Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR SISTEM KONTROL


(TPPB212205)

ACARA III
INTERKONEKSI SISTEM DAN SIKAP SISTEM ORDE-1 DAN ORDE-2

DISUSUN OLEH:

NAMA : FAIZ RIDWAN PRATAMA


NIM : 22/503677/TP/13592
GOLONGAN :D
CO ASS : 1. VIRGINIE RATU MARGARETH
SINAGA
2. SYUKUR RAHMATULLAH

LABORATORIUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa pemrograman mampu mengimplementasikan permasalahan kehidupan
nyata ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komputer, sehingga penginputan dan
analisis data akan lebih mudah. Salah satu bahasa pemrograman yang dapat
dimanfaatkan dalam membuat suatu algoritma pada teknologi informasi sebagai
alternatif pemecahan masalah adalah MATLAB. Menurut web resmi matlab,
platform ini merupakan platform yang dikhususkan bagi para insinyur dan ilmuan
dalam menganalisis dan merancang sistem dan produk tertentu dalam beberapa
konsentrasi. Bahasa ini berbasis matriks yang memungkinkan eksperesi
matematika komputasi paling dalam. Dalam matlab, dapat dilakukan pekerjaan
yang umum bagi insinyur dan ilmuan seperti analisis data, mengembangkan
algoritma, dan menciptakan model dan aplikasi. Matlab dirancang dengan bahasa
yang mudah dipahami yang sejalan dengan jalan berpikir manusia dan pekerjaan
yang diampunya. Selain itu, akses matlab juga sangat mudah baik bagi pemula
maupun yang sudah ahli.
Matlab adalah alat yang sangat kuat untuk analisis dan desain sistem kontrol,
termasuk interkoneksi subsistem. Dalam konteks interkoneksi subsistem, Matlab
memungkinkan pengguna untuk memodelkan dan menganalisis sistem yang terdiri
dari beberapa subsistem yang saling terhubung. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan fungsi transfer untuk mewakili setiap subsistem dan kemudian
menggabungkannya untuk membentuk model sistem keseluruhan.
Dalam konteks sistem kontrol dan analisis, konsep diagram blok merupakan
alat penting yang memungkinkan kita untuk memvisualisasikan dan memahami
hubungan antara komponen-komponen sistem. Diagram blok menyediakan cara
yang efisien untuk merepresentasikan interaksi antara fungsi-fungsi transfer yang
berbeda dalam sistem kontrol. Dengan menggunakan transformasi Laplace, kita
dapat menganalisis sistem dalam domain frekuensi, yang sangat berguna dalam
desain dan analisis sistem kontrol yang mematuhi prinsip Linear Time-Invariant
(LTI). Dalam domain Laplace, sistem kontrol dapat direpresentasikan sebagai
sistem loop terbuka atau loop tertutup.
Representasi sistem dapat dinyatakan dalam persamaan ranah waktu yang
berwujud persamaan diferensial. Persamaan diferensial tersebut dapat memiliki
orde satu, dua, atau lebih. Semakin tinggi orde, maka akan semakin kompleks
sistem yang membuat analisis sistem semakin tidak sederhana. Dalam hal ini,
sistem orde satu merupakan sistem paling sederhana. Persamaan yang diperoleh
dari sistem ini merupakan persamaan diferensial dengan orde satu. Sedangkan,
sistem orde dua bukan merupakan bentuk paling sederhana dalam merepresetasikan
sistem, melainkan yang paling sederhana dalam memodelkan sistem yang
mengalami osilasi yang tidak dapat direpresentasikan oleh sistem orde satu.
1.2 Tujuan Eksperimen
Praktikum dengan judul “Interkoneksi Sistem dan Sikap Sistem Orde Satu dan
Orde Dua” memiliki tujuan acara sebagai berikut:
1. Memahami berbagai interkoneksi subsistem
2. Menguasai teknik penyederhanaan fungsi alih dari sistem yang terdiri dari
berbagai kombinasi subsistem
3. Memahami bentuk fungsi alih dalam bentuk persamaan orde satu dan orde
dua
4. Memahami teknik analisiis dan karakteristik sistem dari sistem orde satu
dan orde dua.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MATLAB adalah perangkat lunak canggih yang digunakan untuk
implementasi konsep aljabar linear, seperti matriks, serta untuk analisis dan
komputasi numerik tingkat lanjut. Ini memberikan solusi yang efisien dan
akurat untuk perhitungan aljabar linear, meningkatkan kecepatan dan presisi.
MATLAB juga memungkinkan visualisasi data dalam bentuk grafik 2D dan 3D,
yang sangat membantu dalam memecahkan Sistem Persamaan Linier dan
memperkuat pemahaman konsep yang diajarkan (Cahyono, 2013). Sistem
persamaan linier tersebut terdiri dari kumpulan persamaan yang memiliki
jumlah persamaan dan variabel yang terbatas. Menemukan solusi dari sistem
persamaan linier berarti menentukan nilai-nilai variabel yang memenuhi semua
persamaan dalam sistem tersebut. Proses pencarian solusi tersebut yang
kemudian dipermudah dengan penggunaan MATLAB (Faradiba, 2019).
Studi dan analisis sistem apa pun memerlukan semacam representasi setara
yang menggambarkan berbagai komponen sistem dan hubungan di antara
mereka. Representasi sistem yang setara ini, juga dikenal sebagai model sistem,
dapat terdiri dari beberapa jenis. Kotak Alat Sistem Kontrol MATLAB
mendukung pembuatan model untuk sistem Linear Time-Invariant (LTI) dalam
empat bentuk utama. Model ini dapat dibuat untuk sistem waktu kontinu atau
sistem waktu diskrit yang dapat berupa tipe input tunggal/keluaran tunggal
(SISO) atau tipe input ganda/keluaran ganda (MIMO). Menyimpan beberapa
sistem dengan properti yang sama di bawah satu nama variabel sebagai array
juga dimungkinkan (Agnihotri & Krishna, 2001).
Representasi subsistem merupakan representasi yang memungkinkan
analisis yang lebih rinci berkaitan bagaimana komponen-komponen individual
berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem yang lebih besar.
Ini penting untuk merancang kontroler yang efektif dan memastikan bahwa
sistem beroperasi dengan lancar dan efisien (Lodhi, 2015). Representasi
subsistem memainkan peran penting dalam sistem kontrol dengan menyediakan
cara untuk menggambarkan dan menganalisis komponen-komponen individual
dari sistem yang kompleks. IEEE (2015) mendefinisikan representasi subsistem
sebagai metode visualisasi subsistem melalui model, diagram, atau skema yang
mengilustrasikan struktur, fungsi, dan perilaku mereka. Dalam desain sistem
kontrol, pemahaman yang jelas tentang setiap subsistem adalah kunci untuk
mengembangkan kontroler yang efektif. Representasi subsistem juga
memfasilitasi simulasi dan pengujian, yang sangat penting dalam proses desain
untuk memverifikasi bahwa sistem memenuhi semua persyaratan sebelum
implementasi nyata.
Analisis jaringan sistem dinamis merupakan bidang penting dalam rekayasa
sistem dan kontrol dengan banyak area aplikasi. Untuk tujuan ini, MATLAB
toolbox untuk sistem dinamis yang saling terhubung (MTIDS) disajikan. Sistem
yang saling terhubung dianggap sebagai sistem yang terdiri dari beberapa
subsistem yang terhubung satu sama lain baik secara fisik, melalui komunikasi,
atau keduanya. Definisi ini mencakup konsep sistem terhubung skala besar,
sistem dinamis/kontrol yang terjaring, sistem multi-agen, dan sistem dinamis
terdistribusi, yang sering disebutkan dalam konteks ini (Lodhi, 2015).
Representasi sistem dapat dinyatakan dalam persamaan ranah waktu yang
berwujud persamaan diferensial. Persamaan diferensial tersebut dapat memiliki
orde satu, dua, atau lebih. Semakin tinggi orde, maka akan semakin kompleks
sistem yang membuat analisis sistem semakin tidak sederhana. Dalam tinjauan
pustaka, sistem orde pertama umumnya diwakili oleh fungsi transfer yang
menunjukkan hubungan antara keluaran dan masukan sistem. Fungsi transfer
ini didefinisikan oleh konstanta penguatan ( K ) dan konstanta waktu ( \tau ).
Ketika sebuah fungsi masukan tangga satuan diterapkan, keluaran sistem akan
mulai dari nol dan secara bertahap mencapai satu, sesuai dengan transformasi
Laplace (Azis, 2017). Sementara itu, sistem orde kedua ditandai oleh frekuensi
natural ( \omega_n ) dan rasio redaman ( \zeta ). Berdasarkan nilai rasio
redaman, sistem dapat mengalami tiga kondisi respons: redaman kurang jika (
\zeta < 1 ), redaman kritis jika ( \zeta = 1 ), dan redaman lebih jika ( \zeta > 1 ).
Setiap kondisi ini memiliki karakteristik tanggapan yang berbeda terhadap
masukan yang diberikan, yang penting untuk dipahami dalam analisis dan
desain sistem kontrol (Azis, 2017).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2 Langkah Kerja
Dalam pembuatan persamaan fungsi alih sistem H(s) menggunakan
MATLAB, koefisien penyebut dan pembilang harus ditentukan terlebih dahulu.
Setelah itu, model transfer function dapat dibuat dengan memanfaatkan fungsi
tf. Untuk analisis tanggapan sistem, fungsi seperti step, impulse, atau lsim dapat
digunakan, tergantung pada jenis tanggapan yang diinginkan. Dalam kasus
tanggapan step, fungsi step menjadi pilihan yang tepat.
Selanjutnya, dalam eksperimen interkoneksi sistem, perintah-perintah yang
telah dilakukan dapat disertakan dengan menggunakan blok kode MATLAB
yang relevan. Fungsi series atau parallel dapat digunakan untuk
menghubungkan beberapa model sistem dan menganalisis tanggapan gabungan
mereka dengan step atau fungsi tanggapan lainnya.
Khusus untuk eksperimen Sistem Orde-1, langkah-langkah yang diikuti
meliputi: definisi pembilang dan penyebut dari fungsi alih sistem menggunakan
tf, pembuatan grafik tanggapan sistem dengan step, visualisasi plot pole-zero
menggunakan pzmap, dan penyimpanan serta penampilan hasil dengan saveas.
Semua proses ini dijalankan dengan menggunakan perintah yang sesuai dalam
lingkungan MATLAB.
1. Interkoneksi Sistem
Dengan memanfaatkan blok-blok fungsi alih untuk representasi setiap
subsistem pada diagram blok sebuah sistem, hubungan antar subsistem tersebut
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam interkoneksi utama. Interkoneksi
serial sama dengan mengalikan kedua fungsi alih. Kode yang digunakan adalah
sebagai berikut:
G1 = tf (2, [1 3 0])
G2 = zpk ([], -5, 5)

%sistem LTI G1 diseri dengan G2


sys_s = series (G1, G2)
sys_si = G1*G2

%sistem LTI G1 ditambah (paralel) dengan G2


syp_p = parallel (G1, G2)
syl_pl = G1+G2

%sistem LTI dengan umpan balik negatif


sys_fneg = feedback (G1, G2)

%sistem LTI dengan umpan balik positif


SYS_fpos = feedback (G1, G2, 1)
2. Sistem Orde Satu
Representasi sistem dapat dinyatakan dalam persamaan ranah waktu yang
berwujud persamaan diferensial. Persamaan diferensial tersebut dapat memiliki
orde satu, dua, atau lebih. Orde dari persamaan diferensial ditentukan oleh
diferensial tertinggi dari persamaan tersebut. Semakin tinggi orde, sistem tersebut
semakin kompleks, analisis sistem menjadi lebih tidak sederhana, dan tanggapan
dari sistem juga akan berbeda. Sistem orde satu merupakan sistem dinamik paling
sederhana. Pengaruh penempatan pole pada sistem tersebut akan mempengaruhi
tanggapan impuls maupun fungsi langkah dari sistem tersebut.
sys_1 = zpk ([], [-1], 1) %sistem dengan pole pada titik -1
sys_2 = zpk ([], [-2], 2) %sistem dengan pole pada titik -2

figure (1) %tanggap impuls dari kedua sistem


hold all
impulse (sys_1)
impulse (sys_2)
figure (2) %tanggap fungsi langkah dari kedua sistem
hold all
step (sys_1)
step (sys_2)
3. Sistem Orde Dua
Sistem orde dua bukan merupakan bentuk paling sederhana untuk representasi
sistem, namun merupakan bentuk paling sederhana yang dapat digunakan untuk
memodelkan sistem yang mengalami osilasi yang tidak dapat diwakili oleh model
sistem orde satu. Sebagian besar model sistem disederhanakan dalam bentuk
persamaan fungsi alih orde satu atau orde dua untuk memudahkan analisis dan
perancangan. Penerapan orde dua dapat digunakan dalam kode sebagai berikut:
%variasi nilai faktor peredaman
zeta = [0 0.5 1 1.5]
%frekuensi natural = 1
wn = 1;
figure
for i = 1:4
%sistem dengan masing-masing faktor peredaman
sys_zeta{i} = tf([wn^2],[1 2*zeta(i)*wn wn^2]),
hold all
%tanggap langkah dari masing-masing sistem
step(sys_zeta{i}, 15)
end
legend('zeta=0', 'zeta=0.5', 'zeta=1', 'zeta=1.5')
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Praktikum dengan metode Polinomial dalam Sistem Kontrol dapat
dilakukan dengan menggunakan MATLAB sebagai software. Dengan
menggunakan prinsip representasi sistem, subsistem, orde satu dan orde dua.
Dari prinsip tersebut kemudian diimplementasikan terhadap experiment 1 dan
experiment 2 berikut:
4.1.1 Experimen 1
Sebuah sistem dengan masukan U(s), luaran Y(s) dan tiga subsistem dengan
masing-masing fungsi alihnya adalah G1(s), G2(s) dan G3(s).

a. Temukan persamaan fungsi alih sistem H(s) = Y(s)/U(s) pada kombinasi


subsistem berikut
1. H(s) = G2(s)
2. H(s) = G2(s)
3. H(s) = G3(s)
4.
5.
b. Bandingkan kelima tanggap fungsi langkah dan tanggap impulsnya.
Kodingan yang digunakan dalam eksperimen 1 adalah sebagai berikut:
%EKSPERIMEN 1
G1 = tf([1 2], [1 2 1])
G2 = tf(1, [2 1])
G3 = tf(1, [1 3])
%rangkaian 1
sys_p = parallel(G1,G2)
%rangkaian 2
G4 = series(G1,G2)
sys_fneg = feedback(G4,G3)
%tanggap fungsi langkah dan tanggap ipuls
hold all
step(G1,G2,G3,sys_p,sys_fneg)
figure;
impulse(G1,G2,G3,sys_p,sys_fneg)
Kemudian, dari kodingan di atas didapatkan hasil command window sebagai
berikut:
>> experiment1acara3

G1 =

s+2
-------------
s^2 + 2 s + 1

Continuous-time transfer function.


G2 =

1
-------
2s+1

Continuous-time transfer function.

G3 =

1
-----
s+3

Continuous-time transfer function.

sys_p =

3 s^2 + 7 s + 3
-----------------------
2 s^3 + 5 s^2 + 4 s + 1

Continuous-time transfer function.

G4 =
s+2
-----------------------
2 s^3 + 5 s^2 + 4 s + 1

Continuous-time transfer function.

sys_fneg =

s^2 + 5 s + 6
----------------------------------
2 s^4 + 11 s^3 + 19 s^2 + 14 s + 5

Continuous-time transfer function.

experiment1acara3

G1 =

s+2
-------------
s^2 + 2 s + 1

Continuous-time transfer function.

G2 =
1
-------
2s+1

Continuous-time transfer function.

G3 =

1
-----
s+3

Continuous-time transfer function.

sys_p =

3 s^2 + 7 s + 3
-----------------------
2 s^3 + 5 s^2 + 4 s + 1

Continuous-time transfer function.

G4 =
s+2
-----------------------
2 s^3 + 5 s^2 + 4 s + 1

Continuous-time transfer function.

sys_fneg =

s^2 + 5 s + 6
----------------------------------
2 s^4 + 11 s^3 + 19 s^2 + 14 s + 5

Continuous-time transfer function.

experiment1acara3

G1 =

s+2
-------------
s^2 + 2 s + 1

Continuous-time transfer function.

G2 =
1
-------
2s+1

Continuous-time transfer function.

G3 =

1
-----
s+3

Continuous-time transfer function.

sys_p =

3 s^2 + 7 s + 3
-----------------------
2 s^3 + 5 s^2 + 4 s + 1

Continuous-time transfer function.

G4 =

s+2
-----------------------
2 s^3 + 5 s^2 + 4 s + 1

Continuous-time transfer function.

sys_fneg =

s^2 + 5 s + 6
----------------------------------
2 s^4 + 11 s^3 + 19 s^2 + 14 s + 5

Continuous-time transfer function.

Gambar 4.1 Hasil kodingan dan command windows eksperimen 1


4.1.2 Experiment 2
Kelima tanggap fungsi langkah dan tanggap impulsnya kemudian
dibandingkan.
Kodingan yang digunakan pada eksperimen 2 adalah sebagai berikut:
%persamaan dengan nilai variasi Ts = {1,3,5,7}
HS1 = tf(1, [1 1])
HS2 = tf(1, [3 1])
HS3 = tf(1, [5 1])
HS4 = tf(1, [7 1])

%tanggap fungsi langkah


figure(1)
hold all
step(HS1, HS2, HS3, HS4)

%karakteristik tanggapan
stepinfo('HS1, HS2, HS3, HS4')
Kemudian, dari kodingan di atas didapatkan hasil command window sebagai
berikut:
>> experiment2acara3

HS1 =

1
-----
s+1

Continuous-time transfer function.

HS2 =

1
-------
3s+1

Continuous-time transfer function.

HS3 =

1
-------
5s+1

Continuous-time transfer function.

HS4 =

1
-------
7s+1

Continuous-time transfer function.

ans =

struct with fields:

RiseTime: 0.4706
SettlingTime: 17.9800
SettlingMin: 32
SettlingMax: 83
Overshoot: 59.6154
Undershoot: 0
Peak: 83
PeakTime: 2

Gambar 4.2 Hasil kodingan dan command windows eksperimen 2


4.2 Pembahasan
Interkoneksi dalam pemrograman MATLAB merujuk pada proses
menggabungkan berbagai model atau sistem yang berbeda untuk membentuk
sebuah sistem yang lebih kompleks. MATLAB menyediakan berbagai fungsi untuk
memudahkan interkoneksi antara model-model tersebut, seperti seri, paralel, dan
konfigurasi umpan balik. Ini memungkinkan pengguna untuk membangun model
sistem kontrol yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terhubung, seperti
penggabungan plant dan controller dalam sebuah sistem kontrol umpan balik.
Dengan demikian, interkoneksi dalam MATLAB memfasilitasi pembuatan model
yang lebih representatif terhadap sistem nyata dengan memperhitungkan interaksi
antar komponen atau subsistem.
Kemudian, kelima tanggap fungsi dibandingkan menggunakan MATLAB.
Dalam eksperimen 1 dapat didefinisikan tiga sistem transfer fungsi yaitu ( G1 ), (
G2 ), dan ( G3 ). Kemudian ketiganya digabungkan dalam konfigurasi paralel dan
seri, serta dengan umpan balik negatif. Berikut adalah analisis dari kode dan hasil
yang diharapkan:
• G1: Merupakan sistem orde kedua dengan polinomial kuadrat di penyebut,
yang menunjukkan kemungkinan osilasi dalam tanggapannya.
• G2 dan G3: Keduanya adalah sistem orde pertama yang akan memberikan
respons eksponensial monoton.
• sys_p: Sistem paralel dari ( G1 ) dan ( G2 ) akan menghasilkan tanggapan
yang merupakan superposisi dari kedua sistem tersebut.
• sys_fneg: Sistem dengan umpan balik negatif dari ( G4 ) dan ( G3 ) akan
memiliki dinamika yang lebih kompleks dan stabil.
Dari tanggapan langkah dan impuls:
• Grafik tanggapan langkah akan menunjukkan bagaimana setiap sistem
merespons terhadap input tangga satuan.
• Grafik tanggapan impuls akan menunjukkan respons sistem terhadap input
impuls yang tiba-tiba.
Dalam eksperimen 2, dapat didefinisikan bahwa empat sistem orde pertama
dengan konstanta waktu yang berbeda (T_s = {1, 3, 5, 7}). Tanggapan langkah dari
sistem ini akan menunjukkan:
• Semakin besar nilai (T_s), semakin lambat respons sistem terhadap input
tangga satuan.
• Informasi dari stepinfo akan memberikan detail seperti waktu naik, waktu
puncak, dan waktu menetap untuk setiap sistem.
Perbedaan antara garis pada grafik tanggapan langkah akan mencerminkan
perbedaan dalam konstanta waktu. Sistem dengan konstanta waktu yang lebih kecil
akan merespons lebih cepat, sedangkan sistem dengan konstanta waktu yang lebih
besar akan merespons lebih lambat dan dengan lebih banyak lag.
Grafik yang dihasilkan eksperimen terdapat dua, yaitu grafik impulse response
dan step response. Pada grafik step response dapat dilihat bahwa settling time
tertinggi terdapat pada HS4, yaitu sebesar 27,4 s. Sedangkan, settling time terendah
berada pada G3, yaitu sebesar 1,3 s. Sedangkan, amplitudo tertinggi terdapat pada
sys p, dan yang terendah adalah HS4.
Representasi sistem dalam konteks teknis sering kali berkaitan dengan cara
sistem atau proses diwakili atau dimodelkan, biasanya melalui serangkaian
persamaan atau aturan yang menentukan bagaimana sistem tersebut beroperasi atau
bereaksi terhadap berbagai input atau kondisi. Dalam matematika, khususnya dalam
studi persamaan diferensial, representasi sistem dapat melibatkan penggunaan
persamaan diferensial untuk menggambarkan perilaku dinamis dari sistem fisik
atau proses1.
Orde pada persamaan diferensial menunjukkan turunan tertinggi yang muncul
dalam persamaan tersebut. Orde ini penting karena menentukan kompleksitas dan
jenis solusi yang mungkin untuk persamaan tersebut. Persamaan diferensial orde
pertama melibatkan turunan pertama dari fungsi yang tidak diketahui, sedangkan
persamaan diferensial orde kedua akan melibatkan turunan kedua, dan seterusnya.
Orde yang lebih tinggi sering kali menunjukkan sistem yang lebih kompleks dengan
dinamika yang lebih kaya.
Dalam sistem orde kedua, faktor peredaman, yang dikenal sebagai (\zeta),
memainkan peran penting dalam menentukan respons sistem terhadap gangguan
atau input. Terdapat tiga klasifikasi utama berdasarkan nilai faktor peredaman:
underdamped (\zeta < 1), critically damped (\zeta = 1), dan overdamped (\zeta > 1).
Sistem underdamped menunjukkan osilasi yang mereda seiring waktu,
mencerminkan energi yang cukup untuk bergetar sebelum mencapai
kesetimbangan. Sistem critically damped mencapai kesetimbangan tanpa osilasi
dan dengan kecepatan tercepat yang mungkin, sedangkan sistem overdamped
kembali ke kesetimbangan tanpa osilasi tetapi lebih lambat daripada sistem
critically damped karena adanya peredaman berlebih. Fungsi dari faktor peredaman
adalah untuk mengurangi osilasi yang tidak diinginkan dan memastikan sistem
mencapai kesetimbangan dengan cara yang diinginkan, dengan kecepatan respons
dan tingkat osilasi yang sesuai dengan kriteria desain sistem. Pemilihan faktor
peredaman yang tepat sangat penting untuk mencapai kinerja sistem yang optimal.
Dalam bidang Teknik Pertanian dan Biosistem, penerapan orde 1 dan orde 2
sering berkaitan dengan model matematika yang digunakan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis berbagai proses dan fenomena. Orde 1 biasanya digunakan untuk
sistem yang memiliki respons linier atau proporsional terhadap perubahan kondisi
atau input. Contohnya termasuk model pertumbuhan tanaman yang sederhana, di
mana laju pertumbuhan dapat dijelaskan dengan persamaan diferensial orde
pertama yang menggambarkan hubungan langsung antara input (seperti nutrisi atau
air) dan output (pertumbuhan tanaman). Orde 2 digunakan untuk sistem yang
menunjukkan perilaku dinamis yang lebih kompleks, seperti osilasi atau respons
yang bergantung pada laju perubahan kondisi. Dalam Teknik Pertanian dan
Biosistem, ini bisa mencakup model populasi hama atau predator-mangsa, di mana
interaksi antara dua spesies dapat menyebabkan fluktuasi dalam populasi yang
dijelaskan oleh persamaan diferensial orde kedua.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum dengan judul “Interkoneksi Sistem
dan Sikap Sistem Orde Satu dan Orde Dua” adalah sebagai berikut:
1. Praktikum ini menggunakan software MATLAB yang menerapkan
interkoneksi subsistem, sehingga memungkinkan pengguna untuk
memodelkan dan menganalisis sistem yang terdiri dari beberapa subsistem
yang saling terhubung. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi
transfer untuk mewakili setiap subsistem dan kemudian menggabungkannya
untuk membentuk model sistem keseluruhan. Langkah-langkah ini
melibatkan pengaturan blok-blok fungsi alih dalam diagram sesuai dengan
tipe interkoneksi yang sesuai.
2. Metode yang memungkinkan kita untuk menyederhanakan sistem kontrol
yang memiliki umpan balik menjadi sebuah fungsi alih sederhana, mirip
dengan sistem umpan maju yang tidak memiliki umpan balik. Metode ini
termasuk mengatur ulang blok-blok fungsi alih dalam diagram blok sesuai
dengan tipe koneksi yang sesuai untuk mencapai penyederhanaan tersebut.
3. Sistem orde pertama adalah bentuk mendasar dari sistem dinamis yang
berasal dari persamaan diferensial orde pertama. Di sisi lain, sistem orde
kedua menawarkan representasi yang lebih rumit dan digunakan untuk
menggambarkan sistem yang menunjukkan osilasi.
4. Sistem orde pertama dianalisis menggunakan metode transien dan ditandai
dengan respons yang stabil pada kondisi tetap. Sebaliknya, sistem orde
kedua dikarakterisasi oleh analisis osilasi yang diwakili oleh sinyal pada
frekuensi spesifik (ωn), dengan karakteristik peredaman sistem yang terlihat
pada aspek seperti kelebihan maksimum, waktu naik, waktu penyelesaian,
dan waktu puncak.
5.2 Saran
Tidak ada.
DAFTAR PUSTAKA
Faradiba, F. (2019). PENGGUNAAN APLIKASI MATLAB UNTUK ANALISA
KOMPUTASI.
Karim, A. N., Said, S. M., & Gunadin, I. C. (2018). Intra Analisis Gangguan Tiga
Fasa Seimbang Menggunakan Pendekatan Metode Radial Equivalent
Independent DIMO pada Sistem Interkoneksi Sulbagsel. Jurnal Penelitian
Enjiniring, 22(1), 81-88.
Kishore, R., & Tech, P. M. (2015). Optimal Load Flow Analysis in Interconnected
Network using MATLAB. Int. J. Eng. Res. Technol, 4(6), 91-96.
LAMPIRAN
%503677_FAIZ RIDWAN PRATAMA
disp('Jawaban tugas pokok')
num1 = [1 2]
den1 = [1 2 1]
G1 = tf(num1,den1)
num2 = [1 1]
den2 = [1 1 1]
G2 = tf(num2,den2)
G3 = tf(1,[2 1])
num3 = [1 1]
den3 = [1 2 2]
G4 = tf(num3,den3)
G5 = tf(1,[1 3])
figure(1) % tanggap impuls dari kelima sistem
hold all
impulse(G1)
impulse(G2)
impulse(G3)
impulse(G4)
impulse(G5)
figure(2) % tanggap fungsi langkah dari kelima sistem
hold all
step(G1)
step(G2)
step(G3)
step(G4)
step(G5)
Gambar 1. Hasil tugas pokok 1

Anda mungkin juga menyukai