Sebagai dasar negara, Pancasila tentu saja tidak cukup hanya tertera dalam sejumlah
dokumen negara, tidak juga diperingati melalui upacara dan kegiatan lainnya. Lebih
dari itu, negara harus diatur dan diselenggarakan berdasarkan Pancasila.Tidak boleh
ada pelanggaran Pancasila yang dilakukan oleh pemerintah selaku penyelenggara
negara.
Untuk menelaah bagaimana penerapan Pancasila dalam praktik bernegara, perlu
diketahui bahwa dalam ideologi Pancasila, menurut Moerdiono, terdapat tiga tataran
nilai.
a. Nilai Dasar, suatu nilai yang bersifat abstrak dan tetap, terlepas dari pengaruh
perubahan ruang dan waktu. Nilai dasar ini merupakan prinsip yang kebenarannya
bersifat absolut. Dari segi kandungan nilainya, maka nilai dasar yang
berkenaan
dengan eksistensi sesuatu, mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar, dan ciri
khasnya. Nilai dasar inilah yang telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa,
sehingga Pancasila disepakati sebagai dasar negara. Ketika Soekarno mengatakan
bahwa Pancasila itu digali dari tradisi luhur dan perjuangan bangsa Indonesia
melawan kolonialisme, maka yang dimaksudkan adalah nilai dasar itu. Nilai dasar
itu berbunyi lima sila dalam Pancasila. Nilai-nilai dasar dari Pancasila tersebut
meliputi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab, nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, serta nilai keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Nilai Instrumental, nilai yang bersifat kontekstual. Nilai instrumental merupakan
penjabaran dari nilai-nilai Pancasila, berupa arahan kinerja untuk kurun waktu
tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini harus disesuaikan
dengan tuntutan zaman, dan mengacu serta berlandasarkan pada nilai dasar yang
dijabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam
bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas
yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan nilainya, maka nilai
instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana,
program, bahkan proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut.
Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai instrumental ini adalah MPR,
Presiden, dan DPR.
c. Nilai Praksis, adalah nilai yang terdapat dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik
dalam konteks kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Nilai praksis adalah
wujud dari penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis, baik dilakukan oleh lembaga negara: eksekutif, legislatif, dan yudikatif,
maupun dilakukan oleh organisasi masyarakat, bahkan warga negara secara
perseorangan.
Dari tiga tataran nilai Pancasila tersebut, yang akan menjadi pokok bahasan di
sini adalah nilai instrumental dan nilai praksis. Pada praktiknya, nilai instrumental dan
nilai praksis harus mengacu dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar. Nilai
praksis tidak boleh bertentangan dengan nilai instrumental. Dengan menggunakan
kerangka berpikir seperti inilah, kita akan menelaah tentang praktik ber-Pancasila
dalam kehidupan bernegara.
Wujud dari nilai instrumental tersebut berupa Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah. Sebagai penjabaran dari nilai Pancasila, nilai instrumental tidak boleh
bertentangan dengan nilai dasar Pancasila. Mari kita telaah lebih detil wujud nilai
instrumental dan nilai praksis.
Bagian 1 Pancasila — 37