ID Karakteristik Dan Jenis Kesulitan Belaja PDF
ID Karakteristik Dan Jenis Kesulitan Belaja PDF
Wachyu Amelia
Program Studi DIII Kebidanan STIKES Al-Ma’arif
Jln. Dr. M.Hatta No.687 C Baturaja 32112
amelia.wachyu@yahoo.com
ABSTRAK
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah mereka yang terhambat secara fisik, kognitif, dan sosial dalam
mengembangkan potensinya secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan
kesulitan belajar anak slow learner. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan Cross Sectional. Sampel diambil secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 33 responden, proporsi yang paling banyak mengalami slow learner adalah pada kelompok umur 15-16
tahun (51,5%), jenis kelamin laki-laki (66,7%), pekerjaan ayah adalah Buruh (57,6 %), pendidikan ayah
adalah SMP( 39,4 %) dan pendidikan ibu yaitu SMP (45,5% dan memiliki saudara berjumlah 2 orang (66,7
%). Jenis gangguan yang ditemukan pada anak yaitu rendahnya kemampuan pemahaman (66,7 %). Lambat
dalam mengerjakan tugas akademik (66,7%), Prestasi belajar yang sangat rendah (66,7 %), sedangkan anak
yang naik kelas (75,7) dan yang tidak naik kelas (24,3%).
Kata Kunci : anak berkebutuhan khusus, slow learner, karakteristik, kesulitan belajar
ABSTRACT
Children with special needs (ABK) is that they are hampered by physical, cognitive, and social in developing
their maximum potential. This study aims to determine the characteristics and learning difficulties slow learner
child. The method used in this research is descriptive method with cross sectional approach. Sample was taken
by purposive sampling. The results showed that out of 33 respondents, the proportion of the most experienced
slow learner is in the age group 15-16 years (51.5%), male gender (66.7%), father's occupation is Labor (57.6
%), education is the father of junior high (39.4%) and the mother's education, namely junior high (45.5% and
has a brother numbered 2 (66.7%). This type of disorder found in children as the low capability of
understanding (66.7 %). Slow in doing academic work (66.7%), learning achievement is very low (66.7%), while
children who grade (75.7) and were failing a grade (24.3%).
membedakan dari anak-anak normal pada sindrom 3 anak, tidak mampu ekonomi 12
umumnya (Mumpuniarti, 2007:17). anak, gangguan pemusatan pikiran 1 anak.
Menurut World Health Organization
II. METODE PENELITIAN
diperkirakan terdapat sekitar 7-10% dari
total populasi anak di seluruh dunia yang Penelitian ini merupakan penelitian
termasuk anak berkebutuhan khusus deskriptif dengan pendekatan cross
(Kementerian Kesehatan Republik sectional yaitu untuk memperoleh
Indonesia, 2010). gambaran karakteristik dan kesulitan
belajar anak berkebutuhan khusus di SMP
Berdasarkan data Kementerian Sosial 32 Insklusi Baturaja.
Republik Indonesia (Hasyim, 2013), pada
tahun 2011 jumlah anak berkebutuhan Populasi pada penelitian ini adalah Anak
khusus di Indonesia mencapai kurang lebih Berkebutuhan Khusus yang mengikuti
7 juta orang atau sekitar 3% dari jumlah pembelajaran di SMP 32 Insklusi Baturaja
total seluruh penduduk Indonesia. Dari tahun 2016 sebanyak 66 siswa. Sampel
jumlah tersebut, sebagian besar termasuk diambil dengan teknik purposive sampling
anak lamban belajar (slow learner), autis, dimana peneliti menentukan sendiri jumlah
dan tunagrahita. sampel yang diambil yaitu 33 responden.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP 32
Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Inklusi Baturaja Rs.Sriwijaya Kec. Baturaja
Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Timur Kab. Ogan Komering Ulu. Penelitian
Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta ini menggunakan data primer dimana data
didik yang; a) tunanetra; b) tunarungu; c) diambil langsung oleh peneliti untuk
tunawicara; d) tunagrahita; e) tunadaksa; f) mengetahui karakteristik anak-anak
tunalaras; g) berkesulitan belajar; h) slow berkebutuhan khusus dengan
lenear; i) autis; j) memiliki gangguan mengobservasi langsung sampel penelitian.
motorik; k) menjadi korban penyalah Data dikumpulkan dengan menggunakan
gunaan narkotika, obat terlarang, dan zat kuesioner dan lembar observasi yang diisi
adiktif lain; dan l) memiliki kelainan lain. oleh guru inklusi atau terapis yang
Slow learner adalah siswa yang lambat menangani anak-anak berkebutuhan khusus
belajar, sehingga membutuhkan waktu yang di SMP 32 Insklusi Baturaja.
lebih lama dibandingkan sekelompok siswa
lain yang memiliki taraf potensi intelektual III. HASIL PENELITIAN
yang sama. Surabaya mempunyai 20 SDN Data disajikan dalam bentuk statistik
dan 10 SD Inklusi untuk anak slow learner, deskriptif yaitu melakukan tabulasi, dengan
sedangkan jumlah siswa slow learner di cara memasukkan seluruh data yang
Surabaya 1.123 anak. 1 Anak slow learner digunakan untuk melaporkan hasil dalam
yang terdaftar sebagai siswa SD sebanyak bentuk distrbusi frekuensi dan presentase
600 orang dan SMP di Surabaya sebanyak dari masig masing kategori.
356 orang. (Prasetyoningsih, 2009).
Proporsi umur yang tertinggi pada anak
Kabupaten OKU memiliki 7 sekolah untuk slow learner adalah anak dengan kelompok
anak yang berkebutuhan khusus, dan umur yang paling banyak adalah 15-16
didapatkan jumlahsiswa dengan masalah tahun sebanyak 51,5 %, sedangkan proporsi
BK 66 anak, tuna grahita sedang 26 anak, terendah adalah anak dengan kelompok
tuna grahita ringan 28 orang, tuna rungu 16 umur 11-12 tahun sebanyak 3,0%. Hal ini
anak, tuna daksa 2 anak, tuna laras 1 anak, sesuai dengan penelitian yang dilakukan
tuna ganda 4 anak, autis 16 orang, oleh Williams (2008), dimana pada
gangguan intelektual, slow learner 14 anak, penelitian tersebut menunjukan umur untuk
hiper aktif 2 anak , dileseksia 1 anak, down anak slow learner yang paling banyak
berada pada rentang 15-16 tahun. Slow Slow learner dapat diartikan anak yang
learner sulit untuk diidentifikasi karena memiliki potensi intelektual sedikit di
mereka tidak berbeda dalam penampilan bawah normal tetapi belum termasuk tuna
luar dan dapat berfungsi secara normal pada grahita (retardasi mental). Dalam beberapa
sebagian besar situasi. Mereka memiliki hal mengalami hambatan atau
fisik yang normal, memiliki memori yang keterlambatan berpikir, merespon
memadai, dan memiliki akal sehat. Hal-hal rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih
normal inilah yang sering membingungkan jauh lebih baik dibanding dengan yang tuna
para orangtua, mengapa anak mereka grahita, lebih lambat dibanding dengan
menjadi slow learner. Yang perlu yang normal, mereka butuh waktu yang
diluruskan adalah walaupun slow learner lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat
memiliki kualitas-kualitas tersebut, mereka menyelesaikan tugas-tugas akademik
tidak memiliki kemampuan untuk maupun non-akademik, dan karenanya
melaksanakan tugas sekolah sesuai dengan memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
yang diperlukan karena keterbatasan IQ
Peneliti juga berasumsi, hasil ini
mereka.
dikarenakan anak pada kelompok umur ini
Tabel 1. Distribusi Proporsi Anak Slow Learner baru memulai terapinya di sekolah khusus.
Berdasarkan Karakteristik Sedangkan pada kelompok umur yang lebih
Sosiodemografi
tinggi, anak-anak tersebut telah lama
Anak Berkebutuhan menjalani terapi sehingga gejala terlihat
Karakreristik
Khusus (Slow Lenear) lebih ringan.
Sosiodemografi
N %
Umur Proporsi jenis kelamin yang tertinggi pada
11-12 tahun 1 3,0 anak berkebutuhan khusus (slow lenear)
13-14 tahun 11 33,3 adalah anak dengan jenis kelamin yang
15- 16 tahun 17 51,5
17-18 tahun 4 12,1 paling banyak yaitu laki-laki 66,7 %.
Jumlah 33 100 Sedangkan proporsi terendah pada anak
JenisKelamin slow lenear adalah anak dengan jenis
Laki-laki 22 66,7 kelamin perempuan yaitu 33,3. Hal ini
Perempuan 11 33,3 sesuai dengan hasil penelitian yang
Jumlah 33 100 dilakukan oleh Williams (2008) bahwa
PekerjaanAyah
PNS/POLRI/TNI 3 9,1
proporsi anak berkebutuhan khusus (slow
Wiraswasta 11 33,3 lenear) berdasarkan jenis kelamin yang
Buruh 19 57,6 terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak
Jumlah 33 100 66,7%.
Pendidikan Ayah
SD 5 15,2 Perbedaan kemampuan motorik, kognitif,
SMP 13 39,4 emosi antara laki-laki dan perempuan
SMA 11 33,3 menimbulkan gangguan psikologis lebih
Sarjana (S1,S2, S3) 4 12,1 banyak diderita oleh anak laki-laki
Jumlah 33 100
dibanding anak perempuan, seperti
PendidikanIbu
SD 6 18,2 kesulitan belajar (learning difficulties) lebih
SMP 15 45,5 banyak dialami laki-laki,
SMA 8 24,2 misalnya hambatan membaca (disleksia),
Sarjana (S1,S2, S3) 4 12,1 hambatan menghitung (diskalkulia ) dan
Jumlah 33 100 hambatan menulis (disgrafia).
Jumlah saudara
2 orang 22 66,7 % Proporsi yang tertinggi pada pekerjaan
3 orang 11 33,3 % orangtua dari anak berkebutuhan khusus
4 orang 0 0 (slow lenear) pekerjaan ayah adalah Buruh
Jumlah 33 100
57,6%. Sedangkan proporsi terendah adalah ialah satu-satunya anak yang perlu dijaga
PNS/POLRI/TNI sebesar 9,1% dan dengan ketat. Anak tunggal memiliki
pekerjaan ibu yang tertinggi adalah ibu banyak masalah perilaku, penyendiri yang
rumah tangga sebesar 87,9% dan terendah merasa sangat kesepian dan membutuhkan
PNS/POLRI/TNI sebesar 12,1%. Pekerjaan teman apabila sedang stres. Anak sulung
ayah yang buruh berpengaruh pada tingkat sering disebut sebagai experimental child,
tingkat pendapatan ekonomi yang rendah sebab masih kurangnya pengetahuan dan
tingkat pendapatan yang rendah merupakan pengalaman orang tua yang akan membawa
faktor utama dari kejadian slow learner di akibat dalam dirinya. Akibatnya, orang tua
negara berkembang. cenderung cemas dan melindungi secara
berlebihan serta belum memahami
Proporsi yang tertinggi pada pendidikan
perananya sebagai orang tua secara penuh
orang tua dari anak berkebutuhan khusus
berbeda dengan yang bukan anak tunggal
(slow lenear) adalah pendidikan ayah SMP
karena orang tua sudah bisa dan mengerti
yaitu 39,4 % dan pendidikan ibu yaitu
cara mendidik anak selain itu tidak masalah
SMP 45,5% (Tabel 5.2). Terlihat bahwa
perilaku, penyendiri yang merasa sangat
anak slow lenear lahir dari orang tua
kesepian dan membutuhkan teman apabila
dengan tingkat pendidikan yang rendah.
sedang stres.
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi
pembelajaran adalah tingkat kepandaian Tabel 2. Gambaran Jenis Kesultan Belajar pada
Anak Slow Learner
orang tua dan juga keluarga. Orang tua
yang terpelajar sangat memperhatikan Anak Slow
perkembangan intelektual anak mereka. Jenis Kesulitan Belajar Learner
Mereka mulai mendidik dan melatih anak N %
Dayatangkap
mereka sebelum masuk TK. Mereka juga
• Daya tangkap yang 22 66,6
menyediakan mainan pendidikan dan buku lambat
yang membantu anak belajar. Mereka juga • Daya tangkap yang 11 33,3
mendidik sendiri anak mereka dalam normal
membaca dan aritmatika. Dengan cara ini Jumlah 33 100
mereka melatih anak mereka untuk MengerjakanTugas
• Anak sering lambat 22 66,6
meningkatkan kecepatan/ laju dalam mengerjakan
pembelajaran. Orang tua yang terdidik tugas akademik.
dapat menyediakan pengalaman dan materi • Dapat.mengerjakan 33,3
pendidikan bagi anak mereka sesuai tingkat tugas.akademik 11
kecerdasan mereka sendiri. Jumlah 33 100
Prestasi
Proporsi jumlah saudara tertinggi anak slow • Prestasi belajar yang 22 66,6
learner berdasarkan jumlah saudara adalah sangat rendah.
2 saudara sebesar 66,7% dan yang terendah • Prestasi belajar yang 11 33,3
cukup
3 saudara sebesar 33,3 %. Belum ada Jumlah 33 100
penelitian yang menunjukkan pengaruh Naikkelas
jumlah saudara terhadap kejadian anak slow • Tidak naik kelas. 8 24,2
learner. Di Indonesia sendiri didapat hasil • Naik kelas 25 75,7
yang sangat beragam tergantung lokasi Jumlah 33 100
penelitiannya.
Hal-hal yang diamati berdasarkan latar
Anak tunggal menjadi pusat perhatian
belakang kesulitan belajar anak yaitu Daya
orang tua karena biasanya muncul setelah
tangkap, Mengerjakan Tugas, Prestasi
lama ditunggu atau orang tua yang tidak
belajar, Naik kelas. Proporsi yang tertinggi
berhasil mendapatkan anak lagi sehingga
pada Kesulitan Belajar anak slow lenear