Anda di halaman 1dari 3

MATERI RANGKUMAN METODE PENELITIAN

Reviu bahan materi kuliah utk UTS

1. Bab IV No. E. Perumusan masalah, hlm 39.


Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis dan menjadi dasar
bagi perumusan judul penelitian. Cara-cara merumuskan masalah sebaiknya memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
b. Masalah dirumuskan dengan padat, jelas, dan tidak bermakna ganda.
c. Rumusan masalah memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
d. Ruang lingkup masalah jangan terlalu luas atau terlalu sempit.
e. Dalam rumusan masalah adanya pertautan antara dua variabel atau lebih.
f. Rumusan masalah merupakan dasar dalam merumuskan hipotesis
g. Rumusan masalah menjadi dasar bagi perumusan judul penelitian.

2. Bab V Kajian Literatur No. D. Pengutipan referensi, hlm. 50-51.


Teknik pengutipan referensi dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Kutipan Langsung, dibagi menjadi 2, yakni: a. Kutipan Langsung Pendek; b. Kutipan
Langsung Panjang.
2. Kutipan Tidak Langsung (Parafris), dibagi menjadi 2, yakni: a. Parafris pendek; b. Parafris
panjang
3. Superskrip
4. Elipsis
5. Interpolasi

3. Bab V No. E. Penulisan sumber kutipan, hlm. 53


Sebagai informasi, sejak tahun 2000 sudah banyak perguruan tinggi menerapkan bahwa
penulisan sumber kutipan untuk penyusunan skripsi dan tesis tidak dicantumkan dalam
footnote (catatan kaki), melainkan diintegrasikan dalam teks. Ada 4 cara penulisan sumber
kutipan:
1. Jika nama pengarang ditulis mendahului kutipan, cara penulisannnya: Nama pengarang
(Tahun penerbitan: Nomor halaman)
2. Jika nama pengarang ditulis setelah selesai kutipan , cara penulisannya: (Nama pengarang,
Tahun penerbitan: Nomor halaman)
3. Jika sumber kutipan merujuk sumber lain, cara penulisannya: Nama penemu (Nama yang
menjelaskan, Tahun penerbitan: Nomor halaman)
4. Sering melakukan pendugaan, membuat abstrak berdasarkan perbendaharaan
pengetahuannya.

4. Bab VI Hipotesis, hlm. 58.


Bila ditinjau berdasarkan tujuan umum penelitian:
a. Penelitian eksploratif tidak perlu menggunakan hipotesis
b. Penelitian deskriptif boleh atau tidak perlu menggunakan hipotesis
c. Penelitian verifikatif atau penelitian eksplanatori harus menggunakan hipotesis dan diuji
melalui uji statistic yang tentunya dibahas secara analisis kuantitatif dan kualitatif.
1. Pengertian Hipotesis, arti kata hipotesis terdiri dari dua penggalan kata, yaitu hypo dan
thesis. Hypo artinya di bawah, lemah, atau kurang, sedangkan thesis artinya proposisi atau
pernyataan suatu kebenaran yang disajikan sebagai bukti. Jadi hipotesis dapat diartikan
sebagai pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan melalui
penelitian, atau hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian. Secara garis besar, pengertian/definisi hipotesis mencakup, antara
lain:
a. Jawaban sementara terhadap masalah penelitian, secara teoritis merupakan paling
mungkin dan tinggi tingkat kebenarannya.
b. Secara teknis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai parameter yang akan diteliti
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampe penelitian.
c. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai parameter yang akan diuji
melalui uji statistic sampel.
d. Secara implicit, hipotesis juga menyatakan prediksi.

5. Bab VII No. F. Definisi operasional, hlm. 85.


Cara penyusunan definisi operasional sangat beragam. Namun untuk memudahkan
pendefinisian, cara yang beragam itu dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe, yaitu berturut-
turut di sini disebut definisi tipe A, B, dan C.
1. Definisi tipe A, yaitu definisi operasional yang disusun atas dasar kegiatan-kegiatan
(operations) apa yang harus dilakukan agar variabel yang didefinisikan ini terjadi, atau
penyusunan definisi dengan menekankan kegiatan (operation) apa yang perlu dilakukan
sehingga menyebabkan timbulnya hal yang didefinisikan itu.
2. Definisi tipe B, yaitu definisi operasional yang disusun atas dasar bagaiman hal yang
didefinisikan itu beroperasi.
3. Definisi tipe C, yaitu definisi operasional yang disusun atas dasar bagaimana hal yang
didefinisikan itu sebagaimana tampaknya.
6. Bab VIII No. B. Jumlah sampel, no.5, representatif, hlm. 90-91.
B. PENENTUAN JUMLAH SAMPEL
Umumnya, jumlah sampel yang lebih besar akan lebih baik, sebab sampel besar
cenderung memiliki kekeliruan yang kecil; dengan demikian bila peneliti menginginkan
kekeliruan yang kecil makan semakin banyak jumlah sampel yang diperlukan. Jika sampe
dipilih dengan tepat maka dapat memprediksi populasi, sehingga sampel merupakan
representatif dari populasi. Oleh karena itu, untuk membuat suatu generalisasi yang sahih,
di samping penentuan jumlah sampel juga yang lebih penting adalah representative
(keterwakilan).
B.5. Adapun jumlah sampel yang dianggap representatif seperti contoh yakni :
Dengan contoh: n= b + X = 90 + 5 = atau 95/200 x 100% = 47,50%
Ket : N : Jumlah Populasi
n : Jumlah sampel

7. Bab VIII No. C. Teknik Pengambilan sampel, no. 2. Systematic sampling, hlm. 100.
Penarikan sampel acak sistematik (sering disebut sebagai sampel ordinal) diawali
dengan penomoran anggota-anggota populasi dari nomor 1 sampai N dan ditentukan
jumlah sampel (n). Rumus yang dipakai yakni: Sn = S1 + (n-1)k

8. Bab VIII No. C.3.b. Stratified sampling, hlm. 101-102.


Penerapan Teknik stratified random sampling, bila jumlah populasi (N) terbagi atas
beberapa strata atau subpopulasi (N1, N2,.. Ni). Masing-masing subpopulasi (strata)
mempunyai anggota yang homogen dan pada antarsubpopulasi memberikan heterogenitas
yang nyata.
Rumusnya: untuk masing-masing populasi: N1+N2+N3+ … + Nk = N
untuk masing-masing sampel: n1+n2+n3+…+nk=n

9. Metode nonprobability sampling, hlm. 103.


Penjelasan mengenai teknik pengambilan sampe berdasarkan metode nonprobability
sampling sebagai berikut:
1. Purposive Sampling (Sampel Bertujuan)
Dalam teknik purposive sampling, sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
2. Accidental Sampling (Sampel Kebetulan Ketemu)
Dalam Teknik accidental sampling (sampel kebetulan ketemu), peneliti mengambil sampel
siapa saja yang berada di tempat atau kebetulan ketemu sebagai sampel yang dipandang
cocok sebagai sumber data.

Anda mungkin juga menyukai