Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI

MANAJEMEN TERHADAP PEGENDALIAN KUALITAS


PRODUK DI PT.EMPAT SAUDARA MANADO

Siti Rahayu
1811070116

PERBANAS INSTITUTE BEKASI


2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Perkembangan sistem akuntansi manajemen saat ini sudah sangat pesat.
Manajer-manajer perusahaan memerlukan sistem akuntansi manajemen dalam
melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.
Sistem akuntansi manajemen yang terdapat dalam suatu perusahaan pada dasarnya
memiliki tiga tujuan utama yaitu: penyediaan informasi untuk penentuan harga pokok
barang/ jasa, penyediaan informasi untuk perencanaan, pengendalian, evaluasi dan
perbaikan berkesinambungan, serta memberikan informasi untuk pengambilan
keputusan. Manajemen memerlukan sistem evaluasi kinerja yang dapat membantu
dalam mengevaluasi prestasi kinerja perusahaan melalui kinerja manajer pada
berbagai tingkat pusat pertanggungjawaban (Endang Raino Wirjono, 2013).
Dalam pengendalian mutu (quality control) menjalankan serangkaian proses
dimana produk diperiksa dan dievaluasi untuk meminimalkan terjadinya produk cacat
atau rusak, setelah itu produk harus dibandingkan dengan kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis seperti teknologi informasi,
teknologi produksi dan struktur organisasi mengakibatkan organisasi terus
berkembang untuk mencapai tujuan organisasi di tengah persaingan bisnis yang
semakin kompetitif (Siti Alliyah, 2015).
Perusahaan mendesain sistem akuntansi manajemen dalam membantu
organisasi yang bersangkutan melalui para manejernya, yaitu dalam perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengambilan keputusan (Yuwinda
Lempas,2014) .Aktifitas para manajer membutuhkan dukungan informasi. Sistem
akuntansi manajemen merupakan sistem formal yang dirancang untuk menyediakan
informasi bagi manajer. Perencanaan sistem akuntansi manajemen yang merupakan
bagian dari sistem pengendalian organisasi perlu mendapat perhatian, hingga dapat
diterapkan akan memberikan kontribusi positif dalam mendukung keberhasilan sistem
pengendalian manajemen. Peningkatan kinerja manejerial diharapkan akan
meningkatkan kinerja perusahaan. Informasi sangat berguna bagi perusahaan dalam
kegiatan perencanaan, kontrol, dan pengambilan suatu perusahaan akan tergantung
pada faktor struktur organisasi perusahaaan.
Jika dihubungkan peranan akuntansi dengan manajemen“ dalam Pengambilan
Keputusan Manajerial” saja diharapkan tentu dapat membantu Manajer dalam
membuat keputusan-keputusan khusus manajemen. Para manajer adalah orang yang
ditunjuk pemilik perusahaan atau pemegang saham untuk menjalankan roda
perusahaan dengan baik dan benar. Akuntansi Manejemen adalah suatu bidang ilmu
akuntansi yang akan membantu para manajer dalam membuat skenario atau rekayasa
dalam mengambil keputusan taktis yang akan diambil manajemen. Umpamanya:
keputusan menerima atau menolak pesanan khusus, keputusan pembelian atau
pembuatan komponen produk, keputusan penyewaan atau pengunaan sebagian
kapasitas, keputusan meneruskan atau penghentian penjualan kelompok produk
tertentu dan keputusan untuk menutup usaha untuk sementara, apakah suatu lini
produk akan ditutup atau tidak, atau dalam pemilihan investasi apakah akan membeli
mesin baru atau memperbaiki mesin lama. Keberhasilan suatu organisasi bisnis diera
yang sarat dengan persaingan tergantung dari kesiapan suatu perusahaan dalam
mengahadapi tantangan dan ancaman yang timbul yaitu dengan mengetahui informasi
manajemen perusahaan (Octavia Ferona Ingkiriwang, 2013). Orang yang tidak
terencana berfikir pendek dan mencari yang serba instan dan mencari produk yang
bisa memberi keuntungan jangka pendek untuk menyelesaikan masalah yang ada di
depan mata saja (Vita Dhameria, 2014). Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan
masalah pokok yang telah di kemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui mengenai penerapan sistem akuntansi manajemen terhadap
pengendalian kualitas produk PT.Empat Saudara Manado.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Research GAP


Hasil Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


1. Setia Kurniyawan S, Pengaruh persepsi Hasil penelitian menunjukan
F., Irmadariyani, R., wajib pajak tentang bahwa presepsi wajib pajak
& Supatmoko, D. sanksi perpajakan dan tentang sanksi perpajakan
(2014) kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap
terhadap kepatuhan kepatuhan wajib pajak. Artinya
wajib pajak orang bahwa semakin baik presepsi
pribadi di kantor wajib pajak atas sanksi
pelayanan pajak perpajakan yang diberikan
pratama pamekasan. maka semakin tinggi pula
kepatuhan wajib pajak tersebut.
2. Larasati, L. D. (2013) Pengaruh persepsi Hasil penelitian menunjukan
tentang sanksi bahwa presepsi wajib pajak
perpajakan, kesadaran, tidak berpengaruh terhadap
dan karakteristik kepatuhan wajib pajak. Hal ini
personal wajib pajak berarti bahwa semakin berat
pada kepatuhan sanksi perpajakan yang
pelaporan wajib pajak diberikan, belum tentu dapat
orang pribadi (studi meningkatkan kepatuhan
kasus pada Kantor pelaporan wajib pajak.
Pelayanan Pajak
Pratama Boyolali).
3. Rara Susmita, P., & Pengaruh kualitas Hasil penelitian menyatakan
Supadmi, N.L. pelayanan, sanksi terkait kualitas pelayanan
(2016) perpajakan, biaya pajak, menunjukan bahwa
kepatuhan pajak, dan kualitas pelayanan perpajakan
penerapan Efiling pada berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak kepatuhan wajib pajak.

4 Zuhdi, F. A. (2015) Pengaruh penerapan Hasil penelitian menunjukan


E-Spt dan bahwa penerapan E-filing
pengetahuan berpengaruh terhadap
perpajakan terhadap peningkatan kepatuhan wajib
kepatuhan wajib pajak pajak, apalagi didukung
(Studi pada Pengusaha dengan penambahan wajib
Kena Pajak yang pajak yang sudah paham cara
terdaftar di Kpp mengunakan E-filing
Pratama Singosari)
5 Sari Nurhidayah, S Pengaruh penerapan Hasil penelitiannya yaitu
(2015) sistem E-Filling penyampaian SPT dapat
terhadap kepatuhan dilakukan secara cepat, aman,
wajib pajak dengan dan kapan saja (24x7), Murah,
pemahaman internet tidak dikenakan biaya pada
sebagai variabel saat pelaporan SPT,
pemoderasi Penghitungan dilakukan
secara tepat karena
menggunakan sistem
komputer, kemudahan dalam
mengisi SPT karena pengisian
SPT dalam bentuk wizard,
data yang disampaikan WP
selalu lengkap karena ada
validasi pengisian SPT, ramah
lingkungan dengan
mengurangi penggunaan
kertas, tidak merepotkan
dalam hal dokumen pelengkap
tidak perlu dikirim lagi
kecuali diminta oleh KPP
melalui Account
Representative (AR).

2.2. Grand Theory


a) Perpajakan
Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan
digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang
membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung,
karena pajak digunakasn untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan
pribadi. Pajak juga merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk
melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-
undang. Bermacam-macam definisi pajak dalam beberapa buku, akan
tetapi pada hakikatnya memiliki arti dan tujuan yang sama. Pengertian
pajak menurut Soemitro & Sugiharti mengatakan bahwa pajak
merupakan peralihan kekayaan dari rakyat kepada pemerintah yang tidak
ada imbalannya yang secara langsung dapat ditunjuk. Lebih lanjut,
Soemitro berpendapat bahwa persetujuan rakyat terlebih dulu dilakukan
melalui Dewan Perwakilan Rakyat RI (DPR) dimana para anggota dewan
dipilih langsung oleh rakyat. Dengan demikian, apabila DPR telah
mengesahkan Undang-Undang Republik Indonesia tentang suatu pajak,
dapat dikatakan bahwa rakyat telah menyetujui pungutan pajak yang
disahkan oleh DPR Bersama Presiden. Pungutan tersebut selanjutnya
dituangkan ke dalam sebuah undang-undang pajak yang ditempatkan ke
dalam lembaran berita negara
b) Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak adalah faktor penting dalam merealisasikan target
penerimaan pajak. Semakin tinggi kepatuhan wajib pajak, maka penerimaan
pajak akan semakin meningkat, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu
menumbuhkan kepatuhan wajib pajak sudah seharusnya menjadi agenda
utama Direktorat Jenderal Pajak (DJP), selain memacu kinerja pegawai agar
memiliki kemampuan, dedikasi, wawasan, dan tanggung jawab sebagai
penyelenggara negara di bidang perpajakan. Menurut Nurmantu (2009)
terdapat dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan
materiil. Kepatuhan formal merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi kewajiban perpajakan dengan menitikberatkan pada nama dan
bentuk kewajiban saja, tanpa memperhatikan hakikat kewajiban itu sedangkan
kepatuhan materiil adalah suatu keadaan dimana wajib pajak selain memenuhi
kewajiban yang berhubungan dengan nama dan bentuk kewajiban perpajakan,
juga harus memenuhi hakikat kewajiban perpajakannya.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam website resminya pajak.go.id
mengatakan bahwa “Kepatuhan wajib pajak adalah faktor penting dalam
merealisasikan target penerimaan pajak”. Ketika jumlah kepatuhan Wajib
Pajak (WP) semakin tinggi, maka jumlah penerimaan pajak pun juga
meningkat, begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu, sudah menjadi keharusan
bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk menumbuhkan sifat kepatuhan pajak
yang akan dijadikan sebagai agenda utama Direktorat Jenderal Pajak untuk
memacu kinerja pegawai agar memiliki kemampuan, wawasan, dedikasi dan
tanggungjawab sebagai penyelenggara negara di bidang perpajakan.Wajib
Pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai Wajib Pajak
Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin
mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
 Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu lima
tahun terakhir.
 Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.
 Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan.
c) Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Konsep modernisasi pajak adalah pelayanan dan pengawasan intensif dengan
pelaksanaan good governance. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Selain itu dapat juga meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap administrasi perpajakan, serta produktivitas pegawai
pajak yang tinggi. Hal yang mendasari dalam modernisasi pajak adalah
terjadinya perubahan paradigma perpajakan. Dari yang semula berbasis jenis
pajak menjadi berbasis fungsi. Yang mana basis fungsi lebih mengedepankan
aspek pelayanan kepada masyarakat. Kemudian didukung oleh fungsi
pengawasan, pemeriksaan, maupun penagihan pajak.
d) E-filing
E-filing merupakan suatu penerapan dari modernisasi sistem administrasi
perpajakan yang memanfaatkan teknologi internet sebagai media
perantaranya. Efiling adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan
(SPT) secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui
internet pada website Direktorat Jenderal Pajak (http://www.pajak.go.id) atau
Penyedia Layanan SPT Elektronik atau Application Service Provider (ASP).
Bagi wajib pajak yang hendak menyampaikan laporan SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi dengan menggunakan Formulir 1770S dan 1770SS dapat
mengisi dan menyampaikan laporan SPT nya secara langsung pada aplikasi E-
filing di DJP Online.
e) Kualitas Pelayanan Perpajakan
Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Kualitas meliputi usaha dalam hal memenuhi harapan pelanggan. Kualitas
pelayanan pajak merupakan fokus utama pada intansi pemerintahan yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan dan bukan berorientasi pada
keuntungan. Dalam hal ini kepuasan pelanggan pengguna jasa adalah wajib
pajak.
f) Sanksi Perpajakan
Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan dilakukan untuk menciptakan
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Dengan kata lain, sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan agar wajib
pajak tidak melanggar norma. Dengan demikian, penting bagi wajib pajak
untuk memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi
hukum dari apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan. Dalam ketentuan
perpajakan, dikenal dua macam sanksi pajak sanksi administrasi dan sanksi
pidana. Dalam sanksi administrasi dapat berupa denda, bunga dengan
menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar, dan kenaikan jumlah yang
berlipat ganda. Sedangkan sanksi pidana diterapkan untuk upaya terakhir bagi
wajib pajak apabila masih melakukan pelanggaran dalam pelaporan pajaknya.
g) Theory of Planned Behavior (TPB)
Teori ini dikembangkan dari Theory of Reasoned Action (TRA), yang
dicetuskan oleh Martin Fishbein dan Icek Ajzen pada tahun 1975. Theory of
Planned Behavior menyatakan bahwa selain sikap terhadap tingkah laku dan
norma-norma subjektif, individu juga mempertimbangkan kontrol tingkah laku
yang dipersepsikannya melalui kemampuan mereka untuk melakukan tindakan
tersebut. Dalam teori ini, perilaku yang dilakukan oleh individu timbul karena
adanya niat yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan tersebut.
Munculnya niat dalam berperilaku ditentukan oleh tiga faktor penentu, yaitu
normatif beliefs, behavioral beliefs, dan control beliefs. Niat individu untuk
berperilaku dalam menghindari pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor
tersebut. Kondisi dimana munculnya niat seseorang untuk berperilaku
terhadap ketentuan pajak muncul setelah melalui tiga faktor diatas, yang
kemudian menjadikan individu akan mulai berperilaku.
h) Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang
dibuat untuk menganalisis dan memahami faktor‐faktor yang mempengaruhi
diterimanya penggunaan teknologi komputer. TAM merupakan hasil
pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Menurut Davis (1986)
perilaku menggunakan teknologi informasi diawali oleh adanya persepsi
mengenai manfaat dan persepsi mengenai kemudahan menggunakan teknologi
informasi. Davis mengartikan persepsi mengenai kegunaan ini berdasarkan
definisi dari kata useful yaitu dapat digunakan untuk tujuan yang
menguntungkan serta manfaat yang dapat diperolehnya apabila menggunakan
teknologi informasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data
yang akan digunakan untuk keperluan penelitian, metodologi juga merupakan analisis
teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian juga merupakan suatu
penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga
merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah
tertentu yang memerlukan jawaban. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh
pengetahuan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan atau dapat
memecahkan suatu permasalahan yang terdapat dalam batasan masalah. Penelitian
dan ilmu merupakan operasionalisasi dari metode yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah. Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif dengan
pengukuran data primer. Metode kuantitatif dilakukan dari hasil penyebaran kuisioner
untuk wajib pajak yang mengunakan pelaporan pajak melalui online

3.1. Hipotesis Penelitian


E-filing merupakan suatu penerapan dari modernisasi sistem administrasi
perpajakan yang memanfaatkan teknologi internet sebagai media perantaranya.
Efiling adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik
yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website Direktorat
Jenderal Pajak. Penerapan E-filing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam melaporkan surat pemberitahuan. Kesimpulan tersebut berdasarkan hubungan
bahwa apabila wajib pajak menerapkan E-filing maka dapat memberikan kemudahan
yang besar dalam melaporkan SPT nya dan dapat meningkatkan kepatuhan wajib
pajak dan akan meminimalisir adanya sanksi bagi wajib pajak.

Kualitas pelayanan pajak merupakan fokus utama pada intansi pemerintahan


yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Dalam hal ini kepuasan pelanggan
pengguna jasa adalah wajib pajak itu sendiri. Kualitas pelayanan perpajakan yang
diberikan oleh penyedia layanan kepada wajib pajak semakin baik di dalam melayani
wajib pajak, maka hal tersebut dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dimana
wajib pajak akan merasa bahwa mereka diperlakukan secara baik yang nantinya akan
berdampak memberikan kepuasan tersendiri kepada wajib pajak. (Rara Susmita, P., &
Supadmi, N.L, 2016).

Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan dilakukan untuk menciptakan


kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dengan kata
lain, sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak
melanggar norma. Dengan demikian, penting bagi wajib pajak untuk memahami
sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang
dilakukan ataupun tidak dilakukan. Dalam ketentuan perpajakan, dikenal dua macam
sanksi pajak: sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi perpajakan yang
diterapkan secara tegas oleh pemerintah akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak,
hal ini dikarenakan wajib pajak akan semakin sadar dengan adanya hukum perpajakan
dan konsekuensi yang akan diterima apabila wajib pajak tersebut melanggar dan tidak
mematuhi ketentuan yang berlaku berupa sanksi pidana dan kerugian secara materil.
(Nugroho, 2006)

Hipotesis 1 : Penerapan E-filing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam


melaporkan surat pemberitahuan. Kualitas pelayanan perpajakan merupakan
perbandingan antara harapan dengan penilaian wajib pajak terhadap kinerja aktual
dari suatu penyedia layanan.

Hipotesis 2 : Kualitas pelayanan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib


pajak dalam melaporkan surat pemberitahuan.

Hipotesis 3 : presepsi wajib pajak atas sanksi perpajakan berpengaruh terhadap


kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan surat pemberitahuan.

3.2. Model Penelitian


Kerangka Pemikiran dari Hasil Hipotesis

Penerapan E-filing
bagi Wajib Pajak
H1
Kepatuhan Wajib Pajak
dalam Menaati
Kualitas Pelayanan
Kewajiban
Administrasi H2
Perpajakannya
Perpajakan

H3
Presepsi Wajib
Pajak atas Sanksi
Perpajakan

Keterangan :

X1 = Penerapan E-filing bagi Wajib Pajak

X2 = Kualitas Pelayanan Administrasi Perpajakan

X3 = Presepsi Wajib Pajak atas Sanksi Perpajakan

Y = Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menaati Kewajiban Perpajakannya

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel


Penerapan Sistem E-filing (X1) memiliki pengaruh terhadap Kepatuhan Wajib pajak
(Y). Dengan demikian hal ini dapat disimpulkan bahwa apabila (X1) sudah dijalankan
dengan baik maka untuk (X2) pun akan berjalan dengan baik, artinya kualitas
perpajakan akan meningkat, dan untuk (X3) akan mengalami penurunan dalam hal
sanksi perpajakan yang berlaku. Jadi ketiga hal tersebut saling berkaitan satu sama
lain, dan akan mempengaruhi (Y) sebagai kepatuhan wajib pajak yang akan menaati
kewajiban perpajakannya. Sanksi yang tegas diperlukan karena apabila wajib pajak
menjalanin sanksi pidana akan merugikan dirinya karena sudah berkaitan dengan
hukum negara yang diatur oleh undang-undang perpajakan.

3.3. Variabel Penelitian


Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel
dependen yaitu kepatuhan wajib pajak dan variabel independen yang terdiri dari
penerapan E-filing, kualitas pelayanan perpajakan, dan presepsi wajib pajak atas
sanksi perpajakan. Ketiga hal ini saling berkaitan dalam administrasi perpajakan yang
harus ditaati oleh wajib pajak, karena dengan adanya E-filiing diharapkan wajib pajak
menjadi patuh, DJP juga menjadi lembaga profesional yang mampu memberikan
kemudahan dalam pelayanan pelaporan pajak berbasis teknologi internet jadi wajib
pajak tidak perlu datang ke kantor pajak. Dalam hal ini, maka sanksi perpajakan pun
bisa diminimalisir bahkan tidak berlaku lagi dalam administrasi perpajakan.

Indikator pengukuran variabel kepatuhan wajib pajak diadopsi dari penelitian


yang dilakukan oleh Kartika (2016) hasil pengembangann dari Chaizi Nasucha dalam
Bryan Wahyu Rahmanto ( 2015) yaitu :

a. Kepatuhan wajib pajak dalam hal mendaftarkan diri sebagai wajib pajak yang
memiliki NPWP.
b. Kepatuhan untuk menyetorkan SPT yang berupa ketepatan waktu dalam
membayar pajak, mengetahui batas akhir pelaporan pajak, dan fasilitas yang
dapat mempermudah untuk melaporkan SPT.
c. Kepatuhan dalam menghitung, memperhitungkan dan membayar pajak terutang
dengan benar.
d. Kepatuhan dalam pelaporan dan membayar tunggakan yang berupa sanksi
administrasi perpajakan.

3.4. Operasionalisasi Variabel


Wajib pajak dapat dikatakan sebagai wajib pajak yang patuh apabila wajib pajak
tersebut patuh terhadap ketentuan-ketentuan perpajakan yang telah ditetapkan, serta
wajib pajak paham atau berusaha memahami ketentuan perundang-undangan
perpajakan. Indikator pengukuran variabel kepatuhan wajib pajak yaitu kepatuhan
wajib pajak dalam hal mendaftarkan diri sebagai wajib pajak yang memiliki NPWP,
kepatuhan untuk menyetorkan SPT yang berupa ketepatan waktu dalam hal
membayar pajak, mengetahui batas akhir pelaporan pajak, dan fasilitas yang dapat
mempermudah untuk melaporkan SPT, kepatuhan wajib pajak dalam menghitung,
memperhitungkan dan membayar pajak terutang dengan benar, dan kepatuhan dalam
pelaporan dan membayar tunggakan yang berupa sanksi administrasi perpajakan.

3.5. Populasi dan Sampel


Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
incidental sampling. Sampling incidental merupakan teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2011:85).

Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak
badan yang yang terdaftar di wilayah DJP Jatim I dan II. Sampel dari penelitian ini
menggunakan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan yang terdaftar di
KPP Pratama Sukomanunggal Surabaya, KPP Pratama Rungkut Surabaya, KPP
Pratama Gubeng Surabaya, KPP Pratama Sidoarjo Barat, KPP Pratama Mojokerto

3.6. Jenis Penelitian


Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif dengan pengukuran data primer.
Metode kuantitatif dilakukan dari hasil penyebaran kuisioner untuk wajib pajak yang
mengunakan pelaporan pajak melalui online. Sumber data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah sumber data primer. Yang mana sumber data primer
diperoleh secara langsung dengan menyebarkan kuisioner berupa pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan kepada responden dan diisi langsung oleh wajib pajak
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut. Dalam penelitian ini kuesioner
berisi sejumlah pernyataan yang harus dijawab oleh responden terkait pengaruh
penerapan E-filling, kualitas pelayanan perpajakan dan presepsi wajib pajak atas
sanksi perpajakan. Selain itu data juga didapatkan melalui buku dan jurnal yang
berkaitan dengan judul dari penelitian ini.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian saat ini yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan yang
diterapkan secara tegas oleh pemerintah akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak,
hal ini dikarenakan wajib pajak akan semakin sadar dengan adanya hukum perpajakan
dan konsekuensi yang akan diterima apabila wajib pajak tersebut melanggar dan tidak
mematuhi ketentuan yang berlaku berupa sanksi pidana dan kerugian secara materil.
Dengan demikian, apabila semakin banyak wajib pajak mempunyai pengalaman akan
sanksi yang diberikan ketika melanggar aturan dan ketentuan, maka hal tersebut
secara otomatis akan memberikan kesadaran bagi wajib pajak untuk meningkatkan
kepatuhannya terhadap ketentuan perpajakan. Dan bahwa variabel presepsi wajib
pajak atas sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Wajib pajak sangat dimudahkan dengan adanya penerapan sistem E-filing serta
manfaat dalam menunjang pelaporan perpajakan. Hal tersebut menunjukan bahwa
wajib pajak merasakan manfaat bahwa dengan diterapkannya sistem E-filing, maka
wajib pajak dapat melaporkan SPT kapanpun dan dimanapun asal terhubung dengan
internet. Sedangkan ada hal yang menunjukan bahwa tidak semua wajib pajak dapat
mempelajari sistem E-filing dengan mudah dikarenakan kurangnya pemahaman dan
sosialisasi dari bagian terkait. Selain itu apabila dilihat dari karekteristik wajib pajak
berdasarkan pengetahuan perpajakan dan berdasarkan jenis atau status wajib pajak
dalam pengisian SPT, mayoritas wajib pajak yang diteliti adalah wajib pajak orang
pribadi atau pegawai serta wajib pajak yang memiliki pengetahuan perpajakan dari
sosialisasi sehingga memungkinkan bagi wajib pajak untuk lebih mengerti terkait
dengan penerapan E-filing yang memberikan dampak kemudahan dalam menunjang
kewajiban perpajakannya.

Kualitas pelayanan perpajakan merupakan perbandingan antara harapan


dengan penilaian wajib pajak terhadap kinerja aktual dari suatu penyedia layanan.
Kualitas pelayanan pajak merupakan fokus utama pada intansi pemerintahan yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan. Dalam hal ini kepuasan pelanggan pengguna
jasa adalah wajib pajak itu sendiri. Direktorat Jendral Pajak senantiasa memberikan
pelayanan yang terbaik bagi wajib pajak nya, serta DJP selalu berupaya meningkatkan
kinerja dalam hal kualitas pelayanan perpajakan nya. Adanya kualitas pelayanan yang
baik diharapkan dapat memberikan kenyamanan, keamanan, dan kepastian bagi wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kualitas pelayanan pajak dapat
diukur melalui 5 dimensi yaitu Keandalan (reability) , ketanggapan (responsiveness),
jaminan (assurance), empati (empathy), bukti langsung (tangible). Penyedia layanan
dalam kaitannya Kantor Pelayanan Pajak senantiasa memberikan pelayanan yang
sebaik mungkin kepada wajib pajak, selalu berusaha melakukan perbaikan guna
memberikan kemudahan keamanan dan kenyamanan bagi wajib pajak sehingga
diharapkan dengan adanya peningkatan layanan yang sebaik mungkin dapat
memberikan dampak peningkatan kepatuhan wajib pajak dalam hal kewajiban
perpajakannya.

Presepsi wajib pajak atas sanksi perpajakan merupakan suatu tindakan


memberikan gambaran atau pemahaman wajib pajak atas sanksi perpajakan. Dengan
adanya fasilitas kemudahan serta dengan kualitas pelayanan perpajakan yang telah
diberikan, tidak menutup kemungkinan bagi wajib pajak untuk berperilaku tidak
patuh. Sehingga pemerintah telah menetapkan sanksi perpajakan yang dapat berupa
sanksi administratif dan sanksi pidana bagi wajib pajak yang tidak mematuhi
ketentuan perpajakan yang berlaku. Wajib pajak akan senantiasa mematuhi kewajiban
perpajakan nya apabila memandang suatu sanksi yang diberikan adalah sangat
merugikan bagi dirinya

4.1. Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu terkait dengan terbatasnya
sumber informasi dan penelitian terdahulu terhadap beberapa penjelasan yang
berkaitan dengan pengunaan E-filing dan cara mensosialisasikannya kepada wajib
pajak, kualitas pelayanan administrasi perpajakan dan sanksi yang diberikan kepada
wajib pajak yang melanggar sudah diterapkan atau tidak, dan dalam hal pengawasan
agar sanksi tersebut tidak terulang kembali.
4.2. Kesimpulan
Kesimpulannya yaitu untuk memberikan saran bagi pihak-pihak yang terkait
agar bermanfaat untuk bidang penelitian maupun kemajuan dalam bidang perpajakan
yaitu bagi DJP terkait dengan program E-filing diharapkan untuk mewajibkan
penyampaian SPT menggunakan fasilitas E-filing kepada seluruh wajib pajak baik
wajib pajak badan, wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak lainnya.sehingga
fasilitas E-filing dapat dimanfaatkan secara optimal. Dan adanya pengawasan yang
baik dalam administrasi perpajakan agar dapat meminimalisir sanksi perpajakan.
Harus selalu melakukan sosialisasi kepada wajib pajak agar dapat mudah dipahami
dalam mengunakan E-filing yang berbasis internet. Untuk wajib pajak harus
mempunyai jiwa tanggung jawab dalam kewajiban perpajakannya bisa
melaporkannya sendiri dengan data yang valid dan dapat dipercaya tanpa adanya
rekayasa data.

DAFTAR PUSTAKA

 Setia Kurniyawan S, F., Irmadariyani, R., & Supatmoko, D. (2014). “Pengaruh


Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama pamekasan
 Sari Nurhidayah, S. (2015). “Pengaruh Penerapan Sistem E-Filling terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak dengan Pemahaman Internet sebagai Variabel
Pemoderasi”. Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomi.
 Larasati, L. D. (2013). “Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan,
Kesadaran, Dan Karakteristik Personal Wajib Pajak Pada Kepatuhan
Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Boyolali)”. Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
 Rara Susmita, P., & Supadmi, N. L. (2016). “Pengaruh Kualitas Pelayanan,
Sanksi Perpajakan, Biaya Kepatuhan Pajak, Dan Penerapan Efiling Pada
Kepatuhan Wajib Pajak”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(2),
1239-1269.
 Zuhdi, F. A. (2015). “Pengaruh Penerapan E-Spt Dan Pengetahuan Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Pengusaha Kena Pajak Yang
Terdaftar Di Kpp Pratama Singosari)”. Jurnal Mahasiswa Perpajakan, 7(1)
 Sugiyono, (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
 Nugroho, D. A. D. (2014). “Pengaruh Layanan Drop Box Dan E-filing
Terhadap Tingkat Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Pajak Penghasilan”. Jurnal Mahasiswa Perpajakan, 1(1).
 Bryan Wahyu Rahmanto. (2015). “Pengaruh Pemahaman Peraturan Pajak,
Sanksi Denda Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta Pada Tahun
2014”. Skripsi. Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi Universitas Negri
Yogyakarta.
 Kartika, C. K. (2016). “Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Pemahaman
Peraturan Perpajakan Serta Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Tahun 2014 (Studi Kasus pada
Wajib Pajak yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan Wonosobo)”. Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai