Anda di halaman 1dari 10

10 CONTOH SIKAP RIYA

Pertama, seseorang melakukan kebaikan dan maksudnya bukan Allah, dia ingin orang-orang

mengetahui bahwa dia melakukan, tidak bermaksud ikhlas sama sekali. Ini paling buruk dan salah satu

bentuk kemunafikan. 

 
Kedua, seseorang melakukan ibadah dengan maksud Allah, namun saat ada orang lain melihatnya maka

dia bersemangat dan membaguskannya. Nabi saw bersabda, “Jauhilah syirik rahasia.” Mereka bertanya,

“Apa itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seseorang shalat, dia berusaha membaguskannya karena

orang-orang melihatnya. Itulah syirik rahasia.” Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaemah dalam Shahihnya no.

937. 

 
Ketiga, seseorang menyelesaikan ibadah, lalu dia ketahui oleh orang-orang telah melakukannya dan

dipuji karenanya, maka hatinya gembira dan dia berharap lain kali juga akan dipuji dan mendapatkan

sesuatu dari mereka. Kebahagiaan dan keinginan untuk mendapatkan di lain waktu menunjukkan riya

yang tersembunyi. 

 
Keempat, seseorang menampakkan wajah pucat, muka mengantuk dan badan lemah supaya orang-

orang tahu bahwa dia rajin puasa dan rajin shalat malam serta takut akhirat. 

 
Kelima, Seseorang siswa mau melaksanakan tugas piket nya dengan baik sesudah guru masuk ke kelas,

dengan harapan guru melihat dan menilai bahwa siswa tersebut tergolong siswa yang rajin

melaksanakan tugas.
Keenam, seseorang berbaju kumal, robek dan lusuh agar orang-orang tahu bahwa dia zuhud, atau

memakai baju tertentu yang pada umumnya dipakai oleh, misalnya, para ulama, dia memakainya agar

dikira ulama. 

 
Ketujuh,, memaksakan diri mengundang seorang ulama atau ustadz atau pemuka masyarakat agar

dikatakan bahwa tamunya adalah orang-orang penting. 

 
Kedelapan, seseorang menyalahkan dirinya atau mencela dirinya atau memperlihatkan kelemahannya

agar dikira bahwa dia adalah orang yang tawadhu’, selanjutnya dia berharap orang-orang memujinya. 

 
Kesembilan, seseorang melakukan kebaikan secara rahasia, tidak ingin diketahui oleh orang lain, namun

bila dia bertemu dengan orang-orang, dia ingin mereka menghormatinya, memuliakannya,

menyanjungnya, mendahulukannya, membantunya dan mempermudah urusannya, bila tidak maka dia

akan bersedih. 

 
Kesepuluh, menjadikan ikhlas sebagai sarana untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Ibnu Taimiyah

berkata, “Dikisahkan dari Abu Hamid al-Ghazali bahwa dia mendengar bahwa siapa yang ikhlas karena

Allah selama empat puluh hari maka lisan dan hatinya akan memancarkan hikmah. Al-Ghzali berkata,

“Lalu aku melakukannya selama empat puluh hari, namun lisan dan hatiku tidak memancarkan apa pun,

maka aku menyampaikan hal itu kepada sebagian orang yang shalih, dia berkata kepadaku, ‘Karena

kamu ikhlas demi hikmah dan bukan demi Allah.” Wallahu a’lam. 

Anda mungkin juga menyukai