SISTEM KONTROL
DISUSUN OLEH :
NAMA : RIZKY AULIA RACHMAN
NIM : 2018-71-091
KELAS :D
KELOMPOK : 4D
ASISTEN : ALFIRA MAULANA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan jurnal yang berjudul Laporan Praktikum Sistem Kontrol tepat waktu.
Jurnal Laporan Sistem Kontrol ini disusun guna memenuhi tugas Laboratorium Sistem
Kontrol pada mata kuliah Praktikum Sistem Kontrol di Institut Teknologi PLN. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Sistem Kontrol.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Abstrak
Sistem kendali atau sistem kontrol (control system) adalah suatu alat (kumpulan alat) untuk
mengendalikan, memerintah, dan mengatur keadaan dari suatu sistem. Sistem disini artinya
kombinasi dari beberapa komponen atau alat yang penggunaanya dibatasi dalam suatu kondisi
tertentu. Sedangkan control diartikan dengan "Mengatur variabel yang dimanipulasi dan
mengoreksi kesalahan yang nantinya akan di proses dan menjadi output yang di inginkan. Salah
satu software yang mengaplikasikan sistem kontrol yaitu MATLAB. MATLAB adalah program
interaktif untuk komputasi numerik dan visualiasi data. Dan pada penggunaan MATLAB ada
beberapa hal dasar yang harus dimengerti seperti Vektor Fungsi Plot dan Matrik. Dn biasanya
para ahli bidangcontrol menggunakan MATLAB untuk analisadan perancangan sistem kontrol.
Abstract
Control system or control system (control system) is a tool (collection of tools) to control,
govern, and regulate the state of a system. System here means a combination of several
components or tools whose use is limited under certain conditions. Whereas control is defined as
"Managing variables that are manipulated and correcting errors that will later be processed and
become the desired output. One software that applies the control system is MATLAB. MATLAB
is an interactive program for numerical computation and data visualization. And in the use of
MATLAB there some basic things that must be understood such as the Plot and Vector Function
Vectors, and usually the control experts use MATLAB for analysis and control system design.
Abstrak
Untuk mendukung penggunaan Sistem Kontrol dibutuhkan alat dan software yang mumpuni.
Salah satu software yang digunakan yaitu Matlab. Matlab adalah suatu program yang
digunakan untukmenyelesaikan perhitungan – perhitungan ilmiah maupun teknik secara
numerik. Matlab dapat diguanakan pada berbagai versi sistemoperasi komputer seperti
Windows , Linux dan Dos. Sebelum mendapatkan hasil perhitungan dari Matlab akan adanya
suatu sistem berada pada keadaan transient/peralihan(sebelum mencapai keeeadaan yang
baaaru). Pada saat keadaan transient maka sistem berada padakondisi diwaspadai atau berada
dalam kondisi yang tidak stabil. Untuk mengetagui sistem tersebut dalamkeadaan stabil atau
tidak perlu mengetahui 2 karakteristik ini yaitu harus mengetahui karakteristik kinerja peralihan
dan mengetahui karakteristik sesuai keadaan peralihan. Barulah ketika sudah memenuhi 2
syarat tersebut suatu sistem dapat dikatakan dalam kondisi yang stabil.
Abstract
To support the use of the Control System needed tools and software that is qualified. One of the
software used is Matlab. Matlab is a program that is used to complete numerical scientific and
technical calculations. Matlab can be used on various versions of computer operating systems
such as Windows, Linux and Dos. Before getting the calculation results from Matlab the
existence of a system is in a transient state / transition (before reaching a new state). When the
situation is transient, the system is in a condition to be alerted or in an unstable condition. To
determine the system in a stable state or not need to know these 2 characteristics, they must
know the characteristics of transition performance and know the characteristics according to the
transition state. Only when it meets these two requirements can a system be said to be in a stable
condition.
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sistem kendali atau sistem kontrol (control system) adalah suatu alat (kumpulan alat) untuk
mengendalikan, memerintah, dan mengatur keadaan dari suatu sistem. Untuk praktek sistem kontrol
sendiri biasanya digunakan bahasa pemrograman matlab untuk melihat respon sistem yang kita rancang
atau analisa. Matlab merupakan suatu software pemrograman perhitungan dan analisis yang banyak
digunakan dalam semua area penerapan matematika baik bidang pendidikan maupun penelitian pada
universitas dan industri. Dengan matlab, maka perhitungan matematis yang rumit dapat
diimplementasikan dalam program dengan lebih mudah.
2. Tujuan Praktikum
1. Mengenal dasar-dasar software MATLAB
2. Mengetahui fungsi alih model sistem orde 1 dan orde 2
3. Mampu menggunakan MATLAB untuk menghasilkan grafik respon transien sistem orde
1 dan orde 2 dengan berbagai jenis input
4. Mengamati performansi sistem berdasarkan grafik respon transien dengan input unit step
Bab II
Landasan Teori
2.1 Teori Modul
2.1.1 Software MATLAB
Matlab adalah program interaktif untuk komputasi numerik dan visualisasi data. Para
ahli di bidang control menggunakan matlab untuk analisa dan perancangan sistem
control. Pada matlab, disamping fungsfungsi dasar, tersedia beberapa toolbox untuk
keperluan aplikasi yang berbeda. Berikut ini adalah dasar-dasar pengoperasian
MATLAB:
a. VEKTOR
Setiap elemen vector ditulis diantara tanda kurung dan vector dapat diset sebagai
variable
b. FUNGSI
Pada matlab dilengkapi fungsi-fungsi standard seperti sin, cos, exp, log, sqrt dan
sebagainya. Konstanta standard p (pi), dan i atau j untuk bilangan kompleks.
c. PLOT
d. MATRIK
Dalam teori sistem kontrol, fungsi alih digunakan untuk mencirikan hubungan masukan
dan keluaran dari komponen/sistem yang dapat digambarkan dengan persamaan diferensial
linier, invarian waktu. Fungsi alih persamaan diferensial, invarian waktu suatu sistem
didefinisikan sebagai perbandingan antara Transformasi Laplace keluaran terhadap Transformasi
Laplace masukan dengan anggapan semua syarat awal nol.
Dengan menggunakan konsep fungsi alih, sistem dinamik dapat dinyatakan dengan
persamaan aljabar dalam s. Jika pangkat tertinggi s dalam penyebut fungsi alih sama dengan n,
maka sistem disebut sistem orde ke-n. Kegunaan konsep fungsi alih terbatas pada sistem linear
persamaan diferensial, waktu tidak berubah. Namun pendekatan fungsi alih digunakan secara
meluas dalam analisis dan desain sistem. Beberapa hal yang penting dalam fungsi alih adalah
sebagai berikut:
Fungsi alih sistem adalah model matematika yang merupakan metode operasional dari
pernyataan persamaan diferensial yang menghubungkan variabel keluaran dengan
masukan.
Fungsi alih sistem adalah sifat sistem tersebut sendiri, tidak tergantung dari besaran dan
sifat masukan.
Fungsi alih tidak memberikan informasi mengenai struktur fisik sistem tersebut, atau
atau dapat dikatakan fungsi alih sistem yang secara fisik berbeda dapat identik.
Jika fungsi alih sistem diketahui, keluaran dapat ditelaah untuk berbagai macam bentuk
masukan dengan pandangan terhadap pengertian akan sifat sistem tersebut.
Jika fungsi alih sistem tidak diketahui, dapat diadakan secara percobaan dengan
menggunakan masukan yang diketahui dan menelaah keluaran sistem
2.1.3 Orde Sistem
(1.1)
Orde sistem dapat diketahui dengan melihat pangkat tertinggi s pada penyebut fungsi
alih. Fungsi alih dalam Persamaan (1.1) adalah sistem dengan orde n.
(2.2)
dimana T adalah konstanta waktu dan K merupakan penguatan sistem. Kedua parameter
ini menggambarkan perilaku sistem orde satu. Konstanta waktu T berhubungan langsung dengan
waktu penetapan (settling time) yaitu ts = 4T (menggunakan kriteria toleransi 2 %). Sedangkan
penguatan K menyatakan perbandingan antara tanggapan mantap (steady state) sistem dengan
sinyal masukan berupa sinyal unit step.
Dalam merealisasikan sistem orde satu tersebut maka perlu dipilih suatu konfigurasi
komputer analog yang mengakibatkan kedua parameter, T dan K, dapat diubah-ubah. Perubahan
tersebut tergantung pada performansi sistem yang dikehendaki dan perubahan komponen
rangkaian yang mewakili besar dari parameter-parameter tersebut tidak saling berpengaruh.
Respons unit step sistem orde 1 dapat dilihat dalam Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Respons Unit Step Sistem Orde Satu.
(8.3)
Dengan :
K = penguatan sistem
Perilaku dinamik sistem orde dua dapat digambarkan dengan suku 2 paramater dan . ξ
Jika 0< ξ<1, kutub loop tertutup merupakan sekawan kompleks dan berada pada sebelah kiri
bidang s dan memiliki overshoot, dalam hal ini sistem dikatakan dalam keadaan teredam kurang.
Jika ξ=1 maka sistem dikatakan teredam kritis. Jika ξ>1 sistem dikatakan teredam lebih.
Tanggapan transien sistem teredam kritis dan teredam lebih tidak memiliki overshoot. Jika =0,
tanggapan transien akan berosilasi terus (tidak berhenti).
(1.4)
dengan ωd=ωn√1- . Frekuensi disebut frekuensi alamiah teredam. Untuk masukan unit
step, C(s) dapat dituliskan
(1.5)
Apabila rasio redaman ξ sama dengan nol, tanggapan menjadi tak teredam dan berosilasi terus
menerus untuk waktu yang tak tentu. Tanggapan c(t) untuk kasus redaman nol
Jadi, dari Persamaan (1.6), dapat dilihat bahwa ωn menyatakan frekuensi alamiah tak
teredam sistem. Oleh karena itu, frekuensi alamiah tak teredam ωn menunjukkan sistem akan
berosilasi apabila redaman diperkecil menjadi nol.
Apabila dua kutub C(s)/R(s) hampir sama, maka sistem dapat didekati dengan bentuk
teredam kritis. Untuk masukan unit step, maka:
(1.7)
(1.8)
C. Terendam lebih/Overdamped (ξ ≥ 1)
(1.9)
(1.10)
Dengan
2.1.4 Respon Transien
Respon transien diperoleh ketika suatu sistem diberi masukan suatu unit step dan diamati
keluaran (respon) ketika respon mulai menunjukkan nilai menuju steady state. Dalam
menentukan karakteristik respons transien suatu sistem kontrol terhadap masukan unit step,
dicari parameter-parameter (performansi sistem) untuk orde 2 sebagai berikut:
Gambar 1.2 menunjukkan kurva respons sistem orde dua kurang teredam (underdamped) dengan
masukan unit step.
Gambar 1.2 Kurva Respons Sistem Orde Dua Underdamped dengan Masukkan
Unit Step.
Gambar 1.3 menunjukkan kurva respons sistem orde dua terlalu teredam (overdamped) dengan
masukan unit step.
Gambar 1.3 Kurva Respons Sistem Orde Dua Overdamped dengan Masukan Unit Step.
Dimana:
Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran
(variabel, parameter) sehingga berada pada harga (range) tertentu (pakpahan, 1994). Kontrol
mengandung 3 aspek yaitu rencana yang jelas, dapat melakukan pengukuran dan dapat
melakukan tindakan (Sulasno, 2006). Sistem kontrol merupakan sebuah sistem yang terdiri atas
satu atau beberapa peralatan yang berfungsi untuk mengendalikan sistem lain yang berhubungan
dengan sebuah proses. Dalam suatu industri, semua variabel proses seperti daya, temperatur dan
laju alir harus dipantau setiap saat. Bila variabel proses tersebut berjalan tidak sesuai dengan
yang diharapkan, maka sistem kontrol dapat mengendalikan proses tersebut sehingga sistem
dapat berjalan kembali sesuai dengan yang diharapkan.
Matlab
Matlab menyediakan beberapa tool box, salah satunya adalah control system tool box. Dalam
control system tool box ini terdapat lebih dari 40 fungsi untuk menganalisis teknik control, dan
dalam praktikum ini akan digunakan fungsi-fungsi tersebut untuk melihat response transient
suatu sistem.Karena matlab merupakan teknik pemograman yang berbasis matrik, maka
penulisan datanya dalam bentuk matrik yang dinyatakan dalam tanda [ ]. Untuk vektor baris,
bilangan-bilangannya dipisahkan dengan tanda blank atau koma, sedangkan untuk vektor kolom,
bilangan-bilangannya dipisahkan dengan titik koma.
Respon Transient
Suatu sistem yang mendapat masukan, akan mengalami keadaan transient (peralihan) sebelum
mencapai keadaan setimbang yang baru. Pada saat keadaan transient tersebut, maka sistem
berada dalam keadaan yang perlu diwaspadai, karena sistem tersebut akan mudah jatuh ke
keadaan tidak-stabil. Karena itu, keadaan transient merupakan fenomena yang secara serius
diperhatikan bagi pengamat dan perancang sistem kontrol, apapun jenis sistemnya.
Dengan mengamati keadaan transient, maka akan dapat diketahui dua hal, yaitu :
2.Dapat merancang kontroler yang sesuai dengan keadaan peralihan tersebut, apabila kriteria-
kriteria perancangannya dinyatakan dengan jelas secara kwantitatif.
Dengan demikian dapat diketahui keluaran sistem terhadap masukan unit step atau biasa
disebut unit step response. Transformasi Laplace untuk masukan sinyal berupa unit step adalah
1/s, dengan mensubtitusikan kedalam persamaan (1) maka didapatkan persamaan (2) untuk
keluaran sistem.
Dengan metode pecahan parsial maka didapat persamaan (3) untuk nilai K= 1.
Dengan mentransformasikan persamaan (3) kedalam domain waktu maka didapatkan persamaan
(4). Persamaan ini menyatakan bahwa kondisi awal keluaran sistem C(t) adalah nol dan pada
akhirnya mendekati suatu nilai tertentu. Salah satu kriteria penting dari keluaran sistem adalah
ketika nilai t = τ , yaitu keluaran sistem pada saat mencapai nilai 63,2 % dari total perubahan
keluaran sistem. Semakin kecil nilai dari τ atau biasa disebut konstanta waktu maka semakin
cepat kondisi transien dari sistem tersebut.
untuk t > 0:
Karakteristik penting lainnya adalah nilai dari kemiringan kurva keluaran sistem pada saat t = 0
adalah 1/τ. Dapat dilihat pada Gambar 1 bahwa setelah kurva keluaran sistem telah melewati
nilai t = τ maka nilai kemiringan kurva menurun begitu cepat.
Gambar 2.1 Kemiringan kurva keluaran sistem orde satu
CONTOH:
Identifikasi plant motor DC menggunakan perangkat lunak LabVIEW. Kemudian diberi
masukan sebesar step 1 volt dengan waktu sampling 1 ms.
Hasil identifikasi ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2.2 Identifikasi plant motor DC dengan waktu sampling sebesar 1ms.
Dari grafik respon diperoleh fungsi alih Plant Motor DC ialah
K=gain overall=3,618
τ=4,142*1 ms = 0,004142 detik
Untuk kemudahan dalam menganalisa maka dilakukan pembulatan data matematis dari fungsi
alih, berikut hasil pembulatan fungsi alih dari Plant:
https://fahmizaleeits.wordpress.com/tag/plotting-step-respon-plant-menggunakan-matlab/
http://e2d-robotika.blogspot.com/2009/03/analisa-transient-sistem-dengan.html
Bab III
Metode Praktikum
1. Dasar MATLAB
trans_A=transpose matriks
A,berdasarkan matriks A
yang dibuat sebelumnya
trans_A=A‟
Klik „enter‟
inv_A=invers matriks A,
berdasarkan matriks A yang
dibuat sebelumnya
inv_A=inv (A)
Klik „enter‟
operasi penjumlahan
Z=A+B
Klik „enter‟
Warna, jenis, dan ketebalan garis pada grafik juga dapat diatur, misal: plot(t,y,'--gx','LineWidth',2)
→ artinya plot t terhadap y, dengan garis putus-putus (--), warna hijau (g), marker x pada tiap
poinnya (x), dengan ketebalan garis adalah 2.
NB: anda juga dapat memperoleh informasi syntax matlab dengan cara ketik help „nama syntax‟
pada command window, misal anda ingin tahu penjelasan „plot‟, maka ketik help plot pada
command window, klik enter.
5) Simpan program yang telah dibuat
6) Jalankan/ run program 1 dengan cara klik menu Editor → Run
7) Plot program 1 dan sertakan hasil plot pada laporan praktikum anda.
3. Sistem Orde 1
Sistem orde 1 yang dipakai pada praktikum ini adalah rangkain RC seri.
Fungsi alih adalah perbandingan output terhadap input dalam bentuk laplace. Karena V3 adalah
output dan V1 adalah input, maka diperoleh fungsi alih untuk rangkaian RC adalah:
( )
Nilai R dan C sesuai dengan nilai tahanan dan kapasitansi komponen.
2. Membuat plot respon transien sistem orde 1 dengan mfile MATLAB dengan input impulse untuk
berbagai nilai R dan C.
a. Plot 1.1: Respon transien sistem orde 1 dengan input impuls untuk nilai R=20 ohm dan C=0.01 F
Buatlah program mfile seperti berikut ini
b. Plot 1.4: Respon transien sistem orde 1 dengan input step untuk nilai R=100 ohm dan C=0.1 F.
Dengan program yang sama seperti plot 1.3, ganti nilai R dan C.
Tuliskan fungsi alihnya sesuai nilai R dan C.
Jalankan program dan amati hasil plot.
Berikan keterangan analisis performansi sistem orde 1 pada plot tersebut
Lengkapi tabel performansi berikut sesuai grafik hasil plot
Keterangan:
- blok „Step‟ dapat diperoleh dari library pada bagian Simulink → Sources. Drop and drag blok
tersebut pada simulink. Kemudian double clik untuk masuk pada block parameter: Step, untuk
mengganti parameter blok. Parameter yang diubah adalah step time=0.
- blok „Transfer Fcn‟ dapat diperoleh dari library pada bagian Simulink → Continuous. Drop and
drag blok tersebut pada simulink. Kemudian double clik untuk masuk pada block parameter
sesuai dengan numerator dan denumerator.
- blok „Scope‟ dapat diperoleh dari library pada bagian Simulink → Sinks. Drop and drag blok
tersebut pada simulink. Cara menambah port input scope adalah klik kanan scope → signals &
ports → number of input ports.
Pada command window, deklarasikan nilai R=20 dan C=0.01
Jalankan simulink dengan klik tombol „Run‟
Double click pada scope untuk melihat hasil plot, plot ini diberi nama plot 1.5
Sertakan hasil plot pada laporan anda dan berikan kesimpulan terhadap hasil plot
4. Sistem Orde 2
Pada praktikum ini, sistem orde 2 yang digunakan adalah sistem pegas massa. Sebuah balok
tergantung pada pegas dengan sistem peredam berupa liquid damper. Diketahui massa balok
adalah m, konstanta pegas adalah k, dan konstanta redaman adalah b. Diberikan gaya u sehingga
posisi balok berpindah sebesar y dari titik kesetimbangannya.
𝑢=m 𝑏 𝑘𝑦
𝑢 (t)= m 𝑏 𝑘𝑦
L {u (t) } = L { m 𝑏 𝑘𝑦
U (s) = m{ 𝑦 𝑦 𝑏 𝑦 𝑘
Karena y(0) = 𝑦(0) = 0, maka:
U (s) = m + bsY(s) + kY(s)
U (s) = (m 𝑏 𝑘
Sehingga didapat bentuk fungsi alih :
G (s) =
Keterangan :
- blok „Step‟ dapat diperoleh dari library pada bagian Simulink → Sources. Drop and drag
blok tersebut pada simulink. Kemudian double clik untuk masuk pada block parameter:
Step, untuk mengganti parameter blok. Parameter yang diubah adalah step time=0.
- blok „Transfer Fcn‟ dapat diperoleh dari library pada bagian Simulink → Continuous.
Drop and drag blok tersebut pada simulink. Kemudian double clik untuk masuk pada
block parameter sesuai dengan numerator dan denumerator.
- blok „Scope‟ dapat diperoleh dari library pada bagian Simulink → Sinks. Drop and drag
blok tersebut pada simulink. Cara menambah port input scope adalah klik kanan scope →
signals & ports → number of input ports
Pada command window, deklarasikan nilai m=2 kg, k=10 N/m, dan b=4 Ns/m
Jalankan simulink dengan klik tombol „Run‟
Double click pada scope untuk melihat hasil plot, plot ini diberi nama plot 1.10
Sertakan hasil plot pada laporan anda dan berikan kesimpulan terhadap hasil plot
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Grafik dan Program
Program 1
Hasil :
t=
Columns 1 through 5
Columns 6 through 10
Columns 11 through 15
Columns 16 through 20
Column 21
3.1416
Dalam praktikum ini untuk percobaan pertama adalah program 1 tentang grafik tanpa
warna dan marker (Un-plot), dimana codingan T pada program ini menjununjukkan
implementasi dari banyaknya titik koordinat pada grafik. Disini menggunakan pi per 10 maka
titik yang dihasilkan masing-masing 10 titik koordinat, pada bagian negatif berjumlah 10 titik
dan bagian positif berjumlah 10 titik. Untuk codingan y sama dengan sin (t) berguna untuk
mengimplementasikan bentuk gelombang sinus pada grafik. Plot mengimplementasikan sumbu x
dan y (t bertindak sebagai sumbu x. sedangkan y bertindak sebagai sumbu y). Title untuk
menampilkan judul pada grafik. Ada x label dan y label berfungsi untuk memberikan judul pada
sumbu x dan y. Legend berfungsi untuk menampilkan symbol keterangan pada grafik yang di
tampilkan, dalam program ini garisnya utuh/tidak putus-putus pada grafik. Pada grafik yang
diberi inputan sesuai datanya akan menampilkan bentuk sinusoidal yang seimbang antara sisi kiri
(negatif) dan kanan (positif). Pada grafik ditampilkan bentuk sinusoidal karena inputannya ada
codingan y sama dengan sin (t) dimana codingan ini memerintahkan untuk menampilkan bentuk
sinusoidal pada grafiknya. Sehingga terlihat perbedaanya grafik tanpa warna dengan grafik yang
tidak menggunakan warna.
Sistem Orde 1
Plot 1.1
v=
Grafik Impluse Response 1.1
Pada plot 1.1. merupakan grafik impuls karena grafiknya tinggi menuju rendah. Diketahui juga
nilai R padagrafikinisebesar 20ohm. Variabel C sebesar 0.01. menghasilan tegangan sebesar 5 volt dari
1/R.C jadi 1/.01x20 sehingga tegangan yang didapat sebesar 5 volt. Settling time yang didapat sebesar
0,782s. Di grafik ini juga menggunakan grid on fungsinya membuat garis bantu agar lebih teliti.dan
sintaks label y untuk memberi nama pada sumbu y.
kecil bahkan hampir mendekati 0 bahkan tidak lebih dari 1,2 detik. Plot 1.2
v=
1
--------
10 s + 1
1
---------
0.2 s + 1
Pada plot 1.3. ini terdapat barisan sintaks seperti yang terlihat pada gambar plot 1.1. yang
membedakan adalah grafik yang dihasilkan pada plot 1.3adalah grafik naik karena
menggunakan sintaks step. Ketika nilait sebesar 0s maka V3 juga akan bernilai 0. Grafik ini
membutuhkant 1s untuk naik ke koefisien 1. Rise time yang didapat sebesar 5%-95% dan
respon steady state pada rise time berada pada 0,4395 s. Dan settling time yang dihasilan
sebesar 0,782 s.
Plot 1.4
v=
1
--------
10 s + 1
Grafik Step Response 1.4
Kriteria Performansi Nilai
T (Time Constant) 10 Seconds
Ts ( Setting Time ) 39,1 Seconds
Nilai Akhir 1
Pada percobaan plot 1.4 ini merupakan sistem orde satu dengan inputan step. Dimana
percobaan ini menggunakan resistor 100 ohm dan kapasitor bernilai 0,1 F. Fungsi alih
yang didapat pada plot 1.4 yaitu sesuai dengan . ). Pada grafik
dihasilkan rise time sebesar 22 dan setting time sebesar 39,1 yang diperlukan untuk
mencapai nilai akhir sebesar 1. Bentuk grafik yang dihasilkan yaitu menuju keatas yang
menandakan menggunakan inputan awal yaitu step.
Plot 1.5
Karena nilai T dan Ts nya sama (T=Ts), Jadi dapat disimpulkan bahwa jika inputan step
nya langsung terhubung dengan scope. Sedangkan jika melalui proses terlebih dahulu,
maka dapat dilihat T= 1 detik, dan TS = + 2 detik. Dari grafik dapat dilihat bahwa
menghasilkan scope yang berfungsi untuk menampilkan grafik sinyal nya. Dilihat
bahwa grafik yang dilihat dari scope termasuk critically damped. Critically damped
adalah output tidak melewati nilai input tapi membutuhkan waktu lama untuk mencapai
target akhirnya dimana critically damped apabila dua kutub hampir sama maka system
dapat didekati dengan bentuk teredam kritis.
Plot 1.6
sys =
1
--------------------
2 s^2 + 1.5 s + 1.25
Pada percobaan plot 1.6 ini merupakan percobaan yang hampir sama dengan percobaan
plot awal yaitu plot 1.1 dan plot 1.2 tetapi yangmembedakan adalah padaplot 1.6 ini
sudah menggunakan ordo 2. Pada plot 1.6 ini menggunakan inputan m=2, k=1,25 dan
b=,15. Dan menghasilkan peak amplitude sebesar 0,354 dan setting time sebesar 12.
Semakin besar sistem orde maka hasil grafik sistem yang dibentuk semakin mudah
untuk dianalisa dan disini menggunakan sinyal impuls yang melihat kondisi on ke off
pada sistem atau akan menjadikannya grafik menurun. Pada simpangan y merupakan
table output untuk peak amplitudonya.
Plot 1.7
sys =
1
------------------
2 s^2 + 3 s + 1.25
Pada percobaan plot 1.7 ini merupakan respon transien orde 2. Hampir sama dengan plot 1.6
hanya saja yang membedakan nilai transfer function yang dimana menggunakan nilai m=2,
k=1,25 dan b=3 sehingga dapat dilihat grafik seperti overdamped yaitu respon yang dapat
mencapai nilai input dengan cepat dan tidak melewati batas input Dari gambar 1.6 dan 1.7 dapat
disimpulkan bahwa gambar 1.7 lebih stabil dari gambar 1.6, karena Ts dari gambar 1.7 lebih
cepat dari 1.6. dan bisa kita lihat dari kurva, kurva dari gambar 1.6 lebih banyak simpangannya
daripada kurva 1.7
sys =
1
-----------------
2 s^2 + 10 s + 10
Plot 1.10
sys =
1
----------------
2 s^2 + 4 s + 1
Grafik Step Response Program Matlab 1.10
Pada percobaan 1.10 merupakan percobaan yang menggunakan system orde dua. Terdpat
blokscope, blok step dan blok transfer function yang fungsinya sebenarnya hampir sama. Tetapi
pada blok scop dipasang 2 buah karena fungsinya untuk mengenali input dan output dan yang
satunya lagi untuk mengawasi sinyal conttol. Dan yang membedakan pada plot .10
menggunakan PID control untuk mengatur parameter PID.
Bab V
Penutup
Kesimpulan
Matlab adalah program interaktif untuk komputasi numerik dan visualisasi data. Para ahli
di bidang control menggunakan matlab untuk analisa dan perancangan sistem control. Pada
matlab, disamping fungs- fungsi dasar, tersedia beberapa toolbox untuk keperluan aplikasi
yang berbeda. Respon transien diperoleh ketika suatu sistem diberi masukan suatu unit step dan
diamati keluaran (respon) ketika respon mulai menunjukkan nilai menuju steady state.
Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam praktikum ini agar kedepannya menjadi lebih baik dan wabah
covid 19 cepat berlalu agar dapat melaksanakan praktikum lebih maksimal guna lebih mengerti
mengenai sistem kontrol.
Daftar Pustaka
1. https://fahmizaleeits.wordpress.com/tag/plotting-step-respon-plant-menggunakan-matlab/
2. http://e2d-robotika.blogspot.com/2009/03/analisa-transient-sistem-dengan.html
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kendali
MODUL II
METODE ANALISIS SISTEM ORDE 2 DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB
Abstrak
Letak kedudukan akar atau yang lebih dikenal dengan Root locus adalah suatu sistem kendali (
jarak dan pengendali dalam lingkaran tertutup) yang berfungsi meneliti perilaku sistem dengan
parameter sistem berubah pada lingkup tertentu. Suatu contoh penguatan K yang dipilih
sedemikian rupa agar sistem stabil serta memberikan respon yang baik. Sistem itu akan stabil
jika letak kutub berada disebelah sumbu khayal bagian kiri. Hal ini di karenakan pada kutub ini
merupakan akar- akar dari persamaan diferensial. Metode pole loop tertutup dan zero loop
terbuka dengan penguatan sebagai parameternya. Pada jenis kendali digital sistem akan stabil
jika kutub – kutub berada dalamsuatu lingkaran satuan. Hal ini dikarenakan karena kutub –
kutub ini merupakan akar – akar persamaan diferensial.
Abstract
The position of the root or better known as the Root locus is a control system (distance and
controllers in a closed circle) which functions to examine the behavior of the system with the
system parameters changing at a certain scope. An example of K reinforcement chosen in such a
way that the system is stable and gives a good response. The system will be stable if the location
of the pole is next to the imaginary axis on the left. This is because at this pole is the roots of the
differential equation. Closed-loop and zero-loop open-loop methods with reinforcement as a
parameter. In the type of digital control the system will be stable if the poles are in a unit circle.
This is because these poles are the roots of differential equations.
Pendahuluan
Bab II
Landasan Teori
2.1 Teori Modul
a. Metode Root Locus
Metode root locus / letak kedudukan akar digunakan untuk meneliti perilaku
sistem dengan parameter sistem berubah pada lingkup tertentu, misalnya perubahan parameter
penguatan K. Di dalam analisis sistem, penguatan K dipilih sedemikian rupa agar sistem stabil
serta memberikan respon yang baik. Rancangan dimaksudkan agar letak pole dan zero dari
fungsi alih loop tertutup terletak pada daerah yang ditentukan. Agar sistem stabil, pole dan zero
harus terletak pada bidang s sebelah kiri sumbu imajiner.
Metode letak kedudukan akar ini memberikan informasi penguatan K jika penguatan K
diubah dari nol menjadi tak terhingga. Metode ini memungkinkan kita untuk untuk mencari pole
loop tertutup dan zero loop terbuka dengan penguatan sebagai parameter.
1 + G (s) H (s) = 0
Suatu sistem loop tertutup dalam Gambar 2.1 mempunyai karakteristik sebagai berikut
1 + K G (s) H (s) = 0
Atau
K G (s) H (s) = -1
Maka akar karakteristik adalah harga s yang memenuhi syarat berikut ini :
Syarat sudut
Syarat magnitud
|G (s) H (s)| = 1
Suatu sistem steady state yang memiliki masukan sinyal sinusoidal dapat kita ubah ke dalam
suatu tanggapan frekuensi. Salah satu kelebihan dari metode tanggapan frekuensi adalah
fungsi transfer sistem dapat ditentukan secara eksperimen dengan mengukur respon
frekuensi. Namun demikian, perancangan suatu sistem dalam domain frekuensi menuntut
perancang untuk lebih memperhatikan bandwidth sistem dan efek noise dan gangguan pada
respon sistem
Diagram Bode merupakan suatu fungsi alih sinusoida yang terdiri dari dua buah grafik
yang terpisah. Satu merupakan diagram dari logaritma besar fungsi alih sinusoida
(magnitude), dan yang satunya lagi merupakan diagram sudut fasa. Keduanya digambar
terhadap frekuensi dalam skala logaritmik. Jika suatu sistem memiliki fungsi alih G(s)H(s),
maka tanggapan frekuensi dapat diperoleh dengan mensubstitusi s = jw. Sehingga diperoleh
responnya adalah G(jw)H(jw). Karena G(jw)H(jw) adalah suatu bilangan kompleks, maka
untuk menggambarkannya dibutuhkan dua buah grafik yang merupakan fungsi dari w, yaitu
grafik magnitude terhadap frekuensi dan grafik fasa terhadap frekuensi. Grafik ini kemudian
disebut dengan plot bode.
Plot bode digambarkan sebagai magnitudo dan phase dari G(j*w) dimana vektor frekuensi w
hanya berisi frekensi positif. Untuk melihat plot bode dari suatu transfer function dapat
dipergunakan perintah, misalnya: bode (50, [1 9 30 40]) dari suatu transfer function berikut
ini, maka menghasilkan diagram bode:
TF =
Gambar 2.2 Diagram Bode Suatu Sistem
Perhatikkan sumbu-sumbu pada gambar 9.2 diatas. Frekuensi ada pada skala
algoritmik, fase dalam derajat dan magnitude dalam decibels. Dimana 1 decibel adalah 20 log
(|G(j*w|).
Nilai K pada gambar diatas adalah variabel (konstan) penguatan dan G(s) adalah plan
yang dimaksud. Gain margin didefinisikan sebagai perubahan dalam penguatan yang
dikehendaki loop terbuka yang membuat sistem jadi tidak stabil. Sistem dengan gain margin
yang lebih besar dapat menahan perubahan besar dalam parameter sistem sebelum ketidak
stabilan terjadi dalam loop tertutup. Fase margin didefinisikan sebagai perubahan dalam
pergeseran fase loop terbuka yang ditetapkan untuk membuat sistem loop tertutup tidak stabil.
Dengan kata lain fase margin adalah beda fase antara kurva fase frekuensi dan 180
derajat yang memberikan penguatan 0 dB (gain crossover frekuensi, Wgc). Gain margin
merupakan beda antara kurva magnitudo dan 0 dB pada frekuensi yang menyebabkan sudut fase
-180 derajat (fase cross over frekuensi Wpc) Berikut gambar gain dengan fase margin dalam plot
bode.
Gambar 2.4 Gain dengan Fase Margin Dalam Plot Bode
Di MATLAB, gain dan phase margin dapat dicari dengan syntax „margin‟. Misalnya : margin
(50, [ 1 9 30 40])
a. Kondisi stabil tercapai saat kedua margin bernilai positif, atau saat phase margin lebih
besar dari gain margin.
b. Kondisi marginal sistem stabil saat kedua margin bernilai nol, atau phase margin sama
besar dengan gain margin.
c. Kondisi sistem yang tidak stabil terjadi saat salah satu (atau bahkan keduanya) margin
bernilai negatif, atau saat gain margin lebih besar dari phase margin.
2.2 Teori Tambahan
= = ...............................................................(2.1)
2.1) Sehinggan yang digunakan untuk merancang root locus adalah persamaan GH(s) pada
persamaan karakteristik diatas.
1 + G(s) H(s) = 0
G(s) H(s) = -1
|GH(s)| = 1.............................................................................(2.2)
Persamaan 2.2 untuk menentukan magnitude saat merancang root locus, karena dalam root locus
dapat dianalogikan sebuah vektor yang memiliki besaran (magnitude) dan arah (sudut). Untuk
sudut dapat dituliskan persamaan berikut :
(2.3
Dibawah ini adalah gambar – gambar dari root locus dengan konfigurasi pole-zero pada sistem
tertutup.
(1)
Adapun 𝜁 menyatakan damping ratio, yang menunjukkan seberapa besar redaman / hambatan
pada sistem. Sementara itu, parameter 𝑛 menyatakan frekuensi alami sistem. Hal ini berarti
sistem berosilasi dengan frekuensi 𝑛 (dengan amplituda osilasi tetap terhadap waktu) jika
damping ratio bernilai nol.
Dari persamaan homogen tersebut, lokasi dua buah pole dan dapat menentukan melalui :
𝜁 √𝜁 (2)
𝜁 √𝜁 (3)
Besarnya nilai damping ratio menentukan lokasi pole serta sifat sistem. Untuk sistem yang stabil,
sifat sistem terbagi menjadi underdamped, overdamped, dan critically damped
2. Karakteristik Domain Waktu Sistem Orde Dua
Pada bagian ini, karakteristik domain waktu sistem orde dua LTI kausal, yang dideskripsikan
dalam bentuk persamaan differensial, diberikan dalam hal respons step sistem. Sistem orde dua
diwakili melalui rangkaian RLC seri, yang diberi masukan berupa tegangan sinyal DC 𝑥( ) (Gbr.
2). Sinyal luaran 𝑦( ) yang diamati adalah tegangan pada kapasitor.
Gambar 2.3 Pengaruh Damping Ratio terhadap Lokasi Pole pada Sistem Orde Dua
Gambar 2.4 Rangkaian RLC seri dengan tegangan kapasitor sebagai luaran
Untuk analisis luaran 𝑦( ) saat sistem sudah steady-state, maka masukan 𝑥( ) yang berupa unit
step (sinyal DC) ekivalen dengan masukan sinus frekuensi nol ( = 0). Dengan demikian,
kapasitor menjadi open-circuit, sedangkan induktor short-circuit. Hal ini berarti dalam keadaan
steady-state, respons step sistem sama dengan tegangan sumber, atau 𝑦( ) = 𝑥( ).
Persamaan differensial rangkaian RLC seri menjadi
𝑦 =𝑥
(4)
Dengan melihat korespondensi antara persamaan (1) dengan (4), maka frekuensi alami sistem
ditulis sebagai berikut :
√ (5)
ζ= (6)
(7)
Meningkatnya nilai R akan menghasilkan rangkaian yang jika semula bersifat underdamped,
menjadi critically damped atau overdamped. Secara fisis, hal ini dapat diartikan, dengan
meningkatnya nilai R (damping ratio meningkat), rugi-rugi energi juga meningkat, sehingga
osilasi sistem berkurang. Contoh lain adalah pada rangkaian osilator LC ideal: energi ditransfer
dari L ke C dan sebaliknya tanpa rugi-rugi rangkaian, sehingga dihasilkan sinyal yang berosilasi
selamanya. Jika hambatan R dihubungkan seri dengan rangkaian LC ideal tersebut, maka R
bertindak sebagai rugi-rugi. Pada keadaan demikian, R menyebabkan rangkaian berosilasi
dengan amplituda menurun bahkan lama-kelamaan menjadi nol.
Dengan menggunakan transformasi Laplace, fungsi transfer sistem yang diimplementasikan
dengan persamaan (7) adalah
H (s) = (8)
Y (s) = (9)
Y (s) =
(10)
Sementara itu, untuk 𝜁 = 1, kedua pole berulang ( 1 = 2 ), sehingga bentuk ekspansi pecahan
parsial
Y (s) ζ= 1 = (11)
Gambar 2.5 Respons step rangkaian RLC seri dengan 𝑛 = 3.1623 . rad/s
(12)
Respons step teoritis untuk berbagai nilai damping ratio diperlihatkan pada Gbr. 3. Seperti yang
telah dibahas sebelumnya, tampak bahawa respons transien sistem (berosilasi atau eksponensial)
bergantung dari nilai damping ratio.
Bab III
Metode Praktikum
1.1 Alat dan Bahan
PC yang sudah terinstal software MATLAB
1.2 Langkah Percobaan
Diketahui sistem pegas massa seperti pada praktikum sebelumnya
G (s) =
Root locus adalah metode untuk menganalisis kestabilan suatu sistem terkendali (jarak dan
pengendali terdapat dalam lingkaran tertutup). Pada grafik figure (1) ini akan dilihat respon dari
pada sistem open loop dengan menggunakan sistem orde 2 dengan menggunakan sintaks step
dalam jangka waktu 40 sekon dimana nilai parameter m dan k sama dengan 2 sedangkan nilai
parameter k adalah 5. Karena loop yang digunakan adalah loop terbuka/open loop maka dapat
dikatakan pada grafik ini tidak memiliki nilai penguatan sehingga grafik yang ditampilkan adalah
seperti pada gambar. Grafik yang terbentuk menghasilkan nilai akhir sebesar 0,5 meter pada
waktu 40 sekon. Sedangkan rise time terlihat pada waktu 4.62 sekon dan settling time berada
pada waktu 8.4 sekon. Dan jika dilihat dari respon sistem maka dapat dikategorikan kedalam tipe
critically damped respond.
Pada figure (2) digunakan analisa root locus menggunakan sintaks rlocus dimana root locus
digunakan untuk melihat respon sistem dalam kondisi-kondisi tertentu, apakah respon sistem
tersebut stabil atau tidak, sehingga apabila tidak stabil maka dicari penguatan yang tepat untuk
membuatnya stabil. Gambar yang ditampilkan menunjukkan area kestabilan pada sistem. Yang
berada pada daerah antara -2 hingga -0,5 sedangkan nilai pada titik tengah atau titik pertemuan
yang ada ialah sebesar -1.25. Adapun nilai yang membuat transer function bernilai nol disebut
zero dan pole adalah nilainyang membuat transfer function menjadi tak hingga. Pole ini tidak lain
adalah akar-akar2 dari persamaan penyebut transfer function. Dimana nilai -2 dan -0,5 merupakan
akar-akar dari persamaan yang dihasilkan oleh transfer functionnya yang adalah nilai-nilai dari
pole pada. Pada grafik tidak ada nilai zero karena numeratornya bernilai 1 sehingga tidak
memiliki akar persamaan. Jika pole pda root locus sebagai awal maka zero pda root locus berarti
akhir. Karena pole terdapat pada sumbu Y maka dikatan nilai yang terbaik.
Pada Figure (3) menunjukkan hasil dari penempatan selected point yang ada pada figure (2)
analisa pada figure(3) berbentuk grafik sehingga kita dapat mengetahui perbedaan figure (2) dan
figure (1) tentunya menggunakan respon sistem open loop.
Sintaks rlocus berfungsi untuk membuat grafik rootlocus dengan variable sys sedangkan Sintaks
rlocfind berfungsi untuk membidik nilai selected point. Sehingga dapat mengetahuibnikai
kestabilan pada root locus berdasarkan teori yang ada. Kestabilan sistem dapat ditentukan dari
titik temu yang ada. Ketika diklik pada titik temu maka akan menghasilkan nilai selected point
yang akan menghasilkan nilai K. Dan nilai yang muncul pada window yaitu -1.2524 + 0.0000i
dengan nilai K dari persamaan newsys (Membandingkan respon sebelum penguatan K dan
setelah penguatan K) sebesar 1.1250. Selain nilai K pada command window juga akan muncul
nilai 1.2524 dan -1.2476 dimana nilai ini adalah nilai pole yang ada pada root locus.
B. Bode Plot
Parameter pada figure (1) bagian b masukannya sama dengan figure (1) bagian a , yang
membedakan adalah pada bagian b ini meggumakan bode plot sehingga sintaks yang digunakan
adalah sintaks bode sehingga gtafim yang ditampilkan dengan variabel sys. Grafik ini adalah
klmbknasi dari magnitudr plot bode uang berfungsi intik mengeskpesikan besar respon frekuensi
terhadap sistem dan plot fasa bode uang berfungsi mengetahui jika ada pergeseran fasa. Grafik
ini berada di sumbu y sehingga dinamakan grafik logaritmik
Pada grafik figure (2) kita mempelajari Fase gaun dan Gain margin. Fase margin adalah
perubahan dalam pergeseran fase loop terbuka yang ditetapkan sehingga membuat sistem loop
tertutup tidak stabil, sedangkan Gain margin adalah perubahan dalam penguatan yang
dikehendaki loop terbuka yang membuat sistem jadi tidak stabil. Karena nilai GM dan PM sama
dengan 6.41 deg pada 22.3 rad/s sehingga dapat digolongkan kedalam sistem yang stabil karena
bernilai positif . Pada grafik ini juga menggunakan penguatan K sebesar 1000 dan membuat
magnitudr plit bode mengalami kenaikan pada grafik. Tetapi panguatan ini tidak berpengaruh
terhadap pergeseran fasa yang berarti pada fasa plot bode masih dalam bentuk yang sama.
4.2. TUGAS AKHIR
1. Apa fungsi K pada metode root locus?
Jawab :
Fungsi K pada metode root locus adalah perubahan parameter penguatan K. Jika di dalam
analisis sistem, penguatan K dipilih sedemikian rupa agar sistem stabil serta memberikan respon
yang baik.
2. Pada metode root locus, apa yang terjadi jika nilai K semakin besar?
Jawab :
Jika nilai K semakin besar atau mendekati tak hingga maka akar-akar persamaan karakteritsik
adalah zero dari open loop transfer function, dengan demikian root locus akan mulai dari pole
open loop transfer function dan akan berakhir di zero open loop transfer function.
3. Apa fungsi dari gain margin dan phase margin dalam menganalisa response frekwensi dengan
metode bode diagram?
Jawab :
Fungsi Gain margin dalam menganalisa respon frekuensi dengan metode bode diagram
didefinisikan sebagai perubahan dalam penguatan yang dikehendaki loop terbuka yang
membuat sistem jadi tidak stabil. Sistem dengan gain margin yang lebih besar dapat
menahan perubahan besar dalam parameter sistem sebelum ketidak stabilan terjadi
dalam loop tertutup. Gain margin merupakan beda antara kurva magnitudo dan 0 dB
pada frekuensi yang menyebabkan sudut fase -180 derajat (fase cross over frekuensi
Wpc)
Fungsi fase margin dalam menganalisa respon frekuensi dengan metode bode diagram
didefinisikan sebagai perubahan dalam pergeseran fase loop terbuka yang ditetapkan
untuk membuat sistem loop tertutup tidak stabil. Dengan kata lain fase margin adalah
beda fase antara kurva fase frekuensi dan 180 derajat yang memberikan penguatan 0 dB
(gain crossover frekuensi, Wgc).
4. Apa yang terjadi jika suatu sistem memiliki gain margin dan phase margin bernilai tak terhingga
(infinity)?
Jawab : Apabila memiliki gain margin dan phase margin tak terhingga maka sistem yang
dijalankan akan semakin stabil.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam praktikum ini agar kedepannya menjadi lebih baik dan wabah covid
19 cepat berlalu agar dapat melaksanakan praktikum lebih maksimal guna lebih mengerti mengenai
sistem kontrol.
Daftar Pustaka
https://www.slideshare.net/rumahbelajar/desai-sistem-kendali-dengan-root-locus
https://www.academia.edu/6127984/Yohanes_Tri_Prianto_2412106004
https://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_kedudukan_akar
MODUL III
DESAIN KONTROLER PID DENGAN MATLAB
Abstrak
Abstract
Pendahuluan
Sistem control secara otomatis semakin hari semakin mengalami kemajuan dan Sangat berperan
penting dalam industri untuk mendapatkan hasil produksi yang tepat, guna mempermudah
pekerjaan manusia. Teknologi pengendalian atau yang lebih dikenal dengan Automatic System
memberikan peran penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan teknologi ini harus di
aplikasikan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa contoh alatyang sudah
mengaplikasikan sistem control seperti remote control TV, alarm automatic dan robot yang
banyak dipakai diperusahaan industri. Sistem kontrol dalam penerapannya pada masyarakat
berupa alat atau produksi secara otomatis.
Tujuan Praktikum
1. Mampu menggunakan MATLAB untuk merancang sistem kontrol dengan kontroler PID
2. Memahami pengaruh parameter PID terhadap respon sistem
Bab II
Landasan Teori
Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis antara lain:
1. Kontrol Proporsional
Kontrol P jika G(s) = kp, dengan k adalah konstanta. Jika u = G(s) • e maka u = Kp • e dengan
Kp adalah Konstanta Proporsional. Kp berlaku sebagai Gain (penguat) saja tanpa memberikan
efek dinamik kepada kinerja kontroler. Penggunaan kontrol P memiliki berbagai keterbatasan
karena sifat kontrol yang tidak dinamik ini. Walaupun demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar
yang sederhana kontrol P ini cukup mampu untuk memperbaiki respon transien khususnya rise
time dan settling time. Pengontrol proporsional memiliki keluaran yang sebanding/proporsional
dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan harga
aktualnya).
2. Kontrol Integratif
Pengontrol Integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki kesalahan keadaan
mantap nol (Error Steady State = 0 ). Jika sebuah pengontrol tidak memiliki unsur integrator,
pengontrol proporsional tidak mampu menjamin keluaran sistem dengan kesalahan keadaan
mantapnya nol.
Jika G(s) adalah kontrol I maka u dapat dinyatakan sebagai u(t)=[integral e(t)dT]Ki dengan Ki
adalah konstanta Integral, dan dari persamaan di atas, G(s) dapat dinyatakan sebagai u=Kd.[delta
e/delta t]
Jika e(T) mendekati konstan (bukan nol) maka u(t) akan menjadi sangat besar sehingga
diharapkan dapat memperbaiki error. Jika e(T) mendekati nol maka efek kontrol I ini semakin
kecil. Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus menghilangkan respon steady-state, namun
pemilihan Ki yang tidak tepat dapat menyebabkan respon transien yang tinggi sehingga dapat
menyebabkan ketidakstabilan sistem. Pemilihan Ki yang sangat tinggi justru dapat menyebabkan
output berosilasi karena menambah orde system
Keluaran pengontrol ini merupakan hasil penjumlahan yang terus menerus dari perubahan
masukannya. Jika sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, maka keluaran akan menjaga
keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan. Sinyal keluaran pengontrol integral
merupakan luas bidang yang dibentuk oleh kurva kesalahan / error.
3. Kontrol Derivatif
Keluaran pengontrol diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif.
Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol akan mengakibatkan perubahan yang
sangat besar dan cepat. Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran pengontrol
juga tidak mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan berubah mendadak dan
menaik (berbentuk fungsi step), keluaran menghasilkan sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal
masukan berubah naik secara perlahan (fungsi ramp), keluarannya justru merupakan fungsi step
yang besar magnitudenya sangat dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan factor
konstanta Kd.
Sinyal kontrol u yang dihasilkan oleh kontrol D dapat dinyatakan sebagai G(s)=s.Kd Dari
persamaan di atas, nampak bahwa sifat dari kontrol D ini dalam konteks “kecepatan” atau rate
dari error. Dengan sifat ini ia dapat digunakan untuk memperbaiki respon transien dengan
memprediksi error yang akan terjadi. Kontrol Derivative hanya berubah saat ada perubahan error
sehingga saat error statis kontrol ini tidak akan bereaksi, hal ini pula yang menyebabkan
kontroler Derivative tidak dapat dipakai sendiri.
Ciri-ciri pengontrol derivatif :
Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan pada
masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan)
Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai Kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.
Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga
pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum pembangkit
kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol diferensial dapat mengantisipasi
pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif dan cenderung
meningkatkan stabilitas sistem.
Dengan meningkatkan nilai Kd, dapat meningkatkan stabilitas sistem dan mengurangi
overshoot.
Keterangan :
mv(t) = output dari pengontrol PID atau Manipulated Variable
Kp = konstanta Proporsional
Ti = konstanta Integral
Td = konstanta Detivatif
e(t) = error (selisih antara set point dengan level aktual)
Persamaan Pengontrol PID diatas dapat juga dituliskan sebagai berikut :
dengan :
Untuk lebih memaksimalkan kerja pengontrol diperlukan nilai batas minimum dan
maksimum yang akan membatasi nilai Manipulated Variable yang dihasilkan.
Karena kontroler PID hanya mengandalkan variabel proses terukur, bukan pengetahuan
mengenai prosesnya, maka dapat secara luas digunakan. Dengan penyesuaian (tuning)
ketiga parameter model, kontroler PID dapat memenuhi kebutuhan proses. Respon
kontroler dapat dijelaskan dengan bagaimana responnya terhadap kesalahan, besarnya
overshoot dari setpoint, dan derajat osilasi sistem. penggunaan algoritme PID tidak
menjamin kontrol optimum sistem atau bahkan kestabilannya.
Beberapa aplikasi mungkin hanya menggunakan satu atau dua term untuk memberikan
kontrol sistem yang sesuai. Hal ini dapat dicapai dengan mengontrol parameter yang lain
menjadi nol. Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu Proportional, Integratif
dan Derivatif. Ketiganya dapat dipakai bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung dari
respon yang kita inginkan terhadap suatu plant. Kontroler PID dapat menjadi kontroler PI,
PD, P atau I tergantung aksi apa yang digunakan. Kontroler PI biasanya adalah kontroler
paling umum. Untuk sistem waktu diskrit, sering digunakan PSD atau proportional-
summation-difference.
Bab III
Metode Penelitian
G (s) =
Dirancang suatu kontroller PID untuk mengatur sudut motor DC. Diagram blok sistem adalah:
a. Kontroller Propotional
Keterangan:
- blok „Step‟ dapat diperoleh dari library pada bagian Simulink → Sources. Drop and drag blok
tersebut pada simulink. Kemudian double clik untuk masuk pada block parameter: Step, untuk
mengganti parameter blok. Parameter yang diubah adalah step time=0 dan final value. Blok step
ini berfungsi sebagai setpoint, dengan nilai final value=nilai set point (dalam derajat).
- blok „Transfer Fcn‟ dapat diperoleh dari library pada bagian Simulink → Continuous. Drop and
drag blok tersebut pada simulink. Kemudian double clik untuk masuk pada block parameter
sesuai dengan numerator dan denumerator.
- blok „Scope‟ dapat diperoleh dari library pada bagian Simulink → Sinks. Drop and drag blok
tersebut pada simulink. Cara menambah port input scope adalah klik kanan scope → signals &
ports → number of input ports. Scope yang dipakai ada 2, scope pertama untuk mengamati
output dan input. Sedangkan scope kedua untuk mengamati sinyal kontrol.
- Block „PID Controller‟ dapat diperoleh pada library di bagian Simulink → Continuous. Drop
and drag blok tersebut pada simulink. Kemudian double clik untuk masuk pada block parameter.
Atur parameter P, I, dan D sesuai yang diinginkan.
2. Pada block parameter PID, ubah parameter I=0, D=0, N=0 dan ubah nilai parameter P menjadi
nilai-nilai berikut, jalankan blok program, dan lakukan analisis terhadap respon, sinyal kontrol,
dan input. Sertakan gambar plot respon (ouput) pada laporan anda
Setpoint P Analisis
90º 1
90º 10
b. Kontroller PI
Setpoint P I Analisis
120º 10 5
120º 10 20
c. Kontroller PID
Setpoint P I D Analisis
120º 10 20 10
120º 10 7 0.01
Bab IV
Kontroller Proporsional
Pada penguatan proporsional ini yang pada set pointnya 90 dan p = 1. Pada grafik ini belum
mencapai rise time nya maka dari itu diberikan penguatan proporsional dengan nilai p= 1 , tetapi
ternyata pada penguatan dengan nilai p=1 ini juga belum belim mencukupi untuk mencapai nilai
rise timenya.
Pada penguatan proporsional kali ini dengan set point yang sama sebesar 90 dan diberikan
penguatan sebesar p = 10 Diketahui bahwa penguatan pada propsional ini grafiknya menjadi
lebih tinggi dibanding propsional p= 1 karena grafik nya sudah mendekati nilai rise time dan titik
poin yang diinginkan.
Pada penguatan ini menggunakan penguatan proporsional dan integral dengan nilai p=10 dan
I=10. Karena paa penguatan proporsional hanya menaikan nilai rise timenya maka diberikanlah
penguatan integral. Penguatan integral disini berfungsi mengeliminasi steady state yang eror
pada penguatan, sehingga didapat grafik yang lebih bagus daripenguatan proporsional.
Pada pengguatan integral ini dengan nilai p sebesar 10 dan nilai i sebesar 10 juga. Dapat dilihat
pada grafik yang awal mula bernilai kecil lalu diberikan penguatan proporsional seketika grafik
menuju keatas karena penguatan proporsional ini memiliki fungsi menaikan overshoot. Dan
dilihat juga pada grafik ini terlihat sedikit steady state yang eror karena dipasang penguatan
integral.
2. Setpoint 120 ; P=10 I=20
Pada penguatan PI yaitu penguatan yang terdiri dari proporsional dan integral. Dengan nilai P
yang diberikan sebesar 10 dan nilai I diberikan sebesar 20 dimana nilai I ini lebih besar dari
sebelumnya. Penguatan integral disini berfungsi mengeliminasi steady state yang erorpada
penguatan, sehingga didapat grafik yang lebih bagus. Pada percobaan ijuga diketahui transfer
function sudah melewati rise timenya yang sangat tinggi di awal (overshoot).
Pada grafik ini yaitu grafik dengan pengauatn proporsional dilihat dari grafik awal mulanya
rendah lalu diberikan penguatan proporsional seketika grafik menaik secara tajam. Dan hasil nya
garis kuning/transfer function melewati final point yang diinginkan bahkan terjadi overshoot.
Dan di grafiki ini juga steady eror terlihat kecil karena dipasang penguatan integral.
Kontroller PID
1. Setpoint 120 ; P=10 I=20 D=10
Pada penguatan ini menggunakan penguatan Propsional, Integral dan Derivative. Kita sudah
mengetahui fungsi dari penguatan Proporsional dan Integral tetapu belum mengetahui penguatan
derivative penguatan derivative sendiri berfungsi mengurangi overshoot yang ditimbulkan. Dan
nilai yang di input sebesar p = 10, integralnya sebesar I = 20, dan D= 10, sehingga menghasilkan
grafik yang bagus karena melewati rise time dengan steady state lebih kecil dari sebelumnya.
Pada grafik ini sudah dipasang 3 penguatan dengan nilai p,i dan d sebesar 10,20 dan 10 pada
grafik ini dapat dilihat grafik yang lebih baik dari sebelumnya karena grafik ini sudah
mencapaifinal point karena dibantu 3 controller yaitu proporsional yang befungsi menaikan
overshoot, integral yang mengurangi steady eror dan derivative yang membuat overshoot pada
grafik tidak terlalu besar.
Pada penguatan ini hampir samadengan penguatan control PID sebelumnya hanya saja nilai D
dan Iyang berbeda. Nilai I sebesar 7 sedangkan D sebesar 0,01 grafik yang ditampilkan pun
mencapai set point seperti grafik sebelumnya. Pada grafik ini juga tidak terdapat over shoot dan
memiliki transfer function yang lebih stabil.
Grafik ini adalah grafik yang paling ideal diantara grafik lainnya karena grafik ini sedikit sekali
kesalahan karena dilihat pada grafiknya yang memiliki steady eror yang kecil, transfer function
yang sangat stabil dan pas dengan final point dan hampir tidak memiliki overshoo. Karena
itulah penggunaan 3 controller ini dipakai untuk membuat grafik yang ideal. Yaitu grafik yang
outputannya sesuai dengan yang diinginkan.
b. Tugas Akhir
1. Jelaskan pengertian plant, controller, aktuator, set point, feedback, dan output pada sistem
Jawab :
- Plant adalah objek fisis yang dikontrol seperti tegangan,kecepatan motor,posisi dan menerima
input berupa sinyal kontrol
- Controller adalah pengendali yang berfungsi mengolah sinyal eror menjadi sinyal kontrol
- Akuator adalah penggerak plant
- Set point adalah nilai yang diinginkan seperti sekian derajat,sekian m/s, dan sekian meter
- Feedback adalah umpan balik dari nilai saat ini (outout/respon) yang umumnya merupakan
hasil pembacaan sensor
- Output adalah respon atau hasil dari pembacaan sensor
Jawab :
Jawab :
Jawab : Pengaruh PID controller terhadap system control yaitu untuk memperbaiki rise time
untueliminasi steady state error dan untuk memperbaiki overshoot.
Bab V
Penutup
Kesimpulan:
Saran:
Saran yang dapat disampaikan dalam praktikum ini agar kedepannya menjadi lebih baik dan wabah covid
19 cepat berlalu agar dapat melaksanakan praktikum lebih maksimal guna lebih mengerti mengenai
sistem kontrol.
Daftar pustaka
https://en.wikipedia.org/wiki/PID_controller
https://putraekapermana.wordpress.com/2013/11/21/pid/
https://rekayasalistrik.wordpress.com/2014/08/15/penjelasan-sederhana-kontrol-pid/
https://medium.com/@imeldaazahraa/kontrol-pid-proportional-integral-derivative-
controller-c173086724af