Kajian Inkubator Bisnis Dalam Rangka Pengembangan UMKM PDF
Kajian Inkubator Bisnis Dalam Rangka Pengembangan UMKM PDF
Dalam Rangka
Pengembangan UMKM
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kajian Inkubator Bisnis dalam Rangka
Pengembangan UMKM sesuai dengan yang diharapkan.
Laporan ini merupakan hasil akhir dari kajian mengenai Inkubator Bisnis yang
memuat hasil survei 14 Inkubator Bisnis di Indonesia dan best practices dari beberapa
negara seperti Uni Eropa, Kanada, Australia dan China yang dapat dijadikan benchmarking
dalam pelaksanaan dan pengembangan Inkubator Bisnis. Dari hasil kajian ini akan
dirumuskan suatu rekomendasi kepada Pemerintah mengenai pelaksanaan Inkubator Bisnis
sebagai salah satu alat dalam pengembangan UMKM di Indonesia.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, perhatian dan masukan dalam pelaksanaan kajian sehingga dapat
berjalan lancar. Tidak ada gading yang tak retak, maka atas segala kekurangan yang ada
kami mengharapkan masukan dan saran guna penyempurnaan kajian di masa mendatang.
Semoga hasil kajian ini bermanfat khususnya bagi pengembangan Inkubator Bisnis
dan umumnya bagi pengembangan UMKM.
Ratna E. Amiaty
Kepala Biro Kredit - Bank Indonesia
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI
Lampiran
Pengembangan Inkubator Bisnis: Suatu Pemikiran .............................................. 82
Rekapitulasi Profil Inkubator ................................................................................... 94
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
EXECUTIVE SUMMARY
Keberadaan Inkubator Bisnis diduga dapat mendorong lahirnya wirausaha baru yang
tangguh dan menjadi salah satu instrumen yang efektif dalam pengembangan UMKM.
Berdasarkan anggapan tersebut maka Bank Indonesia telah melakukan Kajian Inkubator
Bisnis dalam rangka Pengembangan UMKM. Tujuan kajian tersebut adalah: 1) Memperoleh
gambaran mengenai pelaksanaan Inkubator Bisnis di Indonesia; 2) Mencari best practices
Inkubator Bisnis sebagai benchmarking dalam pelaksanaan Inkubator Bisnis yang ideal; dan 3)
Menyusun rekomendasi kepada Pemerintah mengenai pelaksanaan Inkubator Bisnis yang ideal.
Adapun metode kajian yang digunakan adalah metoda deskriptif analitis yang
membandingkan landasan teoritis dengan best practices Inkubator Bisnis di beberapa negara
maju kemudian melihat pelaksanaan Inkubator Bisnis di Indonesia. Jumlah sampel yang diambil
dalam kajian ini sebanyak 14 Inkubator atau 25% dari 56 unit inkubator yang masih berjalan.
Secara garis besar langkah yang dilakukan dalam kajian tersebut adalah: 1) Pengumpulan Data
dan Informasi dari berbagai sumber pustaka; 2) Penghimpunan informasi best practices dari
berbagai negara tentang pelaksanaan Inkubator Bisnis melalui internet; 3) Melakukan survei
tentang pelaksanaan Inkubator Bisnis di Indonesia; 4) Melakukan Focus Group Discussion untuk
memperoleh masukan dari tenaga ahli dan pihak yang terkait dengan pelaksanaan Inkubator
Bisnis; dan 5) Penyusunan rekomendasi bagi pemerintah dan pihak terkait mengenai
pelaksanaan Inkubator Bisnis.
Berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh mengenai Inkubator Bisnis baik melalui
kajian literatur, berbagai best practices Inkubator Bisnis di beberapa negara dan hasil survei
terhadap pelaksanaan Inkubator Bisnis di Indonesia diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa pengembangan UMKM dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah melalui Inkubator Bisnis. Peranan Inkubator Bisnis menjadi strategis
karena dapat menciptakan lapangan kerja baru, menumbuhkan wirausaha baru, dan dapat
menjadi wadah dalam mengimplementasikan berbagai inovasi yang dihasilkan oleh berbagai
pihak umumnya perguruan tinggi.
vi
EXECUTIVE SUMMARY
3. Upaya pengembangan UMKM melalui Inkubator Bisnis dapat dilakukan oleh berbagai
institusi, terutama perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang bergerak dalam bidang
penelitian dan pengembangan. Selain itu terdapat institusi lain (Non Perguruan Tinggi) yang
potensial dalam menjalankan fungsi bisnis, antara lain yayasan atau perusahaan
swasta/industri yang memiliki fungsi atau program inkubasi.
4. Terkait dengan pelaksanaan Inkubator Bisnis terdapat 3 aspek penting yang perlu
diperhatikan, yaitu :
a. Hasil: bahwa Inkubator Bisnis yang dikelola secara profesional dan mendapat dukungan
dari Pemerintah dan pihak terkait lainnya, terbukti mampu menciptakan lapangan kerja.
Di Uni Eropa, dengan jumlah Inkubator sebanyak 900 telah memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap penciptaan lapangan kerja, yaitu sebanyak 40.000 orang setiap
tahun.
b. Nilai tambah: Inkubator Bisnis telah memberikan nilai tambah terhadap perekonomian
melalui percepatan pengembangan usaha baru/pemula dan membantu memaksimalkan
pertumbuhannya dimana hal tersebut sulit dicapai tanpa bantuan inkubator.
c. Best practices: Praktek terbaik pelaksanaan Inkubator Bisnis dapat menjadi bahan
pelajaran maupun menjadi acuan dalam mereplikasi Inkubator Bisnis tersebut.
Sedangkan untuk mendirikan Inkubator Bisnis, maka terdapat 7 persyaratan yang harus
dimiliki yang disebut dengan 7S yaitu : Space, Shared, Services, Support, Skill development, Seed
capital, dan Synergy. Sedang untuk kemandiriannya maka Inkubator Bisnis harus dapat
beroperasi secara efisien. Adapun 7S dimaksud adalah :
1. Space: inkubator menyediakan tempat untuk mengembangkan usaha pada tahap awal.
2. Shared: inkubator menyediakan fasilitas kantor yang bisa digunakan secara bersama,
misalnya resepsionis, ruang konferensi, sistem telepon, faksimile, komputer, dan keamanan.
3. Services: meliputi konsultasi manajemen dan masalah pasar, aspek keuangan dan hukum,
informasi perdagangan dan teknologi.
vii
EXECUTIVE SUMMARY
6. Seed capital: dapat dilakukan melalui dana bergulir internal atau dengan membantu akses
usaha kecil pada sumber-sumber pendanaan atau lembaga keuangan yang ada.
7. Synergy: kerjasama tenant atau persaingan antar tenant dan jejaring (network) dengan
pihak universitas, lembaga riset, usaha swasta, profesional maupun dengan masyarakat
internasional.
Sementara itu dari berbagai pengalaman beberapa negara yang melaksanakan program
Inkubator Bisnis terdapat 3 (tiga) tahapan yang ditempuh dalam pelaksanaan fungsi Inkubator
Bisnis yaitu :
a. Pengembangan Inkubator Bisnis harus menjadi suatu bagian dari kebijakan strategis
pembangunan ekonomi yang perlu mendapat dukungan pemerintah khususnya dalam
menciptakan lapangan kerja melalui pertumbuhan dan pengembangan usaha baru.
b. Inkubator Bisnis dapat menjadi alat untuk mengembangkan ekonomi daerah yang pada
akhirnya dapat meningkatkan daya saing ekonomi daerah melalui pembentukan usaha
baru.
d. Sebelum mendirikan Inkubator Bisnis, perlu terlebih dahulu dilakukan analisis pasar,
antara lain target pasar, antisipasi kegagalan pasar, ekspektasi jumlah permintaan jasa
Inkubator Bisnis, infrastruktur, jumlah modal serta manjemen yang dibutuhkan, dan
lainnya.
viii
EXECUTIVE SUMMARY
a. Dalam pendirian Inkubator Bisnis, sejak awal harus jelas mengenai fokus pada sasaran,
apakah berbasis teknologi atau jasa, sehingga arah pengembangannya menjadi lebih
jelas.
b. Kebutuhan atas suatu luasan area tertentu menjadi hal yang mutlak bagi Inkubator
Bisnis. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan mengenai kecukupan luas area, tidak terlalu
kecil sehingga sulit untuk mengakomodasi perkembangan usaha tenant, dan tidak
terlalu besar karena dikhawatirkan menjadi tidak efisien.
c. Tenant harus berpartisipasi dalam pembayaran sewa atau fee untuk mendukung
kesinambungan keuangan Inkubator Bisnis. Di Uni Eropa sebagian besar (96%) tenant
membayar sewa atau fee atas jasa yang diberikan inkubator namun di bawah harga
pasar, sedangkan sisanya tidak membayar sewa atau fee.
d. Untuk menjamin keberhasilan dalam proses inkubasi, diperlukan kriteria seleksi bagi
tenant, apakah menggunakan pendekatan first come first serve atau kriteria lainnya.
Demikian juga halnya dengan kriteria yang diberlakukan bagi tenant yang graduated.
Sehingga perlu menetapkan batas waktu keberadaan tenant dalam Inkubator, misalnya
3 -5 tahun.
e. Setelah masa graduated, tenant tetap masih perlu dipantau mengingat masa tersebut
adalah masa yang rentan setelah keluar dari masa inkubsi. Sehingga after-care services
to graduate, merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup
usaha tenant.
g. Cara pengelolaan Inkubator Bisnis akan sangat tergantung pada jenis inkubator tersebut
yaitu inkubator yang dimiliki oleh pemerintah atau swasta, berbasis teknologi atau jasa.
ix
EXECUTIVE SUMMARY
a. Keberhasilan Inkubator Bisnis dinilai berdasarkan hasil yang dicapai antara lain dampak
yang diberikan kepada dunia usaha, pembangunan ekonomi secara luas melalui
penciptaan lapangan kerja.
b. Untuk menilai keberhasilan Inkubator Bisnis diperlukan feedback secara langsung dari
tenant.
Beberapa informasi mengenai pelaksanaan Inkubator Bisnis di berbagai negara yakni Uni
Eropa, Kanada, Australia, dan China sebagaimana tabel berikut :
x
EXECUTIVE SUMMARY
Sebagian besar (72%) Inkubator Bisnis didirikan oleh Perguruan Tinggi, sedangkan sisanya
(28%) didirikan oleh Non-Perguruan Tinggi yang terdiri dari swasta (Yayasan) sebanyak 21%
dan lembaga pemerintah 7%. Sementara itu, jika dilihat dari faktor yang menjadi
pendorong berdirinya Inkubator Bisnis, sebagian besar (71%) Inkubator Bisnis didirikan
karena adanya peluang bisnis, sedangkan sisanya karena inovasi teknologi (29%).
Sebagian besar (79%) inkubator memiliki Visi tersendiri secara jelas yang berbeda dengan
visi lembaga induk yang menaunginya. Sementara 21% tidak memiliki Visi tersendiri
melainkan mengikuti Visi lembaga induk atau yang menaunginya.
Walaupun Inkubator Bisnis memiliki sumber dana rutin yang berasal dari universitas atau
lembaga/instansi yang menaunginya, namun jumlahnya kurang memadai sehingga potensi
UMKM yang berada di sekitar Inkubator Bisnis masih belum dapat digarap secara
menyeluruh dan optimal. Selain itu sumber dana jangka panjang Inkubator Bisnis masih
terbatas.
2. Aspek Operasional
Semua Inkubator Bisnis telah menetapkan kriteria calon tenant atau UMKM Binaan.
Namun, kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing Inkubator Bisnis tidak sama.
Kriteria tersebut dipengaruhi oleh prospek usaha yang akan dikembangkan, sektor
usaha yang diprioritaskan, jumlah asset, serta kriteria lain yang terkait dengan fungsi
perguruan tinggi, kriteria yang ditetapkan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah, atau kriteria Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. Sebagian besar Inkubator Bisnis menetapkan kriteria kelayakan
tenant berdasarkan prospek usaha yang menguntungkan.
xi
EXECUTIVE SUMMARY
Inkubasi adalah proses pembinaan bagi tenant dan atau pengembangan produk baru
yang dilakukan oleh Inkubator Bisnis dengan cara penyediaan sarana dan prasarana
usaha, pengembangan usaha, dukungan manajemen serta teknologi yang keseluruhan
diberikan dalam suatu masa inkubasi. Masa inkubasi ini terdiri dari beberapa tahap
secara umum yaitu tahap awal (the start-up phase), tahap pengembangan usaha (the
business development phase), dan tahap kemandirian (the maturiry phase atau roll out).
Masa Inkubasi ini bervariasi antara Inkubator Bisnis yang satu dengan yang lain, yaitu
antara 1-5 tahun namun masa inkubasi yang paling banyak dilakukan Inkubator Bisnis
adalah 2 -5 tahun (59%).
Sumber dana untuk tahapan/proses inkubasi, selain berasal dari Inkubator Bisnis yang
bersangkutan, juga berasal dari instansi lain dalam rangka program kerjasama. Namun
bila dilihat secara per tahap, tidak ada sumber pandanaan yang secara spesifik
dilakokasikan untuk masing-masing tahapan, hal ini terjadi pada sebagian besar
Inkubator Bisnis (91%) sedang sisanya (9%) memiliki sumber dana yang spesifik untuk
setiap tahapan inkubasi.
Secara umum, fasilitas dan jasa layanan yang disediakan Inkubator Bisnis bervariasi yang
dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1) Jasa manajemen: memiliki cakupan yang luas, meliputi jasa konsultansi bisnis,
pembuatan rencana usaha, pendidikan dan pelatihan, pemagangan, pengurusan izin
(legalitas) dan hak intelektual, desain produk dan lainnya.
3) Akses permodalan: meliputi pemberian insentif modal, akses modal dari program
pemerintah, dan akses ke BUMN serta lembaga keuangan.
xii
EXECUTIVE SUMMARY
4) Sarana dan prasarana usaha: meliputi ruangan kerja (workshop), lahan usaha,
fasilitas dan sarana kantor, peralatan dan sarana lainnya yang dibutuhkan tenant
dalam rangka mengembangkan usaha.
Dari survei yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa semua Inkubator Bisnis
memberikan jasa layanan manajemen, khususnya konsultasi bisnis, pendidikan dan
pelatihan. Beberapa Inkubator Bisnis memberikan jasa layanan yang spesifik antara lain
desain produk serta pengurusan Haki dan Paten.
Sektor ekonomi yang paling banyak menjadi prioritas binaan Inkubator Bisnis berturut-
turut dari yang paling besar adalah sektor industri kecil dan kerajinan (62%); sektor jasa
(19%); sektor pertanian (13%); dan sektor perdagangan (6%).
Dasar penetapan biaya pembinaan yang dikenakan kepada tenant, secara berturut-turut
adalah berdasarkan besarnya fasilitas yang diterima tenant (64%); tidak dipungut biaya
(21%); besarnya modal usaha tenant (7%); dan kemapanan usaha tenant (7%).
Sebagian tenant (45%) yang telah keluar dari masa inkubasi (pasca inkubasi) masih
memiliki hubungan dengan Inkubator Bisnis dan sebagian lain tidak. Tenant yang tidak
memiliki hubungan dengan Inkubator Bisnis paska inkubasi umumnya disebabkan
jarak dan lokasi yang jauh, berpindah alamat, dan terputus komunikasi karena tidak ada
monitoring. Adapun hubungan tenant dengan Inkubator Bisnis paska inkubasi berturut-
turut dari yang paling banyak adalah konsultasi bisnis (79%); Networking (57%);
Pemasaran (14%); Teknis manajemen (14%); dan Kepemilikan (14%).
3. Aspek Keuangan
Berdasarkan hasil survei diperoleh gambaran sumber pendanaan Inkubator Bisnis berasal
dari anggaran universitas/lembaga yang menaungi Inkubator Bisnis (100%), subsidi
pemerintah (43%), anggaran perusahaan/Inkubator Bisnis yang disisihkan (36%),
xiii
EXECUTIVE SUMMARY
Kerjasama program dengan stakeholder (36%), iuran/fee dari UMKM (21%) dan dari
donatur dalam negeri (7%). Dana yang diperoleh Inkubator Bisnis tersebut digunakan
untuk kegiatan operasional Inkubator Bisnis dan pelaksanaan program/kegiatan Inkubator
Bisnis.
Kendatipun Inkubator Bisnis memiliki sumber dana rutin, namun jumlahnya kurang
memadai karena hanya cukup untuk membiayai kegiatan rutin operasional kantor. Selain itu
sumber dana jangka panjang dari sumber yang bervariasi juga masih terbatas.
4. Aspek Monitoring
b. Monitoring yang dilakukan berkala dengan frekuensi yang tinggi, dapat memberikan
manfaat yang lebih besar kepada tenant. Frekuensi monitoring yang ideal dilakukan
secara triwulanan. Berdasarkan pengalaman, fungsi monitoring tidak dapat dilakukan
secara ideal, hal ini disebabkan oleh antara lain keterbatasan sumber dana, tenaga kerja,
jarak lokasi yang jauh dan lainnya.
Sementara itu potret pelaksanaan Inkubator Bisnis di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Komitmen Pengembangan Inkubator Bisnis yang dituangkan dalam visi, misi dan tujuan
Inkubator.
xiv
EXECUTIVE SUMMARY
Sebagian besar (79%) Inkubator Bisnis yang diteliti mempunyai komitmen dalam
pengelolaan inkubator yang dituangkan dalam visi dan misi tersendiri, sedangkan sisanya
mengikuti visi dan misi lembaga induk yang menaunginya.
Sebagian besar Inkubator Bisnis di Indonesia tidak berdiri sendiri namun merupakan bagian
dari perusahaan yang mendirikan atau menaunginya. Hal ini menyebabkan ketergantungan
yang tinggi baik secara finansial maupun dalam pengambilan keputusan.
Sebagian besar Inkubator Bisnis di Indonesia belum memiliki tenaga manajer yang
profesional dengan pengalaman bisnis yang memadai, tenaga pengelola yang ada
jumlahnya relatif sedikit dan merangkap dengan tugas lain. Disamping itu turn over pegawai
juga cukup tinggi.
Sebagian besar Inkubator Bisnis di Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi pada
program pemerintah yang bersifat jangka pendek. Selain itu karena melaksanakan program
pemerintah, maka tenant belum diwajibkan membayar sewa atau fee sehingga Inkubator
Bisnis mengalami kesulitan pendanaan operasional yang cukup dan berkesinambungan.
Secara umum sarana dan prasarana yang dimiliki Inkubator Bisnis di Indonesia masih belum
dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pelaksanaan inkubasi.
6. Calon tenant.
Sebagian besar Inkubator Bisnis di Indonesia cenderung memilih calon tenant yang sudah
memiliki usaha sehingga hanya membutuhkan pembinaan dan pengembangan usaha, dan
dilakukan secara out wall.
Kriteria seleksi calon tenant yang dilakukan oleh Inkubator Bisnis di Indonesia bervariasi,
antara lain harus memiliki modal awal, usaha yang sudah berjalan, memiliki prospek usaha
xv
EXECUTIVE SUMMARY
yang jelas dan memiliki jiwa wirausaha. Namun tidak semua Inkubator Bisnis menerapkan
kriteria tersebut secara ketat.
8. Inkubator harus memiliki program pelayanan yang utuh dan jelas dalam bentuk penyediaan
sarana dan prasarana, training, konsultasi bisnis, dukungan teknologi dan pembiayaan.
9. Inkubator Bisnis di Indonesia belum memiliki program pelayanan secara utuh dan jelas
karena sebagian besar Inkubator Bisnis hanya membina tenant secara outwall. Hal ini
disebabkan oleh terbatasnya dukungan dan kapasitas sarana dan prasarana, SDM dan dana
yang memadai.
2. Belum adanya kebijakan yang mengatur secara khusus mengenai Inkubator Bisnis.
5. Belum memiliki SDM yang profesional dan full time dalam mengelola Inkubator Bisnis.
6. Terbatasnya fasilitas fisik (sarana dan prasarana) dalam pelaksanaan fungsi inkubator
terutama untuk inwall tenant.
Berdasarkan best practices dan hasil kajian tersebut maka rekomendasi yang dapat
diberikan dalam rangka pengembangan Inkubator Bisnis adalah :
1. Rekomendasi Kebijakan
a. Inkubator Bisnis merupakan salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan melalui
peranannya dalam menciptakan unit usaha baru sehingga dapat mengurangi
pengangguran karena unit usaha baru tersebut dapat menyerap tenaga kerja. Oleh
sebab itu Inkubator Bisnis perlu dimasukkan sebagai strategi perencanaan pembangunan
xvi
EXECUTIVE SUMMARY
ekonomi jangka panjang. Untuk itu diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah
pusat maupun daerah dalam pengembangan Inkubator Bisnis melalui dukungan
kebijakan yang konsisten disertai dana yang cukup dan berkesinambungan. Dukungan
pemerintah tersebut diharapkan dapat dimasukkan dalam salah satu butir Undang-
undang atau Keputusan Presiden yang dapat mengikat dan mendorong semua lembaga
terkait dalam pengembangan Inkubator Bisnis.
c. Perlu adanya promosi dan kampanye yang terstruktur dan terus menerus mengenai
peranan dan pentingnya inkubator sebagai instrumen dalam menciptakan wirasusaha
baru bahkan dalam menciptakan lapangan kerja serta pengentasan kemiskinan.
2. Rekomendasi Operasional
xvii
EXECUTIVE SUMMARY
b. Perlu mendukung dan mengefektifkan fungsi Asosiasi Inkubator agar dapat berperan
lebih jauh dalam mengadvokasi dan mempromosikan minat inkubator khususnya untuk
pertukaran pengalaman, keahlian, pelatihan dan peluang perdagangan, secara nasional
maupun internasional. Asosiasi Inkubator Bisnis harus bisa menjadi pusat database
tentang pengalaman pelaksanaan Inkubator Bisnis, baik dari dalam maupun luar negeri.
xviii
Inkubator Bisnis
BAB 1
PENDAHULUAN
~ 1
Inkubator Bisnis
~ 2
Inkubator Bisnis
1.2. Tujuan
~ 3
Inkubator Bisnis
BAB 2
METODOLOGI SURVEI
~ 4
Inkubator Bisnis
a. Data Primer
b. Data Sekunder
~ 5
Inkubator Bisnis
ALUR PENELITIAN
Primer (Wawancara)
Sekunder (Literatur, Website)
~ 6
Inkubator Bisnis
Implementasi
Konsep dan Inkubator Bisnis di Tenant
Teori berbagai negara dan
Inkubator Lembaga lain
Informasi tentang
Inkubator Bisnis
ANALISIS
(Teori, Best Practices dan
Benchmarking)
FGD
(Focus Group
Discussion)
Rekomendasi Inkubator
Bisnis yang ideal
BAB 3
LANDASAN TEORI
~ 7
Inkubator Bisnis
~ 8
Inkubator Bisnis
Bagi beberapa negara yang relatif lebih maju menurut Dun &
Bradstreet, yang menjadi alasan berdirinya inkubator dilihat dari
peringkatnya adalah kegagalan usaha kecil karena keterampilan bisnis
yang tidak memadai, penerapan manajemen yang buruk, banyaknya
investasi dalam bentuk asset sehingga menjadi tidak produktif,
kegagalan investasi dalam teknologi, arus kas yang tidak memadai.
~ 9
Inkubator Bisnis
~ 10
Inkubator Bisnis
up. Sejumlah ahli menyatakan bahwa pada fase start-up usaha kecil
diibaratkan sebagai bayi yang masih premature. Pada saat ini
biasanya perlu perlakuan khusus, misalnya melalui inkubasi sehingga
dapat hidup sebagaimana bayi yang lahir normal dan dapat terhindar
dari risiko kematian. Sistem inkubasi inilah yang terbukti dapat
diadopsi sebagai bagian dari strategi pembinaan usaha kecil di
sejumlah negara.
~ 11
Inkubator Bisnis
~ 12
Inkubator Bisnis
~ 13
Inkubator Bisnis
~ 14
Inkubator Bisnis
~ 15
Inkubator Bisnis
Incubators
Media
Airport
Global Best
Practices Gov Ec.Dev
Large
Firms
Community Universities
Champions
Rail Networks
Roads
~ 16
Inkubator Bisnis
~ 17
Inkubator Bisnis
BAB 4
BEST PRACTICES
4.1. Pengantar
~ 18
Inkubator Bisnis
Dari data yang diperoleh tidak mudah bagi usaha baru atau usaha
yang sedang tumbuh untuk dapat berkembang ditengah-tengah iklim
persaingan yang makin tajam. Di Australia ± 33% usaha baru gagal
memasuki pasar.
~ 19
Inkubator Bisnis
~ 20
Inkubator Bisnis
b. Masa Inkubasi
~ 21
Inkubator Bisnis
4.2.2. Kanada
~ 22
Inkubator Bisnis
~ 23
Inkubator Bisnis
~ 24
Inkubator Bisnis
Stakeholders %
Total 100
~ 25
Inkubator Bisnis
Transfer teknologi
16
Hukum bisnis, Hak milik intelektual
15
Pendidikan
14
Bisnis internasional
12
Lain 12
Ilmu pengetahuan alami
8
2. Luas ruangan
3. Sumber dana
~ 26
Inkubator Bisnis
d. Kriteria tenant
~ 27
Inkubator Bisnis
~ 28
Inkubator Bisnis
Kriteria
Jumlah/%
Masa inkubasi 53
Fasilitas yang tidak lagi memadai
35
Tercapainya atau kegagalan dalam meraih tahapan dari tujuan-
tujuan usahanya 34
Otoritas dari tim manajemen Inkubator Bisnis
30
Lainnya 24
~ 29
Inkubator Bisnis
h. Tantangan
~ 30
Inkubator Bisnis
4.2.3. Australia
a. Tipe Inkubator
~ 31
Inkubator Bisnis
~ 32
Inkubator Bisnis
1. Ketersediaan prasarana
~ 33
Inkubator Bisnis
4.2.4. China
~ 34
Inkubator Bisnis
a. Tipe Inkubator
1. Inkubator
a) Torch Incubator
(inkubator yang tergabung dalam asosiasi Teknologi/Torch) 77
b) New Incubator
(inkubator yang belum tergabung dalam asosiasi Torch)
50
Sub total
127
Total 191
~ 35
Inkubator Bisnis
Stakeholders Jumlah %
Pemerintah daerah 24 31
Swasta (High Tech Enterprise Zones) 47 60
Gabungan pemerintah dan swasta [Jointly by STC and 1 1
Tech Zone
(1 & 2)]
Badan Usaha Milik Negara (State-Owned Enterprises) 2 3
Universitas 2 3
Kawasan Ekonomi Khusus/KEK (Economic Zones) 1 1
Gabungan universitas dan KEK [Jointly by 1 1
University and Economic Zone (5 & 6)]
Total 78 100
~ 36
Inkubator Bisnis
BAB 5
HASIL SURVEI
~ 37
Inkubator Bisnis
~ 38
Inkubator Bisnis
7%
21%
72%
PT Swast a Pemerint ah
~ 39
Inkubator Bisnis
29%
71%
Bisnis Teknologi
~ 40
Inkubator Bisnis
1. Kemandirian Inkubator :
1
SK Kementrian Koperasi dan UKM No. 81.3/Kep/M.KUKM/VIII/2002 tanggal 1 Agustus
2002.
~ 41
Inkubator Bisnis
~ 42
Inkubator Bisnis
2
Canadian Business Incubator; bahan workshop “ International Best Practices For
Increasing Incubator Effeciencies”, tanggal 9 – 10 Mei 2006.
~ 43
Inkubator Bisnis
~ 44
Inkubator Bisnis
LPM
30%
40%
Rektorat
Fak/Jur
30%
~ 45
Inkubator Bisnis
14%
29% 57%
~ 46
Inkubator Bisnis
21% 21%
~ 47
Inkubator Bisnis
~ 48
Inkubator Bisnis
14
12 10
Jumlah Inbis
10
8 6
5
6 4 4
3
4
2
0
na
na
an
DM
r
SD
Da
tu
ra
ak
uk
Sa
siS
bij
lah
str
Ke
ten
fra
Ju
pe
In
m
Ko
Permasalahan Inbis
~ 49
Inkubator Bisnis
~ 50
Inkubator Bisnis
~ 51
Inkubator Bisnis
14
14
12
Jumlah Inbis
10
8
6
6 5 5
4 3
2 1
0
sa
ga
tur
ma
ah
nt
Ja
ba
na
na
int
sa
m
er
Do
Te
rja
Le
Ke
an
Pe
Iur
Sumber Dana
~ 52
Inkubator Bisnis
~ 53
Inkubator Bisnis
~ 54
Inkubator Bisnis
14
12
12
Jumlah Inbis
10
8
8
6
4 4 4
4 3
2
2
0
Prospek Jiw a Sektor Kriteria Kriteria Asset Kriteria
Usaha Wirausaha Unggulan Diknas Universitas Kemenkop&UKM
Kriteria Tenant
~ 55
Inkubator Bisnis
Periode Inkubasi
8%
33%
59%
~ 56
Inkubator Bisnis
~ 57
Inkubator Bisnis
~ 58
Inkubator Bisnis
~ 59
Inkubator Bisnis
~ 60
Inkubator Bisnis
1) Dana PKBL-BUMN
~ 61
Inkubator Bisnis
~ 62
Inkubator Bisnis
~ 63
Inkubator Bisnis
~ 64
Inkubator Bisnis
3) Modal Ventura
2. Tahap Start Up
~ 65
Inkubator Bisnis
a. Pengembangan pasar;
b. Pengawasan hak cipta, hak merk dll.;
c. Pengembangan pasar domestik maupun ekspor;
d. Penguatan akses dan jaringan permodalan dengan BUMN dan bank;
e. Menjalin jaringan dengan lembaga lain;
f. Pertumbuhan dan penguatan efisiensi dan daya saing;
g. Penguatan Manajemen;
h. Konsultansi bisnis.
~ 66
Inkubator Bisnis
2. Tahap Start Up
a. Memiliki akses ke pasar lokal;
~ 67
Inkubator Bisnis
~ 68
Inkubator Bisnis
14
12
Jumlah Inbis
10
7
8 6
5
6 4
3
4
1 1 1
2
0
al
r
n
sa
g
od
an
si
iha
kin
i
tus
Pa
ten
r
M
ato
ing
or
gig
bti
pe
rsa
tw
ub
Su
Ke
Ne
nk
Pe
Ko
ng
gI
ra
sd
Ba
utu
rp
Te
Faktor Kegagalan
~ 69
Inkubator Bisnis
14
14
12
12 11
10
Jumlah
Inbis
8 7
6
6 5 5
4
4 3
2
0
i LK n n an ha ya
as ara ga lat zin inn ala
n
ult es as pin sa ni od
ons Aks
em m Pera anu rusa La
rm
K a h
P
Pe
d La ng
u Pe
Pe
Layanan Inbis
~ 70
Inkubator Bisnis
19%
13%
62%
6%
~ 71
Inkubator Bisnis
7%
7%
21%
65%
~ 72
Inkubator Bisnis
~ 73
Inkubator Bisnis
14
11
12
Jumlah Inbis
10 8
8
6
4 2 2 2
2
0
Kons.Bisnis. Net w orking Pemasaran Teknis Kepemilikan
Hubungan Inbis-Tenant
~ 74
Inkubator Bisnis
14 12
11
12
Jumlah Inbis
10
8
6
4 2
2 ~ 75
0
Inkubator Bisnis
a. Triwulanan (7)
b. Setiap saat dibutuhkan atau saat ada permasalahan/fleksibel (5)
c. Bulanan (3).
14
12
10
Jumlah Inbis
8 7
6 5
4 3
2
0
3 bulanan Feleksibel 1 bulanan
Frekuensi Monitoring
~ 76
Inkubator Bisnis
No Permasalahan % Solusi
~ 77
Inkubator Bisnis
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1. Kesimpulan
~ 78
Inkubator Bisnis
~ 79
Inkubator Bisnis
~ 80
Inkubator Bisnis
~ 81
Inkubator Bisnis
6. Calon tenant.
~ 82
Inkubator Bisnis
6.2. Rekomendasi
~ 83
Inkubator Bisnis
Undang-undang
atau
Keputusan Presiden
- Menko Perekonomian
- Departemen Teknis
(Kemenkop dan UKM,
DKP, DEPTAN, Deperin,
Depdag, Depnakertrans,
Depdiknas, Kemen BUMN
dll.)
- Pemerintah Daerah
Fasilita
Lembaga Seed
Keuangan Bank
(Bank, Pembiayaan Indonesia
VC,
BUMN/D INBIS Bantek
Tenant
Swasta Kemitraa
Pasar ~ 84
(Asosiasi Promotor Inovasi n bisnis Kreator
Inkubator
Inkubator Bisnis
a. Menko Perekonomian
b. Departemen Teknis
c. Lembaga Penelitian/Universitas
~ 85
Inkubator Bisnis
d. Lembaga Keuangan
e. Bank Indonesia
f. Inkubator Bisnis
~ 86
Inkubator Bisnis
g. Swasta
h. Pasar Kreator
~ 87
Inkubator Bisnis
b. Need assessment
c. Lokasi gedung
~ 88
Inkubator Bisnis
e. Tenant Inkubator
~ 89
Inkubator Bisnis
h. Layanan Inkubator
~ 90
Inkubator Bisnis
i. Pendampingan tenant
~ 91
Inkubator Bisnis
~ 92
Inkubator Bisnis
~ 93
Inkubator Bisnis
~ 94
DAFTAR PUSTAKA
3. Anonymous, 2002. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia No. 81.3/Kep/M.KUKM/VIII/2002: Petunjuk Teknis Perkuatan Permodalan
Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi dan Lembaga Keuangan dengan Penyediaan Modal
Awal dan Padanan Melalui Inkubator, Jakarta.
4. Anonymous, 2003. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Kep-
236/MBU/2003: Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan, Jakarta.
5. Barrow, Colin, 2001. Incubators: A Realist’s Guide to the World’s New Business Accelerators,
John Willey & Son, Ltd, London.
6. Dipta, I Wayan, 2003. “Inkubator Bisnis dan Teknologi Sebagai Wahana Pengembangan
Usaha Kecil Memasuki Era Global”, INFOKOP, Jakarta.
7. European Commission, Centre for Strategy & Evaluation Services, 2002. Benchmarking of
Business Incubators. Case Studies: Finland.
http://europa.eu.int/comm/enterprise/entrepreneurship/support
measures/incubators/finland case st udY 2002.pdf
8. European Commission, Centre for Strategy & Evaluation Services, 2002. Benchmarking of
Business Incubators,
http://europa.eu.int/comm/enterprise/entrepreneurship/suportmeasures/incubators
10. Hewick, Laurence, 2006. “Canadian Business Incubator”, paper on seminar International
Best Practices For Increasing Incubator Efficiencies, Jakarta.
11. Lalkaka, Rustam, 2002, Business Incubation and Technology Innovation: Rapid Growth of
Business Incubation in China, Lessons for Developing and Restructuring Countries.
http://www.waitro.org/modules/wfsection/article.php?articleid=104
12. Lalkaka, Rustam, 2002, Improving Business Incubator Performance through Benchmarking
and Evaluation: Lessons Learned from Europe.
http://www.waitro.org/modules/wfsection/article.php? articleid
~ 80
13. Rice M. and Matthews J., 1995, developed by NBIA, with credit to the book, Growing New
Ventures, Creating New Jobs: Principles and Practices of Successful Business Incubation,
http://www.nbia.org/resource_center/best_practices/
14. Robert S.Q. Lai, 2006: SME’s Innovation Policy Trough Incubation, Directorate General Small
and Medium Entreprise Administration Ministry of Economic Affairs Chinese, Taipei.
15. Sahlgren, Jari, 2005. Report on Business Incubation in Finland, Raahe District Business,
http://www.raahenseudunyritysgalvelut.fi.
16. Sofwan, Iwan, 1999. “Skema Pengembangan Entrepreneurship dan Usaha Kecil Melalui
Program Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi”, Usahawan No. 07, Jakarta.
18. UN-ECE Operational Activities, 1999. “Promoting and Sustaining Business Incubator for The
Development of SMEs”, discussion paper, prepared for The Expert Meeting on Best Practices
in Business Incubation.
Http://www.unece.org/indust/sme/ece;sme/xxx.htm
~ 81