Kelas : 19 Pola 2
No : 14
Karya Marwah Azmita yang diterbitkan dalam buku berjudul Mom is My Angel ini memuat
cerita sederhana tentang kasih sayang seorang ibu. Cerita tersebut lalu disulap menjadi sebuah
kisah yang mengharukan dan menarik. Buku ini dikarang oleh Marwah Azmita yang lahir pada
18 April 2000 di Kalimantan Timur, Indonesia. Buku ini saya anggap menarik karena
mengisahkan cinta kasih seorang ibu kepada buah hatinya. Novel ini mengandung amanat bahwa
seorang anak haruslah selalu menghormati dan menyayangi ibunya, karena ibu adalah sosok luar
biasa yang telah merawat dan membesarkan kita sedari kecil.
Punya ibu yang juga guru kelas? Whoaaa…asyik! Pantas saja Mona kompak banget sama
Mom, ibu sekaligus gurunya sendiri. Mereka selalu bersama. Bahkan, mereka sama-sama suka
memakai bando, lho. Tapi, kalau di sekolah Mona memanggil Mom, Bu Sherine seperti anak-
anak yang lain.
Mona senang sekali ketika tahu Mom mengandung calon adiknya. Maklum, sudah lama
Mona jadi anak tunggal. Tapi kemudian, Mona juga harus menerima kenyataan pahit. Mom
menderita leukimia…Ya, kanker darah! Masya Allah…
Tema yang diambil dalam novel karya Marwah Azmita ini adalah kasih sayang dan
pengorbanan, hal ini dibuktikan dengan isi cerita yang menceritakan tentang kasih sayang dan
pengorbanan seorang ibu dalam merawat buah hatinya meski dalam keadaan sakit.
Penggambaran tokoh serta watak tokoh yang sesuai, menjadikan cerita ini menarik untuk dibaca.
Misalnya saja Mom yang memiliki watak baik hati, penyayang, tegar, dan tegas, kemudian Mona
yang memiliki watak ceria, senang bergaul, dan mandiri. Penggambaran watak tokoh yang lain
seperti teman Mona yaitu Ammie dan Syafa juga turut andil untuk menggambarkan suasana
persahabatan dan keceriaan dalam hidup Mona.
Alur yang disajikan dalam novel berjudul Mom is My Angel ini merupakan alur maju, hal ini
karena kronologi cerita yang disajikan berurutan, dimulai dari perkenalan sosok Mona dan Mom,
kemudian kehidupan sehari-hari Mona dan Mom, dilanjutkan dengan kehidupan saat Mom
mengalami penyakit leukimia, sampai akhirnya Mom meninggal dunia.
Ditinjau dari sudut pandangnya, novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama, ke
dua, dan ke tiga. Sudut pandang orang pertama, pembaca akan dibuat seperti menjadi pemeran
utama atau pun salah satu tokoh yang berada di dalam cerita, Aku sangat suka berteman dengan
siapa pun. Aku tidak pernah pilih-pilih teman. Aku suka berteman karena berteman itu asyik
(hal 13.) Pada sudut pandang orang ke dua, maka pembaca akan dibuat seperti melakukan
komunikasi dengan pihak yang lain dalam cerita, Kamu hadapi ini dengan tenang dan sabar,
dong! ( hal 96.) Selanjutnya menggunanakan sudut pandang orang ke tiga, dimana pembaca akan
dibuat seperti melakukan pembicaraan terhadap seseorang yang tidak berada di tempat tersebut,
Saat makan, dia ingat anaknya. Dia selalu berpikir sudahkah anakku makan? Setelah itu, dia
tidak makan. Makanan yang tadinya buat dia, sekarang untuk anaknya. Dia tidak mau anaknya
tidak makan (hal 102.) Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah gaya bahasa yang
mudah dipahami, karena menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.
Latar tempat dalam novel karya Marwah Azmita ini terdiri dari sekolah, rumah, dan rumah
sakit. Sedangkan latar waktu yang disajikan adalah pagi, siang, sore, dan malam. Latar suasana
yang digambarkan dalam novel ini adalah kegembiraan sekaligus kesedihan, kegembiraan
ditunjukkan dengan kehidupan persahabatan dan keharmonisan keluarga Mona sebelum Mom
terkena penyakit leukimia, suasana kesedihan ditunjukkan ketika Mom terkena penyakit
leukimia sampai akhirnya meninggal dunia.
5 Rabu, 26 Agustus 2020 Hal 69-80 Pagi yang cerah mengantar Mona menuju
sekolah. Saat masuk kelas, “Kok, enggak
masuk kemarin?” tanya Safwa khawatir kepada
Mona. “Menemani hari-hari mom,” jawab
Mona, kemudian langsung duduk di samping
Safwa. “Mom nggak kenapa-kenapa kan?
Analisisnya apa?” tanya Ammie banyak
kepada Mona. “Mom sakit Leukimia,” jawab
Mona sedih. Mendengar pertanyaan itu
membuat Mona kembali mengingat keadaan
mom, apalagi mom telah divonis 5 hari lagi
akan meninggal. “Aku engga bermaksud,” kata
Ammie merasa bersalah. “Kamu enggak salah
kok! Kamu enggak tahu,” kata Mona
memotong. “Maaf, aku enggak sopan…
memotong pembicaraanmu.” ujar Mona
merasa bersalah. Belum sempat Ammie bicara,
tiba-tiba ada seorang guru datang. “Besok akan
ada SOS alias Seleksi Olimpiade Sins! Dari
kelas ini yang mengikuti seleksi adalah Vero,
Ammie, dan Safwa!” kata Bu Zherine yang
dikenal guru killer di sekolah Mona. Kemudian
Bu Zharine menanyakan kenapa Mona tidak
masuk sekolah kemarin, Mona berusaha
menjelaskan alasan mengapa ia tidak masuk
sekolah, dan setelah mendengar alasan Mona,
Bu Zherine berusaha menyemangatinya dan
mengatakan bahwa Mona harus tabah. “Oke,
kerjakan soal halaman 91 nomor 1-500!
Waktunya 1 jam! Soal tidak ditulis,” kata Bu
Zharine sambil melangkah keluar. Hah?
Banyak bener! Protes Mona dalam hati.
Setibanya di rumah, Mona segera menuju ke
kamar mom. Kak Tiara dokter pribadi mom
Nampak heran melihat Mona tegesa-gesa
sehingga mom yang sedang tertidur pun
terbangun. “Mom, tanganku seperti mau
patah!” kata Mona keepada mom. “Kenapa
emangnya? Dipukul?” tebak mom ngasal.
“Jangan asal tebak dong, mom! Karena disuruh
ngerjain 500 soal,” Mona menjelaskan. Setelah
itu Mona menceritakan bahwa besok dirinya
akan mengikuti Seleksi Olimpiade Sains.
Mendengar hal itu mom merasa bangga dan
menyuruh Mona untuk belajar. Mona belajar
melalui buku sains milik mom, mom memiliki
hamper 100 buku sains di perpustakaan
pribadinya. Namun,, Mona hanya membaca 10
buku saja. Setelah Mona membaca buku, mom
menghampiri Mona dan memberikan tiga
pertanyaan untuk menguji sejauh mana
pengetahuan Mona. Dan hebatnya semua
pertanyaan mom dijawab Mona dengan benar.
Keesokan harinya disekolah seluruh peserta
Seleksi Olimpiada Sains berkumpul di ruang
multimedia, Mona merasa tidak sabar untuk
menjawab semua pertanyaan. Total soal yang
diberikan ada 50 soal, yang terdiri atas 30
pilihan ganda, 15 isian, dan 5 uraian. Mona
merasa bisa mengerjakan semua soal dan
berharap dirinya dapat menjadi juara.
6 Jumat, 28 Agustus 2020 Hal 81-97 Bu Zharine menempel secarik kertas yang
isinya nama peserta yang akan ikut Olimpiade
Sains nanti. Hanya ada dua siswa saja yang
akan dipilih dan alhamdulillah Mona termasuk
dalam daftar tesebut, selain Mona juga ada
Lisania Lurina yang nantinya akan mengikuti
Olimpiade Sains. "Selamat, ya, Mona!" Kata
Ammie, Safwa, dan Bu Zharine. "Makasih
semua!" Kata Mona sampil tersipu malu. Bel
tanda pulang pun berbunyi, dengan segera
Mona membereskan bangkunya, kemudian
pulang untuk memberi kabar baik kepada
mom. Sesampainya dirumah... "Mom!" Mona
berteriak sambil membuka pintu. "Kosong!
Mom dimana?” tanya Mona dalam hati,
kemudian Mona mencoba untuk menghubungi
Kak Tiara dokter pribadi mom. "Halo, Kak
Tiara! Kakak tahu enggak, mom dimana?"
tanya Mona. "Mom ada di rumah sakit.
Keadaannya semakin memburuk! Cepat kamu
datang kesini!" ujar Kak Tiara panik. "Oke,
secepatnya aku ke sana," kata Mona tenang.
Mona ingat, bahwa semua masalah harus
dihadapi dengan tenang dan sabar.
Sesampainya di rumah sakit Mona melihat
mom tergeletak lemas, Kak Tiara mengatakan
bahwa mom baru saja siuman dari pingsannya.
Namun, tak lama kemudian mom kembali
semangat, hal itu karena ada Mona malaikat
kecil mom. Tanpa sadar Mona menitihkan air
mata, bukan air mata sedih, melainkan air mata
haru. Mona merasa bersalah karena
menurutnya ia belum menjadi anak yang
berbakti kepada mom. "Mom pasti maafin,
Mona. Tidak usah cium kaki segala," kata
mom ikut terharu. Mom menangis juga seperti
Mona. Entah mengapa hari itu seperti salam
perpisahan bagi Mona. Pagi pun tiba, Mona
bangun dari tidurnya, hari ini ia tidak boleh
bermalas-malasan karena ia harus mengikuti
Olimpiade Sains di sekolahnya. Mona segera
shalat, mandi, makan, lalu tidak luoa belajar
lagi agar tidak lupa materi yang telah ia
pelajari. Sebelum berangka, tidak lupa Mona
berpamitan kepada mom sambil mencium
kening mom. Tentu saja mom selalu
mendoakanmu nak, kata mom lemah. Pagi itu
Mona berangkat menaiki angkot, ia merasa
beruntung sekali sekolah di sekolahnya saat ini
karena setiap ada lomba, pasti diadakan di
sekolahnya tersebut. Sesampainya disekolah,
Mona merasa tegang karena banyak sekali
siswa yang mengikuti Olimpiade, namun Mona
meyakinkan diri bahwa ia bisa menjadi juara.
Mona masuk ke ruangan yang tersedia
untunya, tidak lupa ia membaca kembali materi
yang sebelumnya sudah dipelajari. Sampai tiba
saatnya untuk memulai Olimpiade, Lembar
Jawaban pun dibagikan dan untungnya soal
yang diberikan hanya pilihan ganda. "Tolong,
seluruh peserta tunggu sebentar nilainya akan
kita umumkan 20 menit lagi! yang juara 1
sampai 6 mendapat hadiah piala, sertifikat, dan
uang,"ujar kepala sekolah Mona Pak Rito.
Setelah 20 menit menunggu, akhirnya
diumumkan juga juara 1-6, Alhamdulillah
Mona mendapat juara 4 dengan nilai 88. Pasti
mom akan senang! Batin Mona, Mona segera
masuk ke dalam kamar tidur mom di rumah
sakit. Mom ditutupi kain putih. Awalnya Mona
mengira bahwa mom kedinginan, namun
ternyata apa yang dia takutkan pun terjadi,
mom meninggalkannya dan adiknya. Mona
merasa sangat sedih, namun Mona berusaha
sabar dan ikhlas, karena baginya ada hikmah
dibalik peristiwa ini dan Allah telah mengatur
itu semua. Setelah mom meninggal, Mona
tinggal bersama dengan Tante Sari, keluarga
terbaik yang saat ini Mona miliki.
7 Sabtu, 29 Agustus 2020 Hal 99-109 Tanggal 22 Desember adalah hari ibu. Lalu
mengapa itu harus diperingati? Menurut Mona
karena ibu adalah wanita terhebat sedunia.
Mona percaya, bahwa ibu adalah wanita
terhebat sampai kapan pun dan dimana pun!
Mona juga percaya bahwa tidak ada yang
mengalahkan besar cinta ibu kepada anaknya.
Menurut Mona mom adalah sosok wanita yang
menyayanginya tanpa balas jasa, yang
mendidiknya tanpa pamrih, yang
membesarkannya dengan penuh kasih sayang,
cinta, dan kesabaran. Saat mom sakit leukimia,
Mona sangat terpukul. Mona selalu berpikir,
bisakah ia hiduo tanpanya? Menjadi ibu bagi
adiknya, Presilia? Menjadi super woman bagi
adiknya? Setelah beberapa hari mom sakit,
malaikat lelindung Mona sudah tiada di dunia
ini. Mom sudah dicabut Sang Khaliq. Sekarang
mom telah tiada, tidak ada lagi yang
mengeejakan seluruh pekerjaan rumah tangga,
tidak ada lagi yang menyemangati Mona, tidak
ada lagi yang merawat Mona sebaik mom.
Tapi, Mona tetap tegar dan ia masih memiliki
Tante Sari dan Allah yang insyaallah akan
melindungi Mona.