Materi USBN17 PPKN
Materi USBN17 PPKN
Mirriam Budiardjo memiliki pendapat bahwa Isi Konstitusi itu sendiri memuat tentang:
a. Organisasi Negara
b. HAM
c. Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hokum
d. Cara perubahan konstitusi dan larangan mengubah konstitusi
1. Nilai Normatif
Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi tersebut bukan hanya
berlaku dalam arti hukum, akan tetapi juga merupakan suatu kenyataan yang hidup dalam arti sepenuhnya
diperlukan dan efektif. Dengan kata lain, konstitusi itu dilaksanakn secara murni dan konsekuen.
2. Nilai Nominal
Konstitusi yang mempunyai nilai nominal berarti secara hukum konstitusi itu berlaku, tetapi kenyataannya
kurang sempurna, sebab pasal-pasal tertentu dari konstitusi tersebut dalam kenyataannya tidak berlaku.
3. Nilai Semantik
4. Suatu konstitusi mempunyai nilai semantik jika konstitusi tersebut secara hukum tetap berlaku, namun dalam
kenyataannya adalah sekedar untuk memberikan bentuk dari temapat yang telah ada, dan dipergunakan untuk
melaksanakan kekuasaan politik. Jadi, konstitusi hanyalah sekedar istilah saja sedangkan pelaksanaannya hanya
dimaksudkan untuk kepentingan pihak penguasa.
Salah satu contoh penerapan nilai normatif dalam undang-undang dasar 1945 terdapat dalam pasal 7B. Pasal 7B
mengatur mengenai pemberhatian presiden dan/atau wakil presiden yang dapat diajukan oleh dewan perwakilan rakyat
kepada majelis permusyawaratan rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada mahkamah
konstitusi untuk memeriksa, mengadili dan memutus pendapat dewan perwakilan rakyat bahwa presiden dan/atau
wakil presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa presiden dan/atau wakil presiden tidak
lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden.
Menurut K.C. Wheare ada empat sasaran yang hendak dituju dalam usaha mempertahankan konstitusi dengan jalan
mempersulit perubahannya. Adapun empat sasaran itu tersebut ialah :
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan petimbangan yang masak, tidak secara sembarangan dan dengan
sadar (dikehendaki).
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum perubahan dilakukan.
3. Agar dan ini berlaku dalam negara serikat, kekuasaan negara serikat dam kekuasaan negara-negara bagian tidak
diubah semata-mata oleh perbuatan-perbuatan masing-masing pihak secara tersendiri.
4. Agar hak-hak perorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas bahasa atau kelompok minoritas agama
atau kebudayaannya mendapat jaminan.
Menurut Savornin Lohman ada tiga unsur yang terdapat menyelinap dalam tubuh konstitusi-konstitusi sekarang, yaitu :
a. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial) sehingga menurut pengertian
ini, konstitusi-konstitusi yang ada adalah hasil atau konklusi dari persepakatan masyarakat yang akan mengatur
mereka.
b. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia berarti perlindungan dan jaminan atas hak-hak
manusia dan warga negara yang sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban baik warganya maupun
alat-alat pemerintahannya.
c. Sebagai forma regimenis, berarti sebagai kerangka banguanan pemerintahan, dengan kata lain sebagai
gambaran struktur pemerintahan negara.
Nilai Nilai (Ideal, Instrumental, Praksis) dalam Pancasila
A. Nilai Ideal : Nilai nilai dasar yang memiliki sifat tetap, terdapat pada UUD 1945. Bersifat universal didalamnya
terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai nilai yang baik dan benar.
Nilai-nilai dasar Pancasila (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial)
B. Nilai Instrumental : Penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar atau nilai ideal secara lebih kreatif dan dinamis dalam
bentuk :
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPR
c. Undang-undang
d. Pertaturan pemerintah
e. Peraturan perundangan lainnya
Bersifat khusus dan merupakan pedoman pelaksanaan kelima sila Pancasila.
C. Nilai Praksisi : Nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai praksis merupakan penerapan dari nilai instrumental dan nilai
ideal pada kehidupan sehari hari.
a. Teks Proklamasi secara tegas menyatakan bahwa yang merdeka adalah bangsa Indonesia, bukan negara (karenatidak
memenuhi syarat adanya negara dalam hal ini tidak adanya pemerintahan).
b. Mengingat kondisi seperti ini, maka dengan segera dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
bertugas untuk membuat undang-undang. Maka, pada 18 Agustus 1945 telah terbentuk UUD 1945 sehingga secara
resmi berdirilah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi, UUD 1945 merupakan landasan konstitusi NKRI.
- Agar bangsa dan negara ini tetap berdiri dengan kokoh,diperlukan kekuatan pertahanan dan keamanan melalui pola
politik strategi pertahanan dan kemanan.
a. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia.
b. Kehidupan berbangsa dan bernegara ini harus mendapatkan ridho Allah SWT karena merupakan motivasi spiritual
yang harus diraih jika negara dan bangsa ini ingin berdiri dengan kokoh.
d. Cita-cita harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
a. Alinea Pertama, menyebutkan bahwa "sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan" mempunyai
makna : "merdeka adalah hak semua bangsa", "penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia".
b. Alinea Kedua, menyebutkan "dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur" mempunyai makna : "adanya masa depan yang harus diraih (cita-
cita).
c. Alinea Ketiga, menyebutkan "atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan
luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya"
mempunyai makna :"bila negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapat
ridho Allah yang merupakan dorongan spiritual"
d. Alinea Keempat, menyebutkan "kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawatan/perwakilan,serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Alinea itu
mempunyai makna yaitu mempertegas cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pengertian sistem
Sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian yang mengikat satu sama lain.
Unsur-unsurnya yaitu :
- Seperangkat komponen, elemen, bagian.
- Saling berkaitan dan tergantung.
- Kesatuan yang terintegrasi.
- Memiliki peranan dan tujuan tertentu.
- Interaksi antar sistem membentuk sistem lain yang lebih besar.
C. Penggolongan hukum
1. Berdasarkan Wujudnya :
- Hukum tertulis, yaitu hukum dalam bentuk tulisan dan dicantumkan dalam berbagai peraturan negara.
- Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam dalam keyakinan masyarakat
tertentu (hukum adat). Alat praktik ketatanegaraan hukum tidak tertulis disebut konvensi (contoh:
pidato kenegaraan presiden setiap tanggal 16 Agustus).
2. Berdasarkan Ruang atau Wilayah Berlakunya :
- Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu (hukum adat Manggarai-Flores, hukum
adat Ende Lio-Flores, Batak, Jawa, Minangkabau, dll).
- Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di negara tertentu (hukum Indonesia, Malaysia, Mesir, dll).
- Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua negara atau lebih (hukum
perang, hukum perdata Internasional, dll).
3. Berdasarkan Waktu yang Diaturnya :
- Hukum yang berlaku saat ini (ius constitutum); disebut juga hukum positif.
- Hukum yang berlaku pada masa yang akaan datang (ius constituendum).
- Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang mengatur suatu peristiwa yang menyangkut hukum yang berlaku
saat ini dan hukum yang berlaku pada masa lalu.
4. Berdasarkan Isi Masalah yang Diaturnya :
- Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara warga negara dan negara yang
menyangkut kepentingan umum. Dalam arti formal, hukum publik mencakup Hukum Tata Negara,
Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana dan Hukum Acara.
- Hukum Privat (Hukum Perdata), yaitu hukum yang mengatur kepentingan perorangan. Perdata, berarti
warga negara pribadi, atau sipil. Sumber pokok hukum perdata adalah Buergelijk Wetboek (BW). Hukum
Perdata dapat dibagi sebagai berikut :
a. Hukum Perorangan
b. Hukum Keluarga
c. Hukum Kekayaan
d. Hukum Waris
e. Hukum Dagang (bersumber dari Wetboek Van Koopehandel)
f. Hukum Adat
D. Sumber Hukum
Adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan memaksa.
a. Sumber Hukum Materil :
- Keyakinan
- Individu
- Umum
b. Sumber Hukum Formal
- UU
- Yurisprodensi
- Doktrin Hukum
E. Peranan Lembaga-Lembaga Peradilan
1. Klasifikasi Lembaga Peradilan dalam UU No. 4 tahun 2004, diuraikan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan
oleh pengadilan dalam 4 lingkungan peradilan yaitu :
a. Peradilan Umum, berwenang menyelesaikan perkara perdata dan perkara pidana.
b. Peradilan Agama, berwenang menyelesaikan perkara perdata dibidang tertentu atas permohonan orang
yang beragama Islam.
c. Peradilan Militer, berwenang menyelesaikan perkara pidana militer/tentara.
d. Peradilan Tata Usaha Negara, berwenang menyelesaikan tata usaha negara/administrasi negara.
a. Mahkamah Agung sebagai badan peradilan Negara tertinggi dilingkungan kekuasaan kehakiman.
b. Badan-badan kehakiman yang dibagi atas :
Peradilan umum yang mencakup :
1. Pengadilan Negeri tingkat 1
2. Pengadilan Negeri tingkat banding
3. Pengadilan Negeri tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung
1. Mahkamah militer
2. Mahkamah militer tinggi
3. Mahkamah militer utama
Berikut ini beberapa pengertian HAM yang dikemukakan oleh para ahli:
1) John Locke
Hak asasi manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada manusia dan tidak
dapat diganggu gugat atau sifatnya mutlak.
5) Menurut Piagam Hak Asasi Internasional konsepsi HAM yang tercantum dalam Universal Declaration
of Human Rights (UDHR) sebenarnya merupakan perkembangan dari ajaran F.D. Roosevelt, yaitu The four
Freedom yang terdiri atas:
v Kebebasan mengeluarkan pendapat dan berkarya
v Kebebasan beragama
v Kebebasan dari rasa takut
v Kebebasan dari kemiskinan
Dari istilah dan pandangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa HAM meemeiliki beberapa ciri khusus,
yaitu sebagai berikut:
1. Hakiki (ada pada setiap diri manusia sebagai mahkluk tuhan)
2. Universal, artinya hak itu berelaku untuk semua orang dimana saja, tanpa memandang status, ras,
harga diri, jender atau perbedaan lainnya.
3. Permanen dan tidak dapat dicabut, artinya hak itu tetap selama manusia itu hidup dan tidak dapat
dihapuskan oleh siapapun.
4. Tak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak sipil atau hak
politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
5. Macam-macam HAM
1. hak asasi pribadi (personal right), misalnya hak kemerdekaan memeluk agama dan beribadah menurut
agama masinng-masing, menyatakan pendapat, berorganisasi dan sebagainya
2. hak asasi ekonomi (property right), misalnya hak kebebasan memiliki sesuatu, membeli dan menjual
sesuatu mengadakan kontrak atau perjanjian, dan lain sebagainya.
3. hak asasi politik (political right), misalnya hak untuk diakui dalam kedudukan sebagai warga negara yang
sederajat, ikut serta dalam pemeerintah, hak memilih dan dipilih, mendirikan partai politik atau organisasi,
mengajukan kritik dan sebagainya.
4. hak asasi sosial dan kebudayaan (social dan cultural right), misalnya hak kebebasan memilih dan
mendapatkan pendidikan, mengembangan kebudayaan dan lain sebagainya.
5. hak memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (right of legal equality).
6. hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata peradilan dan perlindungan hukum (procedural right),
misalnya hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam peradilan, pembelaan hukum, penerapan
asas pradga tak bersalah, dan sebagainya.
v Tahun 1215 di Inggris lahir Magna Charta (masa pemerintahan Lockland) yang isinya: Raja tidak lagi
bertindak sewenang-wenang, dalam hal tertentu tindakannya harus disetujui bangsawan.
v Declaration des droit de L’home et du citoyen (pernyataan hak-hak manusia dan penduduk) di Prancis
pada masa Jenderal Laffayete tahun 1789.
Isinya:
Manusia dilahirkan bebas dan mempunyai hak-hak yang sama.
Hak-hak itu adalah hak kebebasan, hak milik, keamanan dan sebagainya.
v The declaration of America Independence (4 Juli 1776) atas jasa presiden Thomas Jefferson.
Berisi tentang revolusi Amerika untuk melepaskan diri dari Inggris dengan menyatakan merdeka. Dalam
pernyataan itu dinyatakan semua orang diciptakan sama dan dikarunia hak hidup, hak kebebasan dan hak
mengejar kebahagiaan (life, liberty, and pursuit of happines)
v Menjelang berakhirnya Perang Dunia II (Atlantic Charter), F.D. Roosevelt mengusulkan 4 kebebasan:
Kebebasan mengeluarkan pendapat dan berkarya (freedom of speech and expreeion)
Kebebasan beragama (freedom of religion)
Kebebasan dari rasa takut (freedom of fear)
Kebebasan dari kemiskinan (freedom of want)
v Tahun 1948 disusun rencana piagam Hak Asasi Manusia oleh Organisasi Kerja Sama Sosial Ekonomi PBB di
bawah pimpinan ny. Elanor Roosevelt.
ü Pembukaan alinea 2 “……mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Ini memat hak asasi politik: kedaulatan, hak asasi ekonomi:
kemakmurab dan keadilan.
ü Alinea 3, ”atas berkar rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas………,” ini merupakan pengakuan kemerdekaan sebagai anugrah Tuhan.
ü Alinea 4, ”……melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruuh tumpah darah indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,….melaksanakan ketertiban dunia…..”. hal ini
merupakan bahwa negara memberikan jaminan hak asasi terhadap arga negaranya.
1. HAM dalam batang tubuh UUD 1945 diatur secara khusus dalam pasal 28A-28J.
2. Secara umum HAM di Indonesia diatiur dalam pasal 27-34 UUD 1945
3. Hak asasi manusia dalam TAP MPR No. XVII/MPR/1998: memuat piagam HAM serta pandangan dan
sikap bangsa Indonesia terhadap HAM.
4. HAM dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN. Dimuat dalam arah penyelenggaraan Negara,
yaitu: mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan sosial, melindungi HAM.
5. Keppres No. 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNASHAM), yang
bertugas untuk melaksanakan penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian dan mediasi tentang
HAM.
6. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang terdiri dari XI Bab dan 106 pasal.
7. PP no. 2 Tahun 2002 tentang tata cara perlindungan terhadap korban dan saksi dalam pelanggaran
HAM yang berat
8. PP No. 3 Tahun 2002 tentang kompensasi, restitusi dan rehabilitasi terhadap korban pelanggaran HAM
berat.
– Kompensasi: ganti kerugian yang diberikan oleh negara karena pelaku yang tidak terbukti beersalah.
– Restitusi: ganti kerugian yang diberikan kepada korban ataukeluarganya oleh pelaku ataupihak ketiga yang
dapat berupa pengembalian barang milik, pembayaran ganti rugi untuk kehilangan, dan penggantian biaya
untuk tindakan tertentu.
1. Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan.
2. UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, sebagai peradilan khusus dilingkungan peradilan
umum
1. MENAMPILKAN PERAN SERTA DLM UPAYA PEMAJUAN, PENGHORMATAN, DAN PENEGEKAN HAM DI
INDONESIA
B.1. Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
1. Peran serta dalam upaya perjuangan, penghormata dn penegakan ham di indonesia
2. Peran serta masyarakat dalam penegakan HAM di Indonesia.
Kewajiban dasar manusia \Indonesia terhadap HAM sesuai dengan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, pada bab VI adalah sebagai berikut:
1. setiap orang yang berada di wilayah negera Republik Indonesia wajib patuh terhadap peraturan
perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional mengenai HAM yang telah diterima
oleh negara Republik Indonesia (pasal 67).
2. Setiap orang wajib menghormati HAM orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pasal 69 ayat 1).
3. Setiap HAM seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk menghormati hak-
hak orang lain secara timbal balik (pasal 69 ayat 2).
4. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan prertimbangan
moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis (pasal 70).
5. peran serta pemerintah dalam penegakan HAM di Indonesia
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap HAM sesuai dengan UU No. 39 1999 tentang HAM
adalah sebagai berikut:
1. pemerintah wajib bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak
asasi manusia, sesuai peraturan perundang-undangan, dan hukum internasional tentang HAM yang
diterima oleh negara Republik Indonesia (pasal 71).
2. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah meliputi langkah implementasi yang efektif dalam hukum,
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain (pasal 72).
3. Peran KOMNAS HAM alat perjuangan penegakkan HAM diIndonesia
4. komnas HAM dibentuk dengan tujuan:
5. mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan pancasila,
UUD 1945, dan piagam PBB, serta deklarasi universal Hak Asasi Manusia.
6. Meningkatkan perlindungan dan penegakkan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia
Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai kehidupan.
b.Untuk melaksanakan fungsi mediasi, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan:
1. perdamaian kedua belah pihak
2. penyelesaian erkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan penilaian ahli
3. pemberian saran kepada para pihak untuk mennyelesaikan sengketa melalui pengadilan
4. penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada pemerintah untuk
ditindaklanjuti penyelesaiannya dan
5. penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada dewan perwakilan rakyat
Republik Indonesia untuk ditindaklanjuti.
6. Tentang partisipasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia maka Komnas HAM menekankan:
7. membantu terwujudnya peradilan yang kredibel
8. memprakarsai dan atau memfasilitasi pembentukan komisi HAM di daerah-daerah
9. mengatasi pelanggaran HAM berat (groos-violation of human rights)
10. meningkatkan kemampian para penegak hukum dalam menangani kasus-kasus pelanggaran HAM pada
umumnya, hak anak dan hak perempuan pada khususnya.
11. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang perspektif gender dan hak anak
12. Menjamin berlanjutnya proses hukum secara tuntas terhadap kasus-kasus pelanggaran hak asasi
manusia.
13. Membuat kriteria dan indikator pelanggaran ha asasi manusia yang jelas bagi penegak hukum.
Setiap hari kita selalu mendengar, membaca, dan melihat, baik dari media cetak maupun elektronik beerbagai
peristiwa pelanggaran HAM. Masalah penegakan HAM adalah masalah bersama yang menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah rakyat, dan lembaga-lembaga tertentu, seperti Komnas HAM. Pelanggaran HAM
itu dapat dilakukan oleh negara/pemerintah, ataupun masyarakat. Richard Falk mengidentifikasi standar guna
mengukur derajat keseriusan pelanggaran HAM. Hasilnya adalah disusunnya kategori pelanggaran HAM
sebagai berikut:
1. pembunuhan besar-besaran (genocide) yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, kelompok
agama seperti berikut:
pembunuhan terhadap anggota kelompok, atau suku atau ras yang mengakibatkan kemusnahan secara
fisik, baik seluruh maupun sebagian.
Memaksakan atau mencegah kelahiran kelompok tertentu dengan cara memindahkan atau
membunuhnya.
1. rasialisme resmi (politik apartheid), yaitu suatu perlakuan politik terhadap etnis, suku bangsa lain
berdasarkan perbedaan ras dan warna kulit merupakan kejahatan internasional
2. terosisme resmi berskala besar
3. pemerintahan totaliter
4. penolakan secara sadar untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
5. perusakan kualitas lingkungan (ecocide)
6. kejahatan perang
1. b. Pelanggaran HAM dan penangannya
yang termasuk jeni pelanggaran HAM berat adalah sebagai berikut:
1. kejahatan genocide
2. kejahatan terhadap kemanusiaan
pembunhan besar-besaran (genocide) yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, kelompok agama
seperti berikut:
1. pembunuhan terhadap anggota kelompok, atau suku atau ras yang mengakibatkan kemusnahan secara
fisik, baik seluruh maupun sebagian.
2. Memaksakan atau mencegah kelahiran kelompok tertentu dengan cara memindahkan atau
membunuhnya.
Sedangkan kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian daari serangan
yang meluas atau sistematik, yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil berupa hal-hal sebagai berikut:
1. pembunuhan
2. pemusnahan dan penyiksaan
3. perbudakan
4. pengusiran dan pemindahan penduduk secara paksa
5. perampasan kemerdekaan yang melanggar hukum internasional
6. perkosaan/perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau
sterilisasi secara paksa, dan bentuk kekerasan seksual lainnya.
7. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham
politik, ras, ebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional.
8. Penghilangan kearganegaraan seseorang secara paksa.
Perkara pelanggaran HAM berat dilakukan berdasarkan ketentuan hukum acara pidana. Penyidikan dilakukan
oleh Jaksa Agung dengan disertai surat perintah dan alasan penangkapan, kecuali tertangkap tangan.
Penahanan untuk pemeriksaan dibidang pengadilan HAM dapat dilakukan paling lam 90 hari, jangka waktu itu
dapat diperpanjang paling lama 30 hari oleh pengadilan negeri sesuai dengan daerah hukumnya.penahanan di
pengadilan tinggi dilakukan paling lama 60 hari, dapat diperpanjang 30 hari, dan penahanan di Mahkamah
Agung paling lama 60 hari dan dapat diperpanjang 30 hari.
1. Perilaku upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakkan HAM
2. a) Dalam lingkungan masyarakat
Menjunjung tinggi harga diri manusia dan bangsa
Kesamaan harga diri antar pribadi
Tidak mencampur urusan pribadiorang lain
Tidak mencela dan menghina kekurangan orang lain
Saling menghargai antar sesama manusia
1. b) Dalam lingkungan bangsa dan negara
Mengentskan kemiskinan agar menjadi manusia yang layak
Gerakan orang tua asuh
Mengefektifkan wajib belajar 12 tahun
Bagi perusahaan besar perlu menjadi bapak angkat bagi pengrajin kecil.
1. Hambatan Penegakan HAM
2. a) Faktor kondisi sosial-budaya
Stratifikasi-status sosil (tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, keturunan, ekonomi, dll).
Norma adat/budaya lokal.
b). Faktor komunikasi dan informasi.
Letak geografis Indonesia yang luas
Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yg blm terbangun secara baik di seluruh wilayah
Indonesia.
Sistem informasi maupun perangkatnya dan SDM yang masi terbatas.
c). Faktor kebijakan pemerintah
Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yg sama tentan pentingnya jaminan HAM.
Lemahnya pengawasan legislatif maupun kontrol sosial oleh masyarakat.
d). Faktor perangkat Perundangan
e). Faktor aparat dan penindakannya.
1. Tantangan Penegakan HAM
Pemerintah Indonesia (Presiden Soeharto) pada saat berpidato di PBB dlm Konferensi Dunia ke-2 (Juni 1992)
dgn Judul ”Drklarasi Indonesia Tentang HAM” sebagai berikut :
Prinsip Universilitas; bahwa adanya hak-hak asasi manusia bersifat fundamental dan memiliki
keberlakuan universal.
Prinsip Pembangunan; kemajuan pembangunan nasional dpt membantu tercapainya tujuan
meningkatkan demokrasi dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
Prinsi Kesatuan; hak asasi perseorangan dan hak asasi masyarakat/bangsa secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Prinsip Objektivitas; penilaian terhadap pelaksanaan hak-hak asasi pada suatu negara oleh pihak luar
hanya menonjolkan salah satu jenis hak asasi dan mengabaikan hak-hak asasi manusia lainnya.
Prinsip Keseimbangan; keseimbangan dan keselarasan antara hak-hak perseorangan dan hak-hak
masyarakat/bangsa.
Prinsip Kompetensi Nasional; penerapan dan perlindungan HAM merupakan tanggungjawab Nasional.
Prinsip Negara Hukum; bahwa jaminan terhadap HAM dlm suatu negara dituangkan dalam aturan-
aturan hukum (tertulis dan tidak tertulis).
1. INSTRUMEN HUKUM & PERADILAN INTERNASIONAL HAM
2. Instrumen Hukum Internasional HAM
pasca perang dunia ke II pehatian internasional tentang HAM tampakmeningkat karena jumlah korban yang
begitu besar di berbagai belahan dunia melahirkan keprihatinan atas penistaan terhadap nilai kemanusiaan.
Kemudian dibentuklah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang melahirkan Deklarasi Hak Asasi Manusia
(Universal Declaration of Human Rights).
Beberapa instrumen hukum tentang Hak Asasi Manusia internasional pasca Universal Declaration of Human
Rights ( UDHR), antara lain:
1. Tahun 1958 lahir konvensi tentang hak-hak politik perempuan
2. Tahun 1966. covenanats of human rights telah teratifikasi oleh negara-negara anggota PBB
3. Tahun 1976 tentang konvensi internasional hak-hak khusus
4. Tahun 1984 konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan
5. Tahun 1990 konvesi tentang hak-hak anak
6. Tahun 1993 tentang konvensi anti apartheid
7. Tahun 1998 tentang konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam,
tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia.
8. Tahun 1999 tentang konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial.
2. Instrumen Yuridis Hak Asasi Manusia
Pada tanggal 16 Desember 1966, dissahkan Covenant on Economic, social, and Cultural Rights dan
Internasional Covenant on civil and political rights. Hal baru dalam ketentuan itu disebutnya hak rakyat untuk
menentukan nasibnya sendiri termasuk hak untuk mengatur kekayaan dan sumber-sumber nasional secara
bebas.
Perjanjiian nasional mengenai hak ekonomi, social dan budaya mulai berlaku tanggal 3 Januari 1976.
perjanjian ini berupaya meningkatkan dan melindungi tiga kategori hak, yaitu:
1. hak untuk bkerja dalam kondisi yang adil dan menguntungkan
2. hak atas perlindungan sosial, standar hidup yang pantas, standar kesejahteraan fisik dan mental
tertinggi yang bisa dicapai
3. hak atas pendidikan dan ha untuk menikmati manfaat kebebasan kebudayaan dan kemajuan ilmu
pengetahuan.
3. UU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan HAM
salah satu dasarnya dibentuknya pengadilan HAM adalah pasal 104 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang
HAM. Dalam ketentuan umum pasal 1 Alinea III UU No. 26 tahun 2000 dinyatakan bahwa pengadilan HAM
adalah khusus bagi pelanggaran hak asasi manusia yanh berat. Selanjutnya, pasal 2 menyatakan bahwa
pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan umum.
Di lingkungan peradilan umum ada peradilan khusus HAM. Kedudukan pengadilan HAM berat di daerah yang
daerah hukumnya meliputi hukum pengadilan negeri yang bersangkutan. Peradilan HAM memiliki wewenang
memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat, termasuk yang dilakukan diluar
teritorial wilayah ngara Republik Indonesia. Pelanggaran hak asasi berat merupakan extra ordinary crime dan
berdampak secara luas, bai pada tingkat nasional maupun internasional dan bukan merupakan tindak pidana
yang diatur dalam KUHP serta menimbulkan kerugian baik materiil maupun immaterial yang mengakibatkan
rasa tidak aman, baik terhadap perseorangan maupun masyarakat.
4. Perlindungan Hak Asasi Manusia Universal
Pembukaan PBB mengumandangkan kepercayaan dalam hak-hak asasi manusia, kemuliaan, dan nilai orang
per orang dalam kesamaan hak antara wanita dan pria. Dalam piagam kemuliaan tersebut berkali-kali diulang
bahwa PBB akan mendorong, mengembangkan, dan mendukung penghormatan secara universal dan efektif
hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok bagi semua tanpa membedakan suku, gender, bahasa
dan agama.
Selanjutnya menjadi tugas dan wewenang Majelis Umum PBB di bantu Dewan Ekonomi dan Sosial beserta
komisi hak asasi manusia dan mekanisme HAM PBB lainnya menjabarkan lenih lanjut dalam pelaksanaan
misinya.
Dewan Ekonomi dan Sosial yang membantu tugas Majelis Umum dalam menangani HAM dapat pula
membentuk komisi, misalnya Komisi Hak Asasi Manusia beranggotakan 53 negara dan mempunyai tugas
menyiapkan rekomendasi dan laporan mengenai perjanjian intrnasional tentang hak-hak asasi, konvensi-
konvensi dan deklarasi internasional tentang kebebasan sipil, informasi, perlindungan kelompok minoritas,
pencegahan diskriminasi atas dasar suku, gender, bahasa, agama dan masalah lain yang berkaitan dengan
HAM.
Khusus mengenai wanita dibentuk komisi mengenai status wanita yang beranggotakan 45 negara yang
bertindak dalam kapasitas pribadi. Komisi ini bertugas menyiapkan laporan-laporan mengenai promosi hak-
hak wanita dibidang politik, ekonomi, sosial dan pendidikan, sera membuat rekomendasi kepada dewan
ekonomi dan sosial tentang masalah yang membutuhkan perhatian di bidang HAM.
Disamping itu ada dua badan khusus PBB yang juga menangani masalah HAM, yaitu oraganisasi buruh sedunia
(ILO) yang brtugas memperbaiki syarat-syarat kerja dan hidup para buruh dan membuat rekomendasi standar
minimum dibidang gaji, jam kerja, syarat-syarat pekerjaan dan jaminan sosial. Badan kedua adalah UNESCO
yang mempunyai tugas meningkatkan kerjasama antar bangsa melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan.
Perkembang terakhir hukum pidana internasional adala disepakati pembentukan International Crime
Court (ICC). Dalam suatu sidang United Nations Diplomatic Conference on Criminal Court 17 Juni 1998 di Roma
Italia. Dengan disahkan ICC sebagai badan baru PBB terwujudlah suatu badan peradilan internasional yang
bersifat tetap. Badan ini memiliki kekuasaan untuk melaksanakan yuridisdiksinya atas seseorang yang
melakukan kejahatan yang serius. Jenis kejahatan yang disepakati ICC, antara lain:
1. Pemusnahan, misal terhadap kelompok etnis atau penganut agama tertentu (The Crime of Genocide)
2. Kejahatan melawan kemanusiaan (Crime Against humanity)
3. Penyerangan suatu bangsa atau Negara terhadap Negara lain. (The Crime of Aggression)
4. Kejahatan perang. (War Crimes)
No Pasal Kewajiban
1 27 ayat 1 Menaati hukum dan pemerintahan
2 27 ayat 3 Membela negara
3 30 ayat 1 Menjaga pertahanan dan keamanan negara
4 33 ayat 2 dan 3 Mempercayai negara dalam menguasai bumi, air, dan kekayaan alam
untuk kepentingan rakyat
No Pasal Hak
1 27 ayat 1 Mendapatkan persamaan kedudukan warga negara di hadapan hukum
dan pemerintahan
2 27 ayat 2 Mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang layak
3 28 Mendapatkan kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapatbaik lisan maupun tulisan
4 28 A Mendapatkan hidup serta hak mempertahankan hidup
5 28 C ayat 1 Mengembangkan diri dan pendidikan
6 28 D ayat 1 Mendapatkan sistem hkum yang adil
7 28 I ayat 4 Has asasi warga negara
8 29 ayat 2 Mendapatkan kemerdekaan untuk memeluk agamadan menjalankan
masing-masing
9 31 ayat 2 Mendapatkan biaya pendidikan dasar
10 34 Mendapatkan pemberian jaminan sosial
Faktor Internal :
No Faktor Penjelasan
1 Keadaan psikologis para pelaku Pelaku dalam keadaan kurang waras atau tertekan saat melakukan
pelanggaran
2 Sikap egois Pelaku hanya memikirkan diri sendiri, tanpa memikirkan perasaan orang
lain terutama orang yang ia langgarhak asasinya
3 Tidak toleran pada orang lain Pelaku tidak memberikan toleransi kepadada orang lain dalam
menghadapi masalah besar maupun masalah kecil
4 Tingkat kesadaran HAM pelaku Pelaku tidaktau dan tidak mengerti tentang pelanggaran HAM
sangat rendah
5 Adanya pandangan HAM bersifat Pelaku merasa bebas karena dia tahu dia punya hak sebagai manusia,
individualistic sehingga mementingkan dirisendiri tanpa memikirkan kepentingan orang
lain
6 Tidak memiliki rasa empati dan Pelaku seenaknya melakukan pelanggaran HAM, tanpa memikirkan rasa
rasa kemanusiaan kemanusiaan
7 Sifat individualistik Pelaku tidak ingin bersoaialisasi dengan masyarakat
8 Adanya dendam Pelaku memiliki dendam terhadap orang lain yang menyebabkan si
pelaku melakuakn pelanggaran HAM
9 Adanya deskriminasi dari orang Pelaku sering mendapat perlakuan deskriminasi dari orang terdekatnya
yang ada dalam kesehariannya
Faktor Eksternal
No Faktor Penjelasan
1 Ketidaktegasan aparat penegak Perangkat hukum seperti polisi yang tidak tegas sehingga sering terjadi
hokum pelanggaran HAM
2 Struktur sosial dan politik yang Kesenjangan sosial memberikan dampak negatif, terlebih memberikan
memungkinkan terjadinya dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM
pelanggaran hukum dan HAM
3 Teknologi yang digunakan secara Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi
tidak tepat dapat dapat juga memberikan pengaruh negatif bahkan dapat memicu
timbulnya kejahatan
4
1. Penangkapan dan penahaan seseorang demi menjaga stabilitas, tanpa berdasarkan hukum
2. Penerapan budaya kekerasan untuk menindak warga masyarakat yang dianggap ekstrim yang dinilai oleh
pemerintah menggangu stabilitas keamanan yang akan membahayakan kelangsungan pembangunan
3. Pembungkaman kekebasan pers
4. Pembatasan hak berserikat dan berkumpul serta menyatakan pendapat
5. Menimbulkan rasa ketakutan masyarakat luas terhadap pemerintah
Contoh pengingkaran kewajiban warga negara
1. Konsep Kekuasaan
Konsep kekuasaan Negara menurut demokrasi sebagai terdapat dalam UUD 1945 sebagai berikut:
A. Kekuasaan di Tangan Rakyat
a) Pembukaan UUD Alinea IV
b) Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
c) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1)
d) “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”.
e) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (2)
f) “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam negara Republik Indonesia pemegang kekuasaan
tertinggi atau kedaulatan tertinggi adalah ditangan rakyat dan realisasinya diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara. Sebelum dilakukan amandemen kekuasaan tertinggi dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
B. Pembagian Kekuasaan
Sebagai dijelaskan bahwa kekuasaan tertinggi adalah ditangan rakyat, dan dilakukan munurut Undang-Undang
Dasar, oleh karena itu pembagian kekuasaan menurut demokrasi sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 adalah
sebagai berikut:
a) Kekuasaan Ekskutif, didelegasikan kepada Presiden (Pasal 4 ayat 1 UUD 1945).
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”.
b) Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Presiden dan DPR dan DPD (Pasal 5 ayat 2, pasal 19 dan pasal 22 C
UUD 1945).
“Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya”. (pasal 5
ayat(2)).
“Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.*** )” (pasal 22 C ayat 4)
c) Kekuasaan yudikatif, didelegasikan kepada Makhamah Agung (pasal 24 ayat 1 UUD 1945).
“Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.”
d) Kekuasaan Inspektif, atau pengawasan didelegasikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini termuat dalam UUD 1945 pasal 20 ayat 1.
Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.*)
Dalam UUD 1945 hasil amandemen tidak ada kekuasaan Konsultatif, yang dalam UUD lama. Didelegasikan kepada
Dewan Pertimbangan Agung (DPA), (pasal 16 UUD 1945) Mekanisme pendelegasian kekuasaan yang demikian ini
dalam khasanah ilmu hukum tatanegara dan ilmu politik dikenal dengan istilah ‘Distribution Of Power’ yang
merupakan unsur mutlak dari negara demokrasi.
C. Pembatasan Kekuasaan
Pembatasan kekuasaan menurut konsep UUD 1945, dapat dilihat melalui proses atau mekanisme 5 tahunan
kekuasaan dalam UUD 1945 sebagai berikut
a) Pasal 1 ayat 2 UUD 1945, kedaulatan politik rakyat dilaksanakan lewat pemilu untuk membentuk MPR dan DPR
setiap 5 tahun sekali. Majelis Permusyawaratan Rakyat memiliki kekuasaan melakukan perubahan terhadap UUD,
melantik Presiden dan wakil Presiden, serta melakukan impeachment terhadap presiden jika kalau melanggar
konstitusi
b) Pasal 20 A ayat 1
c) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.** )
d) Rakyat kembali mengadakan pemilu setelah membentuk MPR dan DPR
3. Konsep Pengawasan
Konsep pengawasan menurut UUD 1945 ditentukan sebagai berikut:
a) Pasal 1 ayat 2, rakyat memiliki kekuasaan tertinggi namun dilaksanakan dan didistribusikan berdasarkan UUD.
Berbeda dengan UUD lama sebelum dilakukan amandemen, MPR yang memiliki kekuasaan tertinggi sebagai
penjelmaan kekuasaan rakyat. Maka menurut UUD hasil amandemen MPR kekuasannya menjadi terbatas, yaitu
meliputi presiden dan wakil presiden dan memberhentikan presiden sesuai dengan masa jabatannya atau jikalau
melanggar UUD.
b) Pasal 2 ayat 1, MPR terdiri atas DPR dan Anggota DPD. Berdasarkan ketentuan tersebut maka menurut UUD
1945 hasil amandemen MPR hanya dipilih melalui Pemilu.
c) Penjelasan UUD 1945 tentag DPR
Berdasarkan ketentuan tesebut maka konsep pengawasan menurut demokrasi Indonesia sebagai tercantum UUD
1945 pada dasarnya adalah sebagai berikut:
a) Dilakukan oleh seluruh warga negara. Karena kekuasaan didalam system ketatanegaraan Indonesia adalah di
tangan rakyat
b) Secara formal keatanegara pengawasan berada pada DPR.
4. Konsep Partisipasi
Konsep partisipasi menurut UUD 1945 adalah:
a) Pasal 27 ayat 1.
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
b) Pasal 28.
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang
c) Pasal 30 ayat 1.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.** )
Dalam penerapannya, konsep demokrasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dipandang sebagai sebuah
mekanisme dan cita-cita untuk mewujudkan suatu kehidupan berkelompok yang sesuai dengan apa yang terdapat
dalam UUD 1945 yang disebut kerakyatan.
Dapat disimpulkan juga bahwa konsep demokrasi atau pemerintahan rakyat yang diterapkan dinegara Indonesia itu
berdasarkan pada tiga hal, yaitu :
1. Nilai-nilai filsafah pancasila atau pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat berdasarkan sila-sila pancasila.
3. Merupakan konsekuensi dan komitmen terhadap nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
Masuknya kebudayaan dari luar terjadi melalui proses akulturasi (percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu
adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen, dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur
kebudayaan yang datang dari luar diseleksi oleh bangsa Indonesia. Kemudian, sifat-sifat lain terlihat dalam setiap
pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan
mufakat. Hal itulah yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi, persatuan dan kesatuan bangsa
dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah, dan lain-lain.
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan awal dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara
Indonesia yang diproklamasikan oleh para pendiri negara adalah negara kesatuan. Pasal 1 ayat (1) UUD. Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan, “Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”. Sila ketiga
Pancasila menegaskan kembali bagaimana tekad bangsa Indonesia mewujudkan persatuan.
Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan arti dan makna persatuan :
Apabila semua aspek kehidupan manusia ingin terbentuk secara harmonis, sebaiknya didasari oleh nilai persatuan dan
kesatuan. Dalam kehidupan bernegara, pengamalan sikap persatuan dan kesatuan diwujudkan dalam bentuk perilaku,
antara lain:
4. menghindari penonjolan SARA. Lebih dari 84 tahun yang lalu para pemuda Indonesia telah mengikrarkan bentuk
perilaku yang mendukung persatuan dan kesatuan. Ikrar kesepakatan para pemuda tersebut diwujudkan dalam
sumpah yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928.
Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia seperti dinyatakan dalam Sumpah Pemuda merupakan bentuk perilaku
mengamalkan tetap tegaknya persatuan dan kesatuan. Salah satu contoh perilaku mendukung persatuan dan kesatuan
lainnya, yaitu kita memiliki rasa bangga sebagai bangsa dan negara.
Bentuk dari rasa bangga terhadap bangsa dan negara diwujudkan dengan sikap mencintai dan menggunakan produk
dalam negeri. Apabila produk dalam negeri digunakan, dengan sendirinya para pengusaha yang menciptakan berbagai
produk dan pegawainya akan tetap memiliki penghasilan dan dapat menciptakan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Masyarakat Indonesia yang sejahtera akan lebih kuat memiliki bangsa dan negara Indonesia jika dibandingkan dengan
masyarakat yang tidak sejahtera.
Alinea kedua Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan, “… merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Oleh karena itu, untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan, seluruh tindakan
pemerintah, rakyat, dan bangsa Indonesia harus mengarah kepada terciptanya keadilan dan kemakmuran bagi seluruh
bangsa Indonesia.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna sesuai dengan keberagaman masyarakat Indonesia saat ini. Pada
awalnya Bhinneka Tunggal Ika dahulu hanya untuk menyatukan kehidupan di tengah keberagaman beragama dan
keyakinan, ternyata semboyan ini masih sangat sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini. Masyarakat Indonesia
semakin hari semakin memiliki keberagaman yang sangat banyak. Kita tidak hanya beranekaraga dalam agama, suku
bangsa, ras, budaya, dan gender. Namun juga semakin beragam dalam cara berpikir, berpendapat, berorganisasi, partai
politik, aliran musik, cara berpakaian, dan sebagainya.
Mengenai definisi wawasan Nusantara, berdasarkan Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN,
wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945,
adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.
Berbagai peristiwa yang terjadi di tanah air sekarang, dapat Anda saksikan di media massa. Bagaimana tingkah
laku para wakil rakyat, pelajar, mahasiswa, dan juga kelompok masyarakat yang menunjukkan tanda-tanda bahwa
mereka masih kurang memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara. Krisis-krisis yang terjadi di Indonesia sangat lambat
perubahannya, sangat berbeda dengan negara-negara lain yang begitu cepat dalam mengatasi krisis. Hal ini merupakan
perhatian bagi semua warga negara bahwa kesadaran berbangsa dan bernegara sangatlah diperlukan.
Membangun kesadaran berbangsa dan bernegara kepada semua, merupakan hal yang sangat penting karena
pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan panjang bangsa ini. Kesadaran
berbangsa dan bernegara jangan diperkirakan hanya berlaku pada pemerintah saja, tetapi harus lebih luas
memandangnya, sehingga dalam penerapannya pemuda lebih kreatif dalam menerapkan arti sadar berbangsa dan
bernegara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakikat kesadaran berbangsa dan bernegara itu sendiri.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap seseorang yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa
yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa. Mewujudkannya dapat dilakukan dengan mencegah
perkelahian antarperorangan atau antarkelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi, baik di tingkat nasional
maupun internasional.
Secara prinsip, Indonesia adalah negara kesatuan yang berlandaskan Pancasila. Sedangkan keanekaragaman ras,
suku, agama, dan bahasa daerah merupakan khasanah budaya yang dapat menjadi unsur pemersatu bangsa. Dengan
demikian, apa yang sudah dirintis oleh nenek moyang bangsa Indonesia dari masa kejayaan kerajaan Majapahit perlu
dipertahankan dan dilestarikan oleh seluruh rakyat Indonesia dalam kerangka NKRI dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika.
b. Hubungan antara kesadaran berbangsa dan bernegara dengan penerapan wawasan Nusantara
Kesadaran dalam berbangsa dan bernegara, yaitu membina kerukunan serta menjaga rasa persatuan dan
kesatuan antarwarga negara. Kesadaran berbangsa dan bernegara dapat dimulai dari lingkungan terkecil atau keluarga,
lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan, lingkungan kerja, dan lain-lain. Dalam perwujudannya, dapat dilakukan
dengan cara mencintai budaya bangsa, mencintai produksi dalam negeri, mengakui, menghargai, dan menghormati
bendera merah putih, lambang negara, lagu kebangsaan Indonesia Raya, menjalankan hak dan kewajiban sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi,
keluarga, dan golongan.
c. Upaya untuk memperkuat kesadaran berbangsa dan bernegara dalam penerapan wawasan Nusantara
Pemahaman tentang wawasan Nusantara akan menyadarkan warga negara untuk memiliki cara pandang dan
konsepsi wawasan Nusantara untuk dapat mengerti, memahami, dan menghayati tentang hak dan kewajiban sebagai
warga negara. Pandangan wawasan Nusantara dapat menjawab tantangan dunia tentang globalisasi dan era baru
kapitalisme. Wawasan Nusantara sangat penting untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Membangun kesadaran berbangsa dan bernegara kepada warga masyarakat merupakan hal penting yang tidak
dapat dilakukan oleh bangsa ini karena warga masyarakat merupakan pemegang kekuasaan tertinggi bangsa. Akan
tetapi, kesadaran berbangsa dan bernegara ini tidak hanya berlaku pada pemerintah saja, tetapi harus lebih luas
memandangnya, sehingga dalam penerapannya warga masyarakat lebih kreatif menerapkan kesadaran berbangsa dan
bernegaranya.
Di dalam meningkatkan dan memperkuat kesadaran berbangsa dan bernegara, terdapat faktor-faktor
pendukung. Faktor-faktor pendukung untuk menciptakan kesadaran berbangsa dan bernegara antara lain sebagai
berikut.
Orang tua harus mempunyai kesadaran dan memberikan contoh bersikap dan berperilaku yang menjunjung
tinggi pluralitas.
Rasa memiliki dan bangga berbangsa Indonesia, tegasnya hukum di Indonesia, dan pemerataan kesejahteraan setiap
daerah. Pemerintah harus mampu memberikan pemahaman kepada rakyat bahwa hanya ideologi Pancasila yang dapat
dijadikan pedoman dalam mengarungi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Terwujudnya wawasan Nusantara juga dipengaruhi oleh hal-hal seperti diperlukan kesadaran WNI untuk
mengerti, memahami, dan menghayati tentang hak dan kewajiban warga negara serta hubungan warga negara dengan
negara, sehingga sadar sebagai bangsa Indonesia. Mengerti, memahami, dan menghayati tentang bangsa yang telah
menegara, berarti dalam menyelenggarakan kehidupan memerlukan konsepsi wawasan Nusantara, sehingga sadar
sebagai warga negara yang memiliki cara pandang. Agar kedua hal tersebut dapat terwujud, diperlukan sosialiasi dengan
program yang teratur, terjadwal, dan terarah.
Wawasan Nusantara memiliki peranan penting untuk mewujudkan persepsi yang sama bagi seluruh warga
negara Indonesia. Perbedaan persepsi, perbedaan pendapat, dan fraksi-fraksi antarkelompok dalam konteks sosiologis,
politis, serta demokrasi dianggap hal yang wajar. Perbedaan tersebut dapat menghasilkan masyarakat yang dinamis,
kreatif, dan sinergis untuk saling menyesuaikan menuju integrasi. Suatu pantangan yang harus dihindari adalah
perbuatan atau tindakan yang melanggar norma-norma.
Pertanyaanya adalah isi jiwa apakah dari Bangsa Indonesia yang hendak dipresentasikan dengan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika ? Melihat coraknya Pancasila,maka Bhinneka Tunggal Ika merupakan sumbernya, maka kiranya tidak jauh
dari kebenaran kalau diambil kesimpulan, bahwa isi jiwa tentang tempatnya manusia, individu dalam pergaulan hidup
manusia dari bangsa Indonesia adalah prinsip Bhinneka Tunggal Ika sebagai implementasi berpancasila.
Proposisi ilahiah adalah selaras dengan makna hermenuetika hukum dari prinsip Bhinneka Tunggal
Ika, artinya walaupun bangsa Indonesia itu berbeda-beda secara multi agama, multi suku, multi budaya dst tetapi
sesungguhnya berasal dari satu diri, yaitu bangsa Indonesia, dan basis terkecil dari suatu bangsa adalah keluarga, yaitu
kesatuan, kelompok, pergaulan hidup manusia yang terdiri dari manusia yang berbeda-beda; ayah , ibu, anak-anak, ayah
dan ibu berbeda dari anak dalam umurnya, ayah dan ibu berbeda satu sama lain dalam kelamin; pria dan wanita:pun
anak-anak terdiri dari pria dan wanita; dan last but not least, diantara sekian banyak manusia yang hidup bersatu
merupakan keluarga itu, bahkan andaikata terdapat diantaranya anak kembar, tidak ada yang sama kepribadianya.
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing" Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang
lebih benar jalannya.
Secara hermenuetika hukum hal itu dapat dikemukakan, bahwa makna Bhinneka Tunggal Ika dalam
hubungannya manusia Indonesia, yaitu persatuan dalam Perbedaan/keragaman;
Perbedaan/keragaman dalam persatuan yang disimpulkan dalam pengertian "kekeluargaan", Jadi jika benar bahwa
Bhinneka Tunggal Ika adalah sumber dari Pancasila, maka menurut pandangan bangsa Indonesia atau menurut
pandangan bangsa Barat yang dilukiskan dengan "Men are created free and equal" , -Manusia dilahirkan bebas dan
merdeka, yang satu terpisah dari lainnya sumber ini ditemukan kembali dalam seluruh lembaga kehidupan
ketatanegaraan, hukum , dan sebagainya, maka kebenaran Bhinneka Tunggal Ika itu harus diketemukan kembali dalam
pembacaan Pancasila secara hermenuetika hukum dalam Lambang Negara.
"Sila Pertama dari Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti bangsa Indonesia percaya adanya Tuhan Yang
Maha Esa, mengandung arti juga, seluruh alam ciptaan-Nya ini adalah berbeda-beda, beraneka ragam
ciptaannya melainkan merupakan satu kesatuan yang terbedakan tetapi tak dapat terpisahkan satu sama
lain, tetapi terdapat hubungan satu sama lainnya. Jadi persatuan dalam perbedaan. keanekaragaman;
Perbedaan/keanekaragaman dalam persatuan dan sila kesatu ini menyinari keempat sila lainnya dari Pancasila.
Sila Kedua dari Pancasila Kemanusian yang adil dan beradab, maknanya adalah bahwa kemanusian yang
beraraskan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menjunjung nilai-nilai kemanusian yang sesungguhnya adalah
manusia-manusia Indonesia yang mewujudkan sifat-sifat Tuhan atau dalam tataran Islam mewujudkan As Ma'ul Husna
dan salah satunya adalah Yang Maha Adil. Jadi Perbedaan dalam persatuan/keaneragaman dan persatuan dalam
perbedaan/keaneka ragaman, artinya walaupun manusia berbeda agamanya, kebudayaannya dan adat istiadatnya,
maka sifat-sifat Tuhan yang hendak diwujudkan adalah bersifat universal (Logosentrime) yaitu: Sifat Tuhan Yang Maha
Esa,misalnya kejujuran, kebenaran dan menjadi tugas manusialah mewujudkan sifat-sifat Tuhan itu dalam kehidupan
antar manusia Indonesia, ketika manusia menegakan keadilan sesungguhnya mereka sedang mewujudkan sifat-sifat
Tuhan dalam asma ul husna, yaitu Yang Maha Adil.
Sila Ketiga Persatuan Indonesia, adalah negara yang bangsanya terdiri dari Bhinneka Tunggal Ika yang
sesungguhnya adalah satu, yaitu Bangsa dan Negara Indonesia yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa-
negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa (pasal 29 ayat 1 UUD 1945) dan kemerdekaan negara Indonesia
adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan
yang bebas (alinea 3 Pembukaan UUD 1945), itulah Negara Indonesia yang anak-anak bangsanya bersatu
berdasarkan jiwa dan semangat Ketuhanan Yang Maha Esa atau nilai-nilai universal yang diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa atau asma ul husna.
Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/Perwakilan,
maknanya, bahwa musyawarah itu memerlukan sekurang-kurang dua orang, ialah dua orang yang berlainan pendapat,
Kalau tidak berlainan pendapat maka tidak mungkin terdapat musyawarah. Walaupun ada perbedaan tetapi muaranya
mencari kebulatan, kesatuan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam perwakilan; Jadi persatuan dalam
perbedaan; Perbedaan dalam persatuan. Prinsip inipun dicahayai oleh sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa dalam
mewujudkan sistem kerakyatan itulah Demokrasi Indonesia yang berbasiskan Ketuhanan Yang Maha Esa
(Demokrasi berbasiskan Teokrasi).
Sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maknanya apa yang dimusyawarahkan atau yang
diputuskan dalam kesepakatan oleh perwakilan rakyat Indonesia semuanya itu adalah dalam rangka mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan untuk golongan atau segelintir individu di bangsa ini.
Dengan demikian Sila Kesatu menyinari keempat sila lainnya arti Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi nur bagi
manusia-manusia Indonesia yang relegius, kemudian manusia –manusia Indonesia bersatu membentuk persatuan
Indonesia dengan prinsip keneka ragaman dalam persatuan dan persatuan dalam keaneka ragaman (Bhinneka Tunggal
Ika) dalam bentuk Negara kebangsaan Indonesia, itulah NKRI dengan menjalankan Kerakyatan atau demokrasi versi
Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang mewakili rakyat
Indonesia, dan hasil musyawarah tersebut diwakili oleh elemen rakyat Indonesia itu semua ditujukan untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, artinya secara hermenuetika hukum dapat dipaparkan
sebagai berikut manusia-manusia Indonesia membentuk persatuan Indonesia dalam bentuk Negara Republik Indonesia
yang berdemokrasi Indonesia untuk menyepakati kesepakatan-kesepakatan hukum dalam berbagai bidang kehidupan
dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang disinari dan dibentengi serta berdasarkan
atas Ketuhanan Yang Maha Esa yang secara semiotika hukum Pancasila dibaca secara berthawaf mulai dari Sila Kesatu
ke sila Kedua, ke sila Ketiga, ke sila Keempat, ke sila Kelima, sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 24 Tahun
2009.
Pasal 46 UU Nomor 24 Tahun 2009 menyatakan, bahwa Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk
Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai
pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Pasal 47 UU
Nomor 24 Tahun 2009 (1) Garuda dengan perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 memiliki paruh, sayap, ekor,
dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga pembangunan. (2) Garuda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki
sayap yang masing-masing berbulu 17, ekor berbulu 8, pankal ekor berbulu 19, dan leher berbulu 45.
Pasal 48 UU Nomor 24 Tahun 2009 ayat (1) Di tengah-tengah perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat
sebuah garis hitam tebal yang melukiskan katulistiwa. Ayat (2) Pada perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar Pancasila sebagai berikut: a. dasar Ketuhanan Yang Maha Esa
dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima; b. dasar Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai; c.
dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas perisai; d. dasar Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di
bagian kanan atas perisai; dan e. dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan
padi di bagian kanan bawah perisai.(cetak tebal dan miring dari penulis)
Teks normatif hukum peraturan perundang-undangan tersebut di atas khususnya pasal 48 ayat (2), jika dibaca secara
semiotika hukum dinamakan model Pancasila berthawaf yang seharusnya menjadi dasar reaktualisasi semiotika hukum
Pancasila, yaitu dalam kedudukan Pancasila sebagai cita hukum dan sebagai sumber hukum negara serta dijadikan
model ketika memetakan asas-asas dan seluruh jenis peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam kedudukan
seperti ini Pancasila sebagai cita hukum memiliki legitimasi filosofis, yuridis, dan sosiologis atau didalam kapasitas ini
Pancasila telah diderivikasikan kedalam norma-norma dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan sehingga
tidak menutup pembacaan semiotika hukum Pancasila hanya dianalisis saat kelahirannya (sejarah perancangan
Pancasila) sebagai produk sejarah atau secara historis yuridis dan eksplanasi teori sistem norma hukum dengan
menggunakan model hirarkis piramida sebagai satu-satunya penafsiran semiotika hukum Pancasila sebagai cita hukum
bagi bangsa Indonesia yang sedikit banyak terpengaruh dengan paham positivisme hukum Hans Kelsen yang kemudian
dikembangkan oleh para penstudi hukum Indonesia seperti Notonagoro dan para pengikutnya tetapi menutup
pembacaan Pancasila berdasarkan perisai Pancasila pada Lambang Negara rancangan Sultan Hamid II anak bangsa
Indonesia sendiri dari luar Jawa, tetapi bangsa ini melupakannya dan sejarah selalu ditafsirkan berdasarkan selera “Jawa
sentris” benarkah gambar lambang negara kita burung Garuda, bukankah Elang Rajawali Pancasila dengan semboyan
bhinneka Tunggal Ika sebagaimana pidato Bung Karno 22 Juli 1958 “Terbang-terbanglah Elang Rajawali”, karena garuda
adalah burung mitologi yang berbentuk setengah burung setengah manusia, sedangkan PP Nomor 66 Tahun 1951 dalam
penjelasannya menyatakan: “Burung Garuda yang menurut perasaan bangsa Indonesia berdekatan dengan burung elang
rajawali” demikian juga dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 sebagai pengganti PP Nomor 66 Tahun 1951 juga menyatakan
hal yang sama dalam penjelasan pasal 46 : Yang dimaksud dengan “Garuda Pancasila” adalah lambang berupa burung
garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno yaitu burung yang menyerupaiburung elang rajawali.
Kesadaran artinya menyadari bahwa bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa lain, khususnya dalam konteks sejarah
berdirinya bangsa Indonesia. Seluruh elemen masyarakat harus ikut bertanggung jawab menanamkan kesadaran
ini.Untuk menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara dimasyarakat adalah dengan mengembangkan nilai-nilai
Pancasila dan kepekaan sosial.Upaya Bangsa dan Negara agar dapat Bersaing dalam Era Globalisasi.
Sejarah perjuangan Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan oleh tokoh-tokoh bangsa
Indonesia banyak berlandaskan dengan kesadaran bernegara. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut
kemerdekaan dari penjajah secara diplomatis, yaitu dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI).
Sidang BPUPKI pertama (29 Mei-1 Juni 1945) membicarakan “Dasar Negara Indonesia Merdeka”. Tokoh-tokoh
yang menyampaikan pendapatnya adalah Mr. Muh. Yamin, Prof. Dr.Soepomo, dan Ir. Soekarno. Berikut adalah usulan
dasar negara masing-masing tokoh.
A. Rumusan dasar Negara yang diajukan B. Rumusan dasar Negara yang D. Rumusan dasar Negara yang
oleh Muhammad Yamin yang diajukan diajukan oleh Mr. Soepomo tanggal diajukan oleh Ir. Soekarno, Tgl. 1
secara lisan pada tanggal 29 Mei 1945. 31 Mei 1945. Juni 1945!
Pada akhir sidang pertama BPUPKI dibentuklah panitia kecil yang terdiri atas delapan orang dengan tugas
memeriksa usulan tentang dasar negara yang masuk untuk ditampung dan kemudian dilaporkan kepada sidang BPUPKI
berikutnya. Panitia kecil ini terdiri atas Ir. Soekarno, Drs.. Mohammad Hatta, Mr. A. A. Maramis, Ki Bagus Hadikusumo,
M. Sutardjo Kartohadikusumo, R. Oto Iskandardinata, Mr. Muh Yamin, dan K. H. Wahid Hasjim.
Pada 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan BPUPKI dan panitia sembilan.
Rapat tersebut menghasilkan hal-hal sebagai berikut.
1. Supaya selekas-lekasnya Indonesia merdeka.
2. Supaya hukum dasar yang akan dirancang diberi Preambule (pembukaan).
3. Supaya BPUPKI terus bekerja sampai terwujudnya suatu hukum dasar.
4. Membentuk Panitia Kecil perumus dasar negara.
Kemudian, Panitia kecil dibentuk dengan jumlah sembilan orang terdiri atas Ir Soekarno (ketua), Drs.
Mohammad Hatta, Mr. AA. Maramis, Abikoesno Tjokrosoeyoso, Abdulkahar Muzakir, H. Agus Salim, Mr. Ahmad
Subardjo, Mr. Muhammad Yamin, dan KH Wahid Hasjim. Pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil merumuskan dengan
sebutan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Dalam piagam tersebut tercantum rumusan Pancasila, yaitu
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.
2. Kemanusiaann yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada sidang BPUPKI kedua (10 Juli - 17 Juli 1945) hanya menyiapkan rancangan Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia Merdeka yang diketuai oleh Ir Soekarno, rancangan ekonomi dan keuangan diketuai Moh Hatta, dan
rancangan pembelaan tanah air diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoeyoso. Dengan demikian, tanggal 17 Juli 1945, BPUPKI
telah mendapatkan tiga rancangan dan dianggap selesai tugasnya.
Setelah BPUPKI bubar, dibentuklah pada 7 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
anggota-anggotanya terdiri atas orangorang yang berpengaruh di masyarakat ketika itu dan dianggap mewakili berbagai
macam daerah dan golongan dari seluruh Indonesia. Ketuanya Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moh Hatta. Jumlah
anggota PPKI berjumlah 21 orang. Ketika Jepang di bom atom oleh sekutu di Hirosima dan Nagasaki, terjadilah
kekosongan kekuasaan. Tentara Jepang menyerah kepada sekutu. Pada saat inilah kesempatan digunakan untuk
memproklamasikan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi, PPKI mengadakan sidang dan
merumuskan beberapa hal berikut.
1. Mengesahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945 yang bahan-bahannya hampir seluruhnya diambil dari
Piagam Jakarta. Namun, ada perubahan, yaitu:
a. Kata Hukum Dasar diganti menjadi Undang-Undang Dasar.
b. “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pe meluknya” diganti
menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
c. Permusyawaratan perwakilan diganti menjadi permusyawaratan/ perwakilan.
2. Mengesahkan dan menetapkan UUD.
3. Menetapkan Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia.
2) Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan ekonomi yang
benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan
adil.
3) Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan
lahiriah yang mengakui, menerima, dan menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan sebagai
kenyataan hidup sekaligus karunia sang Pencipta.
4) Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan Hankam akan menumbuhkembangkan kesadaran cinta
tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara Indonesia
B. Pengelolaan Kekuasaan Negara di Tingkat Pusat Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia tahun
1945
1. Lembaga-Lembaga Pemegang Kekuasaan Negara
Ada tiga kekuasan negara, yaitu kekuasaan membentuk undang-undang, kekuasaan pemerintahan negara, dan
kekuasaan kehakiman.
Setelah dilakukan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, DPR mempunyai
kedudukan yang lebih kuat dalam pengelolaan kekuasaan negara. DPR secara tegas dinyatakan sebagai
pemegang kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Hal tersebut diatur dalam Pasal 20 Ayat (1) yang
menyatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. Perubahan
ketentuan ini menyebabkan DPR mempunyai kekuasaan yang besar dalam proses pembentukan suatu undang-
undang, bahkan apabila sebuah rancangan undang-undang yang telah ditetapkan oleh DPR menjadi undang-
undang tidak disahkan oleh Presiden setelah 30 hari, undang-undang tersebut dengan sendirinya berlaku dan
wajib diundangkan.
Selain pembentukan undang-undang, pada saat ini DPR begitu besar kekuasaannya dalam mengontrol setiap
kebijakan pemerintah. Kekuasaan tersebut terlihat dari hak-hak yang dimiliki oleh DPR seperti hak interpelasi,
hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Dengan ketiga hak tersebut, DPR menjadi lembaga penyeimbang
sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah dapat dikendalikan dan dipastikan kebijakan
tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
b. Kekuasaan pemerintahan negara ( kekuasaan eksekutif )
Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden, sehingga Presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan. Hal ini
dikarenakan, Republik Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial yang ciri utamanya memposisikan
Presiden sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Sebelum perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kekuasaan Presiden Republik Indonesia begitu besar. Pada awal
pemberlakuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden Republik Indonesia
selain memegang kekuasaan eksekutif, juga memegang kekuasaan legislatif dan yudikatif. Hal ini dikarenakan
lembaga-lembaga negara lainnya seperti MPR, DPR dan MA belum terbentuk. Kekuasaan Presiden masih tetap
besar, meskipun lembaga-lembaga negara yang ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 telah terbentuk. Dalam diri Presiden melekat berbagai kekuasaan berikut.
1) Kekuasaan pemerintahan, Pasal 4 ayat (1)
2) Kekuasaan membentuk undang-undang, Pasal 5 ayat (1)
3) Panglima tertinggi angkatan bersenjata yang terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan
Udara, Pasal 10
Selain itu, Presiden juga mempunyai kekuasaan untuk menentukan keanggoatan MPR dari unsur Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia, utusan golongan dan utusan daerah dengan mengeluarkan suatu keputusan
Presiden. Presiden juga berhak memberikan grasi, amnesti, rehabilitasi dan abolisi kepada seorang terpidana.
Setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden Republik Indonesia
masih tetap berkedudukan sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Akan tetapi, ada beberapa
perubahan berkaitan dengan kekuasaan Presiden di antaranya sebagai berikut.
1) Presiden tidak lagi berkedudukan sebagai pemegang kekuasaan membentuk undang-undang. Hal ini
sebagai konsekuensi dari dialihkannya kekuasaan membentuk undang-undang kepada DPR. Dalam
proses yang berkaitan dengan pembentukan undang-undang, Presiden berhak untuk mengajukan
sebuah rancangan undang-undangan, memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang,
dan mengesahkan rancangan undang-undang yang telah ditetapkan oleh DPR menjadi Undang-Undang.
2) Presiden tidak lagi berwenang untuk mengangkat anggota MPR dari utusan golongan, utusan daerah
maupun unsur TNI.
3) Presiden mesti memperhatikan pertimbangan DPR ketika akan memberikan amnesti dan abolisi, dan
memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung ketika akan memberikan grasi dan rehabilitasi.
c. Kekuasaan kehakiman
Kekuasaan kehakiman disebut juga kekuasaan yudikatif. Sebelum dilakukannya perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kekuasaan kehakiman dijalankan oleh Mahkamah Agung beserta
lembaga peradilan yang ada di bawahnya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (1) yang menyatakan
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut
undang-undang. Setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kekuasaan
kehakiman dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Pasal 24 Ayat (2) menyatakan
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Ketentuan tersebut menyebabkan
perubahan fundamental dalam pengelolaan kekuasaan kehakiman. Mahkamah Agung tidak lagi menjadi satu-
satunya pemegang kekuasaan tersebut. Terdapat Mahkamah Konstitusi sebagai mitra dalam menyelegarakan
kekuasaan kehakiman. Hal tersebut memberikan peluang yang lebih besar bagi setiap warga negara untuk
mencari keadilan dan kepastian hukum.
Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 dapat
disimpulkan bahwa fungsi negara Indonesia adalah sebagai berikut.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.
C. Pengelolaan Kekuasaan Negara di Daerah Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian, ujung tombak pemerintahan daerah
adalah pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang kepala daerah dan DPRD.
Berikut ini dipaparkan secara singkat perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1945 Tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Komite
Nasional Daerah
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1948 Tentang Penetapan Aturan-Aturan Pokok
Mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-daerah yang Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya
Sendiri
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1957 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah
4. Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 Tentang Pemerintahan Daerah
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1965 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang RI
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
b. 2.DPRD-GR
1) Terdiri dari wakil golongangolongan politik dan golongan-golongan karya.
2) Anggota DPRD-GR diajukan oleh kepala daerah kepada instansi atasan
mereka masingmasing (golongan politik dan golongan karya).
3) Kepala daerah secara ex-officio adalah Ketua DPRD-GR (bukan anggota).
Undang-Undang RI 1. Kepala daerah provinsi (gubernur), kepala daerah kabupaten (bupati), kepala
Nomor 22 Tahun 1999 daerah kota (walikota) camat, lurah/kepala desa.
2. Di daerah dibentuk DPRD (sebagai badan legislatif daerah) dan pemerintah
daerah (sebagai badan eksekutif daerah).
3. Pemerintah daerah terdiri atas kepala daerah dan perangkat daerah lainnya.
4. DPRD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah daerah.
5. Dalam menjalankan tugasnya, gubernur bertanggung jawab kepada DPRD
provinsi, bupati dan walikota bertanggung jawab kepada DPRD
kabupaten/kota.
Pemerintahan daerah merupakan alat kelengkapan negara untuk mencapai cita-cita dan tujuan negara sebagaimana
termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-2 dan ke-4. Untuk
mencapai hal tersebut, tentu saja pemerintahan daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian
cita-cita dan tujuan negara.
Untuk mendukung program Pemerintah Pusat dalam mencapai tujuan nasional, berdasarkan ketentuan Pasal 22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah selaku
pengelola kekuasaan negara di daerah otonom mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;
e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
h. Mengembangkan sistem jaminan sosial;
i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
k. Melestarikan lingkungan hidup;
l. Mengelola administrasi kependudukan;
m. Melestarikan nilai sosial budaya;
n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya;
o. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Kemudian, selain mempunyai kewajiban, pemerintahan daerah juga mempunyai hak selaku pengelola daerah otonom,
di antaranya adalah:
a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;
b. memilih pimpinan daerah;
c. mengelola aparatur daerah;
d. mengelola kekayaan daerah;
e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah;
g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
Urusan wajib dan urusan pilihan untuk pemerintahan daerah provinsi tentu saja berbeda dengan pemerintahan daerah
kabupaten/kota. Hal ini dikarenakan ruang lingkup urusan pemerintahan daerah provinsi lebih luas dibandingkan
dengan pemerintahan daerah kabupaten/kota seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini.
Sistem Ketatanegaraan
Sistem ketatanegaraan RI tidak terlepas dari ajaran Trias Politica Montesquieu yang ketatanegaraannya di bagi menjadi
tiga yaitu eksekutif,Legislatif,dan yudikatif. Pelaksanaan mereka itu di serahkan kepada satu badan mandiri yang artinya
masing2 dari mereka tidak dapat saling mempengaruhi dan tidak dapat saling meminta pertanggung jawaban.
Lembaga lainnya adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat(MPR), Komisi Yudisial(KY) dan Mahkamah Konstitusi(MK).
Setelah amandemen tidak ada lagi Dewan Pertimbangan Agung dan diganti sebuah dewan pertimbangan yang bertugas
memberi nasihat dan pertimbangan kepada Presiden
Hak dan Kewajiban anggota MPR dalam menjalankan tugas dan wewenang
hak anggota DPR
1. mengusulkan perubahan pasal-pasal UUD.
2. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan
3. memilih dan dipilih
4. membela diri
5. imunitas
6. protokoler
7. keuangan dan administratif
1. mengamalkan Pancasila
2. menjalankan UUD 1945 dan peratura perundang-undangan
3. menjaga keutuhan NKRI dan kerukunan nasional
4. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan
5. melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah
Wewenang DPR
1. Membuat Undang-undang(fungsi legislasi)
2. Menetapkan APBN(fungsi anggaran)
3. Mengawasi pemerintah dalam menjalankan undang-undang(fungsi pengawasan)
Selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, Presiden merupakan panglima angkatan tertinggi yang memiliki
wewenang sebagai berikut:
1. menyatakan perang, perdamaian, perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR
2. membuat perjanjian internasional dengan persetujuan DPR
3. menyatakan keadaan bahaya
5. Mahkamah Agung
Mahkamah agung merupakan pemegang kekuasaan kehakiman. Mahkamah agung adalah peradilan tertinggi di
Indonesia. Pasal 24 ayat (2) menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan dibawahnya serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Ketentuan tersebut menyatakan puncak
kekuasaan kehakiman dan kedaulatan hukum ada pada MA dan MK. Mahkamah Agung merupakan lembaga yang
mandiri dan harus bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan yang lain.Dalam hubungannya dengan Mahkamah
Konstitusi, MA mengajukan 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk ditetapkan sebagai hakim di Mahkamah Konstitusi.
Wewenang MA antara lain:
1. Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan
untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)].
2. memiliki weweang menagili di tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-udangan dibawah UU terhadap UU
3. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi
4. memberikan pertimbangan (presiden mengajukan grasi)
6. Mahkama Konstitusi
Kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan ketentuan Pasal 24C ayat (1) dan (2)
1. untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji UU terhadap UUD,
2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan UUD,
3. memutus pembubaran partai politik, dan
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Disamping itu, MK juga wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.Dengan kewenangan tersebut, jelas bahwa MK memiliki hubungan tata kerja
dengan semua lembaga negara yaitu apabila terdapat sengketa antar lembaga negara atau apabila terjadi proses judicial
review yang diajukan oleh lembaga negara pada MK
Negara kesatuan mempunyai dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Dalam negara kesatuan bersistem
sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-
perintah dan peraturan-peraturan dari pemerintah pusat.
Akan tetapi, dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk mengatur rumah
tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah.
Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap memegang kekuasaan tertinggi.
Soepomo dalam Sidang BPUPKI, menghendaki bentuk negara kesatuan sejalan dengan paham negara integralistik yang
melihat bangsa sebagai suatu organisme. Hal ini antara lain seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Yamin, bahwa
kita hanya membutuhkan negara yang bersifat unitarisme dan wujud negara kita tidak lain dan tidak bukan adalah
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Bentuk negara kesatuan tersebut didasarkan pada 5 (lima) alasan
berikut:
c Tenaga-tenaga terpelajar kebanyakan berada di Pulau Jawa sehingga tidak ada tenaga di daerah untuk membentuk
negara federal
Karakteristik :
1. Pada alinea ke-2 pembukaan UUD 1945 “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur”
2. Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan naskah asli
mengandung prinsip bahwa ”Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk Republik”
3. Alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “… dalam upaya membentuk suatu
Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia”
4. Pasal 25A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa “Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah yang batasbatas dan hak-
haknya ditetapkan dengan undangundang”
Pada periode ini bentuk negara Republik Indonesia adalah kesatuan, dengan bentuk pemerintahan adalah republik dan
presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara Adapun, sistem pemerintahan
yang dipakai adalah sistem pemerintahan presidensial. Dalam periode ini yang dipakai sebagai landasan adalah Undang-
Undang Dasar 1945. Pada masa ini belum terbentuk lembaga tinggi seperti DPR, MPR, MA DPA dan BPK. Kekuasaan
tertinggi murni berada pada presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.Pasal IV Aturan Peralihan menyatakan
bahwa Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan pertimbangan Agung dibentuk
menurut UndangUndang Dasar ini, segala kekuasaanya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite
nasional.
Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 dijadikan dalih oleh Belanda untuk menuduh Indonesia sebagai negara diktator,
karena kekuasaan negara terpusat kepada presiden. Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia internasional,
pemerintah RI mengeluarkan tiga buah maklumat
1) Maklumat Wakil Presiden Nomor X (baca eks) tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan kekuasaan luar biasa
dari Presiden sebelum masa waktunya berakhir (seharusnya berlaku selama enam bulan) Kemudian maklumat
tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula dipegang oleh Presiden kepada Komite Nasional
Indonesia Pusat Pada dasarnya maklumat ini adalah penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945
2) Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang pembentukan partai politik yang sebanyak-banyaknya
oleh rakyat Hal ini sebagai akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri demokrasi adalah multipartai
Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia barat menilai bahwa Indonesia adalah negara yang menganut asas
demokrasi
3) Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945, yang intinya mengubah sistem pemerintahan presidensial
menjadi sistem pemerintahan parlementer.Maklumat tersebut kembali menyalahi ketentuan UUD RI 1945 yang
menetapkan sistem pemerintahan presidensial sebagai sistem pemerintah Indonesia.
Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 telah membawa perubahan total dalam sistem pemerintahan negara
kita.Pada tanggal tersebut, Indonesia memulai kehidupan baru sebagai penganut sistem pemerintahan parlementer.
Kabinet dalam hal ini para menteri tidak bertanggung jawab kepada presiden akan tetapi kepada DPR yang
kekuasaannya dipegang oleh BP KNIP. Kabinet-kabinet parlementer yang dibentuk gampang sekali dijatuhkan dengan
mosi tidak percaya dari DPR
Periode Negara Kesatuan Republik Indonesia berakhir seiring dengan hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar
yang mengubah bentuk negara kita menjadi negara serikat pada tanggal 27 Desember 1949.
Pada periode ini, Indonesia menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia Tahun 1950 (UUDS
1950) yang berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1950. UUDS RI 1950 merupakan perubahan dari Konstitusi RIS yang
diselenggarakan sesuai dengan Piagam Persetujuan antara Pemerintah RIS dan Pemerintah RI pada tanggal 19 Mei
1950. Bentuk negara Indonesia pada periode ini adalah kesatuan yang kekuasannya dipegang oleh pemerintah pusat.
Bentuk pemerintahan yang diterapkan adalah republik, dengan kepala negara adalah seorang presiden yang dibantu
oleh seorang wakil presiden Ir Soekarno dan Drs Moh Hatta kembali mengisi dua jabatan tersebut. Sistem pemerintahan
yang dianut pada periode ini adalah sistem pemerintahan parlementer dengan menggunakan kabinet parlementer yang
dipimpin oleh seorang perdana menteri.
Pada saat mulai berlakunya UUDS RI 1950, dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang merupakan gabungan
anggota DPR RIS ditambah ketua dan anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat dan anggota yang
ditunjuk oleh presiden.
Dektrit Presiden tanggal 5 Juli tahun 1959, yang berisi di antaranya sebagai berikut
1) Pembubaran konstituante
2) Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
c Periode 5 Juli 1959 sampai dengan 11 Maret 1966 (Masa Orde Lama)
Presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Presiden Soekarno mencetuskan
konsep demokrasi terpimpin.
1) Membubarkan DPR hasil pemilu dan menggantikannya dengan membentuk DPR Gotong Royong (DPRGR) yang
anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden
2) Membentuk MPR sementara yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden
4) Membentuk Front Nasional melalui Penetapan Presiden No 13 Tahun 1959 yang anggotanya berasal dari berbagai
organisasi kemasyarakatan dan organisasi sosial politik yang ada di Indonesia
5) Terjadinya pemerasan terhadap Pancasila. Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar negara dan pandangan
hidup bangsa diperas menjadi tiga unsur yang disebut Trisila, kemudian Trisila ini diperas lagi menjadi satu unsur
yang disebut Ekasila. Ekasila inilah yang dimaksud dengan Nasakom (nasionalis, agama dan komunisme)
d Periode 11 Maret 1966 sampai dengan 21 Mei 1998 (masa Orde Baru)
Kepemimpinan Presiden Soekarno dengan demokrasi terpimpinnya, akhirnya jatuh pada tahun 1966. Prioritas utama
yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru bertumpu pada pembangunan ekonomi dan stabilitas nasional yang
mantap.
1) Perkembangan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang pada tahun 1968 hanya 70 dollar Amerika
Serikat dan pada 1996 telah mencapai lebih dari 1000 dollar Amerika Serikat
Memasuki masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis.
Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi.
Pemerintah konstitusional bercirikan adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif dan jaminan atas hak
asasi manusia dan hak-hak warga negara.Dalam era reformasi terjadi 4 kali amanden tahun 1999,2000,2001,2002
perubahanperubahan mendasar dalam ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
sebagai berikut
2. MPR merupakan lembaga bikameral, yaitu terdiri dari DPR dan DPD (Pasal 2)
3. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat (Pasal 6A)
4 Presiden memegang jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan (Pasal 7)
9. Pembentukan Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial (Pasal 24B dan 24C)
Negara federasi adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang masing-masing
tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi sendiri, kepala negara sendiri, parlemen sendiri,
dan kabinet sendiri, namun yang berdaulat dalam negara federal adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut
negara federal. Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan konstitusi
federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh pemerintah federal.
Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada pemerintah federal meliputi:
a) hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum internasional, misalnya masalah daerah,
kewarganegaraan dan perwakilan diplomatik;
b) hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan nasional, perang dan damai;
c) hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok hukum maupun organisasi
peradilan selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat, misalnya mengenai masalah uji material konstitusi
negara bagian;
d) hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan federal, misalnya hal pajak, bea cukai,
monopoli, mata uang (moneter);
e) hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya masalah pos, telekomunikasi, statistic
2.Dalam negara kesatuan, wewenang pembentuk undang-undang pusat ditetapkan dalam suatu rumusan yang
umum dan wewenang pembentuk undang-undang yang lebih rendah (lokal) tergantung pada badan pembentuk
undang-undang pusat. Adapun, pada negara serikat wewenang pembentuk undang-undang adalah pusat untuk
mengatur hal-hal tertentu, telah diperinci satu persatu dalam konstitusi federal
Karakteristik :
1) Pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh Presiden, bukan oleh parlemen sebagaimana lazimnya
4) Pertanggungjawaban kabinet adalah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), namun harus melalui keputusan
pemerintah
5) Parlemen tidak mempunyai hubungan erat dengan pemerintah sehingga DPR tidak punya pengaruh besar
terhadap pemerintah.DPR tidak dapat menggunakan mosi tidak percaya kepada kabinet
6) Presiden RIS mempunyai kedudukan rangkap yaitu sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan