EKONOMI
MANAJERIAL
Dr. Agung Nusantara, SE,M.Si
Dr. Agus Budi Santosa, M.Si
Dr. Sri Nawatmi, SE, M.Si
iii
Bab 5: Analisis Empiris Perilaku Konsumen
5.1. Estimasi Permintaan 48
5.2. Spesifikasi Empiris Demand Function 49
5.3. Estimasi Permintaan: Market Determined Prices 51
5.4. Estimasi Permintaan: Manager Determined Prices 52
Pertanyaan Diskusi 53
Bab 6: Peramalan
6.1. Qualitative Forecasting Techniques 56
6.2. Statistical Forecasting: Time Series Model 57
6.3. Seasonal (Cyclical) Variation 59
6.4. Econometric Model 62
Pertanyaan Diskusi 64
Bab 7: Teori Produksi dan Biaya Jangka Pendek
7.1. Konsep Dasar 65
7.2. Produksi dalam Jangka Pendek 66
7.3. Economic Cost 69
7.4. Biaya dalam Jangka Pendek 71
7.5.Hubungan Produksi dan Biaya dalam Jangka Pendek 73
Pertanyaan Diskusi 74
Bab 8: Teori Produksi dan Biaya Jangka Panjang
8.1. Isoquant 76
8.2. Isocost 77
8.3. Kombinasi Input Optimal 78
8.4. Return to Scale 80
8.5. Derivation of a Long-Run Cost Schedule 81
Pertanyaan Diskusi 83
Bab 9: Analisis Empiris Produksi dan Biaya
9.1. Model Produksi: Cobb-Douglass Model 84
9.2. Beberapa Persoalan Menyangkut Pengukuran 86
9.3. Estimasi Fungsi Biaya Jangka Pendek 88
Pertanyaan Diskusi 92
iv
Bab 10: Pengambilan Keputusan Manajerial Pada Persaingan
Sempurna
10.1. Karakteristik Persaingan Sempurna 94
10.2. Maksimasi Profit dalam Jangka Pendek 95
10.3. Tutup Usaha 96
10.4. Maksimasi Profit dalam Jangka Panjang 102
10.5. Long-Run Supply Industri pada Persaingan Sempurna 103
Pertanyaan Diskusi 106
Bab 11: Keputusan Manajerial dan Market Power
11.1. Pengukuran Market Power 108
11.2. Faktor Penentu Market Power 109
11.3. Maksimasi Profit pada Monopoli 110
11.4. Monopolistic Competition 114
Pertanyaan Diskusi 115
Bab 12; Oligopoli
12.1. Karakteristik Oligopoli 116
12.2. Kurva Permintaan Oligopolis 117
Pertanyaan Diskusi 119
Bab 13 : Pengambilan Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko
13.1. Perbedaan Resiko dan Ketidakpastian 121
13.2. Pengukuran Resiko dengan Probabilitas 122
13.3. Keputusan Mengandung Resiko 124
13.4. Expected Utility127 127
13.5. Menentukan Tingkat Optimal Dari Aktivitas Berisiko 132
13.6. Maksimalisasi Profit Di Bawah Resiko 133
13.7. Maksimalisasi Laba Dengan Resiko Kasus Duopoli 135
13.8. Pengambilan Keputusan Dalam Ketidakpastian 138
Kepustakaan 143
Glossary 144
Indeks 151
v
Standart Kompetensi :
1. Mengidentifikasikan permasalahan dalam pengambilan keputusan
manajerial
2. Mengenal mekanisme pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan
Kompetensi Dasar :
1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
manajerial
2. Menggambarkan pengambilan keputusan manajerial dalam suatu
perusahaan
3. Menganalisis pengambilan kepurusan manajerial
1
domestik dalam penguasaan teknologi dan jenis teknologi yang akan diterapkan
pada sistem produksi yang dipakai.
Karena para manajer selalu dihadapkan pada situasi yang memaksa
mereka untuk melakukan pilihan diantara berbagai alternatif kebijakan atau
strategi, maka perangkat analisis dalam ekonomi manajerial sangat dibutuhkan.
Hal ini tentunya tidak dapat diartikan bahwa seorang manajer harus menjadi
seorang ahli ekonomi manajerial, akan tetapi manajer harus memiliki
pemahaman yang baik tentang cara menganalisis situasi, cara menentukan
pilihan dengan menggunakan teori ekonomi. Oleh sebab itu ekonomi manajerial
memusatkan perhatiannya pada persoalan utama berikut ini:
1. mengidentifikasi permasalahan dan peluang
2. menganalisis berbagai alternatif yang mungkin akan ditempuh
3. menentukan pilihan yang mampu memberikan hasil optimal.
2
Pembacaan Gambar 1.1 dimulai dari kiri atas dan berputar searah
dengan jarum jam. Ekonomi manajerial merupakan salah satu dari tiga teknik
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh orang-orang yang berada pada
posisi functional area dalam dunia bisnis: accounting, finance, marketing, and
management. Ketiga elemen dalam basic analytical area ini mnemiliki perangkat
atau teknik tertentu, yang biasanya menggunakan unsur aljabar, aljabar linier,
kalkulus, dan lain-lain. Secara bersama-sama wilayah basic analytic akan
memberikan informasi tentang teknik pengambilan keputusan yang dapat
dilakukan oleh orang-orang yang berada pada posisi business functional area,
dan pada akhirnya ke manajer.
Namun demikian, Gambar 1.1 tersebut juga dapat ditafsirkan pada arah
sebaliknya, yaitu pihak chief executive memiliki alternatif pemecahan masalah
yang kemudian disampaikan ke business functional dan ke basic analytical area
untuk dicarikan alternatif terbaik yang mungkin bisa diciptakan.
Gambar 1.1:
Hubungan Antara Ekonomi Manajerial dan Pengambilan Keputusan
Business
Functional Area
Basic Analytical Area
Accounting
Matematika-Statistika
Finance
Ekonomi Manajerial Decision Ttechniques
Management
Decision Alternatives
Chief Executive Officer
Chief Operating Officer Board of Directors
Chief Financial Officer
Board of Directors
3
1.2. Tujuan Perusahaan: Maksimisasi Keuntungan
Pada teori ekonomi tentang perusahaan (theory of the firm), kegiatan
usaha akan berhadapan dengan pengambilan keputusan tentang harga, tenaga
kerja, output, dan keputusan investasi yang diarahkan untuk mencapai
keuntungan maksimum. Dalam konteks yang lebih sederhana, pemilik
perusahaan, berusaha untuk meningkatkan personal wealth, dengan cara
mencapai keuntungan setinggi-tingginya. Sehingga, apabila pemiliki menyewa
orang-orang untuk menjalankan aktifitas usahanya, berarti pemiliki menaruh
harapan terhadap orang tersebut untuk mengambil keputusan yang mengarah ke
keuntungan maksimum. Persoalan akan muncul apabila pemilik tidak memiliki
kemampuan untuk memonitor para manajer yang disewanya, yang sangat
mungkin memiliki tujuan yang berbeda. Namun demikian, realitas yang kita
hadapi bukan hanya usaha yang profit oriented, namun juga non-profit oriented.
Oleh sebab itu, pada bagian ini akan diuraikan beberapa terminologi penting
dalam ilmu ekonomi, sehingga tercapai pemahaman yang tepat tentang arti
maksimasi profit.
4
Accounting Profit memiliki pengertian yang berbeda dengan economic profit.
Accounting profit hanya melibatkan explicit cost, sehingga:
Ilustrasi berikut ini dapat dijadikan penjelas beda antara dua konsep profit
tersebut: misalnya, pada tahun 2000 pemilik perusahaan Sealouman yang
bergerak dibidang rekayasa memperoleh pendapatan Rp. 1 milyar, untuk belanja
pegawai dan peralatan menghabiskan Rp. 850 juta, maka Accounting Profit akan
sebesar Rp. 150 juta. Jika pemilik perusahaan tersebut mengambil alternatif lain,
yaitu bekerja pada perusahaan sejenis yang lebih besar dan dia akan mendapat
gaji sebesar Rp. 250 juta, maka muncullah Economic Profit, sebesar: Rp. 1
milyar – Rp. 850 juta – Rp. 250 juta = - Rp. 100 juta. Dengan kata lain, pemilik
perusahaan Sealouman, dengan keputusannya untuk mendirikan perusahaan
sendiri, akan mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp. 100 juta.
1 2 T T t
Value of a Firm = ---------- + ---------- + … + ------------ = -------------
(1+r1) (1+r2)² (1+rT)T t=1 (1+rt)t
Keterangan: = keuntungan ekonomis yang diharapkan terjadi pada periode t; rt resiko yang
nilainya disesuaikan dengan discount rate pada periode t, dan T adalah periode
operasional perusahaan.
Apabila keuntungan masa yang akan datang tidak diketahui dengan pasti, maka
nilai perusahaan dihitung berdasarkan keuntungan ekspektasi yang akan
diterima. Semakin besar ketidak pastian yang terjadi maka makin kecil
kemungkinan terjualnya perusahaan tersebut. Resiko yang dikaitkan dengan
ketidak pastian keuntungan pada masa yang akan datang disebut dengan risk
5
premium. Risk premium akan berdampak pada peningkatan discount rate, atau
menurunkan present value keuntungan yang diterima pada masa yang akan
datang.
6
mampuan pemilik tersebut dapat disebabkan karena terdapat aturan main dalam
organisasi tersebut, khususnya mekanisme kontrol, yang sudah disepakati.
Misalnya, kontrol pemilik terhadap manajer harus melalui dewan komisaris
(board of directors).
Dalam beberapa studi tentang persoalan Principle-Agent Problem
maupun Corporate Controle Mechanism, menunjukkan beberapa kecenderungan
perilaku, sebagai berikut (Jensen and Warner, 1988):
a. pola kepemilikan saham baik oleh insider maupun outsider
menjadi sumber insentif yang penting untuk mempengaruhi
perilaku manajerial, dan kinerja perusahaan.
b. Kepemilikan saham oleh manajer dan kontrol pasar memiliki
saling keterkaitan.
c. Sistem voting pemegang saham melalui one share/one vote
berdampak pada firm value maupun efisiensi.
d. Frekuensi pergantian top manajemen akan berdampak negatif
terhadap harga saham sekalipun tidak banyak mempengaruhi
kinerja.
e. Apabila board of director memiliki posisi yang kuat dalam
mekanisme kontrol internal maka terdapat kecenderungan
pergantian top manajemen yang relatif tinggi.
7
jasa disebut dengan transaction cost. Penjual dan pembeli memanfaatkan pasar
sebagai media pertukaran karena pasar memungkinkan dicapainya transaction
cost yang minimum.
Struktur pasar ditentukan oleh beberapa karakteristik, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi lingkungan ekonomi tempat suatu aktifitas usaha
beroperasi. Karakteristik yang dpat dibuat ubtuk menggambarkan pasar adalah
sebagai berikut:
a) Jumlah dan ukuran perusahaan yang beroperasi di pasar.
Kemampuan manajer untuk meningkatkan harga tanpa
berdampak pada penurunan penjualan sangat tergantung pada
jumlah dan ukuran usaha. Apabila jumlah perusahaan banyak
dan produksi suatu perusahaan merupakan bagian kecil dari
total output, maka tidak ada satu perusahaanpun yang dapat
mempengaruhi harga pasar. Demikian pula sebaliknya.
b) Derajad diferensiasi produk diantara pesaing. Diferensiasi
produk yang dapat dicapai melalui desain atau image yang
dikembangkan dalam iklan, memungkinkan perusahaan untuk
menetapkan harga yang lebih tinggi.
c) Apabila suatu perusahaan yangberoperasi memperoleh
economic profit, maka sangat dimungkinkan munculnya
perusahaan baru yang akan mengakibatkan harga barang atau
jasa mengalami penurunan. Dampak selanjutnya adalah
economic profit akan mengalami penurunan.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka para ekonom melakukan
pembedaan struktur pasar menjadi: perfect competition, monopoly, monopolistic
competition, dan oligopoly (secara spesifik akan dibahas dalam bab tersendiri).
Perfect Competition. Jumlah perusahaan yang beropersi banyak
sehingga secara individual perusahaan merupakan bagian yang sangat kecil dari
pasar. Perusahaan-perusahaan tersebut memproduksi barang atau jasa yang
homogen atau undifferentiated product sehingga tersubstitusi secara sempurna.
Harga merupakan “keputusan” pasar dan bukan keputusan individu perusahaan
(perusahaan sebagai price-taker). Harga pasar yang telah terbentuk membawa
8
konsekuensi pengambilan keputusan perusahaan terletak pada jumlah barang
atau jasa yang diproduksi. Perusahaan memiliki kebebasan untuk masuk atau
keluar dari pasar.
Monopoly. Perusahaan merupakan pemain tunggal di pasar, baik
bersifat alamiah (natural monopoly) maupun karena proteksi (administered
monopoly). Barang atau jasa yang diproduksi tidak memiliki substitusi.
Perusahaan monopoli memiliki kemampuan untuk menentukan harga pasar
(price-setting firm) dan jumlah barang yang akan diproduksi.
Monopolistic Competition. Jumlah perusahaan banyak dan secara
individual merupakan bagian kecil dari pasar yang memproduksi barang atau jasa
yang terdiferensiasi (differentiated product). Perbedaan dengan perfect
competition hanya terletak pada produk yang terdiferensiasi yang membawa
konsekuensi pada pesaing monopolis memiliki kekuatan pasar (market power)
yang sama.
Oligopoly. Jumlah perusahaan relatif sedikit dibandingkan dengan
jumlah konsumennya. Atau output beberapa perusahaan dibandingkan dengan
total output di pasar relatif tinggi, sehingga kebijakan harga yang diterapkan
perusahaan oligopolis akan membawa pengaruh pada penjualan yang dilakukan
oleh perusahaan oligopolis lainnya (mutual interdependence).
9
Pembayaran yang diterima hari ini, tanpa menunggu lagi proses
pembayaran, dari suatu penerimaan yang seharusnya dibayarkan periode yang
akan datang, disebut dengan Present Value (PV).
Sebagai contoh: seseorang berjanji akan untuk membayar sebesar
Rp.1.000.000,- satu tahun yang akan datang. Nilai Rupiah
saat ini berbeda dengan nilai Rupiah satu tahun
mendatang. Berapakah nilai Rupiah yang anda terima jika
pembayaran dilakukan saat ini?
Sebagai akibat dari adanya time value of money anda akan menerima kurang dari
Rp. 1 juta saat ini. Penerimaan yang kuirang dari Rp. 1 juta inilah yang disebut
dengan Present Value dari Rp. 1 juta satu tahun yang akan datang. Proses
perhitungan present value kadang-kadang disebut dengan discounting.
Untuk menentukan besarnya discount pembayaran terhadap Rp. 1 juta
yang seharusnya dibayarkan satu tahun yang akan datang, maka perlu ditentukan
opportunity cost selama menunggu pembayaran terjadi (satu tahun yang akan
datang). Anggap saja, dalam persoalan pembayaran tersebut tidak terdapat resiko
apapun, dan bila uang sebesar Rp. 1 juta diinvestasikan akan memperoleh return
sebesar 6% per-tahun, maka angka 6% per-tahun inilah yang disebut dengan risk
free discount rate.
10
Proses perhitungan present value tanpa mempertimbangkan resiko
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tahun ke-0 P0 0 P0 + 0 = P0
Tahun ke-1 P0 r.P0 P0 + r.P0 = P1
P0 (1+r) = P1
Tahun ke-2 P1 r.P1 P1 + r.P1 = P2
P1(1+r) = P2
Atau
P0(1+r)²= P2
Tahun ke-3 P2 r.P2 P2 + r.P2 = P3
P2(1+r) = P3
Atau
P0 (1+r)³= P3
Proses berlanjut hingga secara umum dapat dirumuskan
Tahun ke-n Pn-1 r.Pn-1 Pn-1+r.Pn-1 = Pn
Pn-1(1+r) = Pn
Atau
n
P0 (1+r) = Pn
P0 (1+r)n = Pn
11
Penyelesaian dari contoh di atas adalah:
P0 = Pn: (1+r)n
Dimana: Pn = Rp. 1juta; r = 6%/tahun; n = 1 tahun, maka:
Po = 1.000.000: (1+0,06)
= 943.396,23
Present Value dapat juga dikaitkan dengan Net Cah Flow (NCF), yaitu
penerimaan cash dalam n tahun dengan tingkat discounr rate sebesar r. Sehingga:
NCF
P0 = ---------
(1+r)n
Jika hubungan antara present value (P0 ) dan Net Cash Flow (NCF)
dikembangkan ke arah pembayaran yang bersifat berantai, maka akan ditemukan
bentuk rumusan sebagai berikut:
atau
n NCFi
P0 = ∑ ----------------
i=1 (1+r)i
12
Pertanyaan Diskusi :
1. Seorang sarjana lulusan fakultas ekonomi jurusan manajemen mengelola
usaha fotocopy milik orang lain dan digaji $ 25.000 setahun. Ia kemudian
memutuskan untuk mendirikan usaha fotocopy sendiri. Penerimaannya
selama tahun pertama operasi sebesar $ 125.000 dan pengeluarannya
sebesar :
=================================
Gaji pembantu $ 45.000
Bahan-bahan $ 15.000
Sewa $ 10.000
Utilitas $ 1.000
Bunga pijaman bank $ 10.000
=================================
Pertanyaan :
Hitunglah : Biaya eksplisit , biaya implisit, laba bisnis, laba ekonomi dan
hasil normal dari investasi bisnis ini.
2. Tentukan satu investasi dari sebuah proyek dari dua pilihan proyek yang
harus dipilih oleh seorang manager bila tingkat diskon perusahaan 10
persen. Proyek pertama menjajikan laba $ 100.000 setiap tahun selama 4
tahun, sedangkan proyek kedua menjanjikan keuntungan $ 75.000 setiap
tahun selama 6 tahun. Proyek mana yang anda pilih ? Berilah
penjelasannya !
3. Jelaskan mengapa pemerintah mengatus perusahaan telepon dan listrik,
bila motif keuntungan merupakan fungsi yang penting dalam operasi
pada sistem pasar bebas ?
Standar Kompetensi :
1. Mengkonstruksikan penentuan harga dengan grafik
2. Menyelesaikan penentuan harga pada pasar persaingan
Kompetensi Dasar :
1. Menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran
2. Menggambarkan kurva permintaan dan penawaran
3. Menggambarkan dengan grafik penentuan harga
4. Mendemonstrasikan dengan grafik perubahan ekuilibrium harga
5. Menyelesaikan kasus penentuan harga pada perusahaan
2.1. Demand
Pada bagian ini akan diuraikan tentang bagaimana demand dan supply
dapat membentuk keseimbangan pasar pada kondisi persaingan yang melibatkan
banyak konsumen dan produsen dengan kondisi barang yang bersifat homogen
atau relatif tidak terdiferensiasi.
Jumlah barang atau jasa yang diinginkan dan dapat dibeli oleh
konsumen pada periode tertentu disebut dengan quantity demanded (jumlah yang
diminta). Walaupun para ekonom menekankan peran penting harga dalam
pengambilan keputusan, namun mereka juga mempertimbangkan peranan
penting faktor-faktor lain. Akan tetapi, untuk menyederhanakan analisis maka
beberapa faktor lain yang tidak signifikan pengaruhnya akan dihilangkan dalam
bahasan.
Pembahasan tentang permintaan ini akan dikembangkan dalam dua
bentuk hubungan permintaan, yaitu (1) generalized demand function, yang
menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta dengan faktor-faktor lain,
(2) ordinary demand function, menunjukkan hubungan antara kuantitas yang
14
diminta dan harga barang pada saat semua faktor-faktor yang lain dianggap
konstan. Bentuk yang kedua ini, ordinary demand function ini yang secara umum
oleh para ekonom disebut dengan demand function atau permintaan.
15
c) Harga Barang atau Jasa yang Terkait (Pr)
Barang atau jasa lain yang terkait dengan barang X, keterkaitannya
dapat berupa sebagai barang substitusi (barang pengganti) atau barang
komplementer (barang pelengkap). Apabila hubungan kedua barang adalah
sebagai barang pengganti, maka peningkatan harga barang akan menyebabkan
peningkatan permintaan barang penggantinya. Sedangkan apabila barang
memiliki hubungan komplementer dengan barang lain, maka peningkatan harga
barang akan mengakibatkan penurunan permintaan barang komplementer.
16
dimana a,b,c,d,e,f,g merupakan parameter. Nilai “a” menunjukkan jumlah yang
diminta pada saat faktor-=faktor penentu memiliki nilai nol, sedangkan
parameter yang lain sering disebut juga dengan slope parameter, yang mengukur
efek terhadap jumlah yang diminta dengan adanya perubahan faktor yang
mempengaruhinya (dengan catatan faktor-faktor tersebut mencatat dari sisi
perubahan, misalnya, perubahan jumlah yang diminta, perubahan harga,
perubahan pendapatan, dan lain-lain).
Tabel 2.1:
Rekapitulasi Demand Function
Hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta pada satu periode
tertentu pada saat faktor-faktor berpengaruh lainnya dianggap konstan (ceteris
paribus) disebut dengan demand function atau secara sederhana disebut dengan
demand (permintaan). Permintaan menghubungkan antara jumlah barang yang
diinginkan konsumen dan dapat dibeli oleh konsumen pada setiap kemungkinan
harga. Permintaan secara spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut:
Qd = f (P)
17
Sebagaimana pada penjelasan terdahulu tentang generalized demand
function, permintaan dapat juga dianggap dipengaruhium oleh lima faktor yang
lain, yang apabila diekspresikan secara matematis adalah sebagai berikut:
Bila persamaan di atas diubah dalam bentuk demand function, yang menyatakan
kondisi ceteris paribus, maka:
Qd = 75 – 0.5P
Dari persamaan demand tersebut dapat disusun demand schedule, yaitu suatu
tabel yang menunjukkan daftar kemungkinan harga produk terkait dengan jumlah
yang diminta. Maka demand schedule dapat dibuat sebagai berikut:
Tabel 2.2:
Demand Schedule
18
Cara lain untuk menunjukkan permintaan adalah dengan cara grafis.
Yang dibutuhkan adalah diagram dua dimensi yang masing-masing ditempati
oleh Qd dan P. Misalnya, konsumen membeli barang tersebut pada tingkat harga
Rp. 40/unit, maka maksimum konsumen akan membeli sebanyak 55 unit.
Tingkat harga maksimum yang dibayar konsumen disebut dengan demand price.
Gambar 2.1:
Kurva Permintaan
Price (P)
50 - A
40 - B Demand Curve
30 - C
20 - D
10 - E
50 55 60 65 70 Quantity (Qd)
19
Gambar 2.2:
Pergeseran Kurva Permintaan
P
D D’
(b)
A A’
(a)
B B’
Qd
Tabel 2.3:
Summary of Demand Shifts
Income (M):
a. Normal Goods M rises M falls c>0
b. Inferior Goods M falls M rises c<0
Price of Related Goods (Pr):
20
a. Substitute Goods Pr rises Pr falls d>0
b. Complement Goods Pr falls Pr rises d<0
Consumer Taste () rises falls e>0
Expected Price (Pe) Pe rises Pe falls f>0
Number of Consumers (N) N rises N falls g>0
2.2. Supply
Jumlah barang atau jasa yang tawarkan untuk dijual ke pasar pada suatu
waktu tertentu disebut dengan quntity supplied. Secara umum. Jumlah barang
atau jasa yang ditawarkan dipengaruhi oleh enam faktor utama, yaitu: harga
barang atau jasa, harga input yang digunakan, harga barang atau jasa yang terkait
dalam produksi, tingkat teknologi yang digunakan, ekspektasi harga, dan jumlah
perusahaan yang memproduksi barang atau jasa..
Kuantitas barang atau jasa yang ditawarkan tidak hanya ditentukan oleh harga
barang atau jasa tersebut (P) tetapi juga harga input (Pi), harga barang atau jasa
lain yang terkait (Pr), keberadaan teknologi pada saat itu (T), ekspektasi harga
(Pe), dan jumlah perusahaan yang memproduksi barang atrau jasa tersebut (F).
21
Tabel 2.4:
Summary of the Generalized (linear) Supply Function
Qs = h + kP + lP + mPr + nT + rPe + sF
Yang penting untuk dicatat dari tabel tersebut adalah pengaruh dari keberadaan
teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Teknologi dalam konteks ini
dipahami sebagai kombinasi antara sumber daya yang dapat menghasilkan
barang atau jasa. Perbaikan penggunaan teknologi akan mengakibatkan biaya
per-unit produksi semakin murah, yang akhirnya akan mendorong penawaran ke
arah yang lebih tinggi.
22
Sebagai contoh: persamaan supply function adalah Qs = 100 + 10P.
Konstanta atau intersep memiliki nilai positif (100) artinya, secara matematis,
produsen ingin menawarkan barangnya sebanyak 100 unit pada saat harga nol.
Statement tersebut nampak tidak masuk akal oleh sebab itu perlu diperhatikan
penggambaran kurva penawarannya agar statement menawarkan sebanyak 100
unit pada saat harga nol, sekalipun secara matematis benar, tidak termasuk dalam
keputusan produsen.
Tabel 2.5:
The Supply Schedule for the Supply Function
Qs = 100 + 10P
PRICE (P) 65 60 50 40 30 20 10
QUANTITY
750 700 600 500 400 300 200
SUPPLIED (Qs)
Gambar 2.3:
A Supply Curve : Qs = 100 + 10 P
P
70 - S
60 -
50 -
40 -
30 -
20 -
10 -
| | | | | | | |
100 200 300 400 500 600 700 800 Qs
23
2.2.3. Pergeseran Penawaran
Sebagaimana kurva permintaan, kurva penawaran juga memungkinkan
mengalami pergeseran baik pergeseran sepanjang kurva maupun pergeseran yang
mengakibatkan terciptanya kurva penawaran baru. Peningkatan penawaran dapat
dilihat dari adanya peningkatan jumlah yang ditawarkan pada harga tertentu,
yang dicerminkan melalui pergerakan ke arah kanan kurva. Demikian sebaliknya
untuk penurunan kurva penawaran, ditandai dengan pergeseran ke arah kiri
kurva.
Gambar 2.4:
Pergeseran Kurva Penawaran
P S” S S’
(a) (b)
q2 q q1 Qs
Catatan:
S : kurva penawaran awal
S’ : kurva penawaran setelah mengalami peningkatan
S” : kurva penawaran setelah mengalami penurunan
(a) : penurunan sebesar (q - q2)
(b) : peningkatan sebesar (q1 – q)
24
Tabel 2.6:
Summary of Supply Shifts
25
Gambar 2.5: Market
Equilibrium
P D S
excess supply
(surplus)
P0
Excess demand
(shortage)
Q0
Catatan:
26
Gambar 2.6:
Pergeseran Simultan Permintaan dan Penawaran
(1)
P D D’
S (3) S’
P1
(2)
P0
Q0 Q1 Q0’
Perubahan yang terjadi pada salah satu atau kedua kurva akan
menyebabkan keseimbangan pasar terganggu atau terjadi disequilibrium.
Gangguan ini secara teoritis dikatakan hanya terjadi dalam jangka pendek, dan
dalam jangka panjang ketidak seimbangan pasar akan kembali menuju ke
keseimbangan. Dengan demikian, ketika terjadi peningkatan permintaan (1),
sedangkan penawaran relatif tetap, maka akan terjadi excess demand yang
berakibat pada kenaikan harga (2). Kenaikan harga merupakan insentif yang
menarik bagi produsen untuk meningkatkan penawarannya, sehingga penawaran
meningkat (3), dan harga kembali ke keseimbangan. Vice versa.
27
terkoreksi oleh kekuatan pasar karena adanya intervensi dari pemerintah melalui
kebijakan harga, yaitu kebijakan ceiling price dan floor price.
Ceiling price merupakan harga maksimum yang ditetapkan oleh
pemerintah bagi produsen untuk menjual barangnya. Ketika ceiling price
(Pberada di bawah harga keseimbangan, maka akan terjadi excess demand atau
shortage. Sedangkan floor price adalah harga minimum yang ditetapkan oleh
pemerintah bagi produsen untuk menjual barangnya. Ketika floor price berada di
atas equilibrium maka akan terjadi excess supply atau surplus.
Pada ilustrasi Gambar 2.7 dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika pada
awalnya keseimbangan pasar adalah harga sebesar P0 dan kuantitas sebesar Q0,
dan kemudian pemerintah melakukan kebijakan ceiling price, maka akan terjadi
pergeseran yang menyebabkan ketidak seimbangan, yaitu harga berdasarkan
kebijakan adalah Pc, dan kuantitas yang diinginkan konsumen untuk dibeli adalah
Q2 namun produsen hanya bersedia menjual sebesar Q1. Dengan demikian terjadi
perbedaan dipasar sebesar (Q2 - Q1) atau terjadi shortage. Demikian pula yang
terjadi jika pemerintah melakukan kebijakan floor price, maka akan terjadi
surplus sebesar (Q4 – Q3).
Gambar 2.7:
Ceiling Price and Floor Price
S
S Pf
P0
Pc
Q1 Q0 Q2 Q Q3 Q0 Q4 Q
Kebijakan ceiling price dan floor price ini pernah dilakukan oleh
BULOG dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai badan penyangga beras
28
nasional. Kebijakan ceiling price dilakukan untuk melindungi konsumen dari
melambungnya harga beras karena faktor gagal panen sedangkan kebijakan floor
price diterapkan pada saat petani mengalami panen raya. Perbedaan yang terjadi
pada jumlah permintaan dan penawaran diatasi pemerintah dengan melakukan
penjualan stok beras yang dimiliki sesuai dengan harga kebijakan jika pasar
berada pada posisi shortage (permintaan yang berlebih). Dan pada saat terjadi
surplus yang mengakibatkan terancamnya harga beras pada level sangat rendah
maka pemerintah melakukan pembelian surplus produksi tersebut. Kebijakan ini
bukan hanya dilakukan oleh Indonesia namun juga dilakukan oleh banyak negara
lainnya khususnya untuk komoditi pangan.
Pertanyaan Diskusi
1. Mr. Smith seorang General Manager perusahaan multinasional
mengestimasi persamaan regresi untuk permintaan mobil Chevrolet
sebagai berikut :
Qc = 100.000 – 100 Pc + 2000 N + 50 I + 30 Pf – 1000 Pg + 3 A
+ 40.000 Pi
Dimana : Qc : kuantitas chevrolet yang diminta setiap tahun
Pc : harga chevrolet dalam Dollar
N : jumlah penduduk Amerika Serikat
I : pendapatan disposable perkapita dalam Dollar
Pf : harga mobil Ford Dalam Dollar
Pg : harga riil bensin dalam Dollar
A : biaya iklan chevrolet dalam Dollar / tahun
Pi : insentif kredit untuk pembelian chevrolet
Pertanyaan :
a. Tentukan perubahan jumlah chevrolet yang dibeli tiap tahun untuk
setiap perubahan dalam variabel independent.
b. Tentukan nilai Qc jika rata-rata nilai Pc = $ 9000 , N = 200 juta, I = $
100000, Pf = $ 8000, Pg = 80 sen, A = $ 200000 dan Pi = 1
c. Turunkan persamaan untuk kurva permintaan terhadap chevrolet dan
gambarkan dalam grafik.
2. Andaikan anda adalah analisis pasar saham, khususnya saham hiburan,
dan anda sedang meneliti saham Disneyland. The Wall Street Journal
29
(WSJ) melaporkan bahwa jumlah turis menurun di Amerika Serikat.
Sebuah tembat hiburan lain , Six Flag Magic Mountain, yang berada di
Valensia – California mengoperasikan sebuah roller coster baru. Pada
tahun yang sama akan dioperasikan wahana baru dengan nama Psyclone.
a. Gunakan analisis demand dan supply untuk memprediksikan
dampak dari kejadian itu terhadap tiket dan jumlah pengunjung
Disneyland !
b. Sebagaimana yang dilaporkan oleh WSJ, Disneylan memotong
(menurunkan) harga tiket dan mengakui bahwa jumlah
pengunjung berkurang. Apakah hal tersebut sesuai dengan
prediksi (analisis) demand dan suplly anada ?
c. Dalam kenyataannya, harga tiket turun dan jumlah pengunjung
turun di Disneyland melanggar hukum permintaan , khususnya
dalam dunia hiburan ?
30
Standar Kompetensi
1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas
2. Mengidentifikasikan elastisitas permintaan
Kompetensi Dasar
1. Menyebutkan faktor-faktor yang menentukan elastisitas
2. Membedakan jenis-jenis elastisitas
3. Menghitung elastisitas
4. Menganalisis konsep elastisitas dalam pengambilan keputusan manajerial
d = (% kuantitas) / (% harga)
= (% Q) / (% P)
Tabel 3.1:
Koefisien Elastisitas Permintaan
28
Perlu ditegaskan disini bahwa nilai elastisitas permintaan selalu negatif sehingga
di dalam menuliskan elastisitas permintaan tidak perlu lagi mencantumkan dan
mengoperasionalkan tanda negatif. Perubahan yang terjadi pada harga maupun
kuantitas dianggap sebagai besaran mutlak (tanda |...| ).
TR = P . Q
29
3.3. Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi elastisitas permintaan,
yaitu: (a) adanya barang atau jasa substitusi, (b) persentase budget konsumen,
dan (c) periode penyesuaian konsumsi.
Barang substitusi. Semakin baik sifat substitusi dari suatu barang atau
jasa maka akan mengakibatkan semakin elastik barang itu.
Dx menurun
Px naik
Dsubstitusi naik
Jika harga barang X mengalami kenaikan, dan barang Y memiliki sifat substitusi
yang baik terhadap barang X, maka konsumen akan secara cepat merespon
kenaikan barang X dengan mengganti konsumsinya dengan barang Y, barang
substitusinya.
Persentase Budget Konsumsi. Jika semua hal yang lain dianggap tidak
berubah, maka elastisitas harga terkait langsung dengan persentase budget
konsumen untuk suatu barang atau jasa. Sebagai contoh: permintaan untuk TV
dimungkinkan memiliki elastisitas harga yang lebih elastik dibandingkan dengan
radio, karena persentase budget yang harus dikeluarkan lebih besar untuk TV
daripada untuk radio.
Periode penyesuaian. Panjang pendeknya periode penyesuaian konsumsi
orang sebagai reaksi atas adanya perubahan harga akan mempengaruhi besaran
elastisitas harga. Secara umum, semakin panjang periode penyesuaian
pengukuran, maka akan semakin elastik koefisien elastisitas permintaan. Hal itu
disebabkan oleh karena konsumen memiliki waktu yang relatif lama untuk
membuat keputusan merespon jumlah permintaan sebagai reaksi atas perubahan
harga.
Studi yang pernah dilakukan untuk mengamati elastisitas harga, salah
satunya adalah Smith, et.al. (1999) dan Smith and Brynjolfsson (2001) tentang
komoditas buku yang ditawarkan melalui media internet. Hal yang paling utama
untuk ditonjolkan dalam tulisan tersebut adalah penggunaan pasar internet yang
secara karakteristik paling mendekati dengan pasar persaingan sempurna. Akses
30
yang relatif murah tidak dianggap sebagai biaya transaksi yang relevan, sehingga
permintaan terhadap buku melalui pasar internet lebih diarahkan pada kebijakan
perpajakan lokal dan biaya pengiriman.
Kedua studi tersebut menyimpulkan bahwa konsumen sangat sensitif
terhadap perubahan harga sebagai akibat perubahan kebijakan pajak lokal dan
biaya pengiriman, namun konsumen tidak sensitif terhadap perubahan harga
total.
Tabel 3.3:
Perhitungan Arc Elasticity
31
Gambar 3.1:
Arc Elasticity
Price Q P
%Q = ------------- 100; %P = ------------ 100
Q base P base
1,0 R
Q / Q base
ARC Elasticity = --------------------
P/ P base
0.5 S Q / Q average
ARC Elasticity (approx) = -----------------------
P/ P average
0.25 T
U
0.10
P = a + bQ ...............................................................................(1
32
Q + Q = (1/b) (P) + (1/b) (P) – (a/b) ..............................(3
Q / Q Q P
d = -------------- = --------- x --------- ...............................(5
P / P P Q
maka:
(1/b) (P) P 1 P
= -------------- x -------- = ------ x -------------------
P Q b (1/b) P – (a/b)
1 P P
= ------ x ----------------- = -------- .................(6
b (1/b) (P – a) P-a
P + P = a + b (Q + Q) .....................................................(7a
P + P = a + b Q + b Q .....................................................(7b
33
persamaan (2b) – (1):
P + P = a + b Q + b Q
P = a + bQ -
P = b Q ......................................... (8
maka:
Q P 1 P
d = -------- x ------ = ------- x -------
b Q Q b Q
Gambar 3.2:
Perhitungan Point Elasticity
P
P 140
120
Quantity Quantity
Contoh perhitungan:
Pada Gambar 3.2 (a) pada saat harga pada tingkat 100 (titik L), dan intersep
(konstanta) sebesar 120, elastisitas permintaannya adalah sebesar: (berdasarkan
persaman (6))
L= 100 / (100-120) = -5
34
Pada saat harga sebesar 60 (titik M), elastisitas permintaannya sebesar:
M= 60 / (60 – 120) = -1
Pada Gambar 3.2 (b), perhitungan dilakukan dengan terlebih dahulu garis yang
bersinggungan dengan titik R dan memotong sumbu Price (terlihat pada titik
140). Maka perhitungan elastisitas titik R dapat dilakukan dengan:
Income Elasticity:
M = %Q/%M = (Q/Q) / (M/M)
Cross-Price Elasticity:
C = %Qx/%Py = (Qx/Qx) / (Py/Py)
35
Income Elasticity. Dalam perspektif income elasticity, barang atau jasa
dapat dikategorikan dalam barang normal dan barang inferior. Jika barang yang
bdiamati merupakan barang normal, maka peningkatan pendapatan akan
berdampak pada meningkatnya jumlah yang diminta (koefisien elastisitas
pendapatan positif). Sedangkan barang inferior akan menunjukkan gejala
penurunan kuantitas yang diminta pada saat pendapatan naik (koefisien
elastisitas pendapatan negatif).
Cross-Price Elasticity. Berdasarkan pengukuran cross-price elasticity,
maka dapat ditentukan hubungan antar dua macam barang, yaitu barang
substitusi (substitution goods) dan barang komplementer (complementary
goods). Jika kedua barang menunjukkan hubungan substitusi, maka koefisien
cross-price elasticity akan positif, karena peningkatan harga barang “Y” yang
merupakan substitusi barang “X” akan berdampak pada peningkatan kuantitas
permintaan barang “X”. Sedangkan bila hubungan kedua barang komplementer,
maka koefisien cross-price elasticity akan negatif, karena peningkatan harga
barang “Y” akan mengakibatkan penurunan pada kuantitas permintaan barang
“X”.
Pertanyaan Diskusi :
1. Dalam sebuah artikel mengenai masalah keuangandiharian Republika (22
Desember 2005) dilaporkan bahwa sebuah perusahaan minyak gorong
mengalami kerugian sebesar 25 juta Dollar setahun. Seorang analisis
Bursa Efek Jakarta (BEJ) mengatakan bahwa jika perusahaan minyak
goreng tersebut menaikkan harga dari 50 sen menjadi 75 cent,
diperkirakan akan menembah penerimaan sebesar 70 juta Dollar setahun.
Tetapi Direktur perusahaan tersebut menolak pendapat dari analisis BEJ,
dikatakannya bahwa kenaikan harga justru telah menurunkan omst
penjualan seperti yang dialami oleh perusahaan minyak goreng lainnya
yang menaikkan harga hingga 75 sen.
Pertanyaan : Asumsi implisit apa yang digunakan oleh Direktur
perusahaan minyak goreng dan analis BEJ (terkait dengan elastisitas
permintaan) sehingga terjadi pertentangan antar keduanya ? Jelaskan.
36
Standar Kompetensi :
Mengidentifikasikan teori perilaku konsumen dalam penerapan pengambilan
keputusan manajerial
Kompetensi Dasar
1. Membedakan dua pendekatan dalam teori perilaku konsumen
2. Menggambarkan secara grafis efek substitusi dan efek pendapatan
3. Menghitung pencapaian utility maksimal
37
b) Preference ordering: konsumen dapat membuat preferensi
terhadap sejumlah barang yang dibutuhkan. Dalam asumsi ini
terkandung secara implisit asumsi transitivitas, yaitu bila A > B
(baca “lebih disukai daripada”), dan B > C, maka A > C.
Konsumen melakukan konsumsi bila dalam aktifitas konsumsi tersebut
memperoleh manfaat atau utility. Preferensi konsumen dapat direpresentasikan
dengan fungsi utility, yaitu suatu persamaan yang menunjukkan bagaimana
persepsi individu tentang tingkat utility pada aktifitas konsumsi sejumlah barang,
U = f (X1,X2, ...,Xn).
Sebagai penyederhanaan, diasumsikan produk yang dikonsumsi adalah Y dan X.
Dan konsumen dapat melakukan substitusi terhadap kedua jenis produk tersebut.
Jika dari berbagai kombinasi kedua produk tersebut menghasilkan utilitas yang
sama, maka titik-titik tersebut membentuk indifference curve.
Gambar 4.1:
Indifference Curve
2 C
I1
1 4 8 X
38
Rumusan MRS sebenarnya dapat diinterpretasikan pula sebagai Marginal Utility,
jika yang dibicarakan adalah perubahan utility sebagi akibat dari peningkatan
jumlah barang yang dikonsumsi sebesar satu unit.
Total Utility YX : TU = UY + UX
Maka:
U = (MUX x X) + (MUY x Y)
Budget: M = PX . X + PY . Y
39
Budget line (Gambar 4.2) dapat mengalami pergeseran karena adanya
perubahan budget atau income (a) dan perubahan harga (b)
Gambar 4.2:
Shifting the Budget Line
QY QY
100 100
80
40
Gambar 4.3:
Constraint Utility Maximization
QY
60 A
50
30 E
5 B
75 QX
41
Gambar 4.4:
Deriving a Individual Demand Curve
QY
BL1-PX=10
BL2-PX=8
BL3-PX=5
QX
PX
Demand
10
Curve for X
QX
42
Gambar 4.5:
Deriving a Market Demand
PX PX
Demand Individul - A
100 Demand Individul - B
80
60
20 40 60 QX 50 100 QX
PX
Market Demand
100
80
20 90 160 QX
43
sama konsumen memperoleh jumlah barang yang lebih banyak. Logika ekonomi
seperti ini disebut dengan Substitution Effect.
Pada saat konsumen merasa harga secara relatif lebih murah, bisa
diakibatkan oleh adanya deflasi atau karena adanya peningkatan pendapatan
secara relatif terhadap harga, maka konsumen cenderung untuk meningkatkan
konsumsi barang tersebut. Hal ini disebut dengan Income Effect.
Gambar 4.6:
Substitution Effect, Income Effect, and Total Effect
QY QY
QX
QX Income Effect
Income Effect
44
adanya informasi yang lengkap. Oleh sebab itu, konsumen masih harus berusaha
untuk memperoleh informasi sebelum mengambil keputusan membelanjakan
uangnya. Dalam upaya mencari informasi tersebut, konsumen harus
mengeluarkan biaya. Biaya ini ditanggung secara bersama-sama oleh konsumen
guna mencari informasi yang jelas sebagai dasar pengambilan keputusan. Biaya
mencari informasi ini disebut dengan Search Cost.
Gambar 4.7:
Finding The Optimal Level of Search
MBsearch
MCsearch
45
cost, sehingga akan mendorong naik tambahan utilitas per-unit uang yang
dikeluarkan untuk konsumsi produk tersebut.
Higher Pct
Consumer’s
Budget
46
Sebuah studi yang dilakukan oleh Ramos (1997) tentang keterkaitan
antara advertising, sales, dan price pada produk mobil Renault di Portugal pada
periode 1988. Januari sampai dengan 1996. Juni, menghasilkan kesimpulan
bahwa terdapat kecenderungan dalam jangka panjang bahwa variabel advertising
berperan sebagai variabel eksogen, yaitu variabel yang besarannya ditentukan
diluar sistem persamaan, sedangkan kedua variabel lain, variabel sales dan harga
berperan sebagai variabel endogen, yaitu variabel yang besarannya lebih
ditentukan dalam sistem.
Berdasarkan studi Ramos tersebut diperoleh fakta bahwa dalam jangka
panjang maupun dalam jangka pendek variabel sales sangat dipengaruhi oleh
variabel advertising, demikian pula halnya dengan variabel harga. Sedangkan
variabel sales dan variabel prices menunjukkan saling ketergantungan
(bidirectionality), yaitu sales dipengaruhi oleh price demikian pula sebaliknya,
variabel prices dipengaruhi oleh variabel sales.
Pertanyaan diskusi :
1. Shakuntala, seorang mahasiswa fakultas ekonomi, mempunyai pendapatan
yang terbatas dan dia hanya mengkonsumsi teh botol dan roti. Konsumsinya
sekarang adalah 4 botol teh dan 10 buah roti. Harga dari teh botol adalah Rp
1.500,- per botol dan harga roti Rp 2.000 ,- per buah. Botol teh terakhir (dari
konsumsi teh botol) menambah kepuasan sebesar 500 unit, sedangkan roti
terakhir (dari konsumsi roti) menambah kepuasan 400 unit.
a. Apakah Shakuntala membuat keputusan yang memaksimalkan utility ?
Jelaskan.
b. Jika tidak, apa yang sebaiknya dilakukan agar utility maksimal tercapai ?
2. Asosiasi produsen daging sapi, asosiasi petani penghasil susu, asosiasi petani
kentang, industri tekstil dan asosiasi petani jeruk seringkali melakukan
periklanan untuk meningkatkan permintaan atas produksnya. Mengapa
asosiasi perdagangan dan bukannya perusahaan individual yang melakukan
periklanan ?
47
Standar Kompetensi :
Mengidentifikasi fungsi permintaan dalam pengambilan keputusan manajerial
Kompetensi Dasar
1. Menerapkan fungsi permintaan dalam pengambilan keputusan manajerial
2. Menganalisis output pengolahan data dari fungsi permintaan
48
yang pasti pengetahuan tentang tenik analisis tersebut akan mampu
meningkatkan pemahaman akan informasi yang diperoleh.
Fungsi permintaan empiris (empirical demand function) merupakan
hubungan antar variabel yang terkait atau diduga terkait dengan permintaan yang
diturunkan dari data yang telah ada. Dari fungsi permintaan empiris ini,
seseorang dapat membuat persamaan permintaan empiris (empirical demand
equation), yaitu bentuk hubungan antar variabel yang terkait. Hubungan tersebut
dapat berupa hubungan linier, kuadrat, kubik, maupun polinomial. Dari empirical
demand equation ini kita dapat melakukan estimasi yang bersifat kuantitatif.
Consumer Interviews
Merupakan aktifitas penggalian informasi atau data yang langsung di
arahkan pada pembeli potensial tentang, misalnya, jumlah komoditi yang akan
dibeli pada berbagai tingkat harga, dan beberapa kemungkinan nilai komoditi
yang diterima konsumen dengan melibatkan informasi tentang komoditi
substitusi, komoditi komplementer, harga komoditi substitusi, dan lain-lain. Pada
bentuk penelitian yang lebih intensif akan dibutuhkan kuesioner yang akan
diarahkan pada sampel yang terpilih dengan dipandu interviewer. Penggunaan
kuesioner yang tidak cermat memungkinkan peneliti terjebak pada beberapa
problem dasar, yaitu: penentuan sampel yang tidak tepat, ketidak sesuaian antara
jawaban responden dan tindakan responden (response bias), dan akurasi jawaban
responden.
Bentuk lain dari pengamatan terhadap konsumen adalah dengan metode
pengamatan yang bersifat eksperimental (experimental research), yaitu metode
49
riset dengan melakukan kontrol terhadap responden dengan perlakuan tertentu.
Peneliti menciptakan kondisi tertentu yang membuat faktor diluar yang diamati
dapat terkontrol atau dianggap konstan.
50
perubahan kuantitas terhadap persentase perubahan harga ( 1). Sedangkan (2)
merupakan persentase perubahan kuantitas sebagai akibat persentase perubahan
pendapatan, dan seterusnya. Dengan kata lain, ( 1) merupakan elastisitas harga,
( 2) merupakan elastisitas pendapatan, ( 3) merupakan cross-price elasticity.
Permintaan: Q = a + b1P + b2 M
Penawaran: Q = + 1P + 2Pc
Keterangan:
Q = jumlah premium yang terjual pada periode tertentu
P = harga premium
M = pendapatan konsumen
Pc = harga minyak mentah
51
Jika interaksi antara permintaan dan penawaran terjadi dan mengakibatkan
adanya keseimbangan pasar, maka interaksi tersebut dalam persamaan
diterjemahkan sebagai bentuk kesamaan antara kedua persamaan, yaitu :
a + b1P + b2 M = + 1P + 2Pc
maka:
P =1/( b1- 1) [ ( -a) + 2Pc – b2M ]
Atau:
P = f (Pc,M)
Q = h (Pc,M)
52
Tabel 5.1:
Permintaan Bunga Rose di Detroit Metropolitan 1971.III – 1975.II
Dependent Variable:
LQROSES Method: Least
Squares
Sample: 1971:3 1975:2
Included observations: 16 Coefficient
Variable Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.626824 6.148262 0.101951 0.9206
LPROSES -1.273555 0.526649 -2.418224 0.0341
LPCARN 0.937305 0.659191 1.421902 0.1828
LYDIS 1.712976 1.200843 1.426478 0.1815
LTREND -0.181597 0.127893 -1.419907 0.1833
R-squared 0.777953 Mean dependent var 8.902209
Adjusted R-squared 0.697208 S.D. dependent var 0.306877
S.E. of regression 0.168864 Akaike info criterion -0.469145
Sum squared resid 0.313664 Schwarz criterion -0.227711
Log likelihood 8.753157 F-statistic 9.634745
Durbin-Watson stat 1.782659 Prob(F-statistic) 0.001343
Keterangan:
QRoses merupakan kuantitas bunga rose yang terjual dalam satuan dozen
PRoses merupakan average wholesale price bunga rose dalam satuan $/dozen
PCarn merupakan average wholesale price bunga carnation dalam satuan $/dozen
Ydis merupakan average weekly family disposable income dalam satuan $/week
Trend merupakan variabel trend di wilayah Detroit Metropolitan
(Sumber data: Gujarati, 1995: 225)
53
d. Karena perubahan waktu tidak relevan dikaitkan dengan
persentase perubahannya, maka cukup di interpretasikan bahwa
terdapat kecenderungan dari waktu ke waktu kuantitas penjualan
bunga rose (Qroses) mengalami penurunan.
Yang perlu diingat adalah bahwa menghubungan antara perubahan
kuantitas suatu barang dengan perubahan harganya berarti bicara dalam konteks
elastisitas. Oleh sebab itu dapat diinterpretasikan secara teknis bahwa: elastisitas
harga atau elastisitas permintaan bunga rose adalah sebesar –1.273 atau bersifat
elastis, karena perubahan harga secara relatif lebih besar daripada perubahan
kuantitas. Demikian pula dapat dituliskan bahwa elastisitas silang atau cross
elastisity antara bunga rose dan bunga carnation memiliki nilai sebesar –0.937.
Dan elastisitas pendapatan memiliki nilai sebesar 1.713
54
Minggu Jumlah Penjualan Harga Harga Harga
ke Mingguan Blast Blast Clouds Promosi
( ratusan ) ( dollar ) ( dollar ) ( ribuan dollar
Q Pb Pc Adv
1 1027 1.45 1.42 3.97
2 1204 1.29 1.45 4.54
3 974 1.47 1.39 3.77
4 1111 1.33 1.43 3.29
5 1042 1.44 1.40 3.49
6 1304 1.32 1.47 4.27
7 1054 1.33 1.38 4.11
8 997 1.35 1.37 3.50
9 1223 1.31 1.43 3.97
10 1247 1.30 1.44 3.88
11 1049 1.46 1.43 3.99
12 1250 1.27 1.47 4.54
13 972 1.47 1.38 3.75
14 1184 1.32 1.46 3.31
55
Standar Kompetensi
Menyelesaian perhitungan peramalan perusahaan untuk pengambilan keputusan
manajerial
Kompetensi Dasar
1. Membedakan teknik peramalan kuantitatif
2. Membaca output peramalan data untuk pengambilan keputusan
manajerial
3. Menganalisis peramalan data
56
6.2. Statistical Forecasting: Time-Series Model
Time-series model (model runtun-waktu) merupakan model peramalan
yang menggunakan data runtun-waktu. Dengan kata lain, time-series model
memberikan gambaran tentang proses terbentuknya suatu data yang bersifat
historis. Salah satu teknik peramalan time-series yang sering digunakan dan
bersifat sederhan adalah linear trend.
Penggunaan linear trend didasarkan atas pengamatan bahwa variabel
yang diamati memiliki perilaku berubah secara linier. Data yang ditempatkan
sebagai variabel peramal dapat menggunakan waktu. Sebagai contoh, sebuah
bank membutuhkan informasi tentang tingkat konsumsi tiga tahun kedepan,
dengan menyusun model peramalan berdasarkan linear trend sebagai berikut:
1980 1 2447.100
1981 2 2476.900
1982 3 2503.700
1983 4 2619.400
1984 5 2746.100
1985 6 2865.800
1986 7 2969.100
1987 8 3052.200
1988 9 3162.400
1989 10 3223.300
1990 11 3260.400
1991 12 3240.800
57
Hasil perhitungan linear trend adalah sebagai berikut:
Tabel 6.2:
Print-Out Hasil Linear Time Trend Inflasi
Dependent Variable: Consume
Method: Least Squares
Sample: 1980 1991
Included Observations: 12
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2322.509 35.57903 65.27747 0.0000
TIME 85.86014 4.834239 17.76084 0.0000
Print-out pada tabel di atas dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai
berikut:
Grafik 6.1:
Perbandingan Data Observasi (Consume) dan Data Ramalan (Consumef)
3400
3200
3000
2800
2600
2400
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91
CONSUME CONSUMEF
58
Grafik (CONSUMEF) merupakan tampilan hasil perkiraan. Jika data diakhiri
tahun 1991, maka peramalan tiga tahun kedepan berarti tahun 1992-1994.
Peramalan dapat dilakukan sebagai berikut:
59
Tabel 6.3:
Data Time, Sales dan Dummy
1996:1 1 72.00000 1 0 0
1996:2 2 87.00000 0 1 0
1996:3 3 87.00000 0 0 1
1996:4 4 150.0000 0 0 0
1997:1 5 82.00000 1 0 0
1997:2 6 98.00000 0 1 0
1997:3 7 94.00000 0 0 1
1997:4 8 162.0000 0 0 0
1998:1 9 97.00000 1 0 0
1998:2 10 105.0000 0 1 0
1998:3 11 109.0000 0 0 1
1998:4 12 176.0000 0 0 0
1999:1 13 105.0000 1 0 0
1999:2 14 121.0000 0 1 0
1999:3 15 119.0000 0 0 1
1999:4 16 180.0000 0 0 0
Karena pola keteraturannya ada pada setiap triwulan, maka rumusan peramalan
yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:
Sales = 139.6250 + 2.7375 (Time) – 69.7875 (D1) – 58.775 (D2) – 62.0125 (D3)
60
Tabel 6.4:
Print-Out Peramalan Sales Siklikal
Dependent Variable: Sales
Method: Least Squares
Sample: 1996:1 1999:4
Included Observations: 16
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 139.6250 1.743576 80.07968 0.0000
TIME 2.737500 0.129958 21.06442 0.0000
D1 -69.78750 1.689460 -41.30757 0.0000
D2 -58.77500 1.664280 -35.31556 0.0000
D3 -62.01250 1.648988 -37.60640 0.0000
R-squared 0.996549 F-statistic 794.1255
Durbin-Watson stat 2.240664 Prob(F-statistic) 0.000000
Grafik 6.2 :
Perbandingan Hasil Peramalan Sales dan Sales Observasi 1996.I-1999.IV
200
180
160
140
120
100
80
60
96:1 96:3 97:1 97:3 98:1 98:3 99:1 99:3
SALES SALESF
61
Sales ramalan 2000.I – 2000.IV adalah:
Sales 2000.I:
Sales = 139.6250 + 2.7375 (17) – 69.7875 (1) – 58.775 (0) – 62.0125 (0)
= 116.3745
Sales 2000.II:
Sales = 139.6250 + 2.7375 (18) – 69.7875 (0) – 58.775 (1) – 62.0125 (0)
= 130.125
Sales 2000.III:
Sales = 139.6250 + 2.7375 (19) – 69.7875 (0) – 58.775 (0) – 62.0125 (0)
= 129.6245
Sales 2000.IV:
Sales = 139.6250 + 2.7375 (Time) – 69.7875 (D1) – 58.775 (D2) – 62.0125
(D3)
= 194.375
6.4.Econometric Model
Econometric Model merupakan model statistik yang ditujukan untuk
menjelaskan hubungan ekonomi. Sehingga pemahaman ekonometrika harus
ditekankan pada dua hal, yaitu: hubungan statistik dan hubungan ekonomi.
Terdapat beberapa keuntungan jika menggunakan pendekatan ekonometrika:
Model ekonometrika membutuhkan orang yang dapat
mengungkapkan secara eksplisit hubungan sebab-akibat, sehingga
variabel yang dilibatkan dalam pengamatan memiliki konsistensi
logis.
Hubungan sensitifitas antar variabel, misalnya elastisitas, dibangun
atas dasar kedekatan secara statistik dan hubungan ekonomis yang
logis.
62
Atas dasar itu, seorang yang menggunakan ekonometrika sebagai alat analisis,
pada dasarnya harus memiliki perhatian khusus tentang pengukuran hubungan,
estimasi variabel-variabel yang secara ekonomi relevan. Di samping itu
pengguna ekonometrika harus melakukan pengujian terhadap hubungan dan
estimasi yang telah dilakukannya, serta menggunakan hasil analisisnya untuk
melakukan peramalan.
Gambar 6. 3:
Pendekatan Ekonometrika
Theory Fact
Statistical
Model Data Theory
63
Pertanyaan diskusi :
1. Rubax Inc. Perusahaan sepatu olahraga di Amerika Serikat,
mengestimasikan model trend linier sepatu produksinya sebagai berikut:
Q t = a + b t + c D1 + d D2 + e D3
Dimana :
Qt : penjualan sepatu Rubax Inc. Kuartalan
t : 1,2,3, ---, 28 (1992(I) , 1992 (II), .., 1998(IV))
D1 : 1 jika t adalah kuartal I ; 0 sebaliknya
D2 : 1 jika t adalah kuartal II ; 0 sebaliknya D3 : 1 jika t adalah
kuartal IIII ; 0 sebaliknya Estimasimenggunakandata kuartalan mulai
1992(I) sampai dengan 1998 (IV) , dan hasilnya sebagai berikut :
Dependent Var : Qt R-Square F Ratio P Val on F
Observation : 36 0.9899 761.133 0,001
Variable Parameter Standart t-Ratio P-Value
Intercept Error
a 51.234 7.16 7.15 0.0001
t 3.127 0.524 5.97 0.0001
D1 -11.716 2.717 -4.31 0.0002
D2 -1.424 0.836 -1.7 0.0985
D3 -17.367 2.112 -8.22 0.0001
Pertanyaan :
a. Pada level signifikan 1%, evaluasi statistik dari koefisien yang
diestimasikan
b. Dengan menggunakan persamaan estimasi, buatlah prakiraan
penjualan tahun 1999
c. Hitunglah intercept setiap kuartal ? Hal tersebut mengindikasikan
apa?
64
Standar Kompetensi
1. Mendefinisikan konsep produksi jangka pendek
2. Mendefinisikan konsep biaya jangka pendek
3. Menyelesaiakan penghitungan pembiayaan jangka pendek dalam
perusahaan
Kompetensi Dasar
1. Membedakan jenis-jenis variabel produksi dalam jangka pendel
2. Membedakan jenis-jenis biaya dalam jangka pendek
3. Merumuskan hubungan produksi dan biaya jangka pendek
4. Menyelesaikan kasus pembiayaan jangka pendek
65
Fungsi produksi terkait dengan penggunaan sejumlah input dan
kemampuan menghasilkan sejumlah output tertentu. Sehingga, secara formal,
fungsi produksi menggambarkan hubungan antara tingkat output fisik dan tingkat
penggunaan input fisik, pada tingkat penggunaan teknologi tertentu. Secara
matematis diekspresikan:
Q = f(L, K)
Ketika produksi lebih memberikan tekanan pada output maksimum yang dapat
dihasilkan pada penggunaan kombinasi input tertentu, maka produsen berada
pada posisi efifiensi secara teknis atau technical efficiency. Namun, jika
perusahaan berorientasi pada penggunaan input minimal (berarti biaya minimal)
untuk menghasilkan tingkat output tertentu, maka produsen berada pada posisi
efifiensi secara ekonomis atau economic efficiency.
7.2. Produksi dalam Jangka Pendek
Jika secara definisi, jangka pendek berarti terdapat input yang konstan
(misdalnya input kapital), maka secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
Q = f (L, K)
Sehingga perubahan output yang terjadi semata-mata diakibatkan oleh perubahan
tenaga kerja (L). Schedule produksi dapat dilihat pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1:
Production Schedule
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 108 220 325 400 453 488 511 527 535 540
5 0 125 258 390 478 543 590 631 653 663 670
6 0 137 286 425 523 598 655 704 732 744 753
7 0 141 304 453 559 643 708 766 800 814 825
8 0 143 314 474 587 679 753 818 857 873 885
Tabel 7.2:
Total Product, Average Product of Labor dan Marginal Product of Labor
(asumsi Capital = 3 unit)
0 0 0 0
1 52 52 52
2 112 56 60
3 170 56.67 58
4 220 55 50
5 258 51.6 38
6 286 47.67 28
7 304 43.43 18
8 314 39.25 10
9 318 35.33 4
10 314 31.40 -4
67
law of diminishing marginal product, yaitu peningkatan penggunaan input pada
saat faktor lain konstan akan mengakibatkan penurunan Marginal Product
Grafik 7.1:
Total Product saat Capital 2 Unit dan 3 Unit
600
500
400 K=3
TP (Unit)
300
200 K=2
100
Labor (unit)
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Grafik 7.2:
Average Product dan Marginal Product saat Capital = 3 units
100
80
60
AP. MP
MP3
40
AP2
20
MP3
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-20 MP2
Labor (Unit)
68
7.3. Economic Cost
Sebagaimana telah diutarakan dalamm Bab 1, bahwa ada perbedaan
antara konsep biaya menurut ekonomi dan akuntansi. Konsep biaya menurut
ekonomi merupakan opportunity cost, yaitu opportunity cost dalam penggunaan
suatu sumber daya yang dimiliki nilainya adalah sama dengan biaya untuk
mendapatkan sumber daya tersebut.
Opportunity cost dalam contoh penggunaan sumber daya tersebut dapat
diklasifikasikan dalam explicit cost dan implicit cost. Explicit cost merupakan
konsep biaya yang pada umumnya dikenal orang, yaitu pembayaran berupa uang
yang dilakukan oleh perusahaan untuk memiliki atau menggunakan input.
Explicit cost mengacu pada accounting cost. Sebagai contoh, jika perusahaan
menggunakan 10 hari tenaga buruh dengan upah per-hari Rp. 15.000,-, maka
explicit cost-nya sebesar Rp. 150.000,-
Perusahaan seringkali menggunakan beberapa sumber daya yang tidak
termasuk atau dimasukkan dalam bentuk pembayaran uang. Walaupun
perusahaan tidak mengeluarkan uang speserpun, opprtunity cost bukan berarti
tidak ada. Opportunity cost yang bersifat non-moneter ini sering disebut dengan
implicit cost. Implicit cost dapat berupa: (a) penggunaan tanah atau alat-alat
modal yang dimiliki perusahaan, (b) penggunaan tenaga dan pikiran untuk
mengatur usahanya sendiri..
Para ekonom juga seringkali mengacu pada implicit cost karena
menggunakan sumber daya yang ditawarkan pihak lain (implicit cost of using
owner-supplied resources atau sering disebut dengan normal profit) tanpa harus
melakukan pembayaran moneter. Sebagai contoh: terdapat dua perusahaan yang
memproduksi barang yang sama, yaitu perusahaan “Alpha” dan Perusahaan
“Beta”. Beda kedua perusahaan hanya terletak pada, perusahaan “Alpha”
memproduksi barang dengan menggunakan gedung yang dipinjamkan oleh
seseorang, sedangkan perusahaan “Beta” harus menyewa gedung dengan
pembayaran secara moneter. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh kedua
perusahaan tersebut sebenarnya tidak berbeda, walaupun perusahaan “Beta”
harus membuat pengeluaran ekstra karena sewa gedung. Dengan kata lain,
69
pengeluaran untuk gedung bagi perusahaan “Alpha” adalah implicit cost,
sedangkan pada perusahaan “Beta” adalah explicit cost.
Implicit cost karena penggunaan peralatan modal atau tanah yang
dimiliki oleh perusahaan dapat dianggap hasil atau return yang diterima jika
sumber daya tersebut tidak dipergunakan oleh perusahaan tetapi dipergunakan
untuk aktifitas lain yang lebih baik. Aktifitas lain tersebut misalnya disewakan,
dijual kemudian uangnya diinvestasikan kembali.
Opportunity cost mencerminkan nilai pasar saat ini untk suatu sumber
daya. Jika suatu perusahaan membayar US$ 1 juta untuk sebidang tanah, namun
setahun kemudian harga tanah mengalami peningkatan US$ 50 ribu, maka return
yang diterima perusahaan adalah US$ 1.050.000. Vis a versa.
Gambar 7.3:
Prinsip Opportunity Cost
OPPORTUNITY COST:
What the owners give up to use a resource?
Resource Ownership
Rupiahs amount paid to resource Largest return that could have been
owner received if resource sold in market
70
7.4. Biaya dalam Jangka Pendek
Biaya dalam perspektif jangka pendek ditanday dengan adanya unsur
biaya yang bersifat konstan, sehingga rumusan total biaya dalam jangka pendek
adalah:
Fixed Cost (FC) adalah jumlah pembayaran yang dilakukan perusahaan untuk
penggunaan input yang bersifat tetap, sedangkan Variable Cost (VC)
pembayaran untuk penggunaan input yang bersifat variabel. Dari dua pengertian
tersebut dapat dibentuk beberapa terminologi tentang biaya, yaitu:
Total Cost (TC) yaitu total pembayaran yang dilakukan peruysahaan
karena penggunaan input, baik yang bersifat tetap maupun variabel.
Average Cost (AC) = TC/Q ; Q = output
Average Fixed Cost (AFC) = AFC/Q
Average Variable Cost (AVC) = AVC/Q
Marginal Cost (MC) = TC/Q
Secara numerik dapat dicontohkan sebagai berikut:
Tabel 7.3:
Derivasi Cost dan Output
0 6000 0 6000 - - - -
100 6000 4000 10000 60 40 100 40
200 6000 6000 12000 30 30 60 20
300 6000 9000 15000 20 30 50 30
400 6000 14000 20000 15 35 50 50
500 6000 22000 28000 12 44 56 80
600 6000 34000 40000 10 56.7 66.7 120
71
Keterangan:
AFC = FC/Q = 6000/100 = 60; AVC = VC/Q = 4000/100 = 40
AC = TC/Q = 10000/100 = 100 ;
MC = (TC100 - TC0)/(Q100 - Q0) = (10000 - 6000)/100 = 40
Atau
MC = (VC100 – VC0)/(Q100-Q0) = (4000 – 0)/100 = 40
Secara grafis dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 7.4:
Fixed Cost, Variable Cost, dan Total Cost
45000
40000
35000
FC.VC.TC (Rp)
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
0 100 200 300 400 500 600
Output (Unit)
FC VC TC
Gambar 7.5:
Average Cost dan Marginal Cost
AFC,AVC,AC,MC (Rp/Unit)
140
120
100
80
60
40
20
0
0 100 200 300 400 500 600
Output (Unit)
AFC AVC AC MC
72
7.5. Hubungan Produksi dan Biaya dalam Jangka Pendek
Produksi dan biaya merupakan satu kesatuan bahasan, sehingga kedua
bahasan tersebut memiliki keterkaitan. Secara numerik, dalam jangka pendek,
keterkaitan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 7.4a:
Produksi dan Biaya dalam Jangka Pendek
Short-Run Production Short-Run Total Cost
Labor Output Fixed Cost Variable Cost Total Cost
FC=r.K VC=w.L
0 0 6000 0 6000
4 100 6000 4000 10000
6 200 6000 6000 12000
9 300 6000 9000 15000
14 400 6000 14000 20000
22 500 6000 22000 28000
34 600 6000 34000 40000
Tabel 7.4b:
Produksi dan Biaya dalam Jangka Pendek
(Average dan Marguinal)
73
Gambar 7.6:
Short-Run Production and Cost Relations
60
50
40
AP.MP
MP
30
AP
20
10
0
0 4 6 9 14 22 34
Labor (Units)
140
120
100
AVC, MC (Rp/Unit)
80
AVC
60 MC
40
20
0
0 100 200 300 400 500 600
Output (Units)
Pertanyaan Diskusi :
1. Berikut ini adalah laporan keuangan Alamao Chemical Company (ACC)
perusahaan yang memproduksi daging dalam kemasan :
74
Penjualan ( 1 juta kemasan 2 pound @ $5) $ 5.000.000
Biaya Produksi :
a. Biaya tenaga kerja langsung $ 700.000
b. Biaya bahan baku $ 350.000
c. Biaya variabel overhead $ 150.000
d. Biaya tetap over head $ 600.000
$ 1.800.000 –
Gross Margin $ 3.200.000
Biaya administrasi dan penjualan :
a. Komisi penjualan (@ $0,5 perkemasan) $ 500.000
b. Biaya transportasi $ 600.000
c. Biaya promosi/ periklanan $ 300.000
d. Peralatan Kantor $ 10.000
e. Gaji pegawai $ 90.000
$ 1.500.000 –
Net Operating Income $ 1.700.000
Less Interest Expense $ 500.000 –
Net Income sebelum pajak $ 1.200.000
75
Standar Kompetensi :
Menyelesaikan kasus produksi dan biaya jangka dalam perusahaan
Kompetensi Dasar
1. Menggambarkan secara grafis Isocost dan Isoquant
2. Menghitung kombinasi input optimal
8.1. Isoquant
Isoquant merupakan sebuah kurva yang menunjukkan semua
kemungkinan kombinasi input yang dapat dilakukan oleh produsen untuk
membentuk output tertentu. Karakterisitik isoquant ditandai dengan adanya
asumsi bahwa semua input atau faktor produksi memiliki sifat divisible. Secara
grafis terlihat pada gambar 8.1 di bawah ini:
Gambar 8.1:
Tipikal Isoquant
Units of Capital
20 A Q2= 200
Q1= 100
15 40 Units of Labor
76
MRTS selalu menunjukkan tanda negatif namun, seringkali tanda negatif tidak
perlu ditulis mengingat sifatnya yang otomatis (bandingkan pemahamannya
dengan Marginal Utility, Marginal Rate of Substitution).
Dalam contoh gambar di atas, angka MRTS adalah sebesar 1,2 (=(50-
20)/(15-40)), yang dapat diinterpretasikan sebagai, jika produsen ingin
mempertahankan produksi sebesar 100 unit dan ingin mengurangi jumlah tenaga
kerja sebesar 1 unit, maka produsen harus meningkatkan jumlah input kapital
sebesar 1,2 unit.
Angka MRTS dapat juga dikaitkan dengan Marginal Product (MP).
Hubungan antar keduanya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total Perubahan Output: Q = (MPL) (L) + (MPK) (K)
Marginal Rate of Technical Substitution: MRTS = K/L ; Jika Q = 0
Maka:
K/L = MPL/MPK
8.2. Isocost
Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang
dapat dibeli pada tingkat pembiayaan (expenditure) tertentu dan pada tingkat
harga tertentu. Secara grafis terlihat sebagai berikut:
Gambar 8.2:
Kurva Isocost
Units of Capital
8 16 Units of Labor
77
Secara umum dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Jika semua anggaran
(budget) yang dimiliki sebesar 4000 unit uang dibelanjakan semua, dengan
tingkat harga kapital/unit sebesar 400 unit uang, dan harga labor/unit sebesar 250
unit uang, maka jika budget dibelanjankan untuk kapital seluruhnya akan
memperoleh sebanyak (4000/400) = 10 unit kapital, dan jika dibelikan labor
seluruhnya akan memperoleh sebanyak (4000/250) = 16 unit labor.
BL = rK + wL
Gambar 8.3:
Optimal Input Combination to Minimize Cost for a Given Output
Units of Capital
Budget Line-1
A
C1 Budget Line-2
C2 B Isoquant
C3 D Q
L1 L2 L3 Units of Labor
78
Pada Gambar 8.3 terlihat bahwa jumlah produksi yang secara ekonomis
efisien memiliki kombinasi penggunaan input (K2, L2). Sekalipun titik A, B, dan
D memiliki kuantitas produksi yang sama namun penggunaan input akan lebih
efisien bila memilih posisi di titik B
Gambar 8.3 di atas merupakan kondisi optimum output pada tingkat
biaya terendah pada satu periode tertentu. Apabila perusahaan ingin
mengembangkan usahanya dan dalam proses pengembangan tersebut masih
berpijak pada aspek least cost combination, maka dapat digambarkan sebagai
expansion path.
Gambar 8.4 :
An Expansion Path
Units of Capital
250
150
10 15 20 Units of Labor
Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa ekspansi jangka panjang
pada produksi berarti dimungkinkannya semua input untuk mengalami
perubahan (jumlah maupun kuantitas). Tetapi bukan tidak mungkin ekspnasi
dilakukan dalam jangka pendek, hanya saja, ekspansi jangka pendek akan
berhadapan dengan satu variabel atau beberapa variabel yang dalam jangka
pendek tidak dapat berubah.
79
8.4. Return to Scale
Pada bagian ini akan digambarkan dampak dari perubahan yang
proporsional pada semua input pada tingkat output yang diproduksi. Sebagai
contoh: jika perusahaan menambah semua input menjadi dua kali lipat, maka
output akan meningkat. Pertanyaannya adalah, berapa peningkatan output
tersebut? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat ditemui pada pembahasan
tentang konsep return to scale.
Jika diasumsikan penggunaan semua input naik 25%, dan jiuka output
meningkat juga sebesar 25%, maka fungsi produksi yang bekerja pada
perusahaan itu masuk dalam kategori constant returns to scale. Namun, jika
produksi meningkat lebih dari 25%, maka masuk kategori increasing returns to
scale. Sebaliknya, jika produksi bertambah lebih kecil dari 25%, masuk dalam
kategori decreasing returns to scale. Hubungan antara perubahan input dan
perubahan output dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 8.5.
Gambar 8.5:
Returns to Scale
Units of Capital
2K
Q1
K
Q0
L 2L Units of Labor
80
8.5. Derivation of a Long-Run Cost Schedule
Tabel 8.1:
Long-Run Cost Schedule
Keterangan:
Long-Run Average Cost (LAC) = Long-Run Total Cost (TC) dibagi Output (Q)
= TC/Q
Total Cost minimum saat Q=100 sama dengan penggunaan labor=10 unit,
kapital=7 unit, yaitu:
TC = (W x L) + (R x C)
= (5 x 10) + (10 x 7) = 120
Long-Run Average Cost pada saat Q = 100 merupakan rata-rata biaya untuk
setiap unit output yang diproduksi:
LAC = TC/Q
= 120/100 = 1,20
Long-Run Marginal Cost pada saat Q = 100 merupakan rasio antara perubahan
Total Cost dengan perubahan unit output:
LMC = TC/(Q
= (120 – 0)/ (100 – 0) = 1,20
81
Gambar 8.6:
Long-Run Total Cost, Long-Run Marginal Cost,
dan Long-Run Average Cost
Total Cost
-----------------------------------------------------------
660-
-
580-
--------------------------------------------------
500-
-
420----------------------------------------
-
320-
-------------------------------
260-
-
200----------------------
-
140--------------
| | | | | | | -
0 100 200 300 400 500 600 700 Units of
Output
1.6 -----------------------------------------------------------
1.4 --------------------------------------------------
1.2 -----------------------------------------
1.0 --------------------------------
0.8 -
--
0.6 -----------------------
0.4 -
0.2 --------------
82
Pertanyaan Diskusi :
1. The MorTex Company ( TMT ) perusahaan garment di Canada
memproduksi tekstil dengan tangan ( tenaga kerja ) meskipun proses
produksi menggunakan mesin lebih cepat ( jumlah output lebih banyak)
dibandingkan dengan tangan. Biaya tenaga kerja untuk memproduksi
tekstil dengan tangan sebesar $ 50 satu hari dan setiap tenaga kerja dapat
menghasilkan 200 input lebih setiap hari. Pada saat ini produksi total
TMT sebesar 5.400 unit per hari.
Pertanyaan :
a. Bagian analis keuangan TMT mengestimasikan bahwa
penggunaan mesin dalam memproduksi tekstil akan memakan
biaya $ 600 setiap hari.Dapatkahmanajemen TMT menurunkan
biaya produksi untuk 5.400unitper hari dengan membeli mesin
baru dan mengurangi biaya tenaga kerja ? Jelaskan.
b. Serikat pekerja tekstil Canada berencana menaikkan upah tenaga
kerja. Pihak manajemen TMT memperkirakan bila rencana
tersebut berhasil, biaya tenaga kerja akan meningkat menjadi $
100 per hari. Apakah kondisi tersebut berpengaruh pada
keputusan pertanyaan point (a) ? Jelaskan.
83
Standar Kompetensi :
Mengidentifikasikan model produksi Cobb Douglas
Kompetensi Dasar
1. Membaca output hasil olahan data pada fungsi produksi
2. Menganalisis fungsi produksi dalam pengambilan keputusan manajerial
Q = f(K,L)
Q = AKL ; A : technological change
, : koefisien estimasi
<1 ; < 1
84
Model linier tersebut untuk selanjutnya dapat dioperasikan dengan menggunakan
alat analisis linier.
Tabel 9.1:
Print-Out Model Cobb-Douglas
Tentang Pembentukan Real Gross Product Sektor Pertanian di Taiwan
Keterangan:
RGP = real gross product (US $)
K = capital (US $)
L = labor (jutaan hari kerja)
85
adalah 288,1 juta hari kerja, dan kapital yang terbentuk adalah sebesar US $
41794,3 juta maka Departemen Pertanian Taiwan dapat menghitung marginal
product untuk setiap input.
MPK = x (RGP/K) = 1.18161 x (31535.8/41794.3) = 0.89
MPL = x (RGP/L) = 0.673103 x (31535.8/288.1) = 73.68
Angka MPK sebesar 0.89 dan MPL sebesar 73.68 dapat diartikan sebagai berikut:
jika kapital ditambah sebesar US $ 1 juta maka tambahan output akan sebesar US
$ 0.89 juta dan jika hari kerja dinaikkan sebesar 1juta hari kerja, maka output
akan meningkat sebesar US $ 73.68 juta.
TC = f(Q,w,r)
Dalam penggalian data, khususnya data yang menggunakan satuan uang, terdapat
beberapa persoalan yang harus dicermati, yaitu: (a) data perlu dikoreksi jika data
tersebut terpengaruh oleh inflasi, (b) adanya perbedaan persepsi antara
penghitungan unit uang, khususnya tentang biaya, antara konsep akuntansi dan
ekonomi.
Efek inflasi terhadap data adalah nilai nominal melambung dan tidak
lagi sama dengan riil. Sehingga untuk memperoleh akurasi perbandingan antara
beberapa variabel maka data terkena dampak inflasi harus di koreksi sebesar nilai
inflasi yang terjadi. Inflasi merupakan ukuran dari perkembangan harga dari
waktu ke waktu dengan menggunakan tahun tertentu sebagai dasar perbandingan,
yang biasa disebut dengan tahun dasar. Metode penghitungan inflasi adalah
dengan menggunakan metode indeks harga.
86
Data Riil = Data Nominal / Indeks Harga
Sebagai contoh adalah perbedaan antara saving deposit nominal (SDEPO) yang
merupakan saving deposit tanpa memperhitungkan faktor harga atau inflasi dan
saving deposit riil (RSD) yang merupakan saving depodit dengan
memperhitungkan faktor harga atau inflasi, serta time deposit nominal (TDEPO)
dengan time deposit riil (RTD) dalam bentuk Rupiah.
Grafik 9.1:
Perbandingan Data Nominal dan Data Riil
1 60000
1 40000
1 20000
1 00000
8 0000
6 0000
4 0000
2 0000
1996 1997 1998 1999 2000
R S D S DEP O
350000
300000
250000
200000
150000
100000
1996 1997 1998 1999 2000
R TD TD E P O
Sumber Data: Bank Indonesia, 2001, Annual Report 2000
87
9.3. Estimasi Fungsi Biaya Jangka Pendek
Sebuah perusahaan memiliki data produksi dan Average Variable Cost
sebagai berikut:
Tabel 9.2:
Output dan Average Variable Cost Nominal
88
Tabel 9.3:
Indeks Harga Konsumen (1992=100)
1995.3 108.2
1995.4 108.6
1996.1 109.3
1996.2 110.1
1996.3 110.8
1996.4 111.6
1997.1 112.2
1997.2 112.5
1997.3 112.9
Indeks harga selalu mengalami perubahan setiap periodenya. Oleh sebab itu nilai
uang juga akan selalu mengalami perubahan. Dengan berdasarkan tabel 9.2 dan
9.3, maka dapat diperoleh AVC yang bersifat riil dengan melakukan pembagian
AVC terhadap indeks harga. Dalam hal ini Indeks harga berfungsi sebagai
discount factor .
Tabel 9.4:
Average Variable Cost Riil
89
Secara grafis perbandingan kedua bentuk Average Variable Cost dapat dilihat
pada Grafik 9.1.
Grafik 9.2:
Perbandingan AVC Nominal dan AVC Riil dan Indeks Harga
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
1995.3 1995.4 1996.1 1996.2 1996.3 1996.4 1997.1 1997.2 1997.3
Setelah pembentukan nilai AVC riil terbentuk, maka estimasi AVC dapat
dilakukan berdasarkan bentuk fungsi yang dipilih. Misalnya pihak manajemen
menentukan bahwa kurva AVC memiliki fungsi AVC kuadrat, maka estimasi
didasarkan atas:
90
Dari tampilan tersebut dapat diubah bentuk pelaporannya secara sederhana
sebagai berikut:
Curva fit antara data yang sebenarnya (observasi) dengan hasil estimasi dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
91
Grafik 9.3:
Perbandingan Observasi dan Hasil Estimasi AVC Riil
AVCR
70
60
50
40
30
O bser ve d
20 Q uadratic
0 100 2 00 3 00 4 00 5 00 6 00
OUTPUT
Pertanyaan Diskusi :
1. Departemen R & D perusahaan Argus Co. , sebuah perusahaan yang
menghasilkan vacuum cleaner, melakukan estimasi terhadap biaya rata-
rata jangka pendek dengan fungsi sebagai berikut :
AVC = a + b Q + c Q 2
Dimana : AVC : Dollar per vacuum cleaner dan Q : Jumlah produksi
vacuum cleaner setiap bulan. Biaya tetap total ( TFC) setiapbulan $
180.000. Hasil estimasi adalah sebagai berikut :
92
Pertanyaan :
a. Apakah estimasi a, b dan c signifikan secara statistic pada tingkat
signifikansi 2 % ? Jelaskan !
b. Apakah hasil estimasi tersebut mengindikasikan kurva AVC
berbentuk huruf U terbalik ?Bagaimana anda mengetahuinya ?
c. Jika Argus Co. memproduksi 8.000 vacuum cleaner setiap bulan,
estimasikan AVC, MC, TVC dan TC
d. Pada jumlah berapa AVC mempunyai nilai minimal?
93
Standar Kompetensi :
Menerapkan pengambilan keputusan manajerial dalam pasar persaingan
sempurna
Kompetensi Dasar :
1. Menunjukkan karakteristik pasar persaingan sempurna
2. Menggambarkan secara grafis maksimalisasi laba pada pasar persaingan
sempurna
3. Menganalisis keputusan perusahaan pada jangka panjang
94
Ketika perusahaan tidak dapat mengelak berlakunya harga di pasaran
(perusahaan sebagai price taker), maka konsumen berada pada posisi yang
menguntungkan karena peningkatan permintaan tidak akan merubah harga pasar.
Hal itu dapat terjadi karena setiap terjadi perubahan berupa kenaikan permintaan
secara spontan akan direspon oleh industri (bukan perusahaan) untuk
meningkatkan penawarannya, berupa masuknya beberapa perusahaan sejenis
yang baru (asumsi free exit and entry) sehingga titik keseimbangan berada pada
posisi yang tetap. Dengan demikian, bentuk kurva permintaan pada kondisi
persaingan sempurna memiliki elastisitas sempurna (perfectly elastic) atau
memiliki bentuk mendatar.
Gambar 10.1:
Derivation of Demand for a Perfectly Competitive Firm
P0 P0
D=MR
Q0 Q0
95
= 0). Ketika VC=0, berarti produksi tidak ada (Total Product = 0), sehingga
beban perusahaan yang tertinggal hanyalah yang bersifat tetap (Fixed Cost 0).
Dengan dasar pemikiran bahwa perusahaan lebih memilih tetap
berproduksi daripada menutup usaha, maka langkah berikutnya adalah
memaksimumkan output dengan memperhatikan kendala yang dimiliki, yang
secara ekonomis direpresentasikan sebagai economic profit () yang maksimum.
Gambar 10.2:
Finding the Profit Maximizing Output Level: P = MC
1300
1000
D=MR=P
800
96
down). Yang dimaksud menutup usaha (shut down) dalam hal ini adalah tidak
berproduksi (Total Product=0) sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk input yang terkait dengan jumlah output (Variable Cost = 0) namun
perusahaan masih menanggung biaya tetap (Fixed Cost > 0).
Apabila perusahaan mengambil keputusan untuk melanjutkan usaha,
maka keputusan selanjutnya yang diambil adalah bagaimana mengooptimalkan
pencapaian tujuan perusahaan, yaitu berproduksi pada level biaya terendah atau
penggunaan kombinasi input terendah (Least Cost Combination).
Output Decision
Tingkat output yang optimal merupakan output yang maksimum dari
fungsi obyektif yang dimiliki perusahaan. Secara sederhana economic profit
dapat dirumuskan dengan:
Output = 200 unit, harga/unit = Rp. 1000, marginal cost = Rp. 800, maka:
Profit = (200 x Rp. 1000) – (200 x Rp. 800) = Rp. 40.000
97
Atau Profit/unit = Rp.1000 – Rp. 800 = Rp. 200
Keadaan untung tersebut mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksi
sepanjang marginal revenue atau harga lebih besar daripada marginal cost,
sampai pada suatu titik kritis dimana produksi mencapai angka 300 unit.
Kerugian akan terjadi jika produksi di atas 300 unit.
Output = 400 unit, harga/ unit = Rp. 1000, marginal cost = Rp. 1300, maka:
Profit = (400 x Rp. 1000) – (400 x Rp. 1300) = rugi Rp. 120.000
Atau kerugian/ unit (negative profit/ unit) = Rp. 1000 – Rp. 1300 = Rp.
300
Gambar 10.3:
Profit Maximization in the Short-Run
MC
PRICE
COST
E
1500
D=MR=P
1000 AC
AVC
700 QUANTITY
98
harga pasar Rp. 1500/ unit posisi MC = MR ada pada titik E dengan tingkat
output 700 unit yang diproduksi dan yang terjual.
Perusahaan tidak akan menjual kurang dari 700 unit. Pada tingkat
output di bawah 700 unit, setiap kenaikan satu unit akan meningkatkan
penerimaan tambahan (marginal revenue) sebesar Rp. 1500, sedangkan tambahan
biaya (marginal cost) kurang dari Rp. 1500. Sehingga pada posisi di bawah 700
unit setiap peningkatan produksi akan meningkatkan profit, sehingga posisi di
bawah 700 unit belum merupakan posisi optimal karena jika produksi
ditingkatkan masih memperoleh untung. Sebaliknya yang terjadi bila produksi di
atas 700 unit. Kedua posisi tersebut, di bawah atau diatas 700 unit bukan
merupakan posisi yang optimum. Keuntungan total yang diperoleh perusahaan
pada saat mengambil keputusan berproduksi 700 unit adalah:
Profit = (700 x Rp. 1500) – (700 x Rp. 1000) = Rp. 350.000
Jika Total Cost senilai (700 x Rp. 1000) sudah memperhitungkan opportunity
cost maka alternatif keputusan lain haruslah memberi nilai lebih besar daripada
Rp. 350.000 untuk dapat dipilih sebagai keputusan pengganti.
Gambar 10.4:
Loss Minimization in the Short-Run
Price & MC
Cost
AC
A
1000
AVC
700 D=MR=P
600
450 Quantity
99
Perusahaan dalam jangka pendek akan berada dalam posisi merugi
apabila harga pasar lebih kecil daripada average cost (P < AC) pada setiap
tingkat output, sehingga marginal revenue pasti akan lebih kecil daripada total
cost (MR < TC) pada jumlah produksi berapapun. Dengan demikian produsen
dihadapkan pada situasi harus mengambil keputusan untuk meminimalkan
kerugian (cut loss) atau menutup usaha (shut down). Keputusan itu diambil
berdasarkan pemikiran bahwa jika perusahaan berproduksi dan menderita
kerugian lebih kecil daripada jika menutup maka produksi jalan terus, demikian
pula sebaliknya.
Dari Gambar 10.4, manajer dihadapkan pada keputusan berproduksi
atau menutup usaha. Misalkan harga di pasar adalah Rp. 700 per-unit lebih kecil
daripada average cost (AC) Rp. 1000. Jika perusahaan mengambil keputusan
untuk berproduksi, maka perusahaan harus berproduksi sebesar 450 unit dengan
tingkat kerugian Rp.135.000, dengan perincian sebagai berikut:
Output = 450 unit, harga pasar = Rp. 700, average cost (AC) = Rp. 1000, maka:
Keputusan berproduksi akan berdampak:
negative profit () = (450 x Rp. 700) – (450 x Rp. 1000)
= Rp. 135.000,-
Keputusan shut down akan berdampak:
Negative profit sebesar Fixed Cost, dimana:
FC = AFC x Q = (AC – AVC) x Q
= (Rp.1000 – Rp. 600) x 450 = Rp. 180.000
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat mengambil
keputusan berproduksi pada tingkat 450 unit daripada menutup usaha ( produksi
= 0).
Pada situasi jangka pendek, ketika perusahaan tidak dapat mencapai
positive economic profit (P < AC), maka manajer dihadapkan pada pilihan
berproduksi terus atau menutup usaha dengan ketentuan:
100
Gambar 10.5:
Diagram Keputusan
KONDISI MERUGI
P < AC
BERPRODUKSI SHUTDOWN
Tabel 10.1:
The Irrelevant Fixed Costs
1 2 3 4 5 6 7 8
Fixed Price Output Total Variable TR - Profit Profit
Cost Revenue Cost VC
Q=450 Q=0
200 7 450 3.150 2.700 450 250 (200)
1.800 7 450 3.150 2.700 450 (1.350) (1.800)
3.000 7 450 3.150 2.700 450 (2.550) (3.000)
10.000 7 450 3.150 2.700 450 (9.550) (10.000)
100.000 7 450 3.150 2.700 450 (99.550) (100.000)
101
tingkat fixed cost. Catatan pentingnya adalah tingkat output optimum adalah 450
unit untuk semua tingkat FC, sebab pada saat harga 7 uu (demikian pula demand)
dan sama dengan tingkat MC, pada saat itu output berada pada tingkat 450 unit,
berapapun tingkat fixed cost yang terjadi.
Pada saat FC =200 uu, economic profit positif karena total revenue
(TR) lebih besar daripada semua cost yang ditimbulkan (TR>TC. Dimana
TC=FC+VC), sehingga manajer mengambil pilihan terus berproduksi. Pada
empat kasus FC berikutnya, penerimaan tidak dapat menutup FC, sehingga profit
negatif
Gambar 10.6:
Profit Maximizing Equilibrium in the Long-Run
LAC
B S B’
17
12 R D= MR = P
U
10 M
V
0 20 140 240 290
Quantity
102
Sebagaimana disyaratkan, bahwa dalam persaingan sempurna terdapat
kebebasan untuk keluar atau memasuki pasar. Dan secara logika dapat dipahami
apabila munculnya perusahaan baru di pasar persaingan sempurna hanya akan
terjadi pada jangka panjang. Dan dalam jangka panjang tidak terdapat fixed cost,
sehingga besaran total cost sama dengan variabel cost: TC = VC.
Pada gambar di atas LAC dan LMC adalah average cost dan marginal
cost pada jangka panjang. Perusahaan menghadapi demand yang perfectly
elastic, pada tingkat harga 17 dan sama dengan marginal revenue (MR). Selama
garis harga lebih tinggi dari LAC maka perusahaan mampu beroperasi pada
kondisi profit positif. Dalam gambar tersebut profit positif dapat diperoleh
sampai pada tingkat produksi 290 unit. Titik B dan B’ sering disebut sebagai
break even point, karena pada kedua titik tersebut harga sama dengan LAC
sehingga profit = 0, dan perusahaan hanya akan menerima sebesar normal profit
(rate of return). Dan pada titik M atau tingkat output 140 unit, merupakan tingkat
output yang mampu memberikan keuntungan tertinggi per-unitnya, karena LAC
pada 140 unit merupakan LAC yang terendah.
Namun demikian, keseimbangan dalam jangka panjang baru akan
tercapai apabila economic profit perusahaan sebesar nol atau P = LACmin, atau
pada gambar di atas harga turun hingga mencapai 10 uu.
103
Gambar 10.7: Increasing
Cost Industry
Long-Run Industry
Supply
LACC
17
C=1000
LACB
B=750
15 LACA
10 A=200
Gambar 10.8:
Constant-Cost Industry
Price
& Cost
10 A B C
Long-run industry
M
Gambar 10.9:
Economic Rent in Long-Run Competitive Equilibrium
Average
Cost LMC’
LAC’
LAC-X
90 A B
88,75 C
30 30 36
(a) Home Builder-X (b) Home Builder with a superior
construction
105
Dengan keuntungan perusahaan sebesar Rp. 45 juta tersebut akan
membawa dampak pada keinginan para pekerja bangunannya (pekerja
konstruksi) untuk ingin meningkatkan upahnya yang semula sebesar Rp. 80 juta/
tahun. Kenaikan yang dituntut maksimum sebesar kenaikan keuntungan sebesar
Rp. 45 juta tersebut, sehingga upah pekerja maksimum menjadi Rp. 125 juta.
Tambahan pendapatan pekerja konstruksi ini disebut dengan Economic Rent,
yaitu pembayaran terhadap kelebihan produktifitas di atas opportunity cost.
Pertanyaan Diskusi :
1. Pada rapat akhir bulanan antara principal dan chief executive organizer
(CEO), MorrisnInternational Co. (MIC), perusahaan yang bergerak
dibidang sepatu olah raga, terjadi perdebatan yang sengit diantara
mereka. Perdebatan tersebut menyangkut keputusan apakah perusahaan
tetap menjalankan kegiatan produksinya atau harus menghentikan. Hal
tersebut dipicu oleh kerugian yang diderita MIC sebesar $ 40.000 setiap
bulannya.
Principal berpendapat bahwa perusahaan harus menghentikan kegiatan
produksinya karena perusahaan menderita kerugian, sedangkan CEO
mempunyai pendapat lain : perusahaan tetap mejalankan kegiatan
produksinya karena biaya tetap (FC) sebesar $ 20.000 setiap bulan, dan
pasar yang dihadapi adalah pasar persaingan sempurna.
Pertanyaan : Anda setuju pendapat principal atau CEO ? Jelaskan
106
Standar Kompetensi
Mengidentifikasikan keputusan manajerial dalam pasar monopoli
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan definisi market power
2. Menyebutkan faktor-faktor penentu market power
3. Menggambarkan secara grafik meksimalisasi laba pada pasar monopoli
107
11.1. Pengukuran Market Power
Dalam melakukan pengukuran tentang market power, para ekonom
melihatnya dalam perspektif yang berbeda, sehingga tidak ada ukuran tunggal
yang memuaskan semua pihak tentang market power. Metode pengukuran
apapun tentang market power harus mengacu pada pendefinisian yang tepat
tentang persaingan. Pada bagian ini akan diuraikan tentang market definition,
meliputi: identifikasi produk yang berkompetisi, area geografis persaingan.
Market Definition, merupakan identifikasi produsen dan produknya
yang berkompetisi pada area geografis tertentu. Dengan demikian, market
ditinjau dari sisi tingkat persaingan berdasarkan dimensi produk dan dimensi
geografis. Sebagai contoh: jika kita keliru dalam mengidentifikasi produk yang
kita duga memiliki market power yang kuat, sedangkan masyarakat menganggap
produk tersebut memiliki substitusi yang dekat, maka kita melakukan kekeliruan
dalam mengukur market power perusahaan. Adalah keliru, menurut dimensi
produk, kita beranggapan bahwa Coca Cola memiliki market power yang kuat,
karena banyak produk minuman berkarbonasi sejenis yang diproduksi oleh
perusahaan lain.
Dari dimensi geografis, terdapat dua acuan pokok yang biasanya
digunakan, yaitu: (a) persentase penjualan terhadap konsumen di luar wilayah
pasar, (b) persentase penjualan dari penjual di luar wilayah pasar. Kedua
persentase tersebut akan kecil jika batas geografis meliputi semua penjual dan
pembeli. Dua acuan pokok tersebut seringkali disebut dengan LIFO (Little In
From Outside) dan LOFI (Little Out From Inside).
Disamping itu para ekonom juga mengembangkan dimensi pengukuran
dengan melihat elastisitas permintaan. Semakin elastic permintaan semakin
tinggi persentase penurunan sales pada saat terjadi kenaikan harga (market power
lemah), dan bila inelastic semakin kecil penurunan sales ketika harga naik
(market power kuat).
108
Lerner Index (Abba Lerner, 1934) merupakan salah satu ukuran
market power dengan mempertimbangkan elastisitas. Besaran Lerner Index (LI)
adalah:
LI = (P – MC) / P
Jika P = MC maka perusahaan tersebut memiliki market power lemah (LI = 0),
sedangkan jika P»MC market power semakin kuat (LI semakin besar).
Disamping elastisitas permintaan, Cross-Price Elasticity juga dapat
digunakan mengukur market power. Konsep cross-price elasticity digunakan
pada kasus antitrust, untuk menentukan persaingan antar produk. Sebagai contoh:
persaingan antara produk sepatu olah raga Nike dengan rivalnya. Perusahaan
Nike telah membelanjakan begitu banyak uang untuk advertising guna
membangun posisi pada pasar sepatu atletik. Untuk menilai tingkat
persaingannya, digunakanlah konsep cross-price elasticity, yaitu dengan
membandingkan persentase perubahan kuantitas permintaan Nike dikaitkan
dengan persentase perubahan harga rivalnya.
Apabila konsumen memandang bahwa dua barang tertentu bersifat
substitusi, maka cross-price elasticity akan memiliki nilai positif. Semakin tinggi
nilai elastisitasnya, maka semakin tinggi tingkat substitusinya, dan berarti pula
semakin rendah market power dari produk tersebut.
109
berubah, dimana diijinkan perusahaan swasta boleh mendirikan stasiun siaran
televisi, maka market power TVRI menjadi menurun.
Larangan bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar seringkali
dikaitkan dengan persoalan skala ekonomi. Jika dalam jangka panjang kurva
average cost suatu perusahaan cenderung menurun setelah melewati batas output
tertentu yang relatif tinggi, maka larangan untuk masuk bagi perusahaan lain
menjadi sangat berarti. Konsekuensinya adalah perusahaan baru, jika mau
memasuki pasaran tersebut harus juga melakukan aktifitas produksi pada skala
yang relatif tinggi agar biaya produksi rata-ratanya dapat bersaing dengan
perusahaan yang telah ada di pasaran. Larangan untuk masuk ke pasar ini tidak
hanya diartikan diciptakan oleh pemerintah yang memiliki otoriats namun juga
dapat diartikan secara alamiah, artinya pemerintah tidak melarang tetapi karena
karakteristik produk itu memang sangat membutuhkan penanaman modal yang
tinggi, atau return on invesment yang lama, maka secara otomatis gairah
perusahaan untuk masuk ke pasar juga kecil.
Kekuatan market power suatu perusahaan juga dapat ditingkatkan
dengan cara melakukan hambatan bagi perusahaan lain untuk menggunakan
input tertentu. Misalnya, teknologi, sebagai salah satu bentuk input, tidak semua
perusahaan dapat menggunakan teknologi tertentu karena teknologi itu
dilindungi oleh hak paten.
Market power juga dapat diciptakan sendiri oleh konsumen dengan cara
konsumen loyal terhadap merek tertentu. Perusahaan yang telah lama beroperasi
memiliki kesempatan untuk menciptakan brand loyalties, yang jelas-jelas sulit
untuk dilakukan oleh perusahaan baru
110
Gambar 11.1:
Demand and Marginal Revenue Facing a Monopolist
Price &
Marginal
Revenue
140 B
100 A
80
D
111
Contoh Kasus: Maksimasi Profit Perusahaan Monopolis
Gambar 11.2:
Short-Run Positive Profit Maximizing Equilibrium under Monopoly
A B AC
7
5
D C
MR D
E
200 Quantity
112
Daerah yang diarsir merupakan daerah keuntungan monopolis yang menjual
output seharga 7 unit uang pada tingkat kuantitas 200 unit.
Gambar 11.3:
Short-Run Negative Profit Minimizing under Monopoly
80 A B AC
75 D C
65 G F AVC
MR D
E
50 Quantity
Di sisi lain, Gambar 11.3 menunjukkan posisi monopolis pada saat mengalami
kerugian. Kerugian terjadi pada saat ATC berada diatas kurva demand. MC =
MR pada tingkat output 50 unit dan dijual pada tingkat harga 75. Dengan
demikian dapat dihitung:
Total Revenue = 75 x 50 = 3.750 (area ODCE)
Jika AC = 80 per-unit, makakerugian yangterjadi adalah:
Profit = 3.750 – (80 x 50) = (250) (area ABCD)
113
Nilai Fixed Cost adalah sebesar TC – VC atau (AC – AVC)x output, sehingga:
FC = (80 – 65) x 50 = 750 unit uang (area ABFG)
Jika monopolis memilih shut down, maka monopolis akan mengalami kerugian
sebesar Fixed Cost.
114
Pertanyaan Diskusi :
1.Quad Plex Cinema ( QPC ) merupakan satu satunya sineplex yang berada di
kota Idaho Falls. Sineplex pesaing terdekat adalah Cedar Bluff Twin ( CBT )
yang berada di kota Pocatello yang berjarak 35 km dari Idaho Falls. Meskipun
QPC memiliki pasar monopoli di Idaho Falls, tetapi sekarang mengalami
kerugian. Dalam rapat konsultasi dengan pemilik sineplex, manajer sineplex
memberikan masukan sebagi berkut : “ selama QPC merupakan monopoli
sineplexdi Idaho Falls, kita segarusnya menaikkan harga tiket sampai
memperoleh keuntungan”
Pertanyaan :
a. Berilah komentar terhadap masukan (strategi) manajer QPC !
b. Bagaimana alternatif kebijakan yang sebaiknya dilakukan QPC dalam
jangka panjang ? Jelaskan .
115
Standar Kompetensi
Mengidentifikasikan struktur pasar Oligopoli untukpengambilan keputusan
manajerial
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan karakteristik pasar oligopoly
2. Menggambarkan secara grafik kurva permintaan pasar oligopoly
3. Menganalisis keputusan manajerial dalam kasus kurva permintaan patah
116
Disamping karakteristi yang bersifat umum, terdapat karakteristik yang
bersifat spesifik, yaitu dilihat dari sisi produksinya. Tiga karakteristik tersebut di
atas lebih mengacu pada oligopolis dengan kondisi homogenous product, yaitu
konsumen sebagai pembeli tidak mengetahui secara persis perbedaan produk
antara oligopolis yang satu dengan oligopolis yang lain. Di sisi lain, oligopolis
juga memiliki kemungkinnan menghasilkan barang yang bersifat differentiated
product, yang produknya dapat dibedakan dengan produk oligopolis lain. Dengan
demikian tipe produksi menjadi penciri yang spesifik terhadap oligopoli.
Jika diamati dari sisi pola perilaku oligopoli, maka oligopoli dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu (1) cooperative oligopolist, dan (2) non-
cooperative oligopolist. Seorang Cooperative Oligopolist akan senantiasa
mengikuti gerakan harga dari perusahaan pesaingnya, jika harga pesaing naik,
maka perusahaan cooperative tersebut juga akan menaikkan harga produknya.
Sebaliknya yang terjadi pada non-cooperative oligoplist, jika pesaing menaikkan
harga maka terdapat kemungkinan perusahaan noncooperative tidak akan
merubah apapun atau bahkan bertindak sebaliknya.
117
Grafik 12.1:
Kurva Permintaan Oligopoli
a A
C
Harga UVW (P)
B b
118
perubahan. Ketidak elastisan harga tersebut atau kekakuan harga pada kurva
permintaan tersebut sering disebut dengan Kinked Demand.
Kinked Demand dapat terjadi melalui mekanisme sebagai berikut: apabila
sebuah perusahaan melakukan perubahan harga jual produknya, maka reaksi
yang mungkin dilakukan oleh pesaingnya adalah: (a) mereka akan turut
menurunkan harga agar tidak kehilangan revenue terlalu tinggi, (b) mereka tidak
akan turu menaikkan harga untuk meraih pelanggan baru.
Grafik 12.2:
Kinked Demand
D1
D2
D1
D2
Pertanyaan Diskusi:
119
2. The Sweet Breath Comp. ( TSB ) merupakan produksen pasta gigi . Dua
jenis produknya sukses di pasaran yaitu : Strong ( yang memiliki
karakteristik kesehatan mulut ) dan Gentle ( yang memiliki karakteristik
rasa manis ). Manajemen TSB berencana untuk memperkenalkan produk
pasta gigi baru, yaitu Intermediate Brand dengan karakteristik rasa ice
cream.
Pertanyaan : Setuju atau tidak anda dengan kebijakan baru yang
diencanakan oleh manajemen TSB
120
Standar Kompetensi
Mengidentifikasikan pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dan resiko
Kompetensi Dasar
1. Membedakan maksimalisasi keuntungan dengan resiko dan ketidakpastian
2. Menganalisis resiko dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan
121
manajer hanya memiliki sedikit pengalaman dan data yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan, maka penentuan probabilitas disebut subjective probability.
Ketidakpastian terjadi bila pembuat keputusan tidak dapat membuat semua
kemungkinan outcome dan atau tidak dapat menentukan probabilitas beberapa outcome.
Pada saat berhadapan dengan ketidakpastian, manajer hanya mengetahui perbedaan
alternatif keputusan yang tersedia dan perbedaan kemungkinan state of nature. Yang
dimaksud dengan state of nature adalah kejadian atau kondisi yang akan datang yang
dapat mempengaruhi hasil akhir atau payoff keputusan, tetapi tidakdapat dikontrol atau
dipengaruhi oleh manajer, misalnya : kebijakan pemerintah dalam menentukan harga
pasar.
13.2. Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas
Metodelangsung yang paling banyak digunakan untuk mengukur resiko
mencakup karakteristik (tipe) distribusi probabilitas dari outcome darimasing-masing
keputusan.
A. Distribusi Probabilitas
Distribusi probabilitas merupakan tabel atau grafik yang mencerminkan outcome
(payoff) untuk keputusan dan probabilitas setiap outcome yang mungkin terjadi. Nilai
probabilitas antara 0 sampai dengan 1 atau dalam persentase antara 0 – 100 %.
Tabel 13.1
Distribusi Probabilitas untuk Penjualan dan Promosi
47.500 unit 10
50.000 20
52.500 30
55.000 25
57.500 15
122
Grafik 13.1
Distribusi Probabilitas untuk Penjualan dan Promosi
Probabilitas
0.30
0.25
0.20
0.10
0.15
Dari distribusi probabilitas , baik tabel atau grafik, resiko dari keputusan
tercermin dari variabilitas outcome yang diindikasikan dengan perbedaan probabilitas
yang terjadi. Sifat dasar resiko dapat dilihat dengan menilai kecenderungan pusat dari
distribusi probabilitas yang diukur dengan expected value dengan menilai penyebaran
dari distribusi yang diukur dengan standart deviasi dan koefisien variasi.
C. Expected Value
Merupakan rata-rata tertimbang dari outcome dengan probabilitas dari setiap outcome.
Expected value dari distribusi probabilitas sering dihubungangkan dengan mean
distribution. Perhitungan expected value dari tabel 1 sebagai berikut :
E (sales) = (0.10)(47.500) + (0.20)(50.000) + (0.30)(52.500)
+ (0.25) (55.000) + (0.15)(57.500)
= 52,8875
123
penyebaran distribusi rata-ratanya sendiri. Pada gambar 18.2 menampilkan probabilitas
distribusi untuk laba dari dua keputusan yang berbeda, yaitu keputusan A dan keputusan
B. Kedua grafik memiliki expected profit yang sama tetapi berbeda variannya. Varian
yang lebih besar dalam keputusan B dicerminkan oleh penyebaran yang lebih luas,
sedangkan keputusan A penyebarannya lebih sedikit sehingga variannya lebih kecil.
Grafik 13. 2
Distribusi Probabilitas dan Penyebaran Pada Dua Keputusan
Probabilitas
Distribusi A
Distribusi B
E ( profit )
124
resiko tersebut dapat membantu manajerdalam mengambil keputusan yang mengandung
resiko.
A. Maksimalisasi expected value
Informasi tentang kemungkinan dari beberapa kemungkinan outcome tidak
memecahkan permasalahan pengambilan keputusan seorang manajer. Bagaimana
manajer harus memilih diantara beberapa keputusan pada saat keputusan memiliki
beberapa kemungkinan outcome ? Salah satu solusinya dengan menggunakan expected
value rule, yaitu memilih keputusan dengan expected value paling tinggi.
Akan tetapi, aturan tersebut memerlukan informasi hanya satu karakteristik dari
distribusi outcome, yaitu mean (rata-rata). Hal tersebut tentu saja menimbulkan resiko
(penyebaran) yang berhubungan dengan distribusi probabilitas outcome dalam keputusan.
Aturan tentang expected value juga hanya berguna untuk manajer pada saat keputusan
memiliki expected value yang berbeda.
Tabel 13.2
Distribusi Probabilitas Untuk Laba Mingguan Pada Tiga Lokasi
Atalanta :
E (X) : 3.500
σ A : 1,025
υ : 0.29
LABA ( $ ) PROBABILITAS
2.000 0.20
3.000 0.30
4.000 0.30
5.000 0.20
Boston :
E (X) : 3.750
σ B : 1,545
υ : 0.41
LABA ( $ ) PROBABILITAS
1.000 0.10
2.000 0.15
3.000 0.15
4.000 0.25
5.000 0.20
6.000 0.15
125
Cleveland :
E (X) : 3.500
σ C : 2,062
υ : 0,59
LABA ( $ ) PROBABILITAS
1.000 0.30
2.000 0.10
3.000 0.10
4.000 0.10
5.000 0.10
6.000 0.30
Bila manajer termasuk risk neutral dan mengikuti aturan expected value, maka akan
memilih Boston, dimana expected value paling tinggi, yaitu 3.750
126
C. Koefisien Varian Analysis
Pada pengkuran resiko distribusi probabilitas, varian dan standart deviasi
mengukur resiko mutlak, sedangkan koefisien varian mengukur resiko relatif. Aturan
koefisien varian rule adalah pada saat mengambil keputusan dengan resiko, dipilih
keputusan dengan koefisien varian paling kecil. Nilai koefisien varian dihitung dengan
membagi varian dengan expected value.
Keputusan manajer berdasarkan koefisien varian analysis adalah Atalanta, karena nilai
koefisien variannya paling kecil ( 0,29 )
Expected utility theory (teori kepuasan yangi diharapkan) adalah sebuah teori
pembuatan keputusan di bawah resiko yang memperhitungkan perilaku manajer dalam
menghadapi resiko. Para manajer diasumsikan menurunkan utility dari keuntungan yang
diperolehnya. Teori ini menyediakan alat untuk pembuatan keputusan dibawah resiko dan
juga menjelaskan mengapa para manajer membuat keputusan dengan melibatkan resiko
dalam keputusannya. Jadi expected utility theory adalah sebuah model ekonomi yang
lebih menekankan tentang bagaimana para manajer sesungguhnya membuat keputusan di
bawah resiko dari pada, bagaimana para manajer seharusnya membuat keputusan di
bawah resiko.
Expected utility dari keputusan yang beresiko merupakan penjumlahan dari
probability-weighted utility dari masing-masing keuntungan yang mungkin diperoleh:
E[U(π)] = p1U(π1) + p2 U(π2) + …. + pn U(πn)
Dimana U(π) adalah fungsi utility terhadap keuntungan yang mengukur utility dari
masing-masing tingkat keuntungan. Untuk memahami expected utility theory, kita harus
memahami bagaimana perilaku menajer dalam menghadapi resiko yang ditunjukkan
dengan manager’s utility function for profit ( fungsi kepuasan manajer untuk profit).
127
A. A Manager’s Utility Function for Profit
Dimana U(π) adalah manager’s utility function for profit. Beberapa studi menunjukkan
bahwa banyak pembuat keputusan bisnis yang mengalami diminishing marginal utility of
profit (marginal utility dari keuntungan yang semakin menurun).
Grafik 13.3 :
Perilaku Manajer Dalam Menghadapi Resiko
Utility Indeks
C B
Profit
Bagi manajer yang tidak menyukai resiko (risk averse) ditunjukkan dengan grafik fungsi
utility dari profit yang berbentuk upward-sloping sehingga mengalami diminishing
MUprofit. Konsekuensinya, para manajer lebih sensitif terhadap hilangnya profit sebesar
Rp1 dari pada bertambahnya keuntungan sebesar Rp 1 dan akan lebih menekankan
pembuatan keputusan yang menghindari resiko rugi (Grafik 13.1.A).
Bagi manajer yang netral terhadap resiko (Risk Neutral) yaitu manajer yang
mengabaikan resiko dalam pengambilan keputusan dan hanya mempertimbangkan nilai
128
yang diharapkan, maka grafiknya berupa garis linier sehingga MUprofit konstan (Grafik
13.1.B).
Untuk manajer yang menyukai resiko (Risk loving) maka akan lebih menekankan
pada pembuatan keputusan yang potensial menguntungkan dari yang pada potensial
merugikan. Grafik yang dihadapi adalah yang melengkung ke atas atau mengalami
increasing MUprofit (Grafik 13.1.C).
129
1 x U($5.000) = 0,95 x U($6.000) + 0,05 x U($1.000)
U($5.000) = (0.95 x 1) + (0,05 x 0)
= 0,95
Nilai indeks kepuasan 0,95 adalah sebuah pengukuran tidak langsung dari kepuasan
keuntungan sebesar $5.000. Jumlah $5.000 disebut certainty equivalent dari keputusan
beresiko B. Dengan kata lain manajer indifferent antara mendapat profit $5.000 dengan
pasti atau membuat keputusan beresiko dengan 95 persen kesempatan memperoleh
$6.000 dan 5% kesempatan memperoleh $1.000. Indeks kepuasan untuk profit $4.000,
$3.000 dan $2.000 ditetapkan dengan cara yang sama.
Prosedur menentukan fungsi kepuasan untuk profit di atas disebut certainty
equivalent method yaitu jumlah yang harus pasti diterima seorang pengambil keputusan
agar membuatnya bersikap netral antara sejumlah uang ini dengan nilai yang
diperkirakan dari sebuah alternatif yang beresiko.
130
Tabel 13.1
Expected Utility of Profit : A Risk Neutral Manager
Tabel 13.2
Expected Utility of Profit : A Risk Loving Manager
131
13.5. Menemukan Tingkat Optimal Dari Aktivitas Beresiko
Salah satu alat yang paling penting dalam pembuatan keputusan adalah teori
optimisasi. Dalam teori optimasi dianggap, informasi mengenai marginal benefit (MB)
dan marginal cost (MC) adalah lengkap (complete information). Sekarang bagaimana
kalau pembuat keputusan menghadapi informasi yang tidak lengkap mengenai MB dan
MC tetapi mempunyai informasi tentang expected value dari MB dan MC untuk tingkat
aktivitas yang berbeda.
132
memaksimumkan E(NB), tidak peduli apapun preferensi dari pembuat keputusan
terhadap resiko.
P E(P)=E(M
133
Grafik 13.3
Distribusi Probabilitas Untuk Marginal Cost
Probabilitas $
E(M
MC2
MC1
MC1 Output
E[(MC(Q1)] =MC1 Q1 Q2
Pada sisi biaya, manajer tidak tahu pasti biaya yang terkait dengan tingkat output
tertentu. Untuk memilih output dibawah kondisi pasti atau beresiko, manajer
membutuhkan informasi tentang MC. Pada grafik 13.3.A. menunjukkan sebuah distribusi
probabilitas untuk marginal cost yang berkaitan dengan produksi pada tingkat output Q1.
Marginal cost yang diharapkan dari produksi Q1 adalah MC1. Karena MC meningkat
pada tingkat produksi yang lebih tinggi maka pada Q2 marginal cost yang diharapkan
adalah MC2 (grafik 13.3.B).
Manajer dari perusahaan di pasar persaingan sempurna, akan memaksimumkan
profit di bawah kondisi risk, dengan memilih tingkat output di mana MR yang diharapkan
(harga yang diharapkan) sama dengan MC yang diharapkan :
134
Selama kita mengasumsikan bahwa variance harga dan marginal cost adalah konstan
untuk tingkat output yang berbeda, maka variance dari net benefit (profit) adalah konstan
dan aturan tersebut berlaku untuk semua manajer. Jadi ketika variance dari profit adalah
konstan untuk semua tingkat output, seorang manajer dari sebuah perusahaan di pasar
persaingan sempurna akan memilih tingkat output yang memaximumkan profit yang
diharapkan, terlepas dari apakah manajer tersebut risk averse, risk neutral atau risk
loving.
135
Contoh :
Seandainya di pasar hanya ada dua perusahaan yaitu Atlas dan Butler yang
memproduksi barang yang bersubstitusi dekat, struktur pasarnya adalah duopoli. Kedua
perusahaan ini menentukan harga sebesar 40. (P A=PB=40)
Manajer Atlas memperkirakan permintaannya = QA = 6.000-300P A + 225 PB
Kedua perusahaan menentukan harga = 40 dan
penjualan Atlas = 3.000 (=6.000-(300)x40)+(225x40) unit.
Manajer Atlas tidak percaya bahwa penjualan 3.000 dan harga 40 adalah
memaksimalkan keuntungan maka dia mempertimbangkan untuk merubah harga.
Jika Butler tidak memperdulikan harga dari perusahaan Atlas yang baru dan tetap
memakai harga 40, maka permintaan Atlas ketika Butler tidak merubah harga adalah :
QA = 6.000 + (225x40 )- 300 PA
= 1.500 - 300PA (D tidak diikuti)
Jika harga diButler sama dengan setiap harga yang ditentukan Atlas (P A=PB), maka
fungsi permintaan Atlas
QA = 6.000 - 300 PA + 225 PA
= 6.000 - 75 PA (D diikuti)
Manajer dari persahaan Atlas percaya bahwa probabilitas perusahaan Butler akan
mempertahankan pada harga 40 adalah 40 persen . Jika perusahaan Atlas merubah harga
dan akan diikuti oleh Butler maka probalilitasnya adalah 60 persen.Untuk setiap harga
yang ditentukan manajer Atlas , perkiraan jumlah yang diminta , E(Q A) adalah :
E(QA) = 0,4 x (15.000 – 300 PA ) + 0,6 x (6.000 - 75 PA )
= 9.600 -165PA
Jika manajer Atlas benar dalam membuat asumsi bahwa Butler akan melakukan salah
satu dari dua respon untuk merubah harga, maka penjualan aktual dari perusahaan
Atlas sesudah perubahan harga tidak sama dengan perkiraan penjualan (E(Q A).Penjualan
aktual ada di antara kurva D tidak diikuti dan D diikuti.
136
Gambar 1 menunjukkan dua kurva permintaan perusahaan Atlas yang tergantung pada
reaksi dari perusahaan pesaing. Perkiraan jumlah yang diminta (E(Q A) ditunjukkan oleh
garis putus-putus diantara dua kurva permintaan.
Untuk memaksimalkan perkiraan laba, manajer Atlas akan menentukan berapa
jumlah yang diproduksi dan berapa harga yang ditentukan saat perkiraan Marginal
Revenue sama dengan perkiraan Marginal Cost. Untuk mendapatkan fungsi Marginal
Revenue adalah : E(Q A). = 9.600 - 165 P A
PA = [9.600 - E(QA)] / 165
= 58 - 0,006 E(Q A)
Total Revenue (TR) = P x Q
= (58 - 0,006 E(Q A)) x (QA)
= 58 QA – 0,006 (QA)2
Expected Marginal Revenue (E(MR) = 58 – 0,012 (QA)
P dan E(MR)
800
58
N
49 C
D A
40
B D tdk diikuti
E (QA)
D diikuti
E(MR
137
Fungsi ini disebut Expected (perkiraan) Marginal Revenue karena harga yang dipilih
manajer tergantung pada reaksi dari perusahaan pesaing , sehingga Marginal Revenue
juga tergantung dari reaksi perusahaan pesaing.
Marginal Cost perusahaan Atlas diketahui konstan , nilainya = 40. Untuk
mendapatkan tingkat output yang memaksimalkan excpected profit diperoleh saat
Expected Marginal Revenue sama dengan Marginal Cost
E(MR) = MC
58-0,012 E (QA ) = 40
E (QA) = 1.500
Tingkat harga pada tingkat output tersebut adalah :
PA = 58 - (0,006 x 1.500) = 49
Penjualan aktual = 15.000- (300x49) = 300, jika perusahaan Butler tidak merespon
perubahan harga Atlas dan masih menjaga pada harga lama sebesar 40.Apabila
perusahaan Butler merubah harga menjadi 49, maka penjualan aktual menjadi
= 6000 - (75x49) = 2.325
Jika perusahaan menentukan E(MR) = MC = 40 (pada titik B), perkiraan
penjualan adalah 1.500 dan manajer Atlas akan menentukan harga sebesar 49 (titik C).
Atlas akan menjual 30 unit jika kurva permintaan pada D tidak diikuti ( titik D) dan 2.325
unit jika kurva permintaan adalah D diikuti ( titik N)
Ini merupakan contoh sederhana bagaimana oligopoli dengan informasi tidak
sempurna tetang reaksi pesaing untuk membuat keputusan dalam menentukan
keuntungan maksimum. Hal ini untuk merupakan contoh bagi manajer yang mengalami
resiko dalam pengambilan keputusan. Dalam proses yang senyatanya mungkin akan jauh
lebih kompleks.
138
Contoh :
Manajemen Dura Plastik mempertimbangkan merubah kapasitas produksi. Manajemen
mempertimbangkan tiga piilhan, yaitu :
1. Kapasitas produksi akan ditambahkan 20 %
2. Kapasitas produksi dipertahankan seperti yang sudah ada
3. Kapasitas produksi dikurangi 20 %
Hasil keputusan tergantung pada kondisi perekonomian tahun yang akan datang.
Manajemen membuat tiga perkiraan kondisi perekonomian.
1. Perekonomian akan tumbuh
2. Perekonomian stagnan
3. Perekonomian resesi
Jika manajer tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kondisi perekonomian atau berapa
probabilta yang terjadi maka pengambilan keputusan dilakukan dengan kondsi ketidak
pastian.
Langkah pengangambilan keputusandengan kriteria maksimaks:
Pertama identifikai hasil terbaik dari masing-masing keputusan.
Hasil terbaik dari payoff matrik di atas adalah pada kondisi ekonomi tumbuh , pada tabel
di atas nampak pada daerah yang diarsir. Langkah selanjutnya adalah ambil hasil
maksimal dari hasil terbaik.Sehingga dengan krieteria maksimaks keputusan yang
diambil adalah menambah kapasitas produksi
139
B. Kriteria Maksimin
Bagi manager yang berpandangan pesimistik, criteria maksimin lebih cocok
daripada maksimaks. Kriteria Maksimin adalah pengambilan keputusan dengan
mengidentifikasi hasil yang paling jelek dan dipilih hasil terbesar dari payoff terjelek.
140
Dari tabel di atas, hasil payoff yang paling besar terjadi saat perekonomian tumbuh dan
perusahaan menambah kapasitas produksi dengan pay off = 5.000.000. Jika terjadi
pertumbuhan ekonomi terjadi dan manajemen memilih mempertahankan kapasitas
produksi yang sudah ada maka regretnya adalah 5.000.000 -3.000.000 =
2.000.000.Selanjutnya potensial regret selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Perhatikan jika nilai potensial regret = 0 berarti tidak ada potensial regret.
Dari tabel di atas nilai minimum dari maksimum potensial regret ada pada kondisi
mempertahankan kapasitas produksi yang sudah ada. Jadi pengambilan keputusan untuk
perusahaan Dura Plastik dengan metode ini adalah mempertahankan kapasitas produksi
yang sudah ada.
141
C. Kriteria Probabilitas Sama
Pertanyaan Diskusi :
1. Perusahaan dengan kondisi pasar duopoly ingin menaikkan harga. Mananager dari
pasar duopoly tersebut percaya probabilitas perusahaan lain akan bereaksi jika
perusahaan menaikkan harga sebesar 80 persen , sementara 20 persennya perusahaan
tidak menaikkan harga. Saat ini harga yang ditentukan oleh perusahaan pesaing adalah
40. Manajer memperkirakan permintaan perusahaan adalah :
Q = 8.000 – 280 P + 200 Pr
Dimana Pr adalah harga pesaing. Nilai Marginal Cost sebesar 30.
1.Hitung kurva permintaan ketika :
a. perusahaan pesaing tidak bereaksi dengan kenaikkan harga
b. perusahaan pesaing bereaksi dengan kenaikkan harga
2. Hitung perkiraan kurva permintaan dan perkiraan Marginal Revenue
3. berapa harga yang akan ditentukan untuk memaksimalkan laba.
142
Accounting profit : merupakan selisih antara total revenue dengan total cost dimana total
costnya hanya berupa eksplisit cost saja, tanpa implisist cost.
Arc elasticity : cara menghitung elastisitas dengan melihat pada range tertentu atau di antara
dua titik.
Average cost : rata-rata biaya yang harus dikelurkan oleh perusahaan untuk memproduksi
barang dimana pada jangka pendek terdiri dari rata-rata biaya tetap dan rata-rata biaya
variabel.
Average product : rata-rata produksi yang dihasilkan suatu perusahaan pada waktu tertentu.
Break even point : terjadi bila total biaya sama dengan total penerimaan atau impas.
Budget line : kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi kelompok barang yang berbeda
pada harga tertentu jika seluruh uang dibelnjakan.
Ceiling price : Harga maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Apabila harga
maksimumnya di bawah harga keseimbngan maka akan terjadi shortage (tekor).
Constant return to sacale : terjadi jika penambahan input sebesar 1% diikuti kenaikan output
sebesar 1% atau proporsional.
Consumer price index : merupakan salah satu ukuran menghitung perubahan tingkat harga
yang terjadi dalam perekonomian atau salah satu alat untuk mengukur inflasi yang
terjadi dalam perekonomian.
Cross-price elasticity : mengukur kepekaan dari jumlah yang diminta akibat perubahan harga
barang lain yang berkaitan dengan menganggap variable lain yang mempengaruhi
konstan.
Decreasing return to scale : terjadi jika penambahan input sebesar 1% akan menambah output
lebih kecil dari satu persen.
Demand function adalah sebuah tabel atau grafik atau persamaan yang menunjukkan
bagaimana jumlah yang diminta dikaitkan dengan harga produk, dengan menganggap
lima variabel lainnya yang mempengaruhi permintaan konstan.
144
Disequilibrium : ketidakseimabngan yang terjadi di pasar akibat jumlah yang diminta lebih
besar dari jumlah yang ditawarkan atau sebaliknya jumlah yang ditawarkan lebih
banyak dari pada humlah yang diminta.
Dominant strategy : merupakan strategi yang memberikan hasil terbaik tidak peduli apapun
keputusan yang akan diambil oleh pesaingnya.
Dummy Variable : suatu variable yang hanya mengambil nilai satu dan nol.
Economic profit : merupakan selisih antara total revenue dengan total cost dimana total
costnya meliputi eksplisit cost dan implicit cost.
Ekonomi mikro : Ilmu yang mempelajari tentang perilaku ekonomi individual seperti
perilaku konsumen, perilaku produsen dan bagaimana interaksi mereka dalam pasar.
Eksplisit cost : biaya yang harus dikeluarkan perusahaan apabila menggunakan sumber daya
yang bukan milik sendiri.
Elastic : Pasar yang elastic berarti pasar yang peka terhadap perubahan harga barang.
Endogenous Variable : merupakan suatu variabel yang dipengaruhi oleh model yang ada
dalam persamaan.
Exogenous variable : suatu variabel yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model
persamaan.
Expected utility theory : sebuah teori pembuatan keputusan di bawah resiko yang
memperhitungkan perilaku seorang menajer dalam menghadapi resiko.
Faktor produksi : alat yang digunakan untuk proses produksi missal modal, tenaga kerja dan
lain-lain.
Fixed cost : biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak tergantung oleh jumlah
output yang dihasilkan atau nilainya konstan berapapun output yang dihasilkan.
Floor price : harga minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Apabila harga minimum
tersebut melebihi harga pasar maka akan terjadi surplus.
Full price : gabungan antara harga barang itu sendiri ditambah dengan search cost.
145
Games theory : merupakan cara untuk menunjukkan bagaimana memilih strategi yang
optimal atau terbaik dalam berbagai situasi konflik
Implisit cost : biaya yang terjadi akibat menggunakan sumber daya yang merupakan milik
sendiri.
Income effect : perubahan dalam konsumsi barang yang berasal dari perubahan daya beli
sesudah harga barang berubah.
Income elasticity : Mengukur kepekaan dari jumlah yang diminta akibat adanya perubahan
pendapatan dengan menganggap variable lain yang mempengaruhi konstan.
Increasing return to scale : terjadi jika penambahan input sebesar 1% akan menambah output
lebih besar dari 1%.
Indifferent curve : adalah kurva yang menunjukkan kombinasi dari dua kelompok barang
yang berbeda yang memberikan kepuasan (total utility) yang sama.
Inferior goods : barang yang bersifat, jika kenaikan pendapatan diikuti oleh penurunan
jumlah barang yang diminta maka barang tersebut adalah barang inferior.
Inelastic : pasar yang inelastic berarti pasar tersebut kurang peka terhadap perubahan harga.
Input : sama dengan faktor produksi atau masukan yaitu alat yang dipakai untuk proses
produksi missal modal tenaga kerja dan lain-lain.
Intercept parameter : atau konstanta adalah besarnya nilai variabel terikat apabila variabel
bebasnya given.
Isocost : kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang dibeli pada tingkat
pengeluaran tertentu dan harga tertentu.
Isoquant : kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang menghasilkan output
yang sama.
Law of diminishing marginal product : merupakan hukum pertambahan hasil yang semakin
berkurang yaitu bertambahnya input mula-mula menyebabkan peningkatan output
dengan kecepatan yang semakin tinggi kemudian menurun, setelah mencapai titik
tertentu kecepatannya nol bahkan setelah itu negatif.
Lerner index : merupakan salah satu cara mengukur market power dengan menggunakan
elastisitas.
Linier equation : suatu persamaan matematis yang pangkat tertinggi dari variable bebasnya
adalah satu.
Long run production function : suatu fungsi produksi dimana dalam fungsi tersebut semua
input adalah variable ( bisa diubah-ubah)..
146
Maksimisasi utility : terjadi jika tambahan kepuasan dari mengkonsumsi barang X unit yang
terakhir sama dengan tambahan kepuasan dari mengkonsumsi barang Y unit yang
terakhir dari setiap rupiah yang dibelanjakan.
Marginal benefit of search : tambahan manfaat yang diperoleh dari pencariannya untuk
mendapat informasi mengenai suatu barang dari setiap periode waktu yang
dikurbankan.
Marginal cost : perubahan total biaya akibat adanya perubahan jumlah barang yang
dihasilkan.
Marginal cost of search : tamabahan biaya yang harus dikeluarkan dari pencariannya untuk
mendapat informasi mengenai suatu barang dari setiap periode waktu yang
dikurbankan.
Marginal rate of technical substitution : besarnya perubahan kapital akibat adanya perubahan
tenaga kerja yang dipakai dalam proses produksi dimana keduanya berhubungan
negatif.
Marginal revenue : perubahan total revenue akibat adanya perubahan jumlah barang.
Marginal utility : perubahan total utility akibat adanya perubahan output yang dikonsumsi.
Marginal utility of profit : jumlah di mana total utility meningkat dengan bertambahnya
keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Market clearing : sama dengan market equilibrium yaitu titik temu antara permintaan dan
penawaran pasar.
Market demand : kurva yang menunjukkan kombinasi harga dan kuantitas barang yang mau
dan mampu dibeli konsumen pada masing-masing harga dengan menganggap yang
lain konstan.
Market Equilibrium : terjadinya titik temu antara permintaan dan penawaran pasar, dari
keseimabngan pasar tersebut akan tercipta harga dan kuantitas keseimbangan di pasar.
Market power : kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga tanpa kehilangan seluruh
penjualannya.
Monopoli : kondisi pasar di mana hanya ada satu perusahaan dalam pasar dan dia mempunyai
market power sehingga mampu mempengaruhi harga (price setter/ price maker).
Monopolistic competition : atau persaingan monopolistis adalah kondisi pasar dimana cirinya
mirip dengan persaingan sempurna, yang membedakan adalah kemampuannya untuk
mempengaruhi harga karena mempunyai keunikan.
Moral hazard : terjadi ketika masing-masing pihak yang sudah bersepakat terdorong untuk
mengabaikan kesepakatan-kesepakatan yang sudah dibuat.
147
Mutual interdependence : tindakan yang dilakukan oleh satu perusahaan dalam pasar akan
mempunyai efek pada penjualan dan revenue perusahaan lain.
Nash equilibrium : suatu kondisi dimana setiap pemain memilih strategi terbaiknya, untuk
menghadapi strategi yang telah dilakukan pemain lainnya.
Normal goods : barang yang sifatnya, jika terjadi kenaikan pendapatan diikuti kenaikan
jumlah barang yang dikonsumsi maka barang tersebut adalah barang normal.
Normal profit : terjadi bila economic profit sama dengan nol atau nilainya sebesar implicit
cost.
Oligopoli : pasar yang terdiri dari perusahaan besar dengan jumlah relatif sedikit, masing-
masing memiliki pangsa cukup besar dan ada mutual interdependence.
Opportunity cost : apa saja yang diserahkan pemilik perusahaan untuk bisa menggunakan
sumber daya.
Ordinary demand function : menunjukkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga
dari produk dimana variabel lain yang mempengaruhi demand dianggap konstan.
Perfect competition : atau pasar persaingan sempurna adalah pasar dimana produk yang dijual
homogen (identik), banyak pembeli dan penjual, informasi sempurna, perusahaan
bebas untuk masuk atau ke luar atau tidak ada halangan untuk memasuki pasar dan
harga ditentukan oleh mekanisme pasar.
Point elasticity : cara menghitung elastisitas dengan melihat pada satu titik tertentu.
Present value : menghitung nilai sekarang atas sesuatu yang akan diperoleh di masa datang.
Price taker : perusahaan di pasar hanya sebagai pengambil harga, sedangkan harga ditentukan
oleh mekanisme pasar
Principal-agent problem : problem antara pemilik dan manajemen yang muncul dalam
perusahaan, biasanya terjadi pada perusahaan yang pemilik dan manajemennya
terpisah karena perusahaan sudah go public.
Probability distribution : sebuah tabel atau grafik yang menunjukkan semua kemungkinan
hasil atau payoffs dari suatu keputusan dan probabilitas masing-masing hasil yang
akan terjadi.
Product differentiation : produk yang bisa dibedakan antara satu dengan yang lain baik dari
sisi kualitas, performance atau dari sisi yang lainnya.
Profit oriented : suatu perusahaan yang didirikan dengan tujuan profit oriented berarti
perusahaan tersebut selalu berusaha untuk memaksimumkan keuntungan setiap
periode atau memaksimumkan nilai perusahaan.
148
Quantity demanded : jumlah barang atau jasa yang konsumen mau dan mampu untuk
membelinya selama periode waktu tertentu.
Quantity supplied : Jumlah barang atau jasa yang ditawarkan untuk dijual selama periode
waktu tertentu.
Risk : mengacu pada situasi di mana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin terjadi dari
suatu keputusan dan probabilitas dari tiap hasil tersebut diketahui atau bisa
diestimasikan.
Risk averse : menggambarkan seorang pembuat keputusan yang ketika dihadapkan pada dua
pilihan keputusan dengan expected profit yang sama, akan memilih keputusan yang
kurang beresiko
Risk loving : menggambarkan seorang pembuat keputusan yang memilih keputusan yang
lebih beresiko ketika keuntungan yang diharapkan sama.
Risk neutral : menggambarkan seorang pembuat keputusan yang mengabaikan resiko dalam
membuat keputusan dan hanya mempertimbangakan nilai yang diharapkan dari
keputusan-keputusannya.
Search Cost : biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan informasi mengenai harga dan
kualitas produk.
Short run production function : suatu fungsi produksi di mana minimal ada satu input tetap
yang mempengaruhi output.
Shut down point : titik gulung tikar yaitu suatu titik tertentu dimana perusahan menutup
usahanya atau tidak berproduksi.
Slope parameter : Parameter dalam sebuah fungsi linier yang mengukur efek pada dependent
variable akibat perubahan salah satu dari variabel bebasnya dengan menganggap
variabel bebas lainnya konstan.
Substitution effect : perubahan konsumsi dari barang yang terjadi jika konsumen tetap pada
kurva indifferent yang sama sesudah harga barang berubah.
Supply function : fungsi yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan
dengan variabel bebas yang mempengaruhinya.
Supply curve : Sebuah grafik yang menunjukkan hubungan jumlah yang tawarkan dan harga
ketika semua variabel lain yang mempengaruhi konstan.
The generalized demand function : hubungan antara jumlah yangdiminta dengan enam faktor
yang mempengaruhi jumlah yang diminta.
The generalized supply function : hubungan antara jumlah yang ditawarkan dan enam faktor
lain yang mempengaruhi jumlah yang ditawarkan.
149
Total cost : jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan baik biaya tetap maupun biaya
variabel.
Total revenue : total penerimaan perusahaan yang merupakan hasil perkalian antara harga dan
kuantitas.
Total value of firm : Menghitung nilai sekarang atas total jumlah keuntungan yang akan
diperoleh di masa mendatang.
Unitary elasticity : prosentase perubahan jumlah yang diminta sama dengan prosentase
perubahan harga atau dengan kata lain kenaikan harga akan diikuti dengan penurunan
jumlah yang diminta dengan nilai yang sama sehingga tidak berdampak pada total
penerimaan perusahaan.
Utility : manfaat yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa.
Uncertainty : mengacu pada situasi dimana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin dari
sutu keputusan dan probabilitas dari kemunculan masing-masing hasil tersebut tidak
diketahui, apalagi dapat ditafsirkan.
Variable cost : biaya perusahaan yang besar kecilnya dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
output yang dihasilkan.
150
IN D E K S
A Explicit Cost 69
151
L Q
Loss Minimization 99 Quantity Effect 30
Lerner Index 109 R
M Riset Eksperimental 49
Maksimalisasi Laba 102 Risk Averse 128
Marginal Cost 71 Return to Scale 80
Market Definition 108 Resiko 121
Marginal Product 67 S
Market Power 108
Shut Down 95
Monopoly 9,114
Struktur Pasar 8
Market Equilibrium 22
Supply Function 19
Mean Varian Analisis 126
Substitution Effect 43
Model Runtun Waktu 57
MRTS 77
T
Total Product 67
N
Total Cost
Non cooperative Oligopoly 117
V
O
Value of Firm 5
Oligopoly 9,116
Variasi Musiman 59
Ordinary Demand Function 11
Oportunity Cost 69
P
Principle Agent Problem 6
Pendekatan Ekonomitrika 63
Perfect Competition 8
Pergeseran kurva Permintaan 16
Pergeseran Kurva Penawaran 21
Personal Rivalry 94
Point Elasticity 31
Preference Ordering 38
Price Effect 29
Price Setting 51
Price Taking 51
152