Sumber: graphics8.nytimes.com
Gambar 4.1
ARTI PENTING
Mempelajari sejarah masa Orde Baru, kita akan dapat memahami
betapa dalam upaya untuk mengubah situasi negara yang
kacau diperlukan lebih dahulu stabilisasi di berbagai bidang. Hanya
saja kran demokrasi, sesungguhnya juga harus dijaga. Dalam hal
pembangunan, kita juga harus mengakui ada banyak keberhasilan
di bidang ini, yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru.
Meniadakan begitu saja keberhasilan tersebut sama saja kita tak
mengakui pencapaian positif yang telah diraih Indonesia hingga
saat ini. Bagaimanapun sejarah merupakan perjalanan yang terus
berlanjut dan berkesinambungan.
Sejarah Indonesia 105
Mengamati Lingkungan
Sumber : kampoengue.blogspot.com
Gambar 4.2 Taman Mini Indonesia
Indah
TUGAS
Buat essai tentang peran pelajar dan mahasiswa dalam aksi Tritura,
dengan mengaitkan kondisi Indonesia pada masa itu dengan tuntutan
yang terkandung dalam Tritura! Tuliskan pula di dalam essai tersebut,
perbandingan (persamaan dan perbedaan) antara gerakan mahasiswa
angkatan 1966 dengan angkatan 1998 dalam aksi mereka menghadapi
pemerintahan yang tengah berkuasa.
kepemimpinan dalam politik Indonesia pasca peristiwa G30S/PKI. Kaitkan pendapatmu dengan sebab
2.Stabilisasi Penyeragaman
Depolitisasi parpol dan ormas juga dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru
melalui cara penyeragaman ideologis melalui ideologi Pancasila. Dengan
alasan Pancasila telah menjadi konsensus nasional, keseragaman dalam
pemahaman Pancasila perlu disosialisasikan. Gagasan ini disampaikan oleh
Presiden Soeharto pada acara Hari Ulang Tahun ke-25 Universitas Gadjah
Mada di Yogyakarta, 19 Desember 1974. Kemudian dalam pidatonya
menjelang pembukaan Kongres Nasional Pramuka pada 12 Agustus 1976, di
Jakarta, Presiden Soeharto menyerukan kepada seluruh rakyat agar berikrar
pada diri sendiri mewujudkan Pancasila dan mengajukan Eka Prasetia bagi
ikrar tersebut.
Presiden Soeharto mengajukan nama Eka Prasetia Pancakarsa dengan
maksud menegaskan bahwa penyusunan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4) dipandang sebagai janji yang teguh, kuat,
konsisten, dan tulus untuk mewujudkan lima cita-cita yaitu (1) takwa kepada
Tuhan YME dan menghargai orang lain yang berlainan agama/kepercayaan;
(2) mencintai sesama manusia dengan selalui ingat kepada orang lain, tidak
sewenang- wenang; (3) mencintai tanah air, menempatkan kepentingan
negara diatas kepentingan pribadi;(4) demokratis dan patuh pada putusan
rakyat yang sah;
(5) suka menolong orang lain, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
orang lain (Referensi Bahan Penataran P4 dalam Anhar Gongong ed, 2005:
159).
Presiden kemudian mengajukan draft P4 ini kepada MPR, Akhirnya, pada
21 Maret 1978 rancangan P4 disahkan menjadi Tap MPR No.II/MPR/1978.
Setelah disahkan MPR, pemerintah membentuk komisi Penasehat Presiden
mengenai P4 yang dipimpin oleh Dr. Roeslan Abdulgani. Sebagai badan
pelaksananya dibentuk Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksana P4 (BP7)
yang berkedudukan di Jakarta. Tugasnya adalah untuk mengkoordinasi
pelaksanaan program penataran P4 yang dilaksanakan pada tingkat nasional
dan regional.
b. Pendidikan
Pada masa kepemimpinan Soeharto pembangunan
pendidikan mengalami kemajuan yang sangat
penting. Ada tiga hal yang patut dicatat dalam bidang
pendidikan masa Orde Baru adalah pembangunan
Sekolah Dasar Inpres (SD Inpres), program wajib
belajar dan pembentukan kelompok belajar atau
kejar. Semuanya itu bertujuan untuk memperluas
kesempatan belajar, terutama di pedesaan dan bagi
daerah perkotaan yang penduduknya berpenghasilan Sumber : Yayasan
rendah. Lalita, 1979
C.Integrasi Timor-Timur
136 Kelas XII SMA/MA
Sumber: Deppen, 1975
Gambar 4.11 Guntingan berita tentang
referendum di Timor-Timur
Integrasi Timor-Timur ke dalam wilayah Indonesia tidak terlepas dari situasi
politik internasional saat itu, yaitu perang dingin dimana konstelasi
geopolitik kawasan Asia Tenggara saat itu terjadi perebutan pengaruh dua
blok yang sedang bersaing pada saat itu yaitu Blok Barat (Amerika Serikat)
dan Blok Timur (Uni Soviet) . Dengan kekalahan Amerika Serikat di
Vietnam pada tahun 1975, berdasarkan teori domino yang diyakini oleh
Amerika Serikat bahwa kejatuhan Vietnam ke tangan kelompok komunis
akan merembet ke wilayah–wilayah lainnya. Berdirinya pemerintahan
Republik Demokratik Vietnam yang komunis dianggap sebagai ancaman
yang bisa menyebabkan jatuhnya negara-negara di sekitarnya ke tangan
pemerintahan komunis.
Kemenangan komunis di Indocina (Vietnam) secara tidak langsung juga
membuat khawatir para elit Indonesia (khususnya pihak militer). Pada saat
yang sama di wilayah koloni Portugis (Timor-Timur) yang berbatasan secara
langsung dengan wilayah Indonesia terjadi krisis politik. Krisis itu sendiri
terjadi sebagai dampak kebebasan yang diberikan oleh pemerintah baru
Portugal di bawah pimpinan Jenderal Antonio de Spinola. Ia telah
melakukan perubahan dan berusaha mengembalikan hak-hak sipil, termasuk
hak demokrasi masyarakatnya, bahkan dekolonisasi.
Di Timor-Timur muncul tiga partai politik besar yang memanfaatkan
kebebasan yang diberikan oleh pemerintah Portugal. Ketiga partai politik itu
adalah: (1) Uniao Democratica Timorense (UDT-Persatuan Demokratik
Rakyat Timor) yang ingin merdeka secara bertahap. Untuk tahap awal UDT
menginginkan Timor-Timur menjadi negara bagian dari Portugal: (2) Frente
Revoluciondria de Timor Leste Independente (Fretilin-Front Revolusioner
Kemerdekaan Timor-Timur) yang radikal –Komunis dan ingin segera
merdeka; dan (3) Associacau Popular Democratica Timurense (Apodeti-
Ikatan Demokratik Popular Rakyat Timor) yang ingin bergabung dengan
Indonesia. Selain itu terdapat dua Partai kecil, yaitu Kota dan Trabalista.
Ketiga partai tersebut saling bersaing, bahkan timbul konflik berupa perang
saudara.
Pada tanggal 31 Agustus 1974 ketua umum Apodeti, Arnaldo dos Reis
Araujo, menyatakan partainya menghendaki bergabung dengan Republik
Indonesia sebagai provinsi ke-27. Pertimbangan yang diajukan adalah rakyat
di kedua wilayah tersebut mempunyai persamaan dan hubungan yang erat,
baik secara historis dan etnis maupun geografis. Menurutnya integrasi akan
menjamin stabilitas politik di wilayah tersebut. Pernyataan tokoh Apodeti itu
mendapat respons yang cukup positif dari para elit politik Indonesia,
terutama dari kalangan elit militer, yang pada dasarnya memang merasa
khawatir jika
Sejarah Indonesia 137
Timor-Timur yang berada di “halaman belakang” jatuh ke tangan komunis.
Meskipun demikian, pemerintah Indonesia tidak serta merta menerima begitu
saja keinginan orang-orang Apodeti.
TUGAS
Setelah berakhirnya “perang dingin”, integrasi Timor-Timur ke
Indonesia kembali dipermasalahkan oleh dunia internasional.
Buat tulisan yangberisi
analisismengenaipermasalahanapasajayangterjadi di Timor-Timur
sehingga Indonesia menjadi sorotan di dunia internasional tersebut.
Namun, di sisi lain kebijakan politik dan ekonomi pemerintah Orde Baru
juga memberi beberapa dampak yang lain, baik di bidang ekonomi dan
politik. Dalam bidang politik, pemerintah Orde Baru cenderung bersifat
otoriter, Presiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur
jalannya pemerintahan. Peran negara menjadi semakin kuat yang
menyebabkan timbulnya pemerintahan yang sentralistis. Pemerintahan
sentralistis ditandai dengan adanya pemusatan penentuan kebijakan publik
pada pemerintah pusat. Pemerintah daerah diberi peluang yang sangat
kecil untuk mengatur
a sekarang masih dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Cari pula berbagai kasus penyimpangan dari k
- BAB I Pendahuluan
- BAB II Isi
- BAB III Penutup
Paper diketik dengan menggunakan huruf Arial 12, spasi 1,5, print-a=out kertasA4, m
Paper dikumpulkan pada pertemuan di dua minggu berikutnya
KESIMPULAN
1. Pembangunan menjadi prioritas kebijakan pemerintah Orde
Baru. Program berupa Rencana Pembangunan Lima Tahun
menunjukkan adanya pelaksanaan tahap demi tahap
pembangunan yang dilakukan dengan prioritas
pembangunan tertentu.
2. Agenda pembangunan ini diformulasikan oleh pemerintaah
Orde Baru dalam bentuk Trilogi Pembangunan.
3. Sistem kepartaian disederhanakan oleh pemerintah Orde
Baru sejak awal tahun 1970-an ke dalam tiga partai.
4. Krisis ekonomi dan tuntutan demokratisasi menjadi alasan
gerakan mahasiswa yang akhirnya menjadikan orde ini diganti
dengan Orde Reformasi.