunakan sampai habis umur ekonominya. Juga berlaku
pada kondisi di mana semua unit peralatan tidak perlu
penggantian pada waktu yang sama. Cara ini sangat cocok
pula penerapannya pada usaha yang bersifat satu kesatuan
pengolahan dibandingkan usaha yang menggunakan mesin
secara individu.
c. Bangunan
108
bersifat proteksi langsung terhadap unit-unit produksi.
Apabila dianggap unit terpisah maka penentuan biaya
dilakukan sesuai dengan individu-individu mesin yang
dipecah secara khusus dengan menghitung biaya penyusutan
dan pemeliharaan tahunan pada bangunan tersebut.
Dalam hal bangunan dianggap sebagai satu kesatuan dengan
unit produksi maka bangunan dapat dipecah menurut
individu-individu mesin yang terletak di atas bangunan
tersebut.
Perhitungan dapat dilakukan atas dasar biaya tahunan,
menurut luas lantai atau volume ruangan yang ditempati
mesin atau atas dasar biaya per unit produksi.
Jika tata letak peralatan bersifat satu kesatuan yang terikat
dimana unit-unit peralatan ditempatkan dalam posisi yang
tersusun satu dengan yang lainnya dan berdekatan satu
dengan lainnya maka pendekatan yang lebih akurat adalah
atas dasar volume ruangan yang ditempati dengan
menentukan indeks atau bobot untuk setiap unit peralatan.
Penentuan biaya bangunan atas dasar luas dasar lantai
109
kurang tepat untuk tata letak tersusun seperti tersebut
diatas.
Untuk suatu mesin berukuran kecil tetapi harganya sangat
tinggi dan memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap
nilai produksi yang dihasilkan maka biaya bangunan lebih
sesuai bila ditentukan atau dibagi atas dasar nilai produk
relatif terhadap nilai tambah produk tersebut atau atas
dasar biaya tahunan periode tersebut. Misalkan, meja
sortir buah-buahan seharga Rp 600 000 memerlukan
lantai 12 m 2 sedangkan peralatan „pitting buah” yang
bekerja otomatik seharga Rp 850 000 hanya memerlukan
2 m 2 . Penentuan biaya bangunan untuk kontrol ini
mungkin lebih sesuai dengan cara menghargai bangunan
atas dasar harga awal dari pada atas dasar luas lantai.
110
prosentase harga taksir. Asuransi didasarkan pada harga alat
yang berlaku pada saat itu dan hasilnya disesuaikan atau
skop nilai tertentu .
111
perbaikan dan upah operator. Biaya bahan bakar dan pelumas
akan dikeluarkan jika mesin dioperasikan.
Semakin lama dioperasikan maka semakin banyak bahan
bakar yang dikonsumsi dan semakin sering dilakukan
penggantian pelumas. Misalnya, selama mesin-mesin
penggilingan padi dipakai terdapat bagian-bagian yang aus
dan perlu diganti, seperti rubber roll.
Biaya perbaikan meliputi biaya penggantian barang yang
aus, upah tenaga kerja terampil untuk perbaikan khusus,
pengecatan, pembersihan, dan perbaikan karena faktor yang
tidak terduga.
Total biaya tidak tetap biasanya menggunakan satuan
rupiah per jam. Untuk komponen tertentu seperti steam yang
diproduksi oleh pabrik sendiri dan digunakan untuk lebih
dari unit operasi, harganya ditentukan atas dasar
pemakaian.
a. Tenaga Kerja
112
Tenaga kerja berupa operator biasanya dinyatakan atas
dasar per hari atau per jam. Upah seorang operator yang
melayani sejumlah mesin otomatik ditentukan atas dasar
waktu yang diberikan pada masing-masing mesin.
b. Pemeliharaan
Perawatan atau pemeliharaan antara lain meliputi :
Pelumasan
100
Biaya tidak tetap (Rp)
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Volume pekerjaan
113
Penggantian karena aus dan lainnya
Perbaikan akibat kerusakan tak terduga
Upah tenaga kerja terampil untuk pekerjaan tertentu
seperti perbaikan khusus, pengujian adjustment alat
mesin.
Pengecetan, pembersihan/pencucian
114
- Pompa untuk menyalurkan susu, dalam ruang pasteurisasi
- Ketel uap untuk keperluan proses pasteurisasi
- Surface cooler untuk mendinginkan susu yang berasal
dari pasteurisasi.
Keperluan pasteurisasi :
- Volume maksimum 340 1/jam dengan volume rata-rata
265 1/termasuk 56 1 cream
- Waktu operasi 1 jam/hari.
115
Luas lantai : 1.8 x 2.4 m
Ketel uap : Tenaga 10 Hp
Motor listrik ¼ Hp
Data pompa :
Spesifikasi : Diameter 1 in, Tenaga ¼ Hp
Harga (termasuk pemasangan) : Rp 400 000
Nilai akhir : 5% dari harga awal
Umur ekonomi : 8 tahun
Perawatan : 3% per tahun
Lay out : ditempatkan di lantai peralatan
pasterurisasi
Data ketel uap
Harga ketel uap dan pemasangan Rp 3000.000
Harga pompa minyak tanah Rp 550 000
Harga panel kontrol otomatik Rp 450 000
Spesifikasi : Kapasitas 10 HP
Pompa air 1 HP
Pompa minyak ¼ HP
Umur 12 tahun
116
Nilai akhir 6% dari harga awal
Perawatan 2,5 % / tahun
Lantai 1,5 x2,0 m
Kegunaan untuk keperluan pencucian dan air panas
Data surface cooler :
Spesifikasi :
- Kapasitas pendinginan susu 850 1/jam
- Kapasitas air dingin 3 400 1 per jam
- Kapasitas persediaan air 2 000 1 per/jam
- Beban refrigerasi 50 000 BTU (0.17 ton per hari
atau 8 kw jam)
Harga (termasuk pemasangan) : Rp 2000 000
Nilai akhir : 2.5% dari harga awal
Umur ekonomi : 13 tahun
Perawatan : 2.5 % per tahun
Lantai : 1.5 x 2.4 m
Spesifikasi surfarce cooler diperlukan untuk mendinginkan
susu yang dipompakan dari pasteurisasi selama 50 menit.
Perhitungan Analisis Biaya Pokok
117
1. Pasteurisasi
Biaya tetap:
Penyusutan =
Rp 4 000 000 (5% x Rp 4 000 000)
8
= Rp 475 000/thn
Bunga modal = (1/2 Rp 4 000 000 – (5% x Rp 4000 000)
+(5% x Rp 4 000 000) 12% = 240 000/tahun
4.32 x Rp 250.000
Bangunan = = 27 000/th
40
Pajak dan asuransi = 0,5 [ ( Rp 4 000 000 - (5% x Rp 4 000
000) + ( 5% x Rp 4 000 000))+(5% x Rp 4 000 000)] 1.5% =
30 000/thn
Biaya tetap per tahun Rp 772.000
Biaya tetap per liter Rp 9.1
Biaya Operasional :
Listrik : ¼ kw x 1 jam x Rp 120 = Rp 30/jam
Tenaga kerja trampil : 1 jam x 10000 = Rp 10000/jam
118
3% x Rp 4 000 000
Perawatan : = Rp 480/jam
250
Biaya operasional per jam Rp 10510
Biaya operasional per 1 Rp 30,9
2. Pompa
Biaya tetap :
Penyusutan :
Rp 4 00 000 - (5% Rp 4 00 000)
= 47 500
8
Bunga modal : [1/2 ( 4000 000 – (5 % x 4 00 000) + 5 % x
4000000)] x 12% = Rp 24 000/th
Bangunan (tidak diperhitungkan) -
Pajak dan asuransi (tidak diperhitungkan) -
119
Biaya Operasional :
Listrik : ¼ Kw x 1 jam x Rp 120 = Rp 30/jam
Tenaga kerja (sudah termasuk dalam biaya operasi
pesteurisasi)
3% x Rp 4000 000
Perawatan : = Rp 48/jam
250
Biaya operasional per jam Rp 78
Biaya Operasional per liter Rp 0,23
3. Katel Uap
Biaya tetap
Rp 4 000 000 - (5% x Rp 4 000 000)
Penyusutan: =Rp 316 667
12
per tahun
Bunga modal : [1/2 ( Rp 4 000 000 – (5% x Rp 4000 000)) +
(5% x Rp 4000 000)] x 12 % = Rp 240 000/th
Bangunan : 3 x Rp 250000 = Rp 18750/th
Pajak dan asuransi :
[1/2 ( 4 000 000 – (5% x Rp 4 000 000)) +
120
( 5% x Rp 4 000 000) x 1.5% = Rp 30 000/th
Biaya Operasional
Minyak tanah :6 l x Rp 400/l x 1 jam = Rp 2400/jam
Listrik (pompa air dan sumber api) = 1 ¼ Kw x 1 jam x
Rp 120 Rp 150/jam
Bahan bakar : 7.5 1 x 400 = Rp 3000/jam
Tenaga kerja (tidak perlu) = -
21/2% x Rp 400 0000
Perawatan = = Rp 400 / jam
250
121
Rp 2 000 000 - (2.5% x Rp 2 000 000)
Penyusutan : =
13
Rp150 000/th
Biaya Operasional
Air : 2 000 1 x Rp 4 = Rp 8 000/jam
Refrigerasi : 8 kw jam x Rp 120 = Rp 960/jam
Tenaga kerja (sudut termasuk dalam biaya operasi
pasteurisasi)
122
2% x Rp 2000 000
Perawatan : = Rp 160/jam
250
123
Dengan demikian, total biaya (Biaya pokok) peralatan
dan mesin yang digunakan untuk melaksanakan berbagai
operasi yang ada merupakan total penjumlahan dari biaya
tetap dan biaya tidak tetap (Gambar 29).
50
45
40
35
Biaya Total
30
25
20
p 15 Biaya Tetap
10
5
0
0 1 2 3 4
Volume Pekerjaan
124
6.2 Biaya Pokok
125
VII. METODA DASAR ANALISIS EKONOMI
126
2. Investasi modal berlangsung selama dua kali atau lebih
dan diikuti oleh arus penerimaan dan biaya yang secara
periodik seragam.
3. Investasi modal berlangsung hanya satu kali dan
dilakukan pada awal tahun yang disertai oleh arus biaya
dan penerimaan yang tidak seragam.
4. Investasi modal berlangsung selama dua kali atau lebih
yang disertai arus penerimaan dan biaya yang tidak
seragam.
Kondisi pertama bersifat sangat sederhana akan tetapi
dapat dijumpai pada usaha atau proyek yang terbatas. Tiga
kondisi lainnya lebih sering dijumpai. Semua kondisi di atas
merupakan kondisi yang dibentuk dari arus penerimaan dan
arus pengeluaran yang berlangsung dalam satu periode
jangka panjang.
Dalam pembahasan metode dasar analisis ekonomi,
aspek pajak pendapatan tidak ditentukan agar dapat
diperoleh suatu keputusan yang sama oleh karena adanya
127
variasi penentuan pajak pendapatan akan memungkinkan
timbulnya keputusan yang berbeda.
Dikenal ada enam metoda dasar untuk studi ekonomi
yaitu :
1. Annual worth (AW)
2. Present worth (PW)
3. Future worth (FW)
4. Internal Rate of Return (IRR)
5. External Rate Return (ERR)
6. Explicit Reinvestment Rate of Return (ERRR)
Tiga metoda yang pertama (AW, PW dan FW)
menggunakan prinsip mengubah atau mengatur semua arus
uang ke satu titik referens (biasanya tahun referens) atas
dasar bunga bank sehingga arus uang menjadi nilai yang
setara. Tingkat bunga bank yang digunakan untuk merubah
atau mengatur arus uang merupakan besarnya kecepatan
pengembalian minimum (minimum attractive rate of return
(MARR) yang diinginkan. Tiga metoda berikutnya
menggunakan prinsip mencari tingkat keuntungan atau
128
persentase pengembalian tahunan terhadap investasi dengan
membandingkan dengan MARR.
Penerapan metoda dasar studi ekonomi dapat
dilakukan pada proyek tunggal atau proyek ganda. Untuk
memudahkan mempelajari keenam metode dasar di atas
maka berikut ini diberikan contoh analisis pada proyek
tunggal.
129
Jika hanya komponen biaya yang dianalisis maka
kriteria sebagai biaya tahunan seragam (annual worth cost,
AWc) jadi :
AWC > 0 ( layak)
AWc< 0 (tidak layak)
130
Penyelesaian . Biaya penyusutan mesin (metode
penyusutan garis lurus) adalah
P S Rp juta Rp 2 juta
= Rp 1 600 000/tahun
N 5 tahun
131
Dari perhitungan biaya bunga modal di atas
selanjutnya dapat ditentukan modal tahunan yang setara dan
seragam. Nilainya adalah
Jadi,
CR c = biaya penyusutan + bunga modal
= 1 600 000 + 710 000
= Rp 2 310 000
CRC dapat ditentukan pula dengan beberapa cara berikut ini
(1). CRC = P (A/P, i%, N) – S (A/F, i%, N) (36)
dimana
P = Investasi awal tahun (Rp)
S = Nilai akhir (Rp)
N = Umur proyek atau umur aset (tahun)
132
= Rp 10 juta (0.2638) - Rp 2 juta (0.1638)
= Rp 2 310 400 dibulatkan Rp 2 310 000
(2). CRC = (P-S) (A/F, i% N) + P ( i%) ......... (37)
= Rp 2 310 000
(3). CRC = (P-S) (A/P, i%, N ) + F (i%) (38)
= Rp 2 310 000
P -S N 1
(4). CRC = (P S (i) + S (i) (39)
N 2N
= Rp 2 280 000
(Rumus ini bersifat aproksimasi)
Soal 4.1.
Suatu dana Rp 10 juta yang diinvestasikan kedalam
suatu proyek usaha pelayanan jasa perontokan padi
menghasilkan penerimaan tahunan seragam sebesar Rp 5
310 000 selama periode 5 tahun dengan nilai akhir Rp 2 000
000. Biaya tahunan untuk operasi dan perawatan Rp 3 000
000. Pengelola berhasrat melaksanakan proyek ini bila
memberikan keuntungan minimum 10% atau lebih terhadap
133
modal investasi tanpa memperhitungkan pajak pendapatan.
Tentukan apakah investasi ini layak dengan menggunakan
metode AW.
Net AW Rp 0
Karena Net AW = 0 maka proyek yang diusulkan
layak pada tingkat penerimaan 10% atau MARR 10%
134
Dalam perhitungan, semua arus dikenakan diskonto ke tahun
awal dengan tingkat bunga sebesar MARR. Kriteria
kelayakan untuk metode ini adalah Net Present Worth (arus
penerimaan dikurangi arus biaya yang telah disetarakan)
lebih besar atau sama dengan nol.
Jadi,
Net PW > 0 (layak)
Net PW < 0 (tidak layak)
Jika hanya arus biaya yang dianalisis maka kriterianya
dinyatakan sebagai Present Worth Cost (PW C), atau
PWC > 0 (layak)
PWC < 0 (tidak layak)
135
Nilai akhir
Rp 2 000 000 (P/F, 10%,5) = Rp 1 245 000
Rp 21 370 000
Biaya tahunan :
Rp 3 000 000 (P/A, 10%,5)= - Rp 11 370 000
- Rp 21 370 000
Net Pw Rp 0
Karena Net PW sama dengan nol maka proyek dinyatakan
layak .
136
Jika Net FW lebih besar dari nol menunjukkan
kelayakan proyek dan Net FW kurang dari nol menunjukkan
tidak layak.
Penyelesaian :
Penerimaan tahunan :
Rp 5 310 000 (F/A, 10%,5) = Rp 32 420 000
Nilai akhir = Rp 2 000 000
Rp 34 420 000
Investasi :
Rp 10 juta (F/P,10%,5) = - Rp 16 105 000
Biaya tahunan :
Rp 3 juta (F/A, 10%,5) = -Rp 18 315 000
- Rp 34 420 000
__________________________________
Net FW Rp 0
137
Dengan metode FW, sekali lagi proyek memperlihatkan
layak secara ekonomi.
138
Cara lain adalah mencari IRR sebesar i‟% dimana arus
penerimaan dikurangi arus biaya setara nilai sekarang sama
dengan nol. Jadi IRR adalah i‟% dimana
N N
R K (P/f, i‟%, K) -
K 0
DK
K 0
DK ( P/F,i‟ %,K) = 0 (41)
Penyelesaian
Dengan menggunakan konsep penerimaan dikurangi biaya
(masing-masing setara nilai sekarang (PW)) sama dengan
nol maka akan diperoleh persamaan arus sebagai berikut
- Rp 10 juta + ( Rp 5 310 000 – Rp 3 000 000) x (P/A, i‟ %,
5) + Rp 2 juta (P/F, i‟%,5)) = 0
139
Jika i‟% tidak dapat segera diketahui besarannya, prosedur
yang ditempuh adalah mencoba suatu tingkat i‟ yang rendah
misalkan 5% dan selanjutnya tingkat i‟ yang tinggi misalkan
25%.
Untuk i‟ = 5% :
- Rp 10 juta + Rp 2 310 000 (4.3295) + Rp 2 juta (0.7835) =
1 568 000
Untuk i‟ = 25%
- Rp 10 juta + Rp 2 310 000 (2. 6839) + Rp 2 juta (0.3277) = -
Rp 3 132 000
atau
140
1 568 000
i‟% = 5% + (25% - 5%)
1 568 0000 3 132 000
= 11.7%
141
(-Rp 313 200,25%)
25%
20%
15%
I% = IRR
Titik impas
10%
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 -4
PW Bersih ( x Rp 1000)
142
diperoleh dapat diinvestasikan kembali pada tingkat bunga
yang besarnya sama dengan IRR.
143
7.5. Metoda External Rate of Return (ERR)
144
dimana : DK = Biaya tahun ke K
RK = Penerimaan tahu ke K
N = Umur proyek
e = external reinvesment rate
Penyelesaian
Rp 10 000 (F/P, i%, 5) = (Rp 5 310 – Rp 3 000) (F/A, 10%,
Rp 2 000
(F/P, i % 5) = 1.61
( 1+ i ) 5 = 1.6
5 1n ( 1+i) = ln 1,61
1n ( 1+ i) = 0.0952
i = 0.1
= 10 %
145
7.6. Metoda Explisit Reinvestment Rate of Return
(ERRR)
146
Penyelesaian
147
VIII. ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF
RENCANA INVESTASI
148
1. Gunakan suatu ukuran yang umum yakni menggunakan
nilai waktu dari uang dan dengan menyatakan segala
sesuatu dalam bentuk moneter
2. Perhitungkan hanya perbedaan
3. Evaluasi secara terpisah keputusan yang dapat dipisah
4. Ambil sudut pandang sistem
5. Gunakan perencanaan kedepan yang umum misalnya
dengan membandingkan alternatif yang ada dengan
bingkai waktu yang sama.
Berbagai hal pengambilan keputusan terkait investasi yang
dapat dilakukan dengan ekonomi teknik adalah sebagai
berikut:
1. Keputusan untuk mengurangi biaya (cost reduction
decisions), yaitu apakah akan melakukan pembelian
mesin baru untuk mengurangi biaya.
2. Keputusan pengembangan (expansion decisions), yaitu
akan melakukan penambahan fasilitas untuk
memperbesar kapasitas produksi dan penjualan.
149
3. Keputusan pemilihan peralatan (equipment selection
decisions), yaitu mesin yang mana di antara mesin yang
tersedia yang paling menguntungkan untuk dibeli?
4. Keputusan membeli atau menyewa (lease or buy
decisions), yaitu lebih menguntungkan yang mana antara
menyewa atau membeli peralatan yang diperlukan?
5. Keputusan penggantian peralatan (equipment
replacement decisions), yaitu apakah peralatan yang ada
perlu segera diganti atau belum?
150
kelayakan investasi yang ada. Karena itu, untuk
menentukan kriteria investasi, pada tahap awal perlu
melakukan penyusunan arus kas masuk dan keluar untuk
setiap periode selama umur proyek. Dari arus kas tersebut
nilai sekarang (present value) dapat dihitung untuk
digunakan dalam analisis kelayakan.
151
usulan investasi. Tahapan ini juga dikenal sebagai Screening
decisions
152
Penentuan MRRR harus mempertimbangkan beberapa
hal. Jika sumber biaya investasi adalah dana pinjaman, maka
penentuan MRRR harus mempertimbangkan faktor biaya
modal (tingkat suku bunga pinjaman ditambah dengan
faktor-faktor resiko investasi). Karena return dari investasi
yang dilakukan minimal harus menutupi biaya modal yang
digunakan. Selain itu jumlah uang yang tersedia, dan sumber
biaya dari mana dana tersebut diadakan (equity atau debt
financing) perlu dipertimbangkan pula. Misalnya akan
membangun jaringan transport nasional dengan modal
investasi berupa pinjaman kredit dari sebuah Bank dengan
tingkat bunga 6%/tahun, maka investasi yang dilakukan
dikatakan layak jika memberikan return sama atau lebih dari
6%/tahun atau proyek investasi tersebut harus menghasilkan
Net Present Value (NPV) atau Net Equivalence Uniform
Annual Cash Flow (NEUAC) positif.
153
mempertimbangkan biaya hilangnya kesempatan yang tidak
diambil karena kita memutuskan atau menjatuhkan pilihan
pada alternatif lain. Misalkan kita memutuskan untuk
investasi senilai Rp. 10 Milyar dengan modal sendiri, maka
investasi tersebut menghilangkan kesempatan kita untuk
memperoleh return pada alternatif investasi lainnya,
misalnya membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan
suku bunga 10% /tahun (= Rp. 1 Milyar/tahun).
154
Sementara suatu organisasi akan memiliki opportunity
dan resiko yang berbeda dalam melakukan kegiatan
investasi dengan organisasi lainnya. Demikian halnya
dengan jenis usaha yang dimasuki. Jenis usaha manufaktur
dimungkinkan memiliki tingkat MRRR yang berbeda
dengan usaha pertanian, perhotelan, dan lain-lain. Proyek
pemerintah akan memiliki MRRR yang berbeda dengan
jenis sektor industri yang sifatnya kompetitif.
155
akan ditanamkan pada investasi yang menghasilkan IRR
yang sama dengan MRRR.
Kriteria keputusan yang dibicarakan dalam bagian yang
berikut bertujuan memaksimalkan keuntungan ekuivalen,
yaitu bahwa semua alternatif investasi harus menghasilkan
keuntungan yang melebihi tingkat pengembalian modal
minimum yang disyaratkan (MRRR).
156
jangka waktu tertentu dan akan mendapatkan tambahan
keuntungan dari bunga. Metode NPV biasa digunakan pada
analisis dari berbagai usulan alternatif biaya maupun studi
kelayakan investasi. NPV seringkali lebih dipilih daripada
metode lain untuk mengukur “nilai proyek” karena biasanya
relatif lebih mudah untuk digunakan, dan cukup bermanfaat
secara intuitif.
NPV(i%) = C (44)
157
di mana:
i = tingkat bunga efektif (MRRR) per tahun (per periode
pemajemukan) dalam bentuk desimal
t = indeks periode pemajemukan (0 ≤ t ≤ n)
CFt = arus kas pada periode t
n = periode penelahaan
Kondisi Kriteria:
158
NPV lebih kecil dari nol, proyek tidak dapat menghasilkan
senilai biaya yang dipergunakan oleh karena itu
pelaksanaannya harus ditolak. Sumber-sumber yang
seharusnya dialokasikan untuk proyek tersebut sebaiknya
digunakan pada penggunaan lain yang lebih
menguntungkan.
Biaya
Thn (n) Investasi Total Cost Benefit
Operasi
0 20,000,000 - 20,000,000 0
1 15,000,000 - 15,000,000 0
2 5,000,000 5,000,000 10,000,000
3 6,000,000 6,000,000 12,000,000
4 - 6,000,000 6,000,000 14,000,000
159
5 - 7,000,000 7,000,000 17,000,000
6 - 7,000,000 7,000,000 21,000,000
7 - 8,000,000 8,000,000 25,000,000
8 - 9,000,000 9,000,000 30,000,000
9 - 10,000,000 10,000,000 36,000,000
10 - 11,000,000 11,000,000 43,000,000
Dari data arus kas di atas maka NPV investasi tersebut pada
tingkat bunga modal yang digunakan yaitu MRRR sebesar
10% per tahun dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 43, sebagai berikut:
PV Benefit = 10,000,000 x
+ 12,000,000 x
+ 14,000,000 x
+ 17,000,000 x
.
.
+ 43,000,000 x
160
PV Benefit = 107,922,094
PV Cost = 20,000,000 x
+ 15,000,000 x
+ 5,000,000 x
+ 6,000,000 x
.
.
+ 11,000,000 x
PV Cost = 71,458,115
161
Semakin besar tingkat bunga modal yang digunakan
dalam perhitungan maka nilai NPV yang dihasilkan akan
semakin kecil (Gambar 31).
40,000,000
35,000,000
30,000,000
Nilai NPV (Rp)
25,000,000
20,000,000
15,000,000
10,000,000
5,000,000
0
0 5 10 15 20 25
Tingkat Bunga (%)
162
investasi tersebut setara. Untuk kondisi seperti ini ada suatu
kriteria yang dapat digunakan yaitu Profitability Index yang
akan dibahas pada bagian berikut.
163
IRR terlebih dahulu harus dilakukan perhitungan NPV
untuk kemudian nilai IRR dihitung dengan persamaan 37.
IRR i1
NPV 1
i2 i1 (45)
( NPV 1 NPV 2 )
Di mana:
IRR = Internal Rate of Return (%)
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif
i 1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif
i 2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif
164
sebesar 23,97% sebagai discount rate yang menghasilkan
NPV = 0.
165
pada tingkat MRRR tertentu, akan diikuti pula dengan
semakin besarnya nilai IRR investasi tersebut. Kedua, suatu
investasi yang mempunyai NPV lebih tinggi tidak selalu
diikuti dengan nilai IRR yang juga lebih tinggi tinggi jika
dibandingkan dengan investasi lainnya. Ada kondisi di mana
pada tingkat MRRR yang sama, suatu usulan investasi
memiliki nilai NPV lebih tinggi dari usulan investasi lainnya
namun memiliki nilai IRR yang lebih rendah, seperti tampak
pada Gambar 32 yang menunjukkan di mana pada tingkat
discount rate (MRRR) kurang dari 6%, investasi 1 (Garis
biru) mempunyai nilai NPV yang lebih tinggi dari investasi
2 (Garis merah) tetapi tidak demikian dengan nilai IRR nya.
Tetapi pada tingkat discount rate lebih besar dari 6%
ternyata investasi 2 memberikan nilai NPV yang lebih besar.
Kondisi di atas sangat dipengaruhi oleh karakteristik arus
kas dari suatu investasi. Dari kondisi ini dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa nilai IRR yang tinggi tidak selalu
menunjukkan bahwa suatu investasi selalu lebih baik dari
yang lain. Dalam hal ini, nilai NPV pada tingkat MRRR
166
550,000.00
450,000.00
Nilai NPV (Rupiah)
350,000.00
Investasi 1
250,000.00
150,000.00
50,000.00 Investasi 2
(150,000.00)
Discount rate (%)
167
cocokan antara nilai NPV dan IRR maka nilai NPV lebih
tepat digunakan sebagai ukuran kelayakan investasi dari
pada IRR dimana nilai NPV dipandang lebih realistis karena
nilai NPV di dasarkan pada tingkat discount rate yang
ditetapkan bagi suatu investasi (MRRR). Memang secara
praktis informasi nilai NPV tidak serta merta dapat
memberikan gambaran yang mudah dimengerti tentang
performance kegiatan investasi dibandingkan dengan
informasi yang dapat disimpulkan dari nilai IRR. Jadi,
menyebutkan nilai NPV suatu investasi tidak mudah dicerna
seperti menyebutkan nilai IRR nya yang dengan serta merta
dapat memberikan gambaran tingkat pengembalian modal
suatu investasi di badingkan misalnya dengan tingkat bunga
yang diperoleh jika modal yang ada diinvestasikan di Bank.
168
investasi lainnya kecuali ukuran dari dua atau lebih
alternatif investasi tersebut setara. Untuk kondisi seperti ini
terdapat suatu kriteria yang bisa digunakan yaitu
Profitability Index. Sebagai contoh investasi A dan B
mempunyai nilai NPV yang sama seperti pada table di
bawah ini.
Investasi
A B
Nilai investasi 80.000.000 5.000.000
Present Value dari arus kas 81.000.000 6.000.000
Net Present Value (NPV) 1.000.000 1.000.000
169
dipilih karena lebih kecil membutuhkan dana investasi tetapi
menghasilkan NPV yang setara dari pada investasi A.
Kriteria yang lebih tepat membandingkan kedua usulan
investasi tersebut adalah dengan menggunakan ukuran
Profitability Index (PI), yang dihitung sebagai berikut.
PI = (46)
170
value of cash flow adalah nilai net cash flow yang terjadi
setelah investasi mulai berjalan.
171
demikian Gross Benefit Cost Ratio, dapat dihitung
menggunakan persamaan (39).
n
Bt
(1 i)
t 0
t
GBCR n
(47)
Ct
t 0 (1 i )
t
Di mana:
172
memberikan keuntungan dibandingkan dengan biaya
investasi tersebut.
173
Bt Ct
n
t 0 (1 i )
t
NBCR n (48)
Ct Bt
t 0 (1 i )
t
Di mana:
NBCR = Net Benefit Cost Ratio
Bt = Benefit untuk periode t
Ct = Biaya (Cost) untuk periode t
i = discount rate yang berlaku (%)
n = jumlah periode
174
8.8. Payback Period (PBP)
x 1 tahun (49)
175
Sebagai contoh, ketika suatu usulan proyek investasi
dengan dana Rp. 300 juta (initial investment) dan
ditargetkan penerimaan dana investasi setiap tahunnya Rp.
60 juta (cash flow) serta ada syarat periode pengembalian
investasi 4 tahun, maka Payback period investasi tersebut
adalah 300 juta dibagi 60 juta dikali satu tahun sama dengan
5 tahun. Ternyata payback period melebihi periode yang
disyaratkan (yaitu 4 tahun) maka usulan proyek investasi ini
ditolak.
(50)
Di mana:
n = tahun terakhir dimana cash flow masih belum bisa
menutupi initial investment
176
a = jumlah initial investment
b = jumlah cumulative cash flow pada tahun ke-n
c = jumlah cumulative cash flow pada tahun ke- n+1
177
adalah selama 2,33 tahun atau 2 tahun 4 bulan. Karena PBP
lebih kecil dari syarat yang ditetapkan maka berarti bahwa
investasi dimaksud layak untuk dilaksanakan.
178
IX. ANALISIS TITIK IMPAS (Break Even Point)
179
dapat digambarkan seperti dalam diagram titik impas
(Gambar 33).
pendapatan S
Biaya dan Pendapatan
Keuntungan
V
Titik
Impas
Kerugian Biaya
Biaya
operasional
operasional
F’ F
Biaya Tetap
O’ 0
180
Analisis titik impas sangat berguna untuk memberikan
gambaran efek perubahan biaya tetap dan biaya operasional
terhadap tingkat keuntungan usaha. Pengetahuan tentang
efek perubahan biaya dapat digunakan dalam kebijaksanaan
operasional.
Keluaran dalam analisis titik impas dapat berupa
satuan produk, satuan uang atau persen kapasitas. Garis F‟F
menunjukkan biaya tetap produksi, garis F‟V‟ adalah total
biaya operasional terhadap produksi dan garis tersebut
menunjukkan pula besarnya biaya produksi.
Penerimaan total ditunjukkan oleh garis O‟S. Ttitik
perpotongan antara biaya produksi total (F‟V) dan
penerimaan total (O‟S) dimana penerimaan sama dengan
biaya disebut titik impas. Jika tingkat produksi lebih besar
daripada titik impas maka keuntungan akan diperoleh
sedangkan bila tingkat produksi lebih kecil kerugian akan
terjadi.
181
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu
hal-hal dibawah ini agar titik impas dapat ditentukan dengan
tepat, yaitu:
1. Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode
2. Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin
dapat ditingkatkan
3. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya
tetap maupun biaya variable.
Penggunaan analisis BEP memiliki beberapa tujuan yang
ingin dicapai, yaitu:
1. Mendesain spesifikasi produk
2 . M e n e n t u k a n h a r ga j u a l p e r s a t u a n
3. M e n e n t u k a n jumlah produksi atau
penjualan minimal agar tidak mengalami
kerugian
4. Memaksimalkan jumlah produksi
5. Merencanakan keuntungan yang diinginkan
Disamping memiliki tujuan dan mampu
memberikan manfaat yang cukup banyak bagi pemimpin
182
perusahaan, analisis BEP juga memiliki
beberapa kelemahan, yaitu :
1. Perlu asumsi, terutama mengenai hubungan antara
biaya dengan pendapatan
183
Beberapa asumsi yang diperlukan untuk dapat melakukan
analisis titik impas meliputi:
184
Cara perhitungan titik impas dapat dilakukan dengan
beberapa cara.
185
3000 300 250 150 400 100
4000 400 250 200 450 -50
5000 500 250 250 500 0
6000 600 250 300 550 50
7000 700 250 350 600 100
186
satuan rupiah yang menghasilkan titik impas investasi
(persamaan 40).
BEP Unit =
(51)
BEP Unit =
BEP Unit =
BEP Penjualan =
(52)
187
BEP Penjualan =
BEP Penjualan =
188
antaranya adalah berusaha memenuhi volume produksi
minimal pada titik impas, menekan biaya tidak tetap ataupun
dengan jalan menaikan harga jual produk per unit. Demikian
pula halnya jika terjadi perubahan pada nilai biaya tidak
tetap yang juga akan mempengaruhi hasil perhitungan titik
impas.
189
900000000
800000000 Pendapatan
BT
Pendapatan/Biaya (Rp)
700000000
Total Biaya
600000000
500000000
400000000
300000000
200000000
100000000
0
0 2000 4000 6000 8000
Volume Produksi (Unit)
190
2. Rate of return. Ditujukan untuk menentukan rate of return
(IRR atau ERRR) dari dua alternatif.
3. Nilai akhir. Ditujukan untuk menentukan nilai jual
kembali suatu mesin/peralatan.
4. Umur mesin/peralatan. Diperlukan untuk justifikasi umur
yang diperlukan suatu alternatif.
5. Jam operasi. Ditujukan untuk menentukan jam operasi
per tahun dari suatu alternatif atau untuk keperluan
justifikasi dua alternatif pada kondisi jam operasi yang
sama.
191
Perawatan (Rp/th) 420 000 300 000
Pajak dan asuransi 1.5% dari 1.5% dari
(Rp/ th) harga beli harga beli
Jika tingkat bunga 10% per tahun (1) berapa jam operasi
per tahun agar kedua motor memiliki biaya tahunan yang
sama, (2) motor yang mana secara ekonomis
menguntungkan jika motor beroperasi 300 jam per tahun.
Biaya listrik 120/kwh.
Penyelesaian :
192
O = Biaya operasi motor listrik
(100 x 0.746 x J x Rp 120)
=
0.74
= Rp 12097 J
M = Biaya perawatan = Rp 420 000
T+i = Biaya pajak dan asuransi
= Rp 42 juta x 0.015
= Rp 630 000
Biaya tahunan motor Beta (AC b ) :
D = Rp 45 juta (A/P, 10%, 10) = Rp 7 321 500
100 x 0.746 x J x Rp 120
O=
0.92
= Rp 9730 J
M = 300 000
T+i = Rp 45 juta x 0.015
= Rp 675 000
Titik impas dari dua alternatif motor ditentukan dengan :
AC a = AC b
193
Rp (6 833 400 + 12 097 J + 420 000 + 630 000) = Rp (7 321
500 + 9730 J + 300 000 + 675 000)
7 883 400 + 12097 J = 8 296 500 + 9730 J
23 67 J = 413 1000
J = 175 jam
Ini berarti titik impas kedua motor ini pada tingkat jam
operasi 175 jam per tahun.
Gambar 34 memperlihatkan kurva total biaya tahunan
dari masing-masing motor sebagai fungsi jam operasi per
tahun.
Biaya tahunan konstan (perpotongan pada ordinat)
adalah Rp 7 833 400 untuk motor Alfa dan Rp 8 296 500
untuk motor Beta. Titik impas dalam konteks ini adalah
nilai dari variabel bebas dimana kurva biaya tahunan dari
kedua alternatif berpotongan pada tingkat jam operasi 175
jam/tahun. Motor yang secara ekonomis menguntungkan
bila dioperasikan pada 300 jam operasi/tahun adalah motor
Beta seperti terlihat pada Gambar 35.
194
20
Total Biaya Tahunan ( Rp 1
16
12
Juta)
0 Jam Operasi/Tahun
100 200 300 400 500 600
Gambar 35 Kurva penentuan Titik Impas Motor A dan B
195
ketidakpastian yang dapat didefinisikan sebagai
kemungkinan bahwa jumlah yang sebenarnya akan
menyimpang dari jumlah yang diharapkan. Untuk mengatasi
ketidak-pastian tersebut terdapat banyak model yang dapat
digunakan, salah satunya adalah analisis kepekaan
(sensitivitas).
Analisis kepekaan adalah suatu teknik untuk menganalisis
suatu variable atau parameter terhadap suatu kesimpulan
atau keputusan semula. Dalam konteks analisis biaya-
volume-laba, sensitivitas akan menjawab pertanyaan
“Bagaimana pengaruh perubahan volume terhadap
pendapatan bersih. Kemampuan untuk mengenali pengaruh
perubahan ini sangat bergna bagi pihak manajemen dalam
mengantisipasi kondisi yang akan terjadi dikemudian hari
dari perljalanan investasi atau usaha.
Pada analisis titik impas, letak titik impas baik dalam satuan
unit maupun satuan moneter (rupiah) dapat berubah dengan
terjadinya perubahan-perubahan komponen biaya produksi.
Perubahan yang paling mungkin terjadi adalah pada
196
komponen biaya tidak tetap, misalnya perubahan harga
bahan baku, biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja dan lain-
lain.
Perubahan juga dapat terjadi pada komponen biaya tetap,
yakni ketika pengembangan produksi dilakukan sehingga
memerlukan penambahan alat atau mesin. Ataupun adanya
introduski metode baru dalam proses produksi sehingga
memerlukan peralatan atau mesin yang juga baru sesuai
kebutuhan proses.
Perubahan juga dapat terjadi pada komponen harga jual
produk yang akan memperngaruhi hasilperhitungan titik
impas. Sehingga analisis sensitivitas dilakukan apabila :
1. Terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau
manfaat.
2. Kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada
saat proyek/ penelitian dilaksanakan. Perubahan unsur
harga dalam suatu usaha penanganan hasil pertanian
misalnya perubahan harga karena kenaikan harga bahan
197
bakar, kenaikan upah, dan penurunan jumlah giling
tahunan.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa
persen peningkatan dan penurunan faktor-faktor tersebut
dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi
yaitu dari layak menjadi tidak layak. Dengan demikian
analisis sensitivitas dapat dipandang sebagai upaya simulasi
untuk mempelajari perilaku sistem investasi atau sistem
usaha terhadap perubahan komponen-komponen yang ada di
dalam sistem investasi yang berjalan.
S S S
V V V1
BE E
BE V
F’’ BE
F’ F F1
F’ F F’
F
O’ O O’ O’ O
50 O
41 29 x
% % %
a. Sebelum b. Biaya Operasional c. Biaya Tetap Turun
Perubahan Turun 10% Rp 20 000
198
(Kapasitas Penjualan Maksimum (100%)
adalah Rp 300 000 per tahun)
199
Gambar 36c menunjukkan diagram yang dibuat untuk
mengetahui apakah titik impas akan berubah jika terjadi
penurunan biaya tetap Rp 20 000. Garis penuh dalam
gambar tersebut memberikan gambaran bahwa penurunan
biaya tetap
Rp 20 000 akan menurunkan titik impas dari 50 % menjadi
sekitar 29% dari kapasitas penjualan. Ini menunjukkan
pentingnya mengontrol biaya tetap sekalipun pada
prakteknya lebih mudah mengatur efek perubahan biaya
operasional dari pada biaya tetap.
Garis terputus-putus pada Gambar 36c menggambarkan
situasi penghematan biaya tetap yang memberikan hasil
yang sama dengan besarnya perubahan biaya operasional.
Garis XE adalah garis yang ditarik secara vertikal dari suatu
titik yang sesuai dengan kapasitas penjualan 41% sampai
berpotongan dengan garis pendapatan O‟S pada titik E.
Melalui titik E ditarik garis F”V, yang sejajar dengan garis
F‟V dan selanjutnya garis F”F, yang berbentuk adalah biaya
tetap yang memberikan titik impas yang diperlukan, yaitu
200
pada tingkat biaya penjualan 41%. Biaya tetap yang
ditentukan dengan ordinat O‟F” besarnya adalah Rp 42
000. ini berarti bahwa dengan penurunan biaya tetap
sebesar Rp 8 000 akan menurunkan titik impas yang
besarnya sama dengan penurunan biaya operasional Rp 20
000 jelaslah , efek biaya tetap terhadap titik impas sangat
jelas penurunanya. Uraian di atas adalah contoh perubahan
persentase yang berlaku pada kondisi ini dan mungkin juga
akan menunjukkan perubahan yang seragam untuk kasus
lain.
201
DAFTAR PUSTAKA
202