Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Topik/Materi : Herpes Zoster


Sasaran : Masyarakat di desa Rekhesan Sumber Urip terutama pada remaja dan
bapak-bapak dan ibu-ibu di desa Rekhesan Sumber Urip
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB (1 x 30 menit)
Hari/Tanggal : Kamis, 2 Juli 2020
Tempat : di balai desa Rekhesan Sumber Urip

A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan masyarakat Jombang di desa?
dapat menerapkan pencegahan dan penanggulangan herpes zoster.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan masyarakat dapat menyebutkan
pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara menanggulangi influenza minimal
90% dengan benar.
B. Pokok Bahasan : Herpes Zoster
C. Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian herpes zoster.
2. Gejala herpes zoster.
3. Cara penularan herpes zoster.
4. Cara mencegah dan menanggulangi herpes zoster.

D. Kegiatan Belajar Mengajar :


Tahap Media dan Alat
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Kegiatan Penyuluhan
Pendahuluan 1. Memberikan salam, Memperhatikan Leaflet.
memperkenalkan diri,
dan membuka
penyuluhan.
2. Menjelaskan materi Memperhatikan
secara umum kepada
masyarakat mancar
Menjelaskan tentang TIU Memperhatikan
dan TIK.
Penyajian 1. Menjelaskan tentang Memperhatikan Leaflet.
pengertian herpes
simplex.
a. Menanyakan kepada Memberikan
masyarakat desa pertanyaan
mancar apabila ada
yang kurang jelas.
b. Menerima dan Memperhatikan
menjawab
pertanyaan yang
diajukan masyarakat. Memperhatikan
2. Menjelaskan tentang
gejala herpes simplex. Memberikan
a. Menanyakan kepada pertanyaan
masyarakat apabila
ada yang kurang Memperhatikan
jelas.
b. Menerima dan
menjawab
pertanyaan yang Memperhatikan
diajukan oleh
masyarakat mancar. Memberikan
3. Menjelaskan tentang cara pertanyaan
penularan herpes simplex
a. Menanyakan kepada Memperhatikan
masyarakat apabila
ada yang kurang
jelas.
b. Menerima dan Memperhatikan
menjawab
pertanyaan yang
diajukan masyarakat
4. Menjelaskan tentang cara Memberikan
mencegah dan pertanyaan
menanggulangi herpes
simplex. Memperhatikan
a. Menanyakan kepada
masyarakat apabila
ada yang kurang
jelas.
b. Menerima dan
menjawab
pertanyaan yang
diajukan masyarakat
mancar
Penutup 1. Memberikan pertanyaan Menjawab Leaflet.
tentang materi yang baru pertanyaan yang
dijelaskan. diajukan pemateri.
2. Menampung jawaban Memperhatikan
yang diberikan
masyarakat Memberikan
3. Mendiskusikan bersama sumbang saran.
dengan anggota Memberikan
penyuluhan sumbang saran.
4. Bersama masyarakat
menyimpulkan materi Memperhatikan
yang telah dibahas. dan membalas
5. Menutup pertemuan dan salam.
memberi salam

E. Evaluasi :
1. Apa saja gejala herpes zoster?
2. Bagaimana cara mencegah herpes zoster?
F. Referensi :
Manjur,A.,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
FK UI.
Wilkinson,J.M. 2006. Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi
6. Jakarta: EGC
G. Lampiran :
1. Materi
2. Media yang digunakan (leaflet)

HERPES ZOSTER
a) Definisi
Penyakit herpes a'alah penyakit ra'ang pa'a kulit yang 'itan'ai
'engan pe!bentukan gele!bung$gele!bung berkelo!pok. Gele!bung$
b) gele!bung ini berisi air pa'a 'asar pera'angan.
c) Etiologi
Herpes genetalia merupakan infeksi yang menyebabkan lepuh pada sevis,
vagina, dan genetalia eksterna. Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual tetapi
juga dapat ditularkan melalui aseksual. Dari herpes yang diketahui ada enam
diantaranya yang menyerang manusia yaitu, herpersimplek tipe 1 yanng biasanya
menyebabkan luka dingin pada bibir, herpes simplek tipe 2 atau herpes genetalia,
varizola zoster, virus Epstein-Barr, sitomegalovirus, Virus B-limfotrofik. HVS-2
tampak sebagai penyebab sekitar 80% dari lesi perineal dan genitalia, HVS-1 dapat
menyebabkan 20%.
Pada wanita hamildengan herpes aktif, bayi yang di lahirkan pervaginam
dapat terinfeksi oleh virus. Risiko mendapatkan infeksi genetalia adalah keaktifan
seksual yang bertambah, , bertambahnya jumlah pasangan seksual, status imun
penderita. Faktor pencetus yaitu , koitus, stress emosi, dan obat – obatan.
d) Epidemiologi
Data- data di beberapa RS di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi herpes
genital rendah sekali pada tahun 1992 di RSUP dr.Moewardi yaitu hanya 10 kasus
dari 9983 penderita IMS. Namun, prevalensi di RSUD Dr.Soetomo agak tinggi yaitu
sebesar 64 dari 653 kasus IMS dan lebih tinggi lagi di RSUP Denpasar yaitu 22 kasus
dari 126 kasus IMS (Hakim, 2009).
Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik wanita atau pria dengan
frekuensi yang sama. Infeksi primer herpes simplek type 1 biasanya dimulai pada
masa anak-anak, sedangkan infeksi herpes simplek type 2 biasanya terjadi pada
decade II atau III.
e) Manifestasi klinis
Masa inkubasi umunya berkisar antara 3-7 hari, tapi dapat lebih lama.
 Infeksi primer
Berlangsung kira- kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya
demam, malaise, anoreksia, dan ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening
regional. Tempat predileksi virus HSV tipe I di daerah pinggang ke atas terutama
daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak – anak. Tempat predileksi
virus HSV tipe II didaerah pinggang kebawah, terutama daerah genital, juga dapat
menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonates. Cara hubungan seksual
urogenital, dapat menyebabkan herpes pada daerah genital yang disebabkan oleh
HSV tipe I atau di daerah mulut dan rongga mulut yang disebabkan oleh HSV tipe II.
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab
dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seroporulen, dapat
menjadi krusta dan kadang – kadang mengalami ulserasi dangkal, biasanya sembuh
tanpa sikatriks. Pada perabaan tiidak terdpat indurasi. Kadang – kadang dapat timbul
infeksi sekunder sehingga member gambaran yang tiddak jelas.
Fase laten: Tidak ditemukan gejala klinis, tetapi HSV dapat ditemukan dalam
keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis. Penularan dapat terjadi pada fase ini,
akibat pelepasan virus terus berlangsung meskipun dalam jumlah sedikit.
Infeksi rekurens: Reaktivasi HSV pada ganglion dorsalis mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis. Dapat dipicu oleh trauma fisik (demam, infeksi, kurang
tidur, hubungan seksual, dsb), trauma psikis (gangguan emosional), obat – obatan
(kortikosteroid. Imunosupresif), menstruasi, dan dapat pula timbul akibat jenis
makanan dan minuman yang merangsang. Gejala klinis yang timbul lebih ringan
daripada infeksi primer dan berlangsung kira – kira 7-10 hari. Sering ditemukan
gejala prodromal local sebelum timbul vesikel, berupa gatal, panas, dan nyeri. Dapat
timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat yang berlainan/sekitarnya (non
loco).
f) Patofisiologi
HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau
setiap kerusakan di kulit. Virus herpes tidak dapat di luar lingkungan yang lembab.
HSV memiliki kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung
dengan membrane sel. Untuk dapat masuk ke dalam sel, tidak diperlukan proses
endositosis virus. HSV-1 dan HSV-2 menyebabkan infeksi kronik yang ditandai oleh
masa-masa infeksi aktif dan latensi. Pada infeksi aktif primer virus menginvasi sel
penjamu dan cepat berkembang biak, menghancurkan sel penjamu dan melepaskan
banyak virion untuk menginfeksi sel-sel di sekitarnya. Pada infeksi primer, virus
menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan menyebabkan
limfadenopati. Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan
infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal,
timbul masa laten. Selama masa ini, virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang
mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi di sepanjang akson untuk
bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa
menimbulkan sitotoksitas atau gejala pada penjamunya.
g) Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
Virus herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Pada keadaan
tidak ada lesi dapat diperiksa antibody VHS. Pada percobaan tzanck dengan
pewarnaan geimsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dandaya
tahan tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan, dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada
pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri, edema
di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Perhatikan mukosa
mulut, hidung, dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang
perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.
Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan
minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk,
ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya
pembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limferegional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap
nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis, terjadi
diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan
tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah.
Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang
dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia perkembangannya,
bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam
pemilihan.
h) Penatalaksanaan
Tidak ada penyembuhan untuk infeksi HSV-2, tetapi pengobatan ditujukan
untuk menghilangkan gejala. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah
penyebaran infeksi, membuat pasien nyaman, menurunkan risiko kesehatan potensial
dan melakukan program konseling dan pendidikan. Asiklovir (Zovirax), suatu
preparat antivirus yang dapat mengganggu perjalanan infeksi, tersedia untuk
penggunaan topical, oral, dan intravena. Secara umum, asiklovirmengurangi durasi
infeksi dan efektif dalam mengobati dan sering mencegah kekambuhan. (Smeltzer ;
2001)
Pengobatan untuk infeksi HSV-2, dapat dilakukan dengan medikamentosa
dan non medikamentosa.
Medikamentosa
a) Belum ada terapi radikal
b) Pada episode pertama, berikan :
1) Asiklovir 200 mg per oral 5 kali sehari selama 7 hari
2) Asiklovir 5 mg/kg BB, intravena tiap 8 jam selama 7 hari (bila gejala sistemik
berat)
3)  Preparat isoprinosin sebagai imunomodulator
4)  Asiklovir parenteral atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) untuk
penyakityang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.
c) Pada episode rekurensi, umumnya tidak perlu diobati karena bisa membaik,
namun bila perlu dapat diobati dengan krim asiklovir. Bila pasien dengan gejala
berat dan lama, diberikan asiklovir 200 mg per oral 5 kali sehari, selama 5 hari.
Jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.
Non medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai
berikut :
a) Bahaya PMS dan komplikasinya
b) Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
c) Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
d) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat
menghindarkan lagi.
e) Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang.
i) Komplikasi
Virus herpes simplek mengakibatkatkan beragam penyakit mulai dari
gingivostomatitis (peradangan pada gusi dan mukosa mulut) sampai
keratokonjuctivitis (peradangan pada kornea dan konjungtiva), penyakit genital, dan
infeksi pada bayi baru lahir, abortus, eritema nodusa. Herpes simplek menjadi
penginfeksi yang laten pada sel saraf, dan umumnya terjadi rekurensi (kekambuhan).
Menurut keperawatan medical bedah komplikasi jarang terjadi, komplikasinya
terjadi karena penyebaran ekstragenital, seperti pada bokong, paha atas atau bahkan
pada ata karena menyentuh lesi. Masalah potensial lainnya adalah meningitis aseptic
dan stress emosionnal yang berat yang berhubungan dengan diagnosis.

j) Prognosis
Selama pencegahan rekurens masih merupakan problem , hal tersebut secara
psikologik akan memberatkan penderita. Pengobatan secara dini dan tepat memberi
prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan
rekurens lebih jarang. Pada orang dengan gangguan imunitas , misalnya pada
penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan
imunosupresan yang lama atau fisik yang sangat lemah, menyebabkan infeksi ini
dapat menyebar ke alat-alat dalam dan dapat fatal. Prognosis akan lebih baik seiring
dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa. (Adhi Djuanda, 2007: 383.)

Anda mungkin juga menyukai