Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

F.6 Upaya Pengobatan Dasar

Disusun oleh :

dr. Sushanti Nuraini

Pendamping :

dr. M. Wahib Hasyim

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE MARET - JULI 2020

UPTD PUSKESMAS GABUS I

KABUPATEN PATI

JAWA TENGAH

2020
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

F.6 Upaya Pengobatan Dasar

“Pendekatan Klinis Kasus Dermatitis Kontak Iritan pada Ny.S di


Wilayah Kerja Puskesmas Gabus I Pati”

Disusun oleh :

dr. Sushanti Nuraini

Pendamping :

dr. M. Wahib Hasyim

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE MARET – JULI 2020

UPTD PUSKESMAS GABUS I

KABUPATEN PATI

JAWA TENGAH

2020
HALAMAN PENGESAHAN
F.6 Upaya Pengobatan Dasar

“Pendekatan Klinis Kasus Dermatitis Kontak Iritan pada Ny.S di Wilayah


Kerja Puskesmas Gabus I Pati”

Kecamatan Gabus Kabupaten Pati


Jawa Tengah

Pati, 16 Juni 2020

Pembimbing Dokter Internsip

dr. M. Wahib Hasyim dr. Sushanti Nuraini

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii


DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PERMASALAHAN DAN KASUS............................................................ 1
1.1. Identitas.............................................................................................. 1
1.2. Anamnesis.......................................................................................... 1
1.3. Pemeriksaan Fisik............................................................................... 2
1.4. Resume............................................................................................... 3
1.5. Diagnosis............................................................................................ 3
1.6. Tatalaksana......................................................................................... 3
1.7. Prognosis............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
2.1. Definisi Dermatitis Kontak Iritan....................................................... 4
2.2. Epidemiologi...................................................................................... 4
2.3. Etiologi............................................................................................... 5
2.4. Patogenesis......................................................................................... 6
2.5. Patofisiologi....................................................................................... 6
2.6. Faktor predisposisi dan risiko............................................................ 7
2.7. Tipe dan Gejala klinis........................................................................ 7
2.8. Diagnosis............................................................................................ 9
2.9. Diagnosis Banding............................................................................. 10
2.10 Penatalaksanaan................................................................................. 11
2.11 Komplikasi......................................................................................... 12
2.12 Prognosis............................................................................................ 12
BAB III PENUTUP............................................................................................ 13
4.1. Kesimpulan...................................................................................... 13
4.2.Saran.................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14
LAMPIRAN....................................................................................................... 15
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO................................ 16

iv
BAB I
PERMASALAHAN DAN KASUS

1.1. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Gabus
Tanggal Pemeriksaan : 9 Juni 2020
No. CM : 08.2386
1.2. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh melalui anamnesis pada pasien secara langsung.
1.2.1. Keluhan Utama
Gatal dan perih pada kedua jari tangan
1.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas mengeluh gatal dan perih pada kedua jari
tangan sejak 1 minggu yang lalu. Keseharian pasien adalah seorang asisten rumah
tangga. Keluhan pertama yang timbul adalah bintik-bintik kemerahan yang terasa
gatal, kemudian digaruk oleh pasien. Pasien mengatakan bahwa setiap hari pasien
mencuci baju, mencuci piring hingga mengepel. Awalnya dirasakan sedikit gatal
pada ujung-ujung jari kedua tangan diikuti munculnya perubahan warna kulit
menjadi kemerahan, kemudian sering digaruk. Saat ini di beberapa ujung jari
sampai menimbulkan luka yang terasa perih. Gatal muncul hampir setiap saat,
baik pagi maupun malam hari dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Riwayat
demam disangkal oleh pasien. Pasien memiliki riwayat kebiasaan menjaga
kebersihan yang cukup.
           1.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah memiliki riwayat keluhan serupa sejak kurang lebih 6 bulan
yang lalu dan biasanya membaik setelah diberi obat.
1.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat diabetes mellitus : Disangkal

1
1.2.5. Riwayat Ekonomi
Pasien merupakan seorang asisten rumah tangga dengan penghasilan yang
cukup, di atas 1,5 juta per bulan. Pasien berobat ke Puskesmas menggunakan
fasilitas BPJS Kesehatan.
1.2.6. Riwayat Kebiasaan dan Kebersihan Diri
Pasien mandi 1-2 kali sehari dengan sabun dan air bersih dari sumur,
dengan kebiasaan mengganti baju setelah mandi. Pasien sikat gigi setiap saat
mandi. Pasien menggunakan handuk pribadi setiap saat mandi.
1.3. PEMERIKSAAN FISIK
1.3.1. Keadaan Umum : Baik, Rawat diri cukup
1.3.2. Kesadaran : Compos Mentis
1.3.3. Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 36,5oC
1.3.4. Antropometri
Berat Badan : 54 Kg
Tinggi Badan : 156 cm
Status Gizi : Normoweight
1.3.5. Status Generalis
 Kepala : Normocephal, rambut tidak mudah dicabut
 Mata : CA (-/-), SI (-/-), edema palpebra (-/-), reflek cahaya
(+/+), isokor (+/+), mata cowong (-/-)
 Hidung : Sekret (-), epitaksis (-), nafas cuping hidung (-)
 Telinga : Hiperemis (-), Sekret (-)
 Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah (+), sianosis (-),
perdarahan gusi (-), faring hiperemis (-), Tonsil (T2/T2) hiperemis(-)
 Leher : Pembesaran kel. getah bening (-), massa abnormal (-),
peningkatan JVP (-)
 Thoraks : Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-), massa (-),
Pekak (+) semua lapang thoraks
o Pulmo : SDV (+, semua lapang paru), Ronkhi (-), Wheezing (-)
o Cor : S1 S2 Tunggal reguler, murmur (-), suara tambahan(-)

2
 Abdomen : Flat, Bising usus (+) dalam batas normal (12x/menit),
Timpani (+) seluruh lapang abdomen, Nyeri tekan (-), Hepar tidak teraba
 Ekstremitas :
o Ekstremitas atas
 Kanan : Hiperemis (+), sianosis (-), akral hangat (+)
tampak adanya UKK berupa makula eritem batas tidak
tegas dengan fisura dan skuama
 Kiri : Hiperemis (-), sianosis (-), akral hangat (+)
o Ekstremitas bawah
 Kanan : Hiperemis (+), sianosis (-), akral hangat (+),
 Kiri : Hiperemis (-), sianosis (-), akral hangat (+)
1.3.6. Status Lokalis
Pada regio manus dekstra et sinistra, tampak adanya UKK berupa makula
eritem batas tidak tegas dengan fisura dan skuama.
1.4. RESUME
Ny.S usia 43 Tahun datang ke BP Puskesmas Gabus I dengan keluhan
gatal dan perih pada kedua jari tangan. Riwayat Demam disangkal. Pasien
memiliki riwayat kebersihan yang cukup. Riwayat penyakit dahulu diakui
memiliki keluhan yang sama dan membaik setelah diberi obat. Riwayat alergi
disangkal.
1.5. DIAGNOSIS
Dermatitis Kontak Iritan ec Detergen
1.6. TATALAKSANA
1.6.1. Topikal
o Betametason zalp 3x1 sue
1.6.2. Sistemik
o Dexamethason 3x1 (4 hari)
o CTM 3x1 (4 hari)
o Paracetamol 3x1 pc prn

1.6.3. Planning Edukasi


o Menjaga kebersihan badan
o Jangan menggaruk atau memanipulasi lesi
o Menghindari kontak dengan bahan iritan dengan cara menggunakan alat
pelindung diri apabila bekerja dengan bahan
1.7. Prognosis
o Ad Vitam : Bonam
o Ad Sanam : Bonam

3
o Ad Fungsionam : Bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
“DERMATITIS KONTAK IRITAN”

2.1 Definisi

Dermatitis kontak iritan adalah jenis dermatitis yang berupa efek sitotosik
lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan
pada dermis. Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu
atopik menderita gejala yang lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah
bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa proses
sensitisasi2,3.

Dermatitis kontak iritan dapat dibagi menjadi dua, yaitu oleh karena iritan
absolut dan relatif. DKI oleh karena iritan absolut biasanya timbul seketika setelah
berkontak dengan iritan, dan semua orang akan terkena. Sedangkan dermatitis
kontak karena iritan relatif dapat timbul sesudah pemakaian bahan yang lama dan
berulang, dan seringkali baru timbul bila ada faktor fisik berupa abrasi, trauma
kecil dan maserasi, oleh karena itu sering disebut traumatic dermatitis. Kelainan
yang timbul biasanya berupa hiperpigmentasi, hiperkeratosis, likenifikasi, fisura,
dan kadang-kadang eritema dan vesikel4.

2.2 Epidemiologi

Pada studi epidemiologi penyakit kulit pada pekerja di Singapura


memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3
% diantaranya adalah DKI dan 33,7% adalah DKA. Sebagai penyakit yang sering
dihubungkan dengan kerja dengan kecenderungan pajanan terhadap bahan-bahan
iritan berulang, maka dermatitis kontak iritan sering insidennya pada profesi
cleaning service, hospital care, tukang masak, dan pegawai salon. Insiden di
Jerman 4,5 pasien per 10.000 tukang masak. Pegawai salon mempunyai insiden

4
dermatitis kontak iritan tertinggi yaitu 46,9 kasus per 10.000 perkerja per tahun
nya1,5.

            Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada wanita dibanding pria.
Pada wanita faktor lingkungan lebih berperan dibanding faktor genetik yang lebih
berperan pada pria. Kejadian dermatitis kontak iritan lebih sering pada umur > 50
tahun karena keadaan kulit yang lebih kering dan tipis1.

2.3 Etiologi

Bahan-bahan iritan yang dapat digolongkan sebagai penyebab DKI antara


lain bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan
abrasif, enzim, minyak, larutan garam konsentrat, plastik berat molekul rendah,
dan bahan kimia higroskopik. Kelainan kulit yang muncul bergantung pada
beberapa faktor, meliputi faktor dari iritan itu sendiri, faktor lingkungan dan
faktor individu penderita1,4,2.

Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada setiap


orang jika terpapar pada kulit dalam konsentrasi yang cukup, pada waktu yang
sufisien dengan frekuensi yang sufisien. Masing-masing individu memiliki
predisposisi yang berbeda terhadap berbagai iritan. Fungsi pertahanan dari kulit
akan rusak, baik dengan peningkatan hidrasi dari stratum korneum (oklusi, suhu
dan kelembaban tinggi, bilasan air yang sering dan lama) dan penurunan hidrasi
(suhu dan kelembaban rendah). Riwayat atopik, personal hygiene, dan luas dari
paparan menentukan kerentanan seorang individu untuk terkena DKI. Efek dari
iritan merupakan concentration-dependent dan biasanya mengenai tempat primer
kontak4.

5
2.4 Patogenesis

DKI merupakan dermatitis dengan mekanisme non alergi. Patogenesis DKI dapat
dijelaskan sebagai berikut :

Penetrasi bahan iritan  kerusakan membran lipid keratinosit  dalam beberapa


menit-jam  difusi bahan iritan melalui membrane akan merusak lisosom,
mitokondria, dan komponen inti sel  pengaktifan fosfolipase  menghasilkan
asam arakidonik  asam arakidonik membebaskan prostaglandin dan leukotrin
 pembuluh darah dan transudasi faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem
kinin3,6.

Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya


mediator- mediator. Perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik
yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi3.

Semua bahan iritan menunjukkan pola yang sama dalam hal infiltrasi seluler di
dalam lapisan dermis. Densitas infiltrasi sel sebanding dengan intensitas
inflamasinya1.

2.5 Patofisiologi

Ada 3 bentuk perubahan patofisiologi, yaitu kerusakan barrier kulit,


kerusakan seluler epidermis, dan pengeluaran sitokin. Dengan keluarnya sitokin
pro inflamasi dari sel-sel kulit, terutama keratinosit, menyebabkan inflamasi
sebagai respon terhadap pajanan bahan-bahan iritan1,7.

Banyak bahan kimia dengan konsentrasi dan waktu pajanan tertentu yang
dapat bertindak mengiritasi kulit. Kebanyakan penyakit ini menurut data
epidemiologi disebabkan oleh pajanan zat-zat iritan dalam konsentrasi rendah
namun berulang, yang diistilahkan sebagai dermatitis kontak iritan kumulatif.
Bahan pelarut adalah salah satu substansi yang menyebabkan iritasi karena
substansi ini menghilangkan kandungan lemak dan minyak dari kulit, padahal

6
lapisan lemak ini adalah barrier kulit dari trauma sekaligus menjaga kelembapan
kulit, hal ini mengakibatkan peningkatan penguapan air secara transepidermal dan
meningkatkan ambang sensitivitas kulit terhadap pajanan bahan toksik, bahkan
substansi yang sebelumnya dapat ditoleransi dengan baik1.

2.6 Faktor predisposisi dan risiko

Faktor predisposisi yang penting yaitu umur, ras, jenis kelamin, riwayat
atopik sebelumnya, daerah kulit yang terekspos dan aktivitas sebasea. Perubahan
kulit karena usia dapat merubah respon kulit terhadap zat iritan. Pada anak dan
lanjut usia sering terkena DKI karena mereka memiliki sedikit jaringan epidermis
yang sehat5. Beberapa faktor yang berpengaruh dan dapat diidentifikasi pada DKI
antara lain :

 Kecenderungan terpajan dengan bahan iritan dalam jangka waktu dan


intensitas tertentu
 Riwayat atopik
 Polimorfisme pada gen fillagrin (FLG)

Dengan adanya riwayat iritasi kulit terhadap substansi tertentu, hal ini
menjadi faktor predisposisi terjadinya sensitisasi terhadap bahan-bahan topikal
lainnya. Eksaserbasi DKI dapat menyebabkan perkembangan menjadi DKA1.

Tingkat keparahan dermatitis ini sangat bervariasi dan tergantung pada


banyak faktor, termasuk diantaranya8:

 Jumlah dan intensitas iritan


 Durasi dan frekuensi pajanan
 Kerentanan kulit
 Lingkungan (misalnya suhu tinggi atau rendah atau kelembaban)

2.7 Tipe dan gejala klinis

7
Dua bentuk DKI didasarkan pada penyebabnya, yaitu DKI oleh karena
fisik dan DKI oleh karena bahan kimia. DKI oleh karena fisik contohnya friksi,
prolong rubbing, dan pakaian yang kasar. DKI oleh karena bahan kimia
contohnya alkohol, latex, kerosene, dan alkali9.

Beberapa penggolongan DKI berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor


individu serta lingkungan antara lain10:

 DKI akut
o Iritan kuat seperti asam sulfat dan HCl menghasilkan reaksi yang cepat
begitu kontak terjadi. Kulit terasa pedih, panas, lesi tampak berupa
eritema, edema, bula, dan nekrosis dengan pinggir berbatas tegas dan
asimetris.
 DKI akut lambat
o Gambaran sama dengan DKI akut namun baru muncul 8-24 jam atau lebih
setelah kontak. Dermatitis venenata merupakan salah satu contoh tipe ini.
 DKI kumulatif
o DKI ini termasuk tipe kronis. Hal ini didasarkan pada kontak berulang-
ulang dengan iritan lemah. Kelainan tampak setelah bermingu-minggu
hingga bertahun-tahun. gambaran berupa kulit kering, eritema, skuama,
dan hyperkeratosis. DKI tipe ini yang sering berhubungan dengan
dermatitis akibat kerja.
 DKI iritan
o Bentuk subklinik pada seseorang yang terpajan pekerjaan basah, seperti
penata rambut, kelainan juga cenderung monomorf seperti skuama,
vesikel, pustul, dan erosi.
 DKI traumatik
o Kelainan kulit setelah trauma panas atau laserasi. Bentuknya dermatitis
numularis dengan masa penyembuhan kira-kira 6 minggu.
 DKI subyektif
o Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita merasa perih atau seperti
terbakar. Disebut juga DKI sensori.

8
 DKI noneritematosa
o DKI dengan fungsi sawar stratum korneum tanpa kelainan secara klinis.

2.8 Diagnosis

Langkah-langkah penegakan diagnosis untuk penyakit dermatitis kontak


iritan antara lain :

 Anamnesis
o Anamnesis terarah tentunya diperlukan untuk mengeksplor riwayat
pajanan terhadap bahan atau substansi kimia tertentu1,4.
o Onset penyakit sangat penting ditanyakan untuk mengetahui tipe
dermatitis kontak iritan. Tipe akut lambat biasanya dalam hitungan 8-24
jam. Tipe kumulatif cenderung merupakan konsekuensi dari pajanan
berulang dengan konsentrasi substansi yang rendah. Penting juga
menyertai riwayat keluarga atau orang di sekitar yang juga mengalami
gejala yang sama. Riwayat atopik dan alergi juga ditanyakan1,4.
 Pemeriksaan klinis
o Pemeriksaan klinis sangat penting untuk mengeksklusi pernyakit lain.
Menentukan lokasi dan efloresensi dengan jelas. Biasanya tempat
predileksi DKI adalah pada tangan dan lengan. Pemeriksaan tubuh secara
menyeluruh sangat dianjurkan untuk melihat lesi di tempat-tempat
tertentu1,4.
 Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan penunjang seperti patch test dapat dilakukan untuk eksklusi
dermatitis kontak alergi1,3,4.
o Karena tes diagnostik untuk DKI tidak ada, maka untuk pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan patch test untuk mengeksklusi dermatitis

9
kontak alergi dan dapat dilakukan pemeriksaan KOH untuk mengeksklusi
penyakit jamur1,3,4.
 Pemeriksaan histopatologis
o Penunjang diagnostik yang akurat salah satunya adalah histopatologis.
Didapatkan gambaran intraselular edema atau spongiosis. Spongiosis tidak
begitu tampak jelas pada dermatitis kontak alergi. Gambaran parakeratosis
juga bisa muncul pada dermatitis kontak iritan kronik disertai hiperplasia
sedang sampai berat, dan pemanjangan rete ridges1.

2.9 Diagnosis banding

Diagnosis banding dari dermatitis kontak iritan adalah dermatitis kontak


alergi dan dermatitis atopik1.

No. DKI DKA

1. Cenderung akut Cenderung kronik

Hanya orang tertentu (riwayat


2. Semua orang bisa terkena
alergi/sensitisasi) yang terkena

Lesi awal berupa : makula, eritema, Lesi awal berupa : makula, eritema,
3.
vesikel, bula, dan erosi. papula, melebar dari tempat awal

4. Penyebab : iritan primer Penyebab : alergen

Tidak tergantung dengan konsentrasi.


Tergantung konsentrasi bahan iritan
Konsentrasi rendah sekalipun sudah
5. dan status swar kulit. Terjadi jika
dapat memicu DKA. Bergantung pada
bahan iritan melewati ambang batas
tingkat sensitisasi

6. Onset pada saat kontak pertama Onset pada saat kontak berulang

Tabel 1. Perbandingan DKI dan DKA4,11

Perlu dibandingkan DKI dengan DKA dan dermatitis atopik sebab


terkadang memberi gambaran klinis yang mirip satu sama lain4,5,11.

10
 DKA
o Dermatitis kontak alergi disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan yang
bersifat alergen. Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul,
likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit
dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis karena mungkin
penyebabnya juga campuran. Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak
iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena
hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).
 Dermatitis Atopik
o Pruritus.
o Morfologi dan distribusi khas pada wajah (khusus pada anak) dan daerah
lipatan kulit (fosa kubiti, fosa poplitea, leher, dan pergelangan tangan).
o Cenderung menjadi kronis kambuh.
o Pada dermatitis atopik juga didapatkan riwayat atopik (rhinitis alergi, asma
bronkial),dan pada pemeriksaan penunjang di temukan eosinofilia dan
peningkatan kadar IgE, sedangkan pada dermatitis kontak iritan tidak
terdapat riwayat atopik.

2.10 Penatalaksanaan

 Prinsip penatalaksanaan pada DKI ada 3, yaitu penghentian pajanan terhadap


bahan iritan yang dicurigai, perlindungan bagian tubuh yang terpapar, dan
penggantian bahan iritan dengan yang tidak bersifat iritan1,12.
 Medikamentosa1,12,13
o Penatalaksanaan dermatitis iritan tipe akut dapat secara simtomatis.
Penggunaan hand rub berbasis alkohol dengan kandungan berbagai
macam emollient dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan kulit,
kekeringan, dan iritasi.
o Terapi medikamentosa untuk dermatitis kontak iritan mempunyai
beberapa prinsip, seperti, emollient, menghindari iritasi, dan krim yang
mengandung dimethicone adalah terapi yang digunakan sebagai Agen-

11
agen terapeutik yang mengandung propilen glikol dan urea dapat
mengakibatkan inflamasi sehingga harus dihindari sebagai terapi.
o Pengobatan sistemik dapat diberikan antihistamin sebagai efek anti
pruritus.
o Topikal kortikosteroid digunakan sebagai antiinflamasi, supresi aktivitas
mitotik, dan vasokonstriksi. Efek steroid juga dapat mensupresi
pengeluaran histamine, sehingga bisa juga sebagai antipruritus.
 KIE kepada pasien terutama dalam hal penggunaan dan pajanan bahan iritan
sehari-hari, seperti1,4:
o Pendidikan kepada pekerja suatu perusahaan tentang penggunaan alat dan
akibat buruk yang mungkin terjadi kalo terpajan.
o Jika pasien adalah pekerja yang sering kontak dengan bahan-bahan iritan,
dapat memberikan edukasi ke pasien dan perusahaan tempatnya bekerja
berupa pencegahan seperti pemakaian masker, sarung tangan, perawatan
kulit sehari-hari terutama yang mempunyai kulit sensitif.
o Penggunaan bahan-bahan iritan di dalam rumah tangga sehari-hari seperti
detergent, larutan pembersih, kosmetik, dan obat-obatan topikal tertentu
juga harus dipantau, jika terjadi reaksi akut, maka penghentian pemakaian
substansi tersebut harus segera dilakukan dan segera menghubungi
pelayanan kesehatan setempat.
o Pelaksanaan uji tempel pada calon pekerja, sehingga dapat menempatkan
pekerja di bagian yang tidak kontak dengan bahan iritan.
o Pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala kepada para pekerja.
o Dalam penggunaan bahan-bahan tertentu di dalam keseharian di rumah
dan jangan menggunakan bahan yang sensitif terhadap kulit.

2.11 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada dermatitis kontak iritan antara lain1:

 Peningkatan risiko sensitisasi terhadap terapi topikal

12
 Lesi pada kulit dapat dikolonisasi oleh bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini
dipermudah jika terjadi lesi sekunder, seperti fissure akibat manipulasi yang
dilakukan penderita.
 Secondary neurodermatitis (lichen simplex chronicus) akibat penderita
dermatitis kontak iritan yang mengalami stress psikis.
 Pada fase post inflamasi dapat terjadi hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
 Scar, biasanya setelah terkena agen korosif.

2.12 Prognosis

Umumnya baik untuk penderita tanpa riwayat atopik, tipe akut dan
diagnosis serta penatalaksanaan yang tepat1.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
1. Ny. S usia 43 tahun datang ke BP Puskesmas Gabus I dengan keluhan
gatal dan perih pada kedua jari tangan yang dirasakan sejak 1 minggu yang
lalu. Luka semakin melebar dengan semakin seringnya pasien menggaruk
lesi.
2. Dermatitis Kontak Iritan jenis dermatitis yang berupa efek sitotosik lokal
langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon
peradangan pada dermis.
3. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.

13
3.2. SARAN
1. Tenaga kesehatan proaktif untuk melakukan edukasi kepada masyarakat
terkait dermatitis kontak iritan dan pencegahannya dengan memberitahu
bahan-bahan yang berpotensi menjadi bahan iritan.
2. Untuk pasien, sebaiknya mengikuti saran dan pengobatan yang telah
direncanakan oleh dokter mengenai pengobatan dan edukasi yang telah
diberikan supaya tidak memperburuk keadaan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Hogan DJ. Contact Dermatitis, Irritant. eMedicine; 2009. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/762139.
Sucipta C. Dermatitis Kontak Iritan. Citra Journey; 2008. Available at:
http://citrajourney.blogspot.com/2008/08/laporan-kasus-dermatitis-kontak-
iritan.html.
Trihapsoro I. Dermatitis Kontak Alergik Pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Haji
Adam Malik Medan. USU; 2003. p. 1-36.
Siregar RS. Dermatosis Akibat Kerja. Cermin Dunia Kedokteran Vol. 107; 1996.
Available at:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15DermatitisAkibatKerja107.pdf/15
DermatitisAkibatKerja107.html.

14
Irga. Dermatitis Kontak Iritan. Unhas; 2009. Available at:
http://www.irwanashari.com/2009/09/dermatitis-kontak-iritan.html.
Yoshiki T, Tomoko M. From Acute Irritant Contact Dermatitis to Chemical Burn.
Japanese Journal of Dermatology Vol. 113 No. 14; 2003. p. 2025-31.
Available at: http://sciencelinks.jp/j-
east/article/200403/000020040304A0034714.php.
Wiley J. Irritant Contact Dermatitis. WileyInterscience; 2002. Available at:
http://www3.interscience.wiley.com/journal/118917880/abstract.
Sumantri FA, Febriani HT, Musa ST. Fakultas Farmasi UGM; 2008. Available at:
http://toshiworld.site90.com/cadangan/DERMATITIS%20KONTAK.pdf.
Wikipedia. Contact Dermatitis. Wikipedia; 2009. Available at:
http://en.wikipedia.org/wiki/Contact_dermatitis.
Sularsito SA, Djuanda A. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Jakarta; 2007; 129-53.
Wolff K. Dermatitis. In: Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s Color
Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 5th ed. Singapore; 2005. p.18-
23.
Bourke J, Coulson I, English J. Guideline for the Contact Dermatitis: an Update.
British Journal of Dermatology. England; 2008. p. 946-55.
Ngan V. Irritant Contact Dermatitis. DermNet NZ; 2008. Available at:
http://dermnetnz.org/dermatitis/contact-irritant.html.
DermAtlas. Irritant Contact Dermatitis/Trauma. DermAtlas; 2008. Available at:
http://dermatlas.med.jhmi.edu/derm/resultNoCache.cfm.

LAMPIRAN

15
16
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Hari, Tanggal : Selasa, 16 Juni 2020


Pukul : 12.30 WIB – selesai
Tempat : Puskesmas Gabus I
Presentan : dr. Sushanti Nuraini

Judul : F.6 Upaya Pengobatan Dasar


“Pendekatan Klinis Kasus Dermatitis Kontak Iritan pada Ny.S di
Wilayah Kerja Puskesmas Gabus I Pati”

No Nama Peserta Tanda Tangan


1 dr. Alnia Rindang K 1
2 dr. Farah Fauziah 2
3 dr. Fieka Amelia 3
4 dr. Intan Rachmawati 4
5 dr. Niken Tri Utami 5
6 dr. M. Wahib Hasyim 6

Mengetahui
Pembimbing

dr. M Wahib Hasyim

17

Anda mungkin juga menyukai