Analisis Konsentrasi Bahan Zat Toksik Bo PDF
Analisis Konsentrasi Bahan Zat Toksik Bo PDF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714,
Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730,Kalimantan Selatan,
Indonesia
i
UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA :
Rektor ULM
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi,
M.Si., M.Sc
NIP : 1966033 199102 1 001
Wakil Rektor 1
Wakil Rektor 2 Wakil Rektor 3 Wakil Rektor 4
ULM
ULM ULM ULM
Bidang
Bidang Umum & Bidang Bidang Perencanaan,
Akademik
Keuangan Kemahasiswaan Kerjasama & Humas
Dr. Ahmad Alim
Dr.Hj Aslamiah, NIP : 19640105 Prof. Dr. Ir. H. Yudi
B,SE.,MSi
M.Pd., Ph.D 199003 1 023 MA,M.Sc
NIP : 19671231
NIP : 19600110 NIP : 19670716
199512 1 002
198603 2 001 199203 1 002
i
MAKALAH
EKOTOKSIKOLOGI
DOSEN PENGAJAR :
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., ST., Mkes.
NIP : 19780420 200501 2 002
Disusun Oleh :
Tri Wardani (H1E113002)
M. Royan P.K (H1E113201)
M. Erwin batara (H1E113222)
Mursyid (H1E113224)
Betina Surya (H1E113242)
2016
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Fakultas : Teknik
Program Studi : Teknik Lingkungan
Disahkan Oleh
Dosen Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
taufik dan hidayah-Nya maka usaha – usaha dalam menyelesaikan makalah tugas
Ekotoksikologi. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini
banyak mendapat bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sutarto Hadi M.Si M.Sc selaku Rektor Universitas Lambung
Mangkurat
2. Bapak Dr.Ing Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
3. Bapak Dr. Rony Riduan S.T.,M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan.
4. Ibu Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., S.T., Mkes selaku dosen mata
kuliah Ekotoksikologi.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.1 Hasil Pengukuran Limbah Industri dari Jurnal Penelitian Puti Sri
Komala dkk. ........................................................................................................ 21
3.2 Pembahasan ................................................................................................... 21
3.2.1 Analisis Konsentrasi Zat atau bahan pada Industri karet ..................... 22
3.2.2 Efek Bahan Atau Zat Limbah cair industri karet Bagi Ekosistem ..... 25
3.2.3 Metode Pengolahan Limbah cair industri karet .................................... 25
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................29
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 29
4.2 Saran ............................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................30
SOAL DAN JAWABAN ......................................................................................33
INDEKS ................................................................................................................35
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
RANGKUMAN
Pada Penelitian ini digunakan model RLTEC dan model Dilusi, Model
RLTEC digunakan untuk mengestimasi lepasan zat ke berbagai media
lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi, produksi
dan konsumsi, sedangkan model dilusi disebut juga dengan metode prediksi
ekstimasi pelepasan zat melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi. Dalam
makalah ini kegiatan pabriksi yang diestimasi berupa limbah cair yang berpotensi
untuk mencemari lingkungan, bahan atau zat yang terdapat pada limbah karet
dapat bersifat toksik bagi lingkungan ekosistem maupun manusia, Pada hasil
pemeriksaan kualitas limbah cair industri karet PT. Lembah Karet Padang didapat
hasil yaitu ; BOD = 150 mg/l (Baku mutu BOD = 60 mg/l) ; COD = 300 mg/l
(Baku mutu COD = 200 mg/l) ; TSS = 150 mg/l ( Baku mutu TSS = 100 mg/l) ;
Amoniak = 13 mg/l ( Baku mutu Amoniak = 5 mg/l) ; pH = 5,6 ( Baku mutu pH =
6-9), hasil ini menunjukan bahwa limbah cair tersebut memiliki beberapa
parameter yang berbahaya bagi lingkungan. Hasil menunjukan pH berada di
bawah baku mutu , pH yang rendah dapat mengakibatkan tingkat korosi yang
tinggi pada air sungai. TSS yang tinggi berpengaruh terhadap pendangkalan
sungai dan kekeruhan menjadi sumber toksikologi di perairan tersebut. Amoniak
yang tinggi dalam perairan dapat bersifat toksik akut menyebabkan kematian,
perlakuan kronis dapat menyebabkan kerusakan ginjal, mereduksi kapasitas
pembawa oksigan pada tubuh ikan. Air hasil pengolahan karet memiliki kadar
BOD dan COD yang tinggi sehingga perlu proses pengolahan sebelum dibuang ke
sungai. Ada beberapa metode penurunan bahan atau zat yang terkandung dalam
limbah cair industri karet, yaitu ; Metode fitoremediasi yang memanfaatkan
media tanaman sebagai pereduksi kadar BOD,COD dan TSS dalam limbah cair
karet. Selain itu dapat dilakukan dengan teknik bioremediasi dengan
memanfaatkan mikroba untuk mereduksi kadar BOD,COD dll pada tanah
tercemar.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
kesehatan. Limbah industri karet cenderung menurunkan kualitas lingkungan
seperti air, udara, tanah dan semua yang terkandung di dalamnya. Limbah cair
karet di perairan dapat menghalangi masuknya oksigen terlarut ke dalam air.(4)
Besarnya potensi dampak buruk yang ditimbulkan oleh limbah cair
industri karet terhadap organisme yang ada di perairan maupun yang
bertempat tinggal di sekitaran sungai menyebabkan setiap pabrik karet harus
mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar baku mutu
yang berlaku. Salah satu contoh rekayasa teknologi dalam pengolahan limbah cair
yaitu fitoremediasi, fitotoksikologi, bioremediasi.(16) Proses pengolahan limbah
tersebut dapat mengurangi jumlah berbagai bahan atau zat toksik sehingga tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem perairan.
2
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui model prediksi bahan atau zat
2. Mahasiswa dapat mengetui karakeristik limbah karet.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bahaya limbah karet.
4. Menambah wawasan bagi mahasiswa dalam pengolahan limbah karet.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Lokasi. (9)
Jalannnya racun di Lingkungan bergantung pada :
a. Sumbernya
Berdasarkan sumbernya zat/bahan terbagi atas beberapa
kelompok,yaitu :
1. Sumber alami atau buatan.
Hal yang membedakan jenis racun di klasifikasi ini dengan jenis
racun pada klasifikasi lainnya ialah racun jenis ini merupakan jenis racun
asli yang berasal dari makhluk hidup seperti flora dan fauna, dan
kontaminasi yang terjadi ketika suatu organisme mengalami kontak langsung
dengan berbagai macam racun yang berasal dari lingkungan, seperti bahan
baku (mentah) suatu industri yang mengandung racun ataupun hasil buangan
dari industri tersebut yang beracun serta bahan sintetis yang beracun.(19)
2. Sumber berbentuk titik, area, dan bergerak.
Klasifikasi sumber racun berbentuk titik, area, dan bergerak seperti ini
biasanya digunakan untuk melakukan pengendalian. Tentunya sumber titik
lebih mudah dikendalikan dari pada sumber area dan bergerak. Berdasarkan
klasifikasi jenis racun titik, area, dan bergerak kita dapat menentukan racun
tersebut termasuk racun yang distributif (tersebar) atau non-distributif (tidak
4
tersebar). Dimana sumber yang distributif merupakan sumber yang terdistribusi
atau penyebarannya tidak merata ke berbagai arah dan dapat bergerak maupun
berupa sumber area. Contoh dari sumber distributif diantaranya ialah sumber yang
berasal dari berbagai proses pembakaran (domestik) dan pertanian
(penyemprotan insektisida didaerah pertanian, daerah endemis penyakit bawaan
vector/insekta) serta perumahan. Sedangkan sumber non-distributif
merupakan sumber yang berupa sumber , seperti halnya cerobong asap suatu
pabrik, akhir dari pipa IPAL industri.(20)
A. Sumber domestik, komersial, dan industri yang lokasi sumber, sifat dan
jenisnya berbeda.
Buangan domestik pada umumnya dapat kita temukan didaerah
permukiman dan pada umumnya buangan domestik ini tidak terlalu beracun
dan kebanyakan memiliki sifat organik, kecuali buangan ini terkontaminasi
oleh buangan insektisida sisa obat d an lain-lain. Buangan komersial dapat
sangat beragam, demikian pula dengan buangan industri. Buangan dalam
kategori ini dapat berwujud gas, cairan, maupun padatan. Klasifikasi ini tidak
dapat dipisah secara sempurna, karena buangan domestik akan tercampur
didalam buangan komersial dan industri. (15)
B. Media Transpor
Ketika suatu zat memasuki lingkungan maka, jalannya zat/bahan
tersebut bergantung pada media transpor yang membawanya. Media ini
berupa udara, air, tanah,organisme, rantai makanan dan lain-lain. Media ini
dapat berfungsi secara kontinu atau tidak kontinu, cepat atau lambat, jauh atau
dekat, utuh atau tidak utuh serta teratur dan tidak teratur. Sehingga dekat atau
tidaknya suatu zat dari lingkungan bergantung pada faktor di lingkungan yang
mempengaruhinya.(1)
Pada dasarnya terdapat 4 kompartemen yang menentukan lokasi dan
interaksi zat atau bahan di dalam lingkungan yaitu kompartemen air, tanah
atau sedimen, udara atau atmosfer dan biota atau mikroorganisme. Dimana
dalam setiap kompartemen tersebut saling berkaitan satu dengan yang
5
lainnnya. Tanah mengandung udara yang terdiri atas air (hujan), tanah atau
partikel. Sehingga, apabila suatu zat dilepaskan ke lingkungan, maka
lingkungan akan mendistribusikannya ke berbagai kompartemen seperti air,
tanah,udara dan biota.(18)
Distribusi ini terjadi dengan kompartemen terdekat seperti fase padat,
cair dan gas dengan fase cair yang menyebabkan terjadinya kelarutan ; fase
padat dan gas dengan fase gas menyebabkan volatisasi serta fase cair dengan
padat menyebabkan adsorpsi. Kehadiran dan konsentrasi zat pada setiap
kompartemen digunakan untuk memprediksi perilaku dan jalannya zat kimia
di lingkungan. Apabila terjadi reaksi antara suatu zat dengan zat lainnya
maka akan membentuk suatu senyawa yang akan mengalami transpor dan
transformasi.Transpor tergantung pada daya larut zat, koefisien partisi antar
kompartemen lingkungan, koefisien dissosiasi, formasi kompleks, leaching, up
take oleh organisme, adsorptivitas dan sifat mudah atau tidaknya menguap
maka transformasi tergantung dari ada atau tidaknya spesies lain.
Prediksi dan perilaku zat di lingkungan terbagi atas 3 kemungkinan, yaitu :
1. Zat/bahan tetap berada pada tempat dimana zat tersebut mulai masuk atau
dilepaskan.
2. Zat atau bahan masuk ke lingkungan melalui media (air, tanah, udara, dan
sedimen).
Zat atau bahan bertransformasi atau terurai melalui proses kimia,fisik
atau biologi .(15)
C. Proses Transpor
1. Transpor dalam air
a. Adveksi adalah pergerakan bulk yang diakibatkan oleh aliran.
b. Difusi terjadi karena perbedaan konsentrasi, difusi ini terbagi menjadi dua
yaitu difusi molekuler, disebabkan karena adanya pergerakan molekul
secara acak sedangkan difusi turbulen (pengadukan)
c. Dispersi adalah pengadukan yang terjadi dalam air tanah ketika adveksi
terjadi dalam kecepatan rendah yang tidak mengakibatkan turbulensi.
6
d. Kelas Penggunaan & Dispersi Zat
Tabel 2.1 Kelas Penggunaan & Dispersi Zat
7
terhadap badan-badan air dan terjadinya pendangakalan pada badan-badan air
seperti sungai, danau, drainase dan sejenisnya yang dapat menimbulkan
masalah baru seperti banjir.(7)
1. Penerimaan lateks
Tahap awal pengolahan karet adalah penerimaan lateks dari kebut pohon
karet yang telah disadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring
untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami
prakoagulasi.
e. Pengenceran
Pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta
menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya tetap
8
dijaga. Pengenceran dilakukan dengan penambahan air bersih dan tidak
mengandung unsur logam serta kadar bikarbonat.
f. Pembekuan
Pembekuan lateks dilakukan dalam bak koagulasi dengan
menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Penambahan zat asam diikuti
dengan pengadukan agar tercampur lateks secara merata serta membantu proses
pembekuaan.
g. Penggilingan
Tujuannya untuk memperlebar karet dan membuang serum,
menyeragamkan ketebalan karet untuk mempercepat proses pengasapan.
h. Pengasapan dan pengeringan
Tujuannya untuk menurunkan kadar air dan memberi warna pada karet serta
mengawetkan lembaran karet.
i. Pengepakan
Pengepakan ini bertujuan untuk mempermudah pengumpulan karet sheet.
(19)
1.Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau,
temperatur, densitas, warna, konduktivitas dan turbidity.
1) Total solid
Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi pada
suhu 103°C - 105°C. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik,
9
industri, erosi tanah, dan infiltrasi/inflow ini dapat menyebabkan bangunan
pengolahan penuh dengan sludge dan kondisi anaerob dapat tercipta sehingga
mengganggu proses pengolahan.
2) Bau
3) Temperatur
4) Density
5) Warna
Air limbah yang berwarna, banyak menyerap oksigen dalam air, sehingga
dalam waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau. Pada
kenyataannya pencemaran oleh zat warna juga dapat menyebabkan gangguan
estetika lingkungan.
6) Kekeruhan (Turbidity)
2. Karakterisitik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu,
bahan organik, anorganik, dan gas
10
1) Bahan organik
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan aktivitas
manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N dan walaupun banyak
sekali jenis bahan organik, yang menjadi karakteristik kimia adalah protein,
karbohidrat, lemak dan minyak, surfaktan, Volatile Organic Compound (VOC),
pestisida dan fenol, dimana sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri
kecuali pestisida yang bersumber dari pertanian dan fenol dari industri.
2) Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air
limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat,
senyawa senyawa anorganik yang bersifat asam kuat dan basa kuat, senyawa
fosfat, senyawa-senyawa nitrogen (amonia, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa-
senyawa belerang (sulfat dan hidrogen sulfida).
3) Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah
nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3),
dan karbon dioksida (CO2).
3. Karakterisitik Biologi
11
karakteristik tersebut dapat mencemari lingkungan, baik pencemaran udara
maupun pencemaran air.(5)
a. Penyimpanan koagulum
b. Sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga menghasilkan
limbah
c. Pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagi
d. proses peremahan dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair,
waaupun jumlahnya relatif kecil.
12
Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut menyebabkan kondisi aerob bergeser ke
kondisi anaerob.
b. COD
COD mirip dengan BOD, bedanya oksigen yang diperlukan merupakan
oksigen kimiawi seperti O2 atau oksidator lainnya untuk mengoksidasi secara
kimia bahan organik menjadi senyawa lain seperti gas metan, amoniak, dan
karbon dioksida. Nilai COD selalu lebih tinggi daripada nilai BOD karena hampir
seluruh jenis bahan organik dapat teroksidasi secara kimia termasuk bahan
organik yang teroksidasi secara biologis.
c. Padatan Terendap
Padatan terendap menunjukkan jenis padatan yang terkandung di dalam cairan
limbah yang mampu mengendap di dasar cairan secara gravitasi dalam waktu
paling lama sekitar 1 jam.
d. Padatan Tersuspensi
Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau koloid.
Secara kasat mata padatan ini terlihat mengapung atau mengambang serta
mengeruhkan air karena berat jenisnya relatif rendah.
e. Padatan Terlarut
Padatan ini bersama-sama dengan suspensi koloid tidak dapat dipisahkan secara
penyaringan. Pemisahannya hanya dapat dilakukan dengan proses oksidasi
biologis atau koagulasi kimia.
f. Kandungan Nitrogen
Bentuk senyawa nitrogen yang paling umum adlah protein amonia, nitrit dan
nitrat. Ketiga jenis terakhir ini dihasilkan dari perombakan protein, sisa tanaman
dan pupuk yang tersisa di dalam cairan limbah.
g. Derajat Keasaman (pH)
Suatu cairan dikatan bersifat normal bila pH = 7 . makin rendah nilai pH artinya
air makin bersifat asam, sebaliknya makin tinggi bersifat basa. (12)
13
2.4 Analisis Paparan Suatu Bahan atau Zat
Analisis pemaparan suatu zat merupakan proses kajian pergerakan zat
dari sumber aktivitasnya hingga mencapai lingkungan dimana zat akan
menetap atau keadaan suatu zat ketika zat tersebut keluar dari sumbernya.
Analisis pemaparan ini akan menghasilkan prediksi distribusi konsentrasi
(PDK). PDK ini digunakan sebagai dasar penetapan konsentrasi zat untuk
mengkaji efek negatif bagi makhluk hidup.(9)
Analisis pemaparan terdiri atas 3 tahapan, yaitu :
a. Sumber zat hasil dari suatu aktivitas
b. Transpor zat melalui media lingkungan yang meliputi pengenceran dan
transformasi
c. Tempat tujuan dimana zat itu akan berada.(10)
Berikut skema analisis pemaparan suatu zat di lingkungan :
Pengenceran
zat
Transpor
Sumber zat Zat melalui Tempat
tujuan zat
media
lingkungan
transformasi
zat
14
tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme,
perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem. Untuk
mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas
industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap
pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
Gambar 2.2. Sumber, distribusi, transpor, dan transformasi polutan serta respon
terhadap polutan pada organisme, populasi, komunitas, dan
ekosistem.(13)
16
2.5 Prediksi Konsentrasi Bahan atau Zat dalam Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem yang saling mengikat dan saling
menyokong dalam tatanan lingkungan yang mencakup segala bentuk aktivitas
dan interaksi yang terdapat di dalamnya. Ekotoksikologi adalah Ilmu yang
mempelajari tentang jalannya racun di lingkungan, pengaruhnya, penyelesaian
serta mekanisme terjadinya paparan racun tersebut terhadap segala bentuk
aktivitas dan interaksi yang terdapat di lingkungan. Ekokinetika berasal dari
kata kinetic yaitu gerak, dan eko yaitu ekosistem.Ekokinetika adalah gerak
suatu zat atau racun di dalam ekosistem yang tergantung pada sifat fisika,
kimia, dan biologi.
Perjalanan suatu zat atau bahan di lingkungan dapat diketahui melalui
sifat fisik dan kimia dari zat atau bahan tersebut. Sifat fisika dan kimia ini
terbagi atas :
a. Berat Molekul dan Polaritas
Sifat fisik atau kimia dipengaruhi oleh berat molekul. Pengelompokan
zat kimia dibagi menjadi zat kimia yang bersifat polar dan non-polar.
Molekul yang mempunyai polaritas bersifat hidrofilik (menyukai air), sehingga
lebih terlarut dalam air. Sedangkan molekul non-polar yang bersifat
hidrofobik (tidak suka air) lebih suka berada pada tempat-tempat yang kaya
organik dan akan teradsorbsi dengan kuat.(15)
b. Kelarutan
Penyebaran suatu zat di lingkungan dipengaruhi oleh kelarutan. Semakin
mudah larut maka semakin luas distribusi zat tersebut. Kelarutan suatu zat dapat
digunakan untuk mengukur pergerakan atau mobilitas suatu zat di
(15)
lingkungan.
c. Volatilisasi atau Penguapan
Volatilisasi atau penguapan terjadi dari fase gas/udara dan fase
padat/tanah ke fase gas. Volatilisasi suatu zat tergantung pada angin, ekstraksi
air dan agitasi tanah oleh organisme. Penguapan ini juga dipengaruhi oleh sifat
inheren dari zat tersebut.(15)
17
2.6 Penerapan Ekotoksikologi Penerapan Ekotoksikologi Pada Rekayasa
Teknologi Lingkungan
Teknologi dapat didefinisikan teknik yang bersumber dari keadaan
pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk memadukan sumber-
sumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan
masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan , meliputi metode
teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat dan bahan mentah. Rekayasa
adalah proses berorientasi tujuan dari perancangan dan pembuatan peralatan
dan sistem untuk mengeksploitasi fenomena alam dalam konteks praktis bagi
manusia, seringkali menggunakan hasil-hasil dan teknik-teknik dari ilmu.
Teknologi seringkali merupakan konsekuensi dari ilmu dan rekayasa.(18)
Salah satu contoh rekayasa teknologi dalam lingkungan yaitu
fitoremediasi, fitotoksikologi, bioremediasi dan lain-lain.Istilah fitoremediasi
berasal dari kata Inggris phytoremediation. Kata ini sendiri tersusun atas dua
bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani phyton yaitu tumbuhan
dan remediation yang berasal dari kata Latin remedium yang berarti
menyembuhkan. Fitoremediasi berarti juga menyelesaikan masalah dengan cara
memperbaiki kekurangan. Dengan demikian fitoremediasi adalah pemanfaatan
tumbuhan, mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi bahan
pencemar, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam-logam
berat dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator.
Konsep pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi tanah
terkontaminasi bahan pencemar adalah pengembangan terbaru dalam teknik
pengolahan limbah. Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik
(BOD,COD, TSS) maupun anorganik (Amonia) dalam bentuk padat, cair dan
gas.(18)
Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menahan substansi toksik
dengan cara biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritive
organik yang dilakukan pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan
dimetabolisme atau diimobolisasi melalui sejumlah proses termasuk reaksi
18
oksidasi, reduksi dan hidrolisa enzimatis. Mekanisme fisiologi fitoremediasi
dibagi menjadi :
20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengukuran Limbah Industri dari Jurnal Penelitian Puti Sri
Komala dkk.
Tabel 3.1 Kualitas Limbah Cair Industri Karet PT. Lembah Karet Padang
Parameter Limbah Cair Karet (mg/l) Baku Mutu (mg/l)
BOD 150 60
COD 300 200
TSS 150 100
Amoniak 13 5
pH 5,6 6-9
(Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah).
3.2 Pembahasan
Model RLTEC merupakan model yang digunakan mengestimasi
lepasan zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-
sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi. Pada industri karet, jumlah
lepasan zat yang paling banyak dihasilkan berupa limbah cair yang berpotensi
mencemari lingkungan, limbah cair yang dihasilkan berasal dari proses
pengolahan Dalam prediksi ekstimasi pelepasan zat melalui titik
pembuangan dan sumber pabrikasi digunakan model dilusi merukan metode
analisis ekspose. Analisis ekspose sendiri merupakan paparan suatu bahan atau
zat pencemar (bahan beracun) di lingkungan.
Bahan atau zat pada limbah cair industri karet dapat bersifat toksik bagi
lingkungan ekosistem maupun bagi manusia, limbah yang dihasilkan dari
proses pengolahan industri menghasilkan bebagai macam zat toksik yang
berbahaya. Industri pengolahan karet merupakan industri yang mengolah lateks
(getah) karet menjadi karet setengah jadi, bentuk karet tersebut dapat berupa sit,
21
krep dan karet remah. Industri karet remah (Crumb rubber) merupakan salah satu
industri yang berpotensi menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar. Jumlah
limbah yang dihasilkan oleh industri karet remah berbahan baku bokar sebesar
38,671 m3 ton karet remah sedangkan limbah karet remah berbahan baku lateks
sebesar 24,518 m3/tonkaret kering.(6)
Pada dasarnya limbah cair industri karet remah tidak banyak mengandung
bahan kimia dan logam berat karena proses pengolahannya merupakan rangkaian
dari proses penerimaan lateks, pengenceran, pembekuan, pengasapan dan
pengeringan. Limbah yang dihasilkan banyak mengandung bahan organik dan
amoniak dengan konsetrasi yang tinggi.(2)
3.2.1.1 pH
pH merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat
pencemaran pada perairan. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar
kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam,
sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air
limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya
akan mengganggu kehidupan biota akuatik.
pH pada hasil output pengolahan karet PT. Lembah Karet Padang
berada pada angka 5,9. pH ini berada dibawah baku butu yang ditentukan
oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun
2014 tentang Baku Mutu Air Limbahditentukan bahwa baku mutu pH yang
boleh dibuang ke lingkungan adalah pada kisaran angka 6,0-9,0. Nilai pH yang
dibawah baku mutu dapat mempengaruhi ekosistem perairan. pH yang rendah
dapat menyebabkan tingkat korosi yang tinggi pada air sungai sehingga dapat
menimbulkan kerak pada besi dan berdampak negatif pada mahluk hidup.
22
3.2.1.2 TSS (Total Suspended Solid)
Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari zat organik dan anorganik
yang melayang-layang dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab
kekeruhan pada air. Limbah cair yang mempunyai kandungan zat tersuspensi
tinggi tidak boleh dibuang langsung ke badan air karena disamping dapat
menyebabkan pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk
kedalam dasar air sehingga proses fotosintesis mikroorganisme tidak dapat
berlangsung. Hasil yang ditunjukkan dari penelitian jurnal adalah sebesar 150
mg/L.
Hasil uji tidak memenuhi baku mutu sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah, nilai baku mutu dari kadar TSS sebesar 100
mg/L. Hasil tersebut menyatakan bahwa air hasil dari pengolahan limbah karet
memiliki kadar TSS yang cukup tinggi. Tingkat kandunggan TSS yang tinggi
dapat berpengaruh terhadap pendangkalan sungai, dan kekeruhan menjadi sumber
toksikologi di perairan tersebut. Dengan demikian air hasil pengolahan
tersebut perlu proses pengolahan sebelum dibuang sehingga aman untuk
dibuang ke lingkungan perairan.
24
3.2.2 Efek Bahan Atau Zat Limbah cair industri karet Bagi Ekosistem
Industri karet merupakan salah satu industri yang berpotensi menghasilkan
limbah cair dalam jumlah besar. Limbah yang dihasilkan banyak mengandung
bahan organik yang tinggi, sisa senyawa bahan olahan karet, senyawa karbon,
nitrogen, fosfor dan senyawa amoniak yang cukup tinggi sehingga
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan bila tidak diolah dengan baik
sebelum dibuang kelingkungan.(22)
Adanya bahan-bahan organik tersebut menyebabkan nilai BOD dan COD
menjadi tinggi dalam batas-batas tertentu dapat bersifat toksik bagi ekosistem
dalam perairan. Limbah cair industri karet yang tidak diolah secara optimal
dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan jika dibuang langsung
kesungai dalam jumlah besar menimbulkan air sungai menjadi keruh dan berbau
tidak sedap, menghalangi masuknya oksigen terlarut kedalam air bahkan bisa
(5)
menyebabkan ikan disungai menjadi mabuk dan mati . Air limbah cenderung
menurunkan kualitas lingkungan seperti air, udara, tanah dan semua yang
terkandung di dalamnya. Selain itu bagi manusia yang memanfaatkan air yang
telah tercemar untuk mandi, mencuci bahkan mengonsumsi air sungai dapat
menyebabkan munculnya berbagai penyakit termasuk penyakit kulit juga
merupakan media penularan penyakit di masyarakat Penampungan dan
pembuangan air limbah yang memenuhi kesehatan persyaratan yang diperlukan
untuk melindungi, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air limbah dapat menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat. air limbah dapat berkembang biak situs
mikroorganisme patogen yang dapat mentranmisi penyakit (21).
3.2.3 Metode Pengolahan Limbah cair industri karet
Limbah cair industri karet yang tidak diolah secara optimal dapat
menjadi salah satu penyebab dari kerusakan lingkungan. Agar limbah hasil
pengolahan industri karet dapat dibuang ke badan lingkungan dengan aman dan
tidak mencemari lingkungan, maka perlu metode pengolahan limbah cair industri
25
karet. Cara penurunan bahan atau zat yang terkandung dalam limbah cair
industri karet dapat menggunakan beberapa metode :
26
seperti dalam penelitiaan yang dilakukan oleh (Puti dkk, 2012) dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Penyisihan BOD
Penurunan nilai BOD dapat diindikasikan dengan besarnya senyawa
organik yang terurai secara biologi. Senyawa organik yang mudah diolah oleh
bakteri dalam hal ini adalah organik biodegradable. Hampir seluruh bakteri
yang ada mampu menurunkan senyawa organik biodegradable ini terutama pada
zona aerob. Pada kondisi ini bakteri memerlukan senyawa organik untuk
pertumbuhannya.
Hasil degradasi senyawa organik kompleks yang ada dalam limbah cair
karet ditransformasikan menjadi senyawa organik yang lebih sederhana diuraikan
leboh lanjut pada kondisi anaerob melalui proses fermentasi. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan uji reaksi karbohidrat pada semua jenis bakteri yang diuji. Hampir
semua bakteri mampu menguraikan senyawa gula (glukosa, sukrosa, laktosa dan
manitol) yang merupakan jenis-jenis senyawa organik sederhana.
2. Penyisihan COD
27
3. Penyisihan amoniak
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Model RLTEC digunakan untuk mengestimasi lepasan zat ke berbagai media
lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi,
produksi dan konsumsi.
2. Model dilusi disebut juga dengan metode prediksi ekstimasi pelepasan zat
melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi.
3. Karakteristik limbah cair pabrik karet yaitu berwarna keruh dan berbau tidak
enak.
4. Konsentrasi bahan atau zat (BOD,COD, TSS dan Amoniak) yang berlebihan
pada limbah cair karet dapat bersifat toksik bagi mahluk hidup dan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan.
5. Metode pengolahan limbah cair industri karet dapat dilakukan dengan
rekayasa teknologi dalam lingkungan yaitu fitoremediasi, bioremediasi dan
lain sebagainya.
4.2 Saran
Adapun saran dari penulisan ini ialah :
Agar mahasiswa terus mengkaji pengolahan limbah cair industri karet
dilapangan karena penelitian lebih lanjut dengan skala kultur yang lebih besar
secara bertahap sangat diperlukan.
29
DAFTAR PUSTAKA
1
)Aryani, Sunarto dan Tertri. 2004. Toksisitas Akut Limbah Cair Pabrik
Batik CV. Giyant Santoso Surakarta dan Efek Sublethalnya terhadap
Struktur Mikroanatomi Branchia dan Hepar Ikan Nila (Oreochromis
niloticus T.). Jurnal Bio Smart Vol.6 No.2. ISSN: 1412-033X
2
)Chasri Nurhayati dkk, 2013. Optimasi Pengolahan limbah cair karet Remah
menggunakan mikroalga Indigen dalam menurunkan kadar BOD,COD,
TSS. Universitas Sriwijaya, Palembang.
3
)Dix, H.M. 1981. Environmental Pollution. John Willey & Sons: New York
4
)DR.Harmita, dkk. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
5
)Dwi Yulianti dkk, 2005. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Karet PTPN IX
Kebun Batu Jamus Karanganyar Hasil Fitoremediasi dengan Azolla
microphylla Kaulf untuk Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa
Linn.). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
6
) Gapkindo, 1992. Rencana Pengendalian Limbah Crumb Ruber. Gapkindo.
Indonesia
7
)Habiburohman. 2013. Makalah Pengetahuan Lingkungan Pengolahan Limbah
Cair. http://abby1807.blogspot.com/2013/06/makalah-pengetahuan
lingkungan.html
8
)Husni, Hayatul. 2010. Uji Toksisitas akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap
Ikan Mas (Cyprinus Carpio Lin). Jurnal Jurusan Teknik Lingkungan.
Universitas Andalas.
9
)MacKay D, Paterson S and Schroeder W H (1986) Model describing the rates of
transfer processes of organic chemicals between atmosphere and water.
Environmental Science and Technology, 20(8), 810-816.
10
)Made Agus Gelgel Wirasuta, 2008, Analisis Toksikologi Dan Interpretasi
Temuan Analisis, Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences.
Jakarta.
30
11
)Masunaga, T., K. Sato, , dan T. Wakatsuki.Soil’s Environmental Purifying
Function - Polluted Water Treatment by Multi-Soil-Layering System.
(http://wwwwec.web.ntut.edu.tw/ezfiles/31/1031/img/155/169121271.pdf
12
)Prastiwi Nadia, 2010.Pengelolaan Limbah cair industri karet. Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarbaru
13
)Puspito, Andhikan. 2004. Ekotoksikologi. Universitas Gajah Mada: Yogjakarta.
14
)Puti Sri K dkk, 2012. Identifikasi Mikroba Anaerob Dominan Pada Pengolahan
Limbah Cair Pabrik Karet Dengan Sistem Multi Soil Layering (Msl).
Universitas Andalas.
15
)Saeni MS, 1989. Kimia lingkungan.Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. IPB.
Bogor.
16
)Salmariza, 2002. Minimalisasi Pencemaran Industri Crumb Rubber dengan
Metoda MSL (Multi Soil Layering). Padang, Sumatera Barat.
17
)Santika dan Aleart G, 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya
18
)Sarwoko dan Samudro, 2009. Ekotoksikologi Teknosfer. Guna Widya.
Surabaya.
19
)Setyamidjaja, Djoehana. 1982. Karet Budidaya dan Pengolahan. CV. Yusa
Guna: Jakarta
20
)Siringoringo, H.H, 2000. “Kemampuan Beberapa Jenis Tanaman Hutan Kota
Dalam Menjerap Partikulat Timbal”. Bul. Pen. Hutan.
21)
Sholihah Qomariyatus, 2015. Relationship between Knowledge, Environmental
Sanitation and Personal Hygiene with Scabies (Observational study in the
Diamond Miners Community of Cempaka District Banjarbaru South
Kalimantan).universitas Lambung mangkurat. Banjarbaru
31
22
) Suwardin D, 1989. Teknik pengendalian Limbah Pabrik Karet. Lateks 4
(2):25-32
23
)Wakatsuki, T., H. Esumi dan S. Omura, 1993. High performance and N &
Premovable on-site domestic wastewater treatment system by Multi Soil
Layering Method, Wat. Sci. Tech., 27, (1), 31-40
24
)Zannaria, Noneng Dewi. 2009. Karakteristik Kimia Paparan Partikulat
Terespirasi. Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol.
IX, No. 1, Februari 2009: (37-50) ISSN 1411 - 3481
32
SOAL DAN JAWABAN
34
INDEKS
A H
Amoniak, 21,22,25,28 Hirolisis. 8
Azollamicrophylla Kaulf. 25
I
B Increasing Importance. 3
Bioremediasi. 1,5,26
BOD. 1,4, 21, 23, 24, 25, 26 K
Krep. 1,13,21
C Koagulan. 1,14
COD. 1, 21, 24, 25, 26 Karotenoid. 1,15
D L
Dilusi. 1,13,21 Lateks. 1, 13, 14, 15, 21
Diuptake. 7 Lethal. 7
DO. 5 Lipid. 1,15
E M
Ekokinetika. 8 Meteorologik. 8
Evaporasi. 9 MSL. 26
F N
Fitoakumulator. 18 Nitrogen.23,25,28
Fitoremediasi1,5,26 Nutrien. 7
Fitotoksikologi.1,5
Fotochelator. 18 O
Fololisis,8 Oksidasi. 8
Fotosintetis.4
Fosfor. 25
Sublethal. 7
P Subtansi, 3, 18
Patogen. 4
Protein. 1,4,8,15 T
Phytoremediation. 17 Transformasi, 8
Presipitasi. 9 Toksik. 1,3,4,8,15,18,19,21,23,25,29
TSS. 21,22,23,26
R Turbiditas. 4
Reduksi. 8, 24,29
V
S Volatilisasi. 8
Sheet. 1,13,14,15
35