5 Referat OMSK
5 Referat OMSK
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata
(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek. Yang disebut otitis media supuratif
kronis ialah infeksi kronis ditelinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul lebih dari 2
bulan. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.1
Otitis media supuratif kronis merupakan penyebab masalah kesehatan yang
signifikan diberbagai belahan dunia penyakit ini banyak terdapat pada negara
berkembang dengan kondisi kumuh, padat dan tingkat hygiene rendah. Prevalensi
OMSK pada negara berkembang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
sosioekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, status kesehatan dan gizi jelek.2
Survei Nasional Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran terakhir di
delapan provinsi Indonesia menunjukkan angka morbiditas THT sebesar 38,6%.2
Prevalensi otitis media supuratif kronis (OMSK) di seluruh dunia yaitu sekitar 65-330
juta orang, terutama di negara berkembang, dimana 39-200 juta orang (60%)
menderita penurunan fungsi pendengaran secara signifikan. Diperkirakan terdapat 31
juta kasus baru OMSK per tahun, dengan 22,6% pada anak-anak berusia <5 tahun. 3
Keterlambatan diagnosis dan penatalaksanaan berakibat munculnya
komplikasi yang dapat meningkatkan angka kematian. Komplikasi dapat terjadi
karena adanya infeksi, inflamasi, jaringan granulasi dan pembentukan kolesteatom
yang terus menerus. Komplikasi OMSK ini terdiri dari komplikasi intrakranial dan
intratemporal (ekstrakranial). Mikroorganisme juga berperan besar dalam kejadian
OMSK, baik bakteri aerob maupun anaerob. Penyebab terbanyak adalah
Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis.
Dalam hal ini.4
Otits media supuratif, baik yang akut maupun kronis mempunyai potensi
untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan
2
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
A. Anatomi Telinga
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau cavum timpani,
dan telinga dalam atau labyrinth. Telinga dalam berisi organ pendengaran dan
keseimbangan.5
3
a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus acusticus externus.
Auricula mempunyai bentuk yang khas yang berfungsi mengumpulkan
getaran udara. Auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis
yang ditutupi kulit. Auricula mempunyai otot intrinsik dam ekstrinsik,
keduanya disarafi oleh N. facialis. Meatus acusticus externus adalah
tabung berkelok yang menghubungkan auricula dengan membran
timpani. Tabung ini berfungsi menghantarkan gelombang suara dari
auricula ke membrana timpani. Pada orang dewasa panjangnya lebih
kurang 1 inci (2,5 cm) dan dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop
dengan cara menarik auricular ke atas dan belakang, atau ke bawah dan
kebelakang. Bagian yang paling sempit kira-kira 5 mm dari membran
timpani. Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis dan
dua pertiga bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng
4
b. Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan suatu ruang berisi udara di dalam pars
petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini
berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran
membran timpani ke perilympha telinga dalam. Membran timpani adalah
membran fibrosa tipis yang berawarna kelabu mutiara. Membrana ini
terletak miring menghadap ke bawah, depan, dan lateral membran timpani
5
berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 1 cm. pinggirnya tebal dan
melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus timpanicus di
bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan dua
plica yaitu plica malearis anterior dan posterior yang menuju ke processus
lateralis mallei. Dari daerah segitiga kecil pada membran timpani yang
dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan di sebut pars flaccida. Bagian
lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei di letakkan di
bawah permukaan dalam membran timpani oleh membran mukosa.5
Di bagian sentral telinga, terdapat cavitas timpani tempat tulang-tulang
pendengaran berada. Kavitas tersebut terletak berdekatan dengan lobus
temporalis dan serebelum di rongga kranium dengan bulbus vena
jugularis, dengan canalis caroticus serta dengan labirin telinga dalam.
Selain itu, telinga tengah di lalui oleh n.facialis dari tempat keluarnya di
basis cranii di tempat ini pula keluar serabut chorda tympani.6
Ossicula auditivus adalah malleus, incus, dan stapes. Malleus adalah
tulang pendengaran terbesar dan terdiri atas caput, collum, dan processus
lonum atau manubrium sebuah processus anterior dan processus lateralis.
Manubrium malei melekat dengan erat pada peermukaan medial
membran timpani.. manubrium ini dapat dilihat melalui membran timpani
pada pemeriksaan dengan otoskop. Incus mempunyai corpus yang besar
(corpus incudes) dan dua crus (crus longum dan crus breve). Stapes
mempunyai caput,collum, dua lengan, dan sebuah basis. Pinggir basis
dilekatkan pada pinggir fenestra vestibuli oelh sebua cincin fibrosa yaitu
disebut ligamentum annulare.5
Tuba auditiva terbentang dari dinding anterior cavum timpani ke
bawah, depan dan medial sampai ke nasopharynx. Sepertiga bagian
posteriornya adalah tulang dan dua pertiga bagian anteriornya adalaha
kartilago. Tuba berhubungan dengan nasopharynx dengan berjalan
6
c. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis
semisirkularis. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak
lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan
melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani
disebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala
vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi
endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrana vestibuli
(Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran
basalis. Pada membrana ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat
7
bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrana tektoria, dan pada
membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis corti yang membentuk organ corti. Ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema menghubungkan perilimfa skalat
timpani dengan skala vestibuli.1
Nervus vestibulocochlearis setibanya di meatus acusticus externus
terbagi menjadi N. vestibularis dan N. cochlearis. N.vestibularis melebar
untuk membentuk ganglion vestibulare. Cabang-cabang saraf kemudian
menembus ujung lateral meatus acusticus internus dan masuk dalam
labyrintus membranaceus untuk mempersarafi utriculus, sacculus, dan
ampullae ductus semisirkularis N.cochlerais cabang-cabang perifernya
berjalan dari gangglion ke organ corti.5
B. Fisiologi Pendengaran
Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga, meatus akustikus
eksternus, dan membran timpani. Pintu masuk saluran telinga dijaga oleh
rambut halus. Kulit yang melapisi saluran mengandung kelenjar keringat
modifakasi yang menghasilkan serumen suatu sekresi lengket yang menjebak
8
yang timbul pada penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan
pada telinga tengah (otitis media serosa).3
BAB III
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK)
A. Definisi
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media
perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek. Yang disebut otitis
11
media supuratif kronis ialah infeksi kronis ditelinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus
atau hilang timbul lebih dari 2 bulan. Sekret mungkin encer atau kental,
bening atau berupa nanah.1
C. Patogenesis
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di
nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan
masuknya mikroba kedalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius,
enzim, dan antibodi. Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor
pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor
penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu,
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga
kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Perubahan
mukosa telinga sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium yaitu,
stadium oklusi tuba eutachius, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium
perforasi, dan stadium resolusi. OMA dapat berubah menjadi OMSK bila
perforasi menetap denagn sekret yang keluar terus menerus atau hilang
timbul.3
Seluruh epitel kulit (keratinizing stratified squamous epithelium) pada
tubuh kita berada pada lokasi yang terbuka/terpapar kedunia luar. Epitel di
13
OMSK dapat menembus ke telinga bagian dalam melalui jendela bulat. Hal
ini dapat menyebabkan hilangnya sel-sel rambut di koklea, yang
menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural (SNHL).4
E. Klasifikasi
Otitis media supuratif kronik terbagi atas 2 bagian berdasarkan ada
tidaknya kolesteatom: 1) OMSK benigna ialah proses peradangan yang
terbatas pada mukosa, tidak mengenai tulang. Peforasi terletak di sentral.
Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Pada OMSK tipe benigna ini tidak terdapat kolesteatom; 2)
OMSK maligna ialah peradangan yang disertai kolesteatom dan perforasi
membran timpani, biasanya terletak di marginal atau atik. Sebagian besar
komplikasi yang berbahaya dapat timbul pada tipe ini.10
15
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan
OMSK tenang. OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari
kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan
kavum timpaninya terlihat basah atau kering.1
OMSK maligna dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK
tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik,
kadang-kadang terdapat juga kolesteatom pada OMSK dengan perforasi
subtotal. Kolesteatom adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi
epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk hingga
kolesteatoma bertambah besar. Pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat
abses atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi di liang telinga
luar yang berasal dari dalaam telinga, terlihat kolesteatom pada telinga tengah
(sering terlihat pada epitimpanium), sekret berbentuk nanah dan berbau khas
(arom kolesteatoma) atau terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen
mastoid. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada
OMSK tipe bahaya.1
16
F. Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. OMSK dapat dianggap sebagai aktif dan inaktif.
Aktif merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga atau
otorrhea, sedangkan inaktif tidak ada otorrhea.11
a. Anamnesis
Otitis media supuratif ialah infeksi kronis ditelinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus menerus atau hilang timbul lebih dari 2 bulan. Sekret mungkin encer
atau kental, bening atau berupa nanah. Selain itu dapat disertai gangguan
pendengaran yang biasanya konduktif namun dapat pula bersifat
campuran. Gangguan pendengaran dapat ringan sekalipun proses patologi
sangat hebat. Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita supurasi telinga
tengah kronik dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Nyeri
dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat penghambatan aliran
sekret, terpaparnya duramater atau dinding sinus lateralis, antau ancaman
pembentukan abses otak. Vertigo pada pasien dengan supurasi telinga
kronik merupakan gejala serius lainnya. Gejala ini memberi kesan adanya
suatu fistula, berarti adanya erosi pada labirin tulang sering kali pada
kanalis semisirkularis horisontalis. Fistula merupakan temuan yang
serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan
mastoid ketelinga dalam, sehingga timbul keluhan labirintis (ketulian
komplit), dan dari sana berlanjut menjadi meningitis. Sensasi telinga
terasa penuh dapat terjadi karena adanya akumulasi cairan pada telinga
tengah.4,1
b. Pemeriksaan fisik
Umumnya otorrhea pada otitis media kronik bersifat purulent (kental,
putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium
perdangannya. Sekret yang mucus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar
17
sekretorik telinga tengah dan mastoid. Sekret yang bau, berwarna kuning
abu-abu kotor memberi kesan kolesteatom dan produk degenerasinya.
Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Jika sekret
encer berbau busuk dan tercampur darah, maka perlu dipertimbangkan
kemungkinan keganasan.11
Proses peradangan OMSK teipe aman terbatas pada mukosa saja,
perforasi terletak disentral, dan tidak dapat kolesteatom. Tanda klinik
yang dapat menjadi pedoman adanya OMSK tipe bahaya adalah perforasi
membran timpani pada marginal atau atik, sedanagkan pada kasus yang
sudah lanjut dapat terlihat abses atau fistel retroaurikular, polip atau
jaringan granulasi diliang telinga luar yang berasal dari telingah tengah,
terlihat kolesteatoma pada telinga tengah (sering trlihat pada
epitimpanium), sekret berbentuk nanah da berbau khas (aroma
kolesteatoma).3
Gambar 9.
Perforasi Membran Timpani Atik dan Marginal
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan
derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri
nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan
BERA (brainstem evoked response audiometry) bagi pasien anak yang
18
G. Tatalaksana
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konservatif atau dengan
medika mentosa. Terapi konversatif pada dasarnya berupa nasehat umtuk
menjaga telinga agar tetap kering, serta pembersihan telinga secara rutin
dengan penghisap ditempat praktek. Bila sekret yang terus menerus, maka
diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.
Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat
19
auditoris eksterna dan jaringan lateral telinga tengah yang terinfeksi sering
ditutupi dengan eksudat berlendir atau jaringan epitel. Tujuan dilakukan aural
toilet adalah untuk membersihkan telinga tengah sehingga obat topikal dapat
menembus jaringan. Perkembangan aural toilet terkini dengan menggunakan
mikroskop.4
Komplikasi Intratemporal
a. Komplikasi ditelinga tengah
1. Paralisis nervus fasialis
2. Kerusakan tulang pendengaran
3. Perforasi membran timpani
b. Komplikasi ke rongga mastoid
1. Petrositis
2. Mastoiditis koalesen
c. Komplikasi ke telinga dalam
1. Labirintis
2. Tuli saraf/ sensorineural
Komplikasi ekstratemporal
a. Komplikasi intrakranial
1. Abses ekstradura
2. Abses subdura
3. Abses otak
4. Meningitis
5. Tromboflebitis sinus lateralis
6. Hidrosealus otikus
b. Komplikasi ekstrakranial
1. Abses retroaurikuler
2. Abses Bezold’s
3. Abses zigomatikus
Selain komplikasi-komplikasi tersebut, dapat juga terjadi komplikasi pada
perubahan tingkah laku.
2. Mastoiditis akut
3. Paresis nervus facialis
4. Labirintis
5. Petrosis
b. Komplikasi ekstratemporal
1. Abses subperiosteal
c. Kompikasi intrakranial
1. Abses otak
2. Tromboflebitis
3. Hidrosefalus otikus
4. Empiema subdura
5. Abses subdura/ekstradura
RINGKASAN
Otitis Media
Supuratif Kronik
(OMSK)
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Elfaty et al, 2017. Kelainan Telinga Tengah Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi VII. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
24