Anda di halaman 1dari 6

PEKERJAAN

Resume
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Kurikulum dan Pembelajaran Kejuruan
yang dibina oleh Prof.

Oleh
Admaja Dwi Herlambang
110551539269
Kelas B

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN KEJURUAN
September 2011
A. Pekerjaan
Pekerjaan timbul dari kepentingan masyarakat, kebutuhan budaya, dan
berkembang sejalan dengan waktu. Kepentingan masyarakat dan kebutuhan budaya
membentuk wacana mengenai pekerjaan dan menetapkan pendidikan untuk
memfasilitasi mendukung persiapan pekerjaan tersebut (misalnya pendidikan
kejuruan).
Akan tetapi, saat ini wacana mengenai pekerjaan dan persiapannya ditangani
oleh beberapa pihak saja yang memiliki kepentingan tertentu, sehingga melemahkan
posisi dari pendidikan kejuruan. Hal ini juga menghilangkan peran pihak-pihak atau
praktisi yang benar-benar mengerti mengenai kondisi dan kompleksitas suatu
pekerjaan dalam pembuatan wacana. Sehingga wacana yang salah mengenai
pekerjaan sering timbul dalam masyarakat, bahkan juga terlibat dalam pengadaan
kebijakan pendidikan yang ada. Wacana tersebut misalnya, karakteristik khusus
manusia menentukan dimana mereka bekerja. Pengkarakteristikan tersebut misalnya
dibagi menjadi kurang terampil, semi terampil, dan profesional. Pembagian
karakteristik tersebut akan menentukan bagaimana mereka diperlakukan untuk
mendapatkan pelatihan lebih lanjut sehingga mampu mengembangkan kemampuan
dan keterampilan mereka masing-masing. Padahal setiap orang memiliki potensi yang
sama untuk mengembangkan potensi yang dikembangkannya, yang membedakannya
adalah keinginan mereka untuk bekerja di bidang sesuai dengan potensinya.
Pembagian karakteristik ini akan membuat setiap orang akan mengincar posisi yang
dianggap paling bergengsi tanpa melihat potensi kemampuan mereka masing-masing
secara objektif.
Setiap pekerjaan memiliki norma khusus dan praktiknya masing-masing. Kedua
hal tersebut dipelajari oleh setiap individu yang terlibat didalam pekerjaan. Melalui
hal ini, individu akan menemukan arti, mengidentifikasi, dan mentransformasikannya
terhadap pekerjaan yang akan mereka geluti. Selain itu juga perlu dipertimbangkan
mengenai dimensi sosial dan personal dalam memahami apakah terdapat pekerjaan
yang dibayar, persiapan untuk terlibat dalam pekerjaan tersebut, dan masa kerjanya.

2
Suatu pekerjaan harus menjamin dan mengatur keuangan pihak-pihak atau
praktisi yang terlibat didalamnya dan komunitas yang peduli atau melakukan
pekerjaan tersebut. Banyak pihak yang menggantungkan hidupnya terhadap gaji atau
upah yang didapatnya dari pekerjaan. Hal ini juga melibatkan identitas individu,
dimana secara subjektif setiap individu memiliki tujuan tertentu terhadap hubungan
antara masa kerja dan upah yang didapat dari bekerja. Hal tersebut juga ikut
membentuk konsep pekerjaan dan konsep sosial. Pandangan sosial menentukan status
dari suatu pekerjaan, gajinya, dan jenis serta durasi pekerjaannya. Selain itu,
pandangan sosial dipengaruhi oleh teknik, peran dan kemampuan khusus yang
diperlukan dalam pekerjaan.
Pekerjaan sebagai panggilan atau pengabdian belum menjadi konsep yang
umum bagi beberapa masyarakat. Konsep terhadap pekerjaan masih bersifat
tradisional seperti yang umum dijumpai di negara-negara yang belum atau sedang
berkembang. Bertani, memelihara ternak, berdagang, mengelola hutan, mengelola
perkebunan, menangkap ikan, membangun gedung, menata kota, berpolitik, mencipta
lagu, dan berbagai pekerjaan lainnya konsepnya masih tradisionil. Sikap yang
menonjol masih yang penting ada, tanpa memikirkan akibat dari setiap tindakan atau
pekerjaan terhadap bidang-bidang lain.

B. Konsep dari Pekerjaan dan Pendidikan


Perkembangan lebih lanjut mengenai konsep dari pekerjaan menekankan
pekerjaan sebagai praktik yang memiliki asal usul sejarah, budaya dan sosial.
Selanjutnya, karakterisasi pekerjaan secara umum dibentuk oleh masyarakat, dan
secara sempit dibentuk oleh para praktisi sebenarnya. Bagian dari wacana tersebut
menunjukkan bahwa kapasitas dari para pekerja yang melakukan pekerjaan yang
kurang bergengsi adalah sangat terbatas. Artinya, para pekerja tidak memiliki
keterampilan seperti memecahkan masalah, mengembangkan ide baru, atau mengatur
suatu kondisi baru, sehingga memunculkan pertanyaan mengenai fungsi dan bentuk
dari pendidikan yang membekali mereka.

3
Keputusan mengenai mendirikan lapangan pekerjaan, persiapan pembekalan
para pekerja, dan bagaiamana pekerjaan tersebut harus bekembang, secara umum
dibentuk oleh hanya sebagian orang yang memiliki pengaruh yang sangat besar di
dalam masyarakat (seperti aristokrasi, plutokrasi, theokrasi, teknokrat, dan birokrat),
padahal sangat sedikit diantara mereka yang benar-benar mengerti tentang pekerjaan
secara praktis, hal ini tetap bertahan hingga saat ini. Yang paling penting, di
Mesopotamia, Yunani, Kekaisaran Cina dan Eropa abad pertengahan, keterampilan
yang dimiliki oleh para pekerja sangat dihargai oleh para praktisi  dan masyarakat
yang membutuhkan mereka. Tentu saja hal seperti ini juga terjadi di era kota industri
atau tempat kerja saat ini. Di setiap era dan daerah, tradisi kuat mengenai pentingnya
keterampilan dijaga dan dipertahankan oleh masyarakat dan pihak-pihak yang melatih
dan mengembangkanya. Misalnya, di komunitas penambangan batu bara, seorang
ahli penambang batu bara memiliki status atau kedudukan lebih menonjol dari pada
para pekerja professional lain di dalam komunitas tersebut. Sebaliknya, banyak
masyarakat dilingkungan lain yang memandang pekerjaan penambang batu bara
tersebut kurang layak dan gaji yang didapatkan kurang memadai. Dalam hal ini
menunjukkan bahwa ada suatu fakta sosial yang dibentuk oleh pekerja dan
masyarakat dimana para pekerja tersebut bekerja. Seiring dengan berjalannya waktu,
telah menjadi bagian dari aktifitas para pekerja, talenta dan kepintaran yang telah
dikembangkan melalui pelatihan kerja dan berkembang disesuaikan dengan
perubahan kebutuhan, walaupun belum tentu orang-orang yang dihasilkan benar-
benar dibutuhkan oleh masyrakat di tempat mereka bekerja. Oleh karena itu,
komunitas, pelatihan, praktisi mereka, yang sebenarnya memiliki kepentingan tinggi
dalam fakta sosial, terkadang hanya terlibat kepentingan pribadi dari beberapa
kalangan elit.
Berkaitan dengan hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ada beberapa
saran mengenai pendidikan kejuruan. Pertama, dalam dalam hal yang berkaitan
pengabdian, perlu memandang pekerjaan dari perspektif perseorangan dan sosial.
Artinya, harus memperhatikan kepentingan masyarakat dalam membentuk suatu
pekerjaan, kepentingan pribadi dalam pemilihan pekerjaan, persiapan untuk pekerjaan

4
tersebut, dan bagaimana pekerjaan tersebut memenuhi kebutuhan para pekerja selama
masa kerja mereka. Kedua, institusi utama dan pendapat masyarakat memainkan
peranan penting dalam membentuk pendirian suatu pekerjaan dan segala
persiapannya. Secara khusus, banyak diantara mereka yang yang berperilaku
bertentangan dengan kepentingan dari suatu pekerjaan itu sendiri karena memandang
rendah terhadap suatu profesi dan segala sesuatu yang dijalankan oleh pendidikan
kejuruan. Oleh karena itu, diperlukan asumsi-asumsi mendasar berupa pemahaman
mengenai pengabdian. Ketiga, diperlukan pertimbangan khusus dan teknis mengenai
pekerjaan, dan pertimbangan secara umum mengenai keterampilan yang ingin
dipraktikkan dalam pekerjaan, dan sejak awal sarana untuk memfasilitasi
keterampilan tersebut harus dikembangkan dan dipertahankan selama masa kerja.
Keempat, sangat penting untuk menghindari asumsi bahwa individu yang terlibat
didalam pekerjaan yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda pula untuk
praktik dan berkembang (berkarir). Sebaliknya, harus diasumsikan bahwa semua
pekerja memiliki jenis pengetahuannya sendiri di bidang pekerjaannya masing-
masing, termasuk cara berpikir tingkat tinggi dan perilaku-perilaku yang muncul
untuk terlibat di dalam kegiatan-kegiatan baru yang memerlukan kreativitas dan
mengembangkan kemampuannya menjadi suatu kelebihan dari perberkalan dan
kesempatan yang diperoleh dari pendidikan. Kelima, pendidikan kejuruan seharusnya
membantu setiap individu untuk mengenali pekerjaan apa yang cocok untuk mereka,
baik dalam hal identitas personal dan juga kemampuan personal, kepentingan, dan
kualitas.
Dari waktu ke waktu, konsep pekerjaan terhalang oleh asumsi yang tidak
berguna, dimana semua memiliki asal usul dalam konsep, pengertian, penggajian, dan
lain-lain, sebagai akibatnya, keputusan mengenai ketetapan pendidikan digunakan
untuk mempersiapkan individu untuk suatu pekerjaan dan mempertahankan
kemampuan mereka dalam menjalani masa kerja. Secara khusus, faktor-faktor
seperti:
a. kurangnya penekanan nilai dari aktifitas manusia yang merupakan bagian dari
pekerjaan,

5
b. membuat perbedaan yang salah dan kurang baik antara pekerjaan yang
menekankan pada otak dengan yang menekankan pada tangan dan menempatkan
pekerjaan yang menekankan otak diatas segalanya,
c. membuat perbedaan yang kurang baik diantara mereka (misal terampil, semi
terampil, dan profesional),
Ketiga hal tersebut memberikan halangan terhadap konsep bahwa mencari posisi
dalam pekerjaan harus objektif dan harus memiliki gambaran pekerjaan yang
menyenangkan untuk diri mereka, sehingga tidak bergantung pada menjadi bawahan
dari pada yang lain atau tidak.
Bagian yang paling berisiko adalah konsep-konsep yang kurang baik dan
pembatasan pada beberapa pekerjaan, dan orang-orang yang mempraktikkan konsep
tersebut. Kemudian, imbasnya adalah beberapa pekerjan diberi cap negatif (misal
kurang terampil, semi terampil, dan profesional). Konsekuensinya, suatu pengabdian
harus dikonsep, dikategorikan, dan dievaluasi dalam menjawab pemenuhan
kebutuhan budaya, walaupun dalam situasi dan kondisi terntentu, dan arti mereka
terhadap pihak-pihak yang terlibat dengan hal tersebut. Secara kualitatif, tidak ada
perbedaan yang jelas antara apa yang sering dicap sebagai kerja professional, dan
bentuk lain dari kerja. Keduanya memerlukan konsep, prosedur, dan
ketidaktergantungan terhadap kemampuan di berbagai tingkat. Semua bentuk kerja
sepertinya memerlukan kemampuan yang strategis, untuk memonitor praktiknya dan
untuk terlibat di dalam situasi yang efektif dan persoalan-persoalan yang belum
ditemukan sebelumnya. Tentu saja, secara kualitatif, beberapa pekerjaan akan
meminta bidang pengetahuan yang lebih luas dari pada pekerjaan yang lain tanpa
melihat jenis pekerjaan yang mereka tangani.

Anda mungkin juga menyukai